BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIS. dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran. memembayar pengeluaran-pengeluaran umum (Supramono, 2010).

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA)

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KUP NPWP DAN SPT. Amanita Novi Yushita, M.Si

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 28

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cara Perpajakan (KUP), pengertian pajak adalah : Menurut Adriani dalam Purwono (2010 : 7) pengertian pajak yaitu :

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan yang sama yaitu merumuskan pertain pajak sehingga mudah dipahami.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (1995;1013), patuh

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/ PMK.03/2007

: Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Secara Elektronik : Ni Putu Putri Yuliana Dewi ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 03 /PJ/2015 TENTANG

NPWP dan Pengukuhan PKP

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep, Konstruk Dan Variabel Penelitian. Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

TERHADAP EFISIENSI PENGISIAN SPT MENURUT PERSEPSI WAJIB PAJAK: SURVEY TERHADAP PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA MAJALAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMPILASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN (KUP)

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengaruh dalam adalah sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-160/PJ/2006 TENTANG

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

PENDAHULUAN BAB I. terus berupaya dalam memaksimalkan potensi pajak untuk memenuhi APBN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN NOMOR SE-62/PJ/2013 TENTANG

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. terbukti bahwa pada pendapatan negara sebesar Rp Triliun bersumber

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan.

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan Pph Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAGIAN 1 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. e-registration melalui laman Direktorat Jenderal Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

Analisis Penggunaan e-spt Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada CV Serasan Sekundang Mandiri Di Muara Enim

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah: Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut P.J.A. Andriani dalam Waluyo (2011: 2) pengertian pajak sebagai berikut: Pajak adalah iuran kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Pajak dari persepektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat. Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai commit pengalihan to user sumber dari sektor swasta ke 10

digilib.uns.ac.id 11 sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak: 1. Pemungutan pajak berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment. B. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Adapun beberapa definisi Pajak Pertambahan Nilai antara lain sebagai berikut: a. Menurut Penjelasan atas UU No.42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan distribusi. b. Menurut Waluyo (2009) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah merupakan Pajak yang dikenakan

digilib.uns.ac.id 12 atas konsumsi di dalam negeri (di dalam Daerah Pabean), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. 2. Dasar Hukum PPN Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai adalah UU Nomor 8 tahun 1983 kemudian diubah menjadi UU Nomor 11 tahun 1994, dan yang terakhir diubah lagi dengan UU Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Aturan pelaksanaan terakhir di atur pada UU Nomor 42 tahun 2009. Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dikenakan atas penyerahan barang/jasa kena pajak di daerah pabean yang dilakukan oleh pabrikan, penyalur utama atau agen utama, importer, pemegang hak paten/merek dagang dari barang/jasa kena pajak tersebut atau Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dikenakan atas konsumsi barang atau jasa di dalam daerah pabean oleh orang pribadi atau oleh badan. Daerah Pabean adalah Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai Kepabeanan. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, dimana pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau

digilib.uns.ac.id 13 dengan kata lain, penanggung pajak tidak menyetorkan langsung pajak yang ditanggung. 3. Ciri Khas PPN Berdasarkan Undang-undang No. 42 tahun 2007 Pasal 13 ciri-ciri khas PPN adalah sebagai berikut: a. Pengenaan PPN dilaksanakan Berdasarkan Sistem Faktur b. Setiap terjadinya Pnyerahan BKP/JKP, wajib dibuatkan Faktur Pajak. Faktur Pajak merupakan bukti bukti pungutan PPn dimana Faktur Pajak bagi Penjual merupakan bukti Pajak Kluaran dan Faktur Pajak bagi Pembeli merupakan bukti Pajak Masukan. Menurut Undang-Undang PPN No.42 Tahun 2009 Pasal 1: Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan Jasa Kena Pajak. Secara umum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terdiri dari dua komponen yaitu Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Menurut Undang-Undang PPN No.42 Tahun 2009 Pasal 1: 1. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau Impor Barang Kena Pajak.

digilib.uns.ac.id 14 2. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahaan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak. Dapat disimpulkan atau diambil secara garis besar nya bahwa Pajak Masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya, sedangkan Pajak Keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya. 4. Saat Penyetoran dan Pelaporan PPN Menurut Resmi (2011: 24) Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Penyetoran PPN dilakukan dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak. Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak dilakukan pling akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. C. Surat Pemberitahuan (SPT) 1. Pengertian SPT Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut undang-undang No. 28 tahun 2007 mengenai KUP Pasal 1 angka 11 adalah surat yang

digilib.uns.ac.id 15 oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Adapun tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 80 tahun 2007. Dengan kata lain SPT merupakan sarana bagi wajib pajak, antara lain untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak dan pembayarannya. Dalam rangka keseragaman dan mempermudah pengisian serta pengadministrasiannya, bentuk dan isi SPT, keterangan, dokumen yang harus dilampirkan serta cara yang digunakan untuk menyampikan SPT diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. 2. Fungsi SPT Suhartono dan Ilyas, 2010: 34 menyatakan bahwa bagi pengusaha Kena Pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam 1

digilib.uns.ac.id 16 (satu) masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya. Pengertian mengisi SPT dimaksudkan yaitu mengisi SPT dalam bentuk kertas dan/atau dalam bentuk elektronik dengan benar, lengkap, jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan yang dimaksud dengan istilah benar, lengkap, dan jelas dalam pengisian SPT adalah: a. Benar yaitu benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Lengkap yaitu memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan Objek Pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan. c. Jelas yaitu melaporkan asal-usul atau sumber dari Objek Pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT. Dalam rangka memberikan pelayanan dan kepada Wajib Pajak, formulir SPT disediakan di kantor-kantor DJP dan tempat-tempat lain yang ditentukan oleh DJP yang diperkirakan mudah terjangkau Wajib

digilib.uns.ac.id 17 Pajak. Pengambilan SPT dengan cara lain juga dapat dilakukan Wajib Pajak dengan mengakses situs DJP. Penegasan pada pasal 3 ayat (2) untuk setiap Wajib Pajak yang wajib mengisi SPT dan Wajib Pajak yeng telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah, mengambil sendiri SPT atau mengambil dengan cara lain yang tata caranya diatur oleh Menteri Keuangan. Sedangkan masalah penandatangan SPT dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau digital, semuanya mempeunyai kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan biasa (pengaturannya didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan). 3. Jenis SPT SPT dapat berbentuk formulir kertas (hardcopy) atau e-spt berdasarkan waktu pelaporan, SPT dibedakan menjadi dua, yaitu: a. SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam satu masa pajak. b. SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak 4. Pengisian, Penyampaian, Prosedur Penyelesaian, dan Pembetulan SPT

digilib.uns.ac.id 18 a. Pengisian dan Penyampaian SPT Setiap wajib pajak mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak terdaftar/dikukuhkan. Wajib pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan matau uang selain rupiah yang diizinkan. Wajib pajak mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya. Dalam hal ini wajib pajak menunjuk seorang kuasa khusus untuk mengisi dan manandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada SPT. Sedangkan untuk wajib pajak badan SPT harus ditandatangani oleh pengurus/direksi. SPT disampaikan langsung oleh wajib pajak ke KPP tempat wajib pajak terdaftar harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang ditunjuk dan kepada wajib pajak diberi bukti penerimaan. Penyampaian SPT dapat dikirimkan melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat atau dengan cara lain yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

digilib.uns.ac.id 19 b. Prosedur Penyelesaian SPT Menurut Mardiasmo (2011: 68) prosedur penyelesaian SPT adalah: 1) Wajib Pajak sebagaimana yang telah diatur, harus mengambil sendiri SPT di tempat yang telah ditetapkan DJP atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Wajib pajak dapat mengambil SPT dengan cara lain, misalnya dengan mengakses situs DJP untuk memperoleh formulir SPT tersebut. 2) Setiap Wajib Pajak mengisi wajib SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan menandatangani serta menyampaikan ke kantor DJP tempat wajib pajak terdaftar/dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh DJP. 3) Wajib Pajak yang mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan uang selain Rupiah yang diizinkan.

digilib.uns.ac.id 20 4) Penandatanganan SPT dapat dilakukan secara biasa dengan tandatangan stempel atau tandatangan elektronik/digital, yang semuanya memiliki kekuatan hukum yang sama. 5) Bukti-bukti yang harus dilampirkan dalam SPT, antara lain: a) Untuk wajib pajak yang mengadakan pembukuan: Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung berdasarkan Penghasilan Kena Pajak. b) Untuk SPT Masa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar Pengenaan Pajak/jumlah Pajak Keluaran, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan jumlah kekurangan/kelebihan pajak. c) Untuk wajib pajak yang menggunakan norma perhitungan: perhitungan jumlah peredaran yang terjadi dalam tahun pajak yang bersangkutan. c. Pembetulan SPT Apabila dalam pengisian SPT ternyata terdapat kesalahan, maka wajib pajak atas kemauan sendiri dapat membetulkan sendiri dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu dua tahun setelah saat terutang atau berakhirnya masa pajak, dengan syarat:

digilib.uns.ac.id 21 1) DJP belum melakukan tindakan pemeriksaan. Pembetulan SPT berakibat pajak yang terutang menjadi lebih besar, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan atau jumlah pajak yang kurang bayar, dihitung sejak penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran pembetulan SPT. 2) Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan tetapi belum dilakukan tindakan penyelidikan. Selanjutnya wajib pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 (dua) kali jumlah pajak yang kurang bayar. Sekalipun jangka waktu pembetulan SPT telah berakhir, dengan syarat DJP belum menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), wajib pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkannya dalam suatu laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT atas pengungkapan wajib pajak, hal ini menimbulkan akibat sebagai berikut: 1) Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar/lebih kesil; atau 2) Rugi berdasarkan ketentuan perpajakn menjadi lebih kecil/lebih besar; atau

digilib.uns.ac.id 22 3) Jumlah harta menjadi lebih besar/lebih kecil; atau 4) Jumlah modal menjadi lebih besar/lebih kecil. Pajak yang kurang bayar timbul sebagai akibat pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT tersebut, beserta sanksi administrasi berupa kenaikan 50% (lima puluh persen) dari pajak yang kurang bayar, harus dilunasi sebelum laporan disampaikan. 5) Batas Waktu dan Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT a. Batas Waktu Penyampaian SPT Batas penyampaian SPT dalam pasal 3 ayat 3 UU No. 28 tahun 2007 tentang KUP adalah: 1) Untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak. 2) Untuk SPT Tahunan PPh wajib pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak. 3) Untuk SPT Tahunan PPh wajib pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak. b. Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Sekalipun batas waktu penyampaian SPT telah ditetapkan, tetapi wajib pajak dapat memperpanjang waktu penyampaian SPT tahunan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara mengajukan surat permohonan perpanjangan batas waktu penyampaian SPT Tahunan kepada DJP disertai:

digilib.uns.ac.id 23 1) Alasan-alasan penundaan penyampaian SPT Tahunan. 2) Surat pernyataan perhitungan sementara pajak yang terutang dalam satu tahun pajak. 3) Bukti pelunasan kekurangan pembayaran yang terutang menurut perhitungan sementara tersebut. 6) Sanksi Administrasi dan Pidana Terkait SPT Wajib pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana sebagai berikut: a. Pasal 7 UU No. 28 tahun 2007 tentang KUP, disebutkan bahwa: Apabila wajib pajak terlambat menyampaikan SPT sampai batas jangka waktu yang ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda: 1) SPT Tahunan PPh orang pribadi sebesar Rp100.000,00. 2) SPT Tahunan PPh badan sebesar Rp1.000.000,00. 3) SPT Masa PPN sebesar Rp500.000,00. 4) SPT Masa lainnya sebesar Rp100.000,00. b. Pasal 13A UU No. 28 tahun 2007 tentang KUP, disebutkan bahwa apabila kealpaan tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapt menimbulkan kerugian pada pendapatan negara yang dilakukan pertama kali tidak dikenai sanksi padana, tetapi

digilib.uns.ac.id 24 dikenakan sanksi administrasi 200% dari pajak yang kurang bayar. Sedangkan kealpaan yang kedua akan didenda paling sedikit 1 (satu) kali dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak/kurang bayar atau dipidana kurungan paling singkat 2 (dua) bulan/paling lama 1 (satu) tahun. c. Pasal 39 UU No. 28 tahun 2007 tentang KUP, disebutkan bahwa apabila wajib pajak dengan sengaja tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen termasuk hasil pengolahan data elektronik, akan dikenakan: 1) Sanksi pidana denda paling sedikit 2 (dua) kali paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak/kurang bayar atau dipidana penjara paling sedikit 6 (enam) bulan atau paling lama 6 (enam) tahun. 2) Pidana untuk kedua kali ditambahkan satu kali menjadi dua kali sanksi diatas. 3) Percobaan penyalahgunaan NPWP atau PKP menyampaikan SPT yang tidak benar/lengkap dalam rangka restitusi/kompensasi/pengkreditan pajak, dipidana penjara paling sedikit 6 (enam) bulan, paling lama 2 (dua) tahun dan didenda paling sedikit 2 (dua) kali paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak/kurang bayar.

digilib.uns.ac.id 25 D. Surat Pemberitahuan Elektronik (e-spt) 1. Pengertian e-spt Dalam mewujudkan sistem administrasi perpajakan modern, pemerintah menyediakan aplikasi yang dapat digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan pengisian dan pelaporan SPT secara cepat, tepat dan akurat. Menurut Pandiangan (2008: 35) yang dimaksud dengan e-spt adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer, sedangkan e- SPT menurut DJP adalah Surat Pemberitahuan beserta lampiranlampirannya dalam bentuk digital dan dilaporkan secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer yang digunakan untuk membantu wajib pajak dalam melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Aplikasi e-spt merupakan aplikasi yang diberikan secara cumacuma oleh DJP kepada wajib pajak. Dengan menggunakan aplikasi e- SPT, wajib pajak dapat merekam, memelihara dan men-generate data digital SPT serta mencetak SPT besrta lampirannya. 2. Tata Cara Pelaporan e-spt Tata cara pelaporan e-spt adalah sebagai berikut:

digilib.uns.ac.id 26 a. Wajib Pajak melakukan instalasi aplikasi e-spt pada sistem komputer yang digunakan untuk keperluan administrasi perpajakan. b. Wajib Pajak menggunakan e-spt untuk merekam data-data perpajakan yang akan dilaporkan, antara lain: 1) Data identitas wajib pajak pemotong/pemungut dan identitas wajib pajak yang dipotong/dipungut seperti NPWP, nama, alamat, kode pos, nama KPP, pejabat penandatangan, kota, format nomor bukti potong/pungut, nomor awal bukti potong/pungut, kode kurs mata uang yang digunakan. 2) Bukti pemotongan/pemotongan PPh. 3) Faktur pajak. 4) Data perpajakan yang terkandung dalam SPT. 5) Data Surat Setoran Pajak (SSP) seperti masa pajak, tahun pajak, tanggal setor, Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), Kode Akun Pajak/Kode Jenis Setoran (KJS) dan jumlah pembayaran pajak. c. Wajib Pajak yang telah memiliki sistem administrasi keuangan/perpajakan sendiri dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki wajib pajak ke dalam e-spt dengan mengacu kepada format data yang sesuai dengan e-spt.

digilib.uns.ac.id 27 d. Wajib Pajak mencetak bukti potong/pungut dengan menggunakan e-spt dan menyampaikannya kepada pihak yang dipotong/dipungut. e. Wajib Pajak menandatangani SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan e-spt. f. Wajib Pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan e- SPT dan disimpan dalam media elektronik (CD, flash disk). g. Wajib Pajak menyampaikan e-spt ke KPP tempat wajib terdaftar dengan cara: 1) Secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa kurir ekspedisi/kurir dengan bukti pengiriman surat, dengan membawa atau mengirimkan formulir induk SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan e-spt yang telah ditandatangani dan file data SPT yang tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib dilampirkan; atau 2) Melaui e-filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku. h. Atas penyampaian e-spt secara langsung diberikan tanda penerimaan surat dari TPT sedangkan penyampaian e-spt melalui pos atau jasa ekspedisi/kurir bukti pengiriman surat dianggap sebagai tanda terima SPT. i. Atas penyampaian melalui e-filling diberikan bukti penerimaan elektronik.

digilib.uns.ac.id 28 3. Tujuan e-spt E-SPT memiliki tujuan, antara lain: a. Penerapan sistem administrasi modern perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dapat diukur dan dipantau, mengingat pada sistem tradisional sangat sulit dilakukan. b. Penerapan sistem administrasi modern perpajakan yang meliputi penerapan e-spt terhadap efisiensi menurut wajib pajak dapat ditelaah dan dikaji untuk pencapaian tujuan bersama. c. Sebagai informasi dan bahan evaluasi dan penerapan sistem administrasi modern perpajakan sehingga dapat mendorong digilirkannya reformasi administrasi perpajakan jangka menengah oleh DJP yang menjadi prioritas dalam reformasi perpajakan terutama dalam melanjutkan penerapan sistem administrasi modern perpajakan pada kantor-kantor pajak lainnya di seluruh Indonesia. d. Sebagai informasi yang perlu diperhatikan bagi DJP dalam memahami aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak sehingga merupakan salah satu tujuan dari modernisasi perpajakan melalui penerapan sistem administrasi modern perpajakan. e. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat perpajakan di Indonesia. f. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat baik secara umum maupun secara khusus sehingga dapat mendorong

digilib.uns.ac.id 29 kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan di Indonesia. 4. Jenis, Tata Cara Penggunaan dan Fasilitas e-spt a. Jenis e-spt Jenis-jenis e-spt adalah sebagai berikut: 1) e-spt Masa PPh Aplikasi yang tersedia adalah i-spt Masa PPh 21 1721 sesuai PER-53/PJ/2009. 2) e-spt Tahunan PPh Saat ini tersedia e-spt Tahunan PPh Badan 1171 sesuai PER- 39/PJ/2009. 3) e-spt Masa PPN aplikasi yang tersedia adalah e-spt Masa PPN 1111 mulai tahun 2011. b. Tata Cara Penggunaan e-spt Menurut keputusan Dirjen Pajak KEP-383/PJ/2002 tentang tata cara dalam penggunaan e-spt oleh setiap wajib pajak adalah: 1) WP melakukan instalasi e-spt pada sistem computer. Aplikasi dapat diperoleh dari Account Representative (AR) masingmasing atau installer e-spt. 2) WP menggunakan e-spt untuk merekam data-data antara lain identitas WP, bukti potong, faktur pajak, dan data perpajakan lain.

digilib.uns.ac.id 30 3) WP yang telah memiliki sistem administrasi keuangan/perpajakan masing-masing dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki ke dalam e-spt dengan berpedoman kepada format data sesuai dengan aplikas e-spt. 4) WP mencetak bukti pemotongan/pemungutan dengan menggunakan e-spt dan menyampaikannya kepada pihak yang dipotong atau dipungut. 5) WP mencetak formulir induk SPT menggunakan e-spt. 6) WP menandatangani formulir hasil cetakan e-spt. 7) WP membentuk data e-spt dengan menggunakan e-spt dan disimpan dalam media computer (CD/flash disk) 8) WP melaporkan SPT dengan menggunakan media elektronik ke KPP dengan membawa formulir induk SPT hasil cetakan e-spt yang telah ditandatangani beserta file dan SPT yang tersimpan dalam media computer. c. Fasilitas e-spt PPN Fasilitas yang tersedia dalam e-spt Masa PPN sebagai berikut: 1) Perekaman data SPT beserta lampirannya Sistem e-spt menyediakan fasilitas perekaman data SPT dan lampirannya dan melakukan perhitungan-perhitungan secara otomatis pada saat perekaman serta sinkronisasi data lampiran dan SPT induk

digilib.uns.ac.id 31 2) Perekaman data SPT Pembetulan beserta lampirannya Sistem e-spt menyediakan fasilitas untuk melakukan perekaman SPT Pembetulan. 3) User Profile Sistem e-spt memiliki kemampuan untuk mengatur profil masing-masing pengguna sesuai tanggung jawabnya. 4) Memelihara data Wajib Pajak Sistem e-spt memiliki fasilitas untuk merekam dan memelihara data wajib pajak lawan transaksinya. 5) Impor data lampiran Sistem e-spt memiliki kemampuan untuk mengimpor data faktur pajak dengan format tertentu, yang dihasilkan oleh sistem yang digunakan Wajib Pajak atau data faktur pajak hasil ekspor dari terminal sistem e-spt lainnya. 6) Generate data digital SPT Untuk menghasilkan data digital SPT yang akan diberikan ke KPP dalam bentuk CD atau flash disk atu dikirimkan secara online. d. Tata Cara Penyampaian, Prosedur Penyampaian dan Pembetulan e-spt

digilib.uns.ac.id 32 1) Tata Cara Penyampaian e-spt Menurut Modul Sosialisasi oleh DJP, penyampaian e- SPT oleh wajib pajak ke KPP tempat wajib pajak terdaftar dapat dilakukan: a) Secara langsung/melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/kurir dengan bukti Pengiriman Surat dengan membawa/mengirimkan formulir Induk SPT dalam bentuk hasil cetakan e-spt yang telah ditandatangani dan file data SPT yang tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib dilampirkan; b) Melalui e-filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) Prosedur Penyampaian e-spt Prosedur Penyampaian berdasarkan PER-6/PJ/2009 mengenai Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan dalam Bentuk Elektronik adalah sebagai berikut: a) Wajib pajak melakukan instalasi e-spt pada sistem komputer yang digunakan untuk keperluan administrasi perpajakan. b) Wajib pajak menggunakan e-spt untuk merekam datadata perpajakan yang akan dilaporkan, antara lain : (1) Data identitas wajib pajak pemotong/pemungut dan identitas wajib pajak yang dipotong/dipungut seperti NPWP, nama, alamat, kode pos, nama KPP, pejabat

digilib.uns.ac.id 33 penandatangan, kota, format nomor bukti potong/pungut, nomor awal bukti potong/pungut, kode kurs mata uang yang digunakan. (2) Bukti pemotongan/pemotongan PPh. (3) Faktur pajak. (4) Data perpajakan yang terkandung dalam SPT. (5) Data Surat Setoran Pajak (SSP) seperti masa pajak, tahun pajak, tanggal setor, Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), Kode Akun Pajak/Kode Jenis Setoran (KJS) dan jumlah pembayaran pajak. c) Wajib Pajak yang telah memiliki sistem administrasi keuangan/perpajakan sendiri dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki wajib pajak ke dalam aplikasi e-spt dengan mengacu kepada format data yang sesuai dengan aplikasi e-spt. d) Wajib Pajak mencetak bukti potong/pungut dengan menggunakan aplikasi e-spt dan menyampaikannya kepada pihak yang dipotong/dipungut. e) Wajib Pajak menandatangani SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan aplikasi e-spt f) Wajib Pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan aplikasi e-spt dan disimpan dalam media elekronik (CD/flashdisk)

digilib.uns.ac.id 34 g) Wajib Pajak menyampaikan e-spt ke KPP tempat wajib terdaftar dengan cara : (1) Secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa kurir dengan bukti pengiriman surat, dengan membawa atau mengirimkan formulir induk SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan e-spt yang telah ditandatangani dan file data SPT yang tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib dilampirkan; atau (2) Melaui e-filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku. h) Atas penyampaian e-spt secara langsung diberikan tanda penerimaan surat dari TPT sedangkan penyampaian e-spt melalui pos atau jasa ekspedisi/kurir bukti pengiriman surat dianggap sebagai tanda terima SPT. i) Atas penyampaian melalui e-filling diberikan bukti penerimaan elektronik. 3) Tata Cara Pembetulan e-spt Menurut Modul Sosialisasi e-spt oleh DJP, cara pembetulan e-spt adalah:

digilib.uns.ac.id 35 a) Pembetulan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk elektronik (e-spt), wajib disampaikan dalam bentuk elektronik (e-spt). b) Pembetulan atas SPT yang disampaikan dalam bentuk kertas (hardcopy) dapat disampaikan dalam bentuk elektronik (e-spt) atau dalam bentuk kertas (hardcopy). E. Pengertian Efisien Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan beberapa pengertian untuk kata efisien, yaitu: 1. Tepat atau sesuai untuk mengerjakan/menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya. 2. Mampu menjalankan dengan tepat dan cermat, berdaya guna, dan tepat guna. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa efisien adalah melakukan sesuatu secara benar. Dengan kata lain, efisien lebih memperhitungkan jumlah pengorbanan/sumber daya yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan. F. E-Filing Berdasarkan peraturan DJP Nomor PER-06/PJ/2009 pengertian E- Filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT tahunan yang dilkukan secara on-line yang real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP)