BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang dihasilkan oleh industri kita harus memenuhi standar

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mana program tersebut tercakup dalam kegiatan Kesehatan Kerja dan Higiene

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang

BAB I PENDAHULUAN. terpapar bising melebihi 90 db di tempat kerjanya. Diperkirakan lebih dari 20 juta

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

PROSES KERJA MESIN 2ND STAGE PADA PEMBUATAN GREEN TYRE DI PT. ELANGPERDANA TYRE INDUSTRY

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

Hubungan Kualitas Penggunaaan Alat Pelindung Telinga Dengan Keluhan Gangguan. Pendengaran Di Pt Hung A Cikarang Bekasi, Propinsi Jawa Barat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka membangun perekonomian, maka perkembangan industri sedang berlangsung dengan menggunakan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

PENGARUH PROSES PEMESINAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA INDUSTRI OTOMOTIF

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

- BUNYI DAN KEBISINGAN -

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi tinggi, diharapkan industri dapat berproduksi. yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP AMBANG DENGAR

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

asuhan keperawatan Tinnitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

PROSES PEMBUATAN BAN LUAR ( TIRE) TIPECOMMERCIAL TRUCK BIAS PADA MESIN CURING NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST.MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB II LANDASAN TEORI. Transmigrasi Republik Indonesia No. 13 tahun 2011 tentang Nilai. maupun suara secara fisik sama (Budiono, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent )

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari K3 menurut Suma mur (1995), bahwa hygiene perusahaan. produktif. Suardi (2007) K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

KUISIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. International Labour Organization (ILO) (ILO, 2003) diperkirakan di seluruh dunia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz, bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak. Gejala gangguan pendengaran dapat berupa nyeri pada satu atau kedua telinga, pusing dan vertigo, dering di telinga, tekanan atau terasa penuh pada satu atau kedua telinga. Pada gangguan pendengaran yang parah maka seseorang akan kehilangan pendengarannya. Tes pendengaran dapat dilakukan dengan alat yang disebut audiogram. Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal biasanya dalam hal memahami pembicaraan (Buchari,2007). Gangguan pendengaran adalah menurunnya atau memburuknya fungsi pendengaran yang ditandai dengan menurunnya daya tangkap frekuensi suara.gangguan pendengaran dapat terjadi akibat usia, suara keras, infeksi telinga, lubang pada gendang telinga. Penyakit atau infeksi, tumor, sebuah benda asing ditelinga, cacat telinga, trauma, obat-obatan dan gen, (Kusumawati,2012). 1

2 Gangguan pendengaran pada ruang kerja yang bising dapat diakibatkan oleh faktor lingkungan kerja yakni intensitas kebisingan, tekanan dan frekuensi bising, jarak sumber suara, lama paparan, dan penggunaan alat pelindung telinga. Selain faktor lingkungan kerja gangguan pendengaran dapat juga disebabkan oleh faktor individu yakni usia, lama kerja, ketulian yang sudah ada sebelum bekerja dan juga gaya hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Wina Shaula pada pekerja kapal tug boat pertamina RU VI balongan bagian mesin dengan jumlah sampel 57 orang pekerja pada tahun 2009-2010 menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan di ruang bising dan seluruh pekerja taat menggunakan alat pelindung telinga selama 8 jam / hari dengan masa kerja 11-30 tahun dengan rentan usia 31-61 tahun terhadap gangguan pendengaran. Penelitian gangguan pendengaran telah banyak dilakukan sejak lama. Survei yang dilakukan oleh Herdarmin pada manufacturing plant pertamina dan dua pabrik es dijakarta mendapat hasil tedapat gangguan pendengaran pada 50 % jumlah karyawan disertai peningkatan ambang dengar sementara sebesar 5-10 db pada karyawan yang telah bekerja terus menerus selama 5-10 tahun tanpa menggunakan alat pelindung telinga. Telah dilakukan penelitian oleh Adikusumo (2010) tentang pengaruh masa kerja dan pemakaian alat pelindung telinga terhadap terjadinya gangguan pendengaran karena lingkungan kerja. Sebagai subjek penelitian adalah semua pekerja yang bekerja di pabrik keramik tanah agung malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja 6 tahun tidak berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengengaran karena lingkungan kerja yang bising, Sedangkan pemakaian alat pelindung telinga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran.

3 Gangguan pendengaran akibat bising merupakan gangguan pendengaran akibat terpapar bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan kebisingan lingkungan kerja. Sifat gangguan pendengaran yang biasa terjadi adalah gangguan pendengaran sensorial koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga (Bashirudin, 2007) Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. PER.08/MEN/VII/2010, alat pelindung diri atau yang disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja. Penggunaan alat pelindung diri diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: Per 01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja. Dalam Undang-Undang tentang keselamatan kerja diatur di pasal 4(3) yang berbunyi: Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua Alat Pelindung Diri diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya untuk keluhan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). APD merupakan salah satu faktor penting dalam meminimalisir kejadian kecelakaan kerja yang dapat terjadi di tempat kerja. Oleh karena itu setiap perusahaan yang memiliki risiko, baik risiko rendah maupun risiko tinggi membuat peraturan tentang penggunaan APD bagi para pekerjanya. Hal ini sangat diperhatikan oleh perusahaan dikarenakan, perusahaan tidak ingin aset mereka yaitu para pekerja mengalami kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penggunaan Alat Pelindung Telinga bermanfaat untuk melindungi telinga dari bising yang berlebihan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem pendengaran. Pada penggunaan alat pelindung telinga yang teratur dapat melindungi

4 telinga sebanyak 30 db. Penggunaan alat pelindung telinga untuk menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Apabila tingkat kebisingan sudah di atas 85 db untuk shift 8 jam, 40 jam perminggu maka koreksi dapat dilakukan dengan cara melakukan penanaman pohon-pohon dan pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa sehingga terpisah dengan ruangan dimana tenaga kerja berada,bekerja dengan menggunakan pemisah terbuat dari bahan atau konstruksi yang dapat mengurangi penjalaran suara baik berupa tabir atau ruangan tertutup. Alat pelindung telinga terdapat dua jenis yaitu ear plug dan ear muff. Ear plug digunakan untuk menyumbat telinga yang bertujuan untuk melindungi telinga, mengurangi paparan kebisingan masuk ke dalam telinga serta menurunkan intensitas kebisinganyang mencapai alat pendengaran. Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap individu berbeda-beda dan bahkan antar kedua telinga dari individu yang sama berlainan. Sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran telinga pemakainya. Ear plug dapat mengurangi intensitas kebisingan sampai dengan 30 db dan mencegah terjadinya gangguan pendengaran. Ear plug dapat terbuat dari kapas (wax), plastik, karet alami dan sintetik. Menurut cara penggunaannya, dibedakan menjadi disposible ear plug yaitu sumbat telinga yang digunakan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas dan cara penggunaan yang lain yaitu non dispossible ear plug yang digunakan dalam waktu yang lama terbuat dari karet atau plastik cetak. Ear muff yaitu penutup telinga yang terbuat dari bahan yang lembut yang dapat menurunkan kebisingan dengan cara menutupi semua bagian telingadan ditahan/ dipegang oleh head band. Pada jenis pekerjaan intermiten ear muff lebih tepat digunakan dibandingkan ear plug namun kurang nyaman saat digunakan pada ruang yang bersuhu tinggi.

5 PT Hung-A adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan ban yang dalam proses kerjanya perusahaan ini menggunakan mesinmesin yang menimbulkan suara yang cukup keras pada ruang produksi dengan tingkat kebisingan diatas 85 db, sehingga para pekerja setiap harinya akan terpapar oleh suara bising tersebut. Pada proses produksi di mulai dengan mixing sectionyaitu proses pembuatan kompon (bahan campuran karet alam, karet sintetis, karbon, sulfur dan bahan-bahan kimia untuk bahan dasar ban) dengan menggunakan mesin-mesin pencampur (mixer)memiliki intensitas kebisingan sekitar 100-110 db. Proses material section yaitu pada bagian ini kompon akan di olah menjadi bagian-bagian ban yang terdiri dari tread. Pada bagian tread dan side wall di gunakan mesin yang bernama extruder. Pada tubeless liner mesin yang di gunakan adalah open mill dan calendering machine dan menghasilkan bising 90-95 db. Proses selanjutnya adalah bead finish, berfungsi untuk menahan agar ban tidak keluar dari rim (velg) merupakan lingkaran yang terbuat dari baja dan dilapisi dengan compound serta ditambah dengan apex. Mesin yang digunakan adalah extruder, festonerdan wind up machine. Pada proses ini intensitas bising berkisar 90-100 db. Proses building section adalah pembangunan atau penyusunan kontruksi ban dengan material yang telah dibuat sebelumnya sehingga terbentuk green tire dengan intensitas bising 90 db. Proses final insfection section adalah proses terkahir dari pembuatan ban yakni proses dimana ban akan diseleksi setelah proses curing. Proses ini memiliki intensitas kebisingan 85-97 db. Berdasarkan survei pendahuluan Dari hasil observasi awal ditemukan keluhan gangguan pendengaran sebanyak 50 orang pekerja baik yang menggunakan atau tidak menggunakan alat pelindung telinga. Banyaknya pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung telinga dikarenakan tidak tersedianya alat pelindung telinga dari

6 perusahaan dan juga pekerja merasa kurang nyaman dengan penggunaan alat pelindung telinga selagi bekerja. Berdasarkan survei ruang produksi PT Hung A adalah ruang kerja yang bising dan masih banyak pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung telinga sehingga pekerja mengalami gangguan pendengaran. Tidak hanya itu, pekerja yang menggunakan alat pelindung telingapun masih ada yang mengalami gangguan pendengaran. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Hubungan KualitasPenggunaan Alat Pelindung Telinga DenganKeluhanGangguan Pendengaran Pada Pekerja Ruang Produksi PT Hung A Cikarang Indonesia. 1.2 Identifikasi Masalah Keluhan gangguan pendengaran pada karyawan ruang produksi yang bising oleh mesin produksi disebabkan berbagai faktor seperti, penggunaan alat pelindung telinga, usia tua, lama masa kerja, lama waktu kerja, dan lainnya : a. Penggunaan Alat Pelindung Telinga Menurut Suma mur P.K (1991) penggunaan alat pelindung telinga mempengaruhi gangguan pendengaran karena dengan alat pelindung telinga akan menghambat atau menurunkan intensitas kebisingan yang diterima oleh telinga sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya gangguan pendengaran pada ruang bising. Dari hasil observasi awal ditemukan keluhan gangguan pendengaran sebanyak 50 orang pekerja baik yang menggunakan atau tidak menggunakan alat pelindung telinga. Banyaknya pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung telinga

7 dikarenakan tidak tersedia nya alat pelindung telinga dari perusahaan dan juga pekerja merasa kurang nyaman dengan penggunaan alat pelindung telinga selagi bekerja. b. Usia Tua Menurut Depkes RI (1990), proses penuaan merupakan faktor yang dominan penyebab gangguan pendengaran. Pekerja yang berumur 40 tahun akan lebih mudah tuli saat bekerja di ruang bising.berdasarkan hasil surveipt Hung-A dari seluruh pekerja yang mengalami keluhan gangguan pendengaran ditemukan pada usia lebih dari 35 tahun. c. Lama Masa Kerja Menurut Bashiruddin (2009) umumnya pada masa kerja lebih dari 5 tahun pada area yang bising karyawan cenderung mengalami penurunan fungsi pendengaran. Menurut Stellman (2002) semakin lama seorang terpajan bising dan tidak menggunakan Alat pelindung telinga setiap tahunnya maka semakin besar kerusakan yang terjadi pada fungsi pendengaran. Di PT Hung-A terdapat banyak pekerja yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun pada perusahaan tersebut, hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya keluhan gangguan pendengaran karena pekerja semakin lama terpapar bising yang disebabkan oleh mesin produksi. d. Lama Waktu Pemaparan Menurut W.F Ganong (1999) berpengaruh terhadap gangguan pendengaran yaitu suara yang terlalu bising dan terlalu lama menimbulkan stimulasi diarea pendengaran primer yang menyebabkan timbulnya inhibisi impuls dari kumparan otot yang dapat menghambat penerimaan respon pendengaran pada thalamus. Namun, pada pekerja bidang produksi PT Hung-A pekerja diperbolehkan bekerja lebih dari 8 jam perhari yakni antara 12 14 jam perhari. Lama waktu kerja pada pekerja ruang

8 produksi yang bising akan meningkatkan lama resiko terjadinya keluhan gangguan pendengaran. Dari uraian diatas maka penulis tertarik mengetahui HubunganKualitas Penggunaan Alat Pelindung TelingaDengan Keluhan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Di Ruang Produksi Di PT Hung A Cikarang Tahun 2016. 1.3 Pembatasan Masalah Dari berbagai faktor yang menyebabkan keluhan gangguan pendengaran penelitian ini dibatasi pada faktor KualitasPenggunaan Alat pelindung telinga karena disesuaikan pada karakteristik responden yaitu pada PT Hung-Abanyaknya pekerja yang tidak meggunakan alat pelindung telingasaat bekerja sementara ruang produksi tersebut bising atau melebihi nilai ambang batas kebisingan (85 db). Dari hasil observasi awalterhadap 60 pekerja ditemukan keluhan gangguan pendengaran pada 50 orang pekerja baik menggunakan atau tidak menggunakan alat pelindung telinga. Banyaknya pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung telinga dikarenakan tidak tersedia nya alat pelindung telinga dari perusahaan dan juga pekerja merasa kurang nyaman dengan penggunaan alat pelindung telinga selagi bekerja. Ruang produksi PT Hung-A adalah ruang kerja yang bising dengan intensitas kebisingan di atas nilai ambang batas dan masih banyak pekerja yang tidak mengguanakan alat pelindung telinga sehingga pekerja mengalami gangguan pendengaran. Tidak hanya itu, pekerja yang menggunakan alat pelindung telingapun masih ada yang mengalami gangguan pendengaran.sehingga penelitian di fokuskan pada Hubungan Kualitas Penggunaan Alat Pelindung Telinga Dengan Keluhan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Ruang Produksi Di PT Hung-A Cikarang Tahun 2016.

9 1.4 Perumusan Masalah Gangguan pendengaran terjadi pada pekerja produksi yangsalah satu penyebabnya adalah pekerja tidak menggunakan alat pelindung telinga saat bekerja. Oleh karena itu peneliti melaukan kajian tentang : Adakah Hubungan Kualitas Penggunaan Alat Pelindung Telinga Dengan Keluhan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Ruang Produksi Di PT Hung-A Cikarang Tahun 2016? 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kualitas Penggunaan Alat Pelindung Telinga Dengan Keluhan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Ruang Produksi Di PT Hung- A Cikarang Indonesia Tahun 2016. 1.5.2 Tujuan Khusus 1. Mendapatkan Gambaran Kualitas Penggunaan APT di PT Hung-A Cikarang Indonesia Tahun 2016 2. Mengidentifikasi Keluhan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Ruang Produksi di PT Hung-ACikarang Indonesia Tahun 2016 3. Menganalisis Hubungan Kualitas Penggunaan Alat Pelindung Telinga Dengan Keluhan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Ruang Produksi di PT Hung-A Cikarang Indonesia Tahun 2016.

10 1.6 Manfaaat Penelitian 1. Bagi PT. Hung-A Dapat digunakan sebagai informasi dan bahan masukan pada manajemen untuk evaluasi program pengendalian gangguan pendengaran yang telah dilakukan perusahaan. 2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul Sebagai informasi penelitian dan dokumentasi data penelitian lebih lanjut mengenai hubungankualitas penggunaan alat pelindung telingadengan keluhangangguan pendengaranpada pekerja ruang produksi di PT Hung-A cikarang tahun 2016. 3. Bagi Peneliti Sebagai aplikasi keilmuan bidang K3 yang telah didapat dari perguruan tinggi dalam bentuk penelitian yang diterapkan perusahaan, serta dapat menambah wawasan tentang hubungankualitas penggunaan alat pelindung telinga dengan keluhan gangguan pendengaran pada pekerja ruang produksi di perusahaan.