KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

dokumen-dokumen yang mirip
A. Pengertian Perjanjian. C. Unsur-unsur Perjanjian. B. Dasar Hukum Perjanjian 26/03/2017

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN KONSINYASI. dan perikatan itu merujuk pada dua hal yang berbeda, perikatan ialah suatu hal

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN NOMINEE. Perjanjian sebagaimana didefinisikan oleh ketentuan pasal 1313

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. ketentuan Buku III Kitab Undang Undang Hukum Perdata, dengan menyatakan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANIAN KREDIT. D. Pengertian Perjanjian dan Asas-Asas Perjanjian

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB II BENTUK-BENTUK KEGAGALAN PENGEMBANG DALAM PERJANJIAN JUAL BELI APARTEMEN. A. Ketentuan Umum dalam Perjanjian Jual Beli Apartemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

JENIS-JENIS PERJANJIAN

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi

BAB II PERJANJIAN KERJASAMA PENJUALAN VOUCHER HOTEL ANTARA PT. EKA SUKMA TOUR DENGAN HOTEL JW MARRIOT MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB II PENGERTIAN DAN BENTUK PERJANJIAN. Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA. Hubungan kerja adalah hubungan antara seseorang buruh dengan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. A. Pengertian Perjanjian dan Unsur-Unsur Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tidak ada dirumuskan dalam undang-undang, tetapi dirumuskan sedemikian rupa

BAB II TINJAUAN UMUM. rakyat bukan dalam pengertian di jalankan oleh rakyat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

Asas asas perjanjian

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN GADAI DAN PEGADAIAN. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

Transkripsi:

PENGERTIAN PERJANJIAN KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) (166010200111038) FANNY LANDRIANI ROSSA (02) (166010200111039) ARLITA SHINTA LARASATI (12) (166010200111050) ARUM DEWI AZIZAH S. (24) (166010200111063) GIBTHA WILDA PERMATASARI (30) (166010200111073) Pasal 1313 ayat (1) KUH Perdata menyebutkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari Pasal tersebut, dapat diketahui bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa tersebut timbul suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang dinamakan perikatan. Dengan demikian, perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. (R.Soeroso, Perjanjian Di Bawah Tangan (Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi Hukum), Sinar Grafika, 2011, hlm 3-4) 1 2 UNSUR-UNSUR DALAM PERJANJIAN 1. Unsur Esensialia Unsur esensialia dalam perjanjian mewakili ketentuan-ketentuan berupa prestasi-prestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu atau lebih pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang membedakannya secara prinsip dari jenis lainnya. ( Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Rajagrafindo Persada, Jakarta:2002, hlm 85) 2. Unsur Naturalia Unsur naturalia adalah yang telah diatur dalam undang-undang. Dengan demikian apabila tidak diatur oleh para pihak dalam perjanjian maka undang-undanglah yang mengaturnya. Jadi unsur naturalia merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam perjanjian.( R.Soeroso, Perjanjian Dibawah Tangan, Sinar Grafika, Jakarta:2010, hlm 17) 3. Unsur Aksidentalia Unsur aksidentalia adalah unsur yang nanti ada atau mengikat para pihak jika para pihak memperjanjikannya. ASAS-ASAS PERJANJIAN 1. Asas Kebebasan Berkontrak (Pasal 1338 KUHPerdata) 2. Asas Konsensualisme(Pasal 1320 KUHPerdata) 3. Asas Kepribadian(Pasal 1315KUHPerdata) 4. Asas Keseimbangan 5. Asas Kepastian Hukum (Pasal 1388 ayat (1) KUHPerdata) 6. Asas Moral(Pasal 1354& 1339 KUHPerdata) 7. Asas Kepatutan (Pasal 1339 KUHPerdata). (I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta:2016, hlm 47-48 ) 3 4

SYARAT SAHNYA PERJANJIAN Syarat sah suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata ada 4 (empat), yaitu: 1)Adanya kesepakatan dari para pihak; 2)Cakap untuk membuat suatu perjanjian; 3)Mengenai suatu hal tertentu; 4)Suatu sebab yang halal. Dua syarat yang pertama dinamakan syarat-syarat subyektif, karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat obyektif karena mengenai perjanjian sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. (Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 2005, hlm 17) Apabila syarat subyektif dalam suatu perjanjian tidak terpenuhi, maka perjanjiannya dapat dimintakan pembatalan (canceling) oleh salah satu pihak. Pihak ini adalah pihak yang tidak cakap menurut hukum(orang tua atau walinya, ataupun ia sendiri apabila ia sudah menjadi cakap), dan pihak yang memberikan perizinannya atau menyetujui perjanjian itu secara tidak bebas). Apabila syarat obyektif dalam suatu perjanjian tidak terpenuhi,maka perjanjiannya adalah batal demi hukum. Dalam hal yang demikian, secara yuridis dari semula tidak ada suatu perjanjian dan tidak ada pula suatu perikatan antara orang-orang yang bermaksud membuat perjanjian itu. (Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 2005, hlm 22) 5 AKIBAT SUATU PERJANJIAN 1. Berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338 ayat(1) KUH Perdata), asas janji itu mengikat. 2. Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya (Pasal 1340 KUH Perdata) dan perjanjian dapat mengikat pihak ketiga apabila telah diperjanjikan sebelumnya (Pasal 1317 KUH Perdata). 3. Konsekuensinya para pihak dalam perjanjian tidak dapat secara sepihak menarik diri dari akibat-akibat perjanjian yang dibuat oleh mereka(pasal 1338 ayat(2) KUH Perdata). 4. Perjanjian dapat diakhiri secara sepihak jika ada alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu (Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata), yaitu seperti termuat dalam Pasal 1571, Pasal 1649, Pasal 1813 KUH Perdata. 5. Dalam pelaksanaan suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik (Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata). (R.Soeroso, Perjanjian Di Bawah Tangan (Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi Hukum),Sinar Grafika,2011,hlm 19-21) 6 PERJANJIAN BERDASAR PRESTASINYA 1. PERJANJIAN SEPIHAK ATAU CUMA CUMA Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja, sedang pihak lainnya hanya ada hak saja. Perjanjian Cuma-Cuma adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak lain tanpa menerima manfaat bagi dirinya sendiri. (Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, hlm. 18). Secara garis besar perjanjian sepihak dan perjanjian Cuma-Cuma mempunyai pengertian yang sama. Syarat sahnya perjanjian Syarat-syarat sahnya perjanjian sepihak atau cuma-cuma mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata Namun secara khusus akibat hukum bagi para pihak dalam perjanjian sepihak adalah : Hanya satu pihak saja yang mempunyai kewajiban untuk memenuhi prestasi pihak lainnya tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhi kontrak prestasi karena hanya sepihak saja. Misalnya perjanjian hibah. Dalam hibah ini kewajiban hanya ada pada orang yang menghibahkan yaitu memberikan barang yang dihibahkan sedangkan penerima hibah tidak mempunyai kewajiban apapun. Penerima hibah hanya berhak menerima barang yang dihibahkan tanpa berkewajiban apapun kepada orang yang menghibahkan. 7 Contoh Perjanjian sepihak Yang Dibuat Oleh Notaris adalah hibah tanah: 8

2. PERJANJIAN TIMBAL BALIK Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban-kewajiban pada kedua belah pihak dan hak serta kewajibannya itu mempunyai hubungan satu dengan yang lain. (Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, hlm. 18) Syarat-syarat Sahnya Secara umum syarat-syarat perjanjian timbal balik mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata Namun secara khusus akibat hukum bagi para pihak dalam perjanjian timbal balik adalah : Salah satu pihak harus melaksanakan prestasi dan pihak lainnya harus melaksanakan kontra prestasi. Kedua belah pihak masing-masing harus memenuhi kewajibankewajibannya. Misalnya dalam perjanjian jual beli, pihak penjual mempunyai kewajiban pokok menyerahkan barang yang dijualnya, dipihak lain pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar harga yang telah disepakati. 9 Contoh Perjanjian Timbal Balik Yang Dibuat Oleh Notaris adalah perjanjian jual beli : 10 PERJANJIAN BERDASAR WAKTU TERJADINYA 1. PERJANJIAN RIIL Perjanjian rill adalah perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi penyerahan barang. (I Ketut Oka setiawan: 2016) Perjanjian ini tidak hanya mensyaratkan kata sepakat, tetapi juga sekaligus penyerahan objek perjanjian riil, penyerahan barang bukanlah prestasi, melainkan unsur tidak terpisahkan dari perjanjian riil. (Herlien Budiono: 2014) Syarat-syarat sahnya perjanjian Syarat-syarat sahnya perjanjian rill mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata, perjanjian ini berlaku ketika ada PENYERAHAN obyek. Akibat Hukum Perjanjian Riil Mengikat para pihak, hal ini merupakan asas umum hukum kontrak dalam ketentuan Pasal 1315 KUHPerdata jo. Pasal 1340 KUHPerdata yang menetapkan bahwa suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya. Akibat hukum perjanjian riil apabila kesepakatan tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan, selain itu perlu adanya penyerahan (Levering) atas obyek yang diperjanjikan sehingga apabila obyek tersebut tidak diserahkan kepada pihak lain yag bersama-sama membuat suatu perjanjian maka perjanjian batal demi hukum 11 Contoh Perjanjian Riil Yang dibuat oleh Notaris 12

- Berdasarkan contoh diatas, perjanjian penitipan barang (*mobil) terjadi apabila seseorang menerima sesuatu barang dari orang lain dengan syarat bahwa ia menyimpan dan mengembalikannya dalam wujud asalnya (Pasal 1694 KUHPerdata). Perjanjian ini akan terbentuk ketika barang telah diserahkan (Pasal 1697 KUHPerdata). - Dalam akta tersebut setelah komparisi ditegaskan adanya penyerahan barangnya yaitu obyek yang diperjanjikan, frasa tersebut merupakan unsur dari perjanjian riil. - Penyerahan obyek perjanjian termasuk unsur essensialia dari Perjanjian Penitipan Barang. 2.PERJANJIAN KONSENSUIL Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, di mana bila telah mencapai persesuaian (persetujuan) kehendak untuk mengadakan perikatan. (I Ketut Oka Setiawan:2016) Berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata perjanjian mempunyai kekuatan mengikat bagi para pihak bagaikan Undang-Undang. Salah satu asas hukum umum dalam perjanjian bahwa terbentuknya perikatan cukup dengan adanya kata sepakat.(herlien Budiono:2014) Syarat sahnya perjanjian konsensuil mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata Akibat Hukum Perjanjian Konsensuil Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang diawali dengan kesepakatan kedua belah pihak yang melakukan perjanjian tersebut. Apabila syarat kesepakatan sebagai syarat utama tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut Dapat Dibatalkan. Apabila para pihak telah sepakat untuk melakukan perjanjian maka para pihak harus memenuhi kewajibannya masing-masing, dan mendapat haknya masing-masing sesuai hal yang diperjanjikan serta Mengikat para pihak layaknya Undang-Undang 13 14 Contoh Perjanjian Konsensuil yang Dibuat Oleh Notaris Berdasarkan contoh tersebut dalam akta sewa menyewa, yang artinya para pihak yang menyewakan sepakat untuk melakukan perjanjian sewa menyewadenganpihakpenyewa. Para pihaksepakatmembuatperjanjiandalambentukaktaotentik di notaris Frasa perjanjian sewa menyewa ini telah dilakukan dan diterima dengan penetapan-penetapan dan ketentuan-ketentuan, maka para pihak telah sepakat menundukan diri terhadap perjanjian tersebut 15 16

3.PERJANJIAN FORMIL a. Perjanjian formil adalah suatu perjanjian yang tidak hanya harus memenuhi asas konsensus, tetapi juga harus dituangkan dalam suatu bentuk tertentu yang telah ditentukan oleh undang-undang atau harus disertai dengan formalitas tertentu (I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta:2016, hlm 54) b. Syarat-syarat sah dari Perjanjian Formil mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata c. Contoh: Contoh dari Perjanjian formil adalah perjanjian yang harus dibuat dalam bentuk autentik misal perjanjian kuasa pembebanan hak tanggungan, pembebanan jaminan fidusia, hibah bangunan, perjanjian kawin, pendirian perseroan terbatas, perjanjian perdamaian. 17 18 PERJANJIAN BERDASAR PENGATURANNYA Contoh perjanjian bernama 1. Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Perjanjian bernama Perjanjian bernama (perjanjian nominaat) perjanjian yang diatur secara khusus oleh undang-undang. (Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, PT. Penerbit Djambatan, Jakarta, 2008, hlm. 336) Syarat sahnya perjanjian bermana mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata Contohnya: perjanjian jual-beli ( pasal 1457 KUHPerdata), perjanjian tukar menukar ( Pasal 1541 KUHPerdata ), perjanjian sewa-menyewa ( Pasal 1548 KUHPerdata), Perjanjian kerja ( Pasal 1601 KUHPerdata), Persekutuan ( Pasal 1618 KUHPerdata), Hibah ( Pasal 1666 KUHPerdata) 19 20

2. Di Luar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Perjanjian Tidak Bernama/Perjanjian di luar KUH Perdata a. Perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata atau perjanjian yang diatur di luar KUH Perdata (Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm 36) b. Syarat-Syarat Sahnya Syarat sah perjanjian tidak bernama mengacu pada Pasal 1320 KUH Perdata sebagaimana tercantum dalam Pasal 1319 KUH Perdata semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam babinidanbabyanglain. Contoh perjanjian tidak bernama yang disusun oleh Notaris adalah leasing (sewa guna usaha), perjanjian kredit, dan 21 perjanjian jaminan fidusia. Contoh Perjanjian Tidak Bernama: 22 3. Perjanjian Campuran Perjanjian Campuran adalah sering kali kita menemukan suatu perjanjian yang mengombinasikan ketentuan- ketentuan dari dua atau lebih perjanjian bernama yang berbeda-beda..(herlien Budiono, Ajaran umum hukum perjanjian dan penerapannya di bidang kenotariatan, citra aditya bakti, bandung, 2014, hlm 40) Syarat sahnya perjanjian campuran mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata Contoh Perjajian pondokan(rumah kos), perjanjian sewa beli 23 24

Daftar Pustaka Herlien Budiono, 2014, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Herlien Budiono, 2014, Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. I Ketut Oka Setiawan, 2016, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta Timur. Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja,2002, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Rajagrafindo, Jakarta. Qirom syamsudi, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian beserta Perkembangannya, liberty, Yogyakarta R.Soeroso, 2011, Perjanjian Di Bawah Tangan (Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi Hukum), Sinar Grafika. Subekti, Aneka Perjanjian (cetakan kesepuluh), citra aditya bakti, Bandung Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta Subekti, 2011, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta Daftar Pertanyaan 1.Apa bedanya antara sewa beli dengan jual beli angsuran? (Himawan Sutanto, NIM. 166010200111048, Absen: 10) 2.Apa maksud dari asas keseimbangan? (Adhisti Friska Paramita, NIM. 166010200111055, Absen: 16) 3.Apakah orang asing dapat memberi dan menerima jaminan fidusia? (Angelica Saulina, NIM. 166010200111062, Absen: 23) 4.Apa yang dimaksud dengan perjanjian pemondokan (kos-kosan)? (Andi Moh Era Wirambara, NIM. 166010200111074, Absen: 31) 5.Apakah hibah dapat ditarik kembali?(pertanyaan dari Ibu Afifah) 25 26 Daftar Jawaban 1. Sewa beli adalah suatu macam jual beli percampuran dengan sewa-menyewa,bisa dikategorikan juga sebagai salah satu bagian dari perjanjian jual beli angsuran, namun terdapat beberapa perbedaan, yaitu dari: -pengalihan hak milik atas obyek dan hakekat pembayaran -jika jual beli angsuran barang sudah diserahkan kepada pembeli namun kedudukan pembeli lebih lemah karena terdapat bunga yang harus dibayarkan -jika sewa beli penyewa beli kedudukannya memikul resiko atas barang meskipun barang hak miliknya belum beralih kepada si penyewa beli (Fanny Landriani Rossa, NIM. 166010200111039, Absen: 2) 2. Asas keseimbangan ini adaalah asas yang menghendaki dan melaksanakan perjanjian itu, asas ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan. Contohnya seperti kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul beban untuk melaksanakan perjanjia itu dengan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur da debitur seimbang. Asas ini tidak dapat diterapkan pada semua perjanjian misalnya pada perjanjian hibah karena sifatnya merupakan perjanjian sepihak.(arlita Shinta Larasati, NIM. 16601020011150, Absen: 12) 3. Pemberi dan penerima jaminan fidusia adalah subjek jaminan fidusia, secara eksplisit tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia apakah subjek jaminan fidusia tersebut dipengaruhi oleh kewarganegaraan seseorang atau tidak. Jadi tidak ada larangan apakah warga negara asing memberi dan menerima jaminan fidusia. Orang asing diperbolehkan menjadi pemberi dan penerima jaminan fidusia. (Dwi Ayu Rachmawati, NIM. 166010200111038, Absen: 1) 27 4. Perjanjian pondokan (rumah kos) termasuk perjanjian campuran karena didalamnya memuat ketentuan-ketentuan tentang perjanjian sewa (kamar), jual beli (bila berikut menyediakan makan), dan perjanjian untuk melakukan pekerjaan. Disebut perjanjian campuran karena didalamnya terdapat dua unsur perjanjian yaitu perjanjian sewa kamar kos dan jual beli apabila menyediakan makanan.(arum Dewi Azizah Salsabila, NIM. 166010200111063, Absen: 24) 5. Hibah tidak dapat ditarik kembali, berdasarkan Pasal 1666 KUHPerdata yang menyatakan bahwa Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan Cuma-Cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu Selain itu, Pasal 1688 KUHPerdata memperjelas bahwa Suatu hibah tidak dapat ditarik kembali maupun dihapuskan karenanya, melainkan dalam hal-hal yang berikut: 1). Karena tidak dipenuhi syarat-syarat dengan mana penghibahan telah dilakukan; 2). Jika si penerima hibah telah bersalah melakukan atau membantu melakukan kejahatan yang bertujuann mengambil jiwa si penghibah atau suatu kejahatan lain terhadap si penghibah; 3). Jika ia menolak memberikan tunjangan nafkah kepada si penghibah, setelah orang ini jatuh dalam kemiskinan. Maka dari itu, Hibah tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi hibah. (Gibtha Wilda Permatasari, NIM. 166010200111073, Absen: 30) 28