STEVIA ISSN No Vol. I No. 01-Januari 2011

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Repositori FMIPA UNISMA

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan Sumber Bud Chips Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum) di Pottray

PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.)

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F.

I. PENDAHULUAN. Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.)

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) terhadap Pemberian Giberelin dan Pupuk TSP

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

BAB I PENDAHULUAN. minuman, terutama bahan pemanis buatan. Di samping harganya murah,

JurnalAgroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.6.No.1, Januari 2018 (3): 14-19

KEBERHASILAN TUMBUH RAGAM STEK TANAMAN TEH (Camellia sinensis, L.) PADA PENGGUNAAN LAMA SIMPAN URIN SAPI

PERTUMBUHAN BERBAGAI SETEK ASAL TANAMAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI IBA. Muliadi Karo Karo 1) ABSTRACTS

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (582) :

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.2, April 2017 (39):

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril)

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (564) :

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PERLAKUAN ROOTONE F PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG Aglaonema Donna Carmen

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

PENGARUH PEMBERIAN BAP (Benzil Amino Purin) DAN NAA (Naftalen Asam Asetat) TERHADAP MORFOGENESIS DARI KALUS SANSEVIERIA (Sansevieria cylindrica)

Respons Pertumbuhan Bud Set Tebu (Sacharum officinarum L.) Pada Beberapa Umur Bahan Tanam dan Konsentrasi IBA

Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain Laurentii pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

Penggunaan Pupuk pada Tanaman Bawang Merah

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3. Oleh :

Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Lama Perendaman Auksin pada Bibit Tebu Teknik Bud Chip

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN NU-CLEAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STRAWBERRY

PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN RAKIT

Pengaruh Berbagai Waktu Pemotongan Pucuk Bahan Setek dan Taraf Dosis Rootone F Terhadap Pertumbuhan Setek Pendek Panili (Vanilla Planifolia Andrews)

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

ISSN: AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

Pengaruh Penunasan dan Pemberian Pupuk NPK Phonska Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq)

PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN LIDAH BUAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN BIBIT MANGGIS ASAL SEEDLING(Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI IBA

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBELAHAN UMBI BIBIT PADA BEBERAPA JARAK TANAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

Farida Nur Hasanah*, Nintya Setiari* * Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA TEKNIK BUD CHIP TIGA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser) dengan Metode Stek Pucuk

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L)

Diterima 17 Juni 2007/Disetujui 28 November 2007 ABSTRACT

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UKURAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NAGA SKRIPSI

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) AKIBAT PERBEDAAN JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM

PENGARUH VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK Dendrobium undulatum

Kata Kunci : Klon kina, konsentrasi Rootone-F. Dikomunikasikan oleh: A. Nuraini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR

PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI ATONIK PADA PERTUMBUHAN SETEK BUAH NAGA BERDAGING MERAH (Hylocereus costaricensis (Web.) Britton & Rose) Oleh

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

PENGARUH PANJANG STEK AKAR DAN KONSENTRASI NATRIUM- NITROFENOL TERHADAP PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis F.)

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F PADA PERTUMBUHAN PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina Benth)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

Effect Iba (Indole Butyric Acid) and Naa Concentration(Naphthalene Acetic Acid) to The success of Cutting Red Betel (Piper Crocatum Ruiz and Pav.

BAB I PENDAHULUAN. Stevia rebaudiana Bertoni termasuk tanaman famili Asteraceae

Transkripsi:

Produksi Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M) Dengan Perlakuan Setek Dan Auksin Lisa Mawarni Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian USU ABSTRACT The objective of this experiment is to investigate the influence of length of cuttings as the stevia plant material and concentration levels of IBA (indolyl-3-butyric acid) that are used to the production of stevia plant. Used two-factor factorial design arranged in randomized block design with 3 replications. The first factor is the length of cuttings that is 3 cm, 5 cm, 7 cm and 9 cm. The second factor is the concentration of IBA were 0, 300 ppm and 600 ppm. Statistical analysis showed that differences in length of cuttings significantly affected plant height, leaf number and leaf dry weight. IBA concentration level was significantly different only on the number of roots. While the interaction of the two showed significant differences on plant height and leaf dry weight. Production of the stevia leaf dry weight was best obtained in treatment 5 cm long cuttings with IBA concentration of 600 ppm. Keywords: stevia, the length of cuttings, Indolyl-3-butyric acid Pendahuluan Salah satu tanaman yang dapat menghasilkan pemanis alami adalah stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M), yakni dari ekstrak daunnya. Di daerah asalnya Paraguay Amerika Selatan, penduduk asli (Indian) telah lama menggunakan tanaman ini sebagai bahan pemanis dan obat (Liz,1984). Tanaman ini termasuk suku Astereacea, tanaman tahunan, berbentuk perdu basah dengan tinggi 60-80 cm dan bercabang banyak. Tanaman stevia adalah tanaman hari pendek yang akan cepat berbunga bila panjang hari kurang dari 12 jam. Di Indonesia stevia tumbuh pada ketinggian antara 800-1500 m dpl, suhu udara 20-24 o C, curah hujan 1500-3000 mm/tahun (Wardhana, 1986; Wikipedia, 2008). Jenis tanah tempat asal tumbuhnya adalah terra-rosa dan latosol yang keduanya berkandungan fosfat rendah (Kawatani et.al, 1973). Stevia di Indonesia berasal dari Jepang dan Korea (Anonimus, 2008) Melalui proses ekstraksi daun stevia kering dihasilkan kristal glikosida yang terdiri dari beberapa komponen yaitu steviosida, steviolbiosida dan rebaudiosida A-E. Keseluruhan komponen ini disebut gula stevia atau steviose. Rahasia kemanisan stevia terletak pada molekul kompleksnya yang disebut steviosida yang merupakan glikosida disusun dari glukosa, sophorose dan steviol. Komponen utama stevisioda memiliki 200-300 kali kemanisan dari sukrose [1]

(gula tebu) bersifat rendah kalori dan non karsiogenik (Tjasadihardja, 1982 ; Atmawinata dkk, 1984). Sehingga tanaman ini dikenal dengan nama daun gula. Penelitian medis juga menunjukkan manfaat dari stevia dalam mengobati obesitas, tekanan darah, mencegah dan melawan diabetes, dan memiliki sifat anti-virus. Stevia lazim berfungsi sebagai pemanis alami untuk orang diet karbohidrat. Namun keengganan beberapa negara menggunakan stevia sebagai pemanis alami yang aman dicurigai ada unsur melindungi bisnis aspartam. Saat ini, rebiana merupakan nama dagang paten untuk gula stevia. Merupakan kerjasama The Coca-Cola Company dan Cargill, sebagai bahan aditif makanan di USA sejak 2009. Sementara di Jepang sudah lama digunakan. Stevia lebih manis dari pada pemanis merek Equal. Hanya terasa sedikit pahit bila terlalu banyak (Maiti and Purohit, 2008) Dirjen Perkebunan pada tahun 1984 pernah memproyeksikan bila produksi stevia sebesar 2000 kg daun kering/tahun/ha dengan kandungan pemanis 3-7 % maka produksi 1 hektar stevia/tahun dapat menggantikan 2,5 6 ha tebu. Masalah yang menyangkut budidaya tanaman ini diantaranya adalah perbanyakan. Perbanyakan tanaman stevia dapat dilakukan dengan biji, setek batang, pembelahan rumpun dan kultur jaringan (Farida, 1986). Perbanyakan dengan setek menjadi penting untuk mempertahankan klon unggul secara mudah dan sederhana, apabila bahan tanaman terbatas. Tirtoboma (1983) mengemukakan bahan tanaman yang terbaik untuk bahan setek adalah bagian pucuk sepanjang 4-6 ruas dengan tidak dirompes dan potongan batang dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan IBA 600 ppm. Di lapangan, setek yang berasal dari 4 sampai 6 ruas akan membentuk pertanaman yang sangat bervariasi. Maka perlu diteliti panjang setek yang terbaik dalam ukuran sentimeter sehingga menjamin pertanaman yang lebih seragam. Dalam penyetekan tanaman stevia diperlukan kelembaban dan suhu yang tinggi yakni antara 87-97 % dan suhu 25-29 o C sehingga dilakukan penutupan dengan sungkup plastik dan naungan (Balai Informasi Pertanian Ciawi, 1982) Persoalan paling utama dalam penyetekan adalah terbentuknya akar. Makin banyak akar yang terbentuk maka bibit yang diperoleh makin kuat (Harjadi, 1983). Faktor-faktor yang mempengaruhi perakaran adalah : 1) faktor tanaman yang mencakup kondisi fisiologis dan umur dari tanaman induk, adanya tunas dan daun pada setek, kandungan bahan makanan setek, kandungan zat tumbuh dan pembentukan kalus, 2) kondisi lingkungan selama penyetekan seperti media perakaran, air, temperatur udara dan tanah, kelembaban dan cahaya, 3) faktor pelaksanaan seperti perlakuan sebelum pengambilan setek, waktu pengambilan, pelukaan setek, penggunaan zat tumbuh dan fungisida serta kebersihan dan pemeliharaan setek (Rochiman dan Harjadi, 1973; Hartmann dan Kester, 1983). Selanjutnya Hartmann dan Kester (1983) menyatakan bahwa pemberian auxin pada setek dapat mengakibatkan pengembangan dan pembelahan sel-sel cortex, phloem dan kambium sehingga lapisan sel sclerenchym akan rusak dan akar mudah menembus ke luar. Auxin alami yang paling umum adalah asam indolasetat (IAA). Auxin sintetis seperti NAA dan IBA terbukti lebih efektif daripada IAA, karena mereka tidak dirusak oleh IAA oksidase atau enzim [2]

lain sehingga lebih bertahan lama (Salisbury & Ross, 1978). Sehubungan dengan hal-hal di atas perlu diketahui pengaruh panjang setek dan konsentrasi IBA serta interaksi keduanya terhadap produksi tanaman stevia dimana produksi stevia umumnya dalam bentuk daun kering. Bahan dan Metode Percobaan dilakukan di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat 950 m dpl. Bahan tanaman yang digunakan berupa setek cabang stevia klon BPP 72 dengan ukuran sesuai perlakuan, IBA, tanah berupa top soil : pupuk kandang ayam = 3:1, Urea, TSP dan Z, polibag ukuran 28 x 20 cm (terlipat) dan pestisida Curater 3 G dan Dithane M-45. Alat yang digunakan alat-alat pertanian, sungkup plastik, alat tulis, gelas ukur, oven Memmert Tipe B 30, timbangan digital. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah panjang setek yaitu 3 cm, 5 cm, 7 cm dan 9 cm. Faktor kedua adalah konsentrasi IBA yaitu 0, 300 ppm dan 600 ppm. Potongan seteksetek diikat secukupnya kemudian dicelupkan bagian pangkalnya sesuai perlakuan selama 10 menit lalu dicelupkan sesaat pada larutan Dithane M-45 2 g/l air. Ulangan ada 3 dimana tiap ulangan digunakan 3 polibag. Sehingga secara keseluruhan ada 12 x 3 x 3 = 108 polibag yang seluruhnya menjadi sampel yang diletakkan dalam sungkup. Pada hari ke-14 setelah tanam sungkup dibuka selama 2 jam pada pagi hari. Selanjutnya 4 jam pada hari ke-15, 6 jam pada hari ke-16 dan 8 jam pada hari ke-17. Mulai hari ke-18 sungkup dibuka seterusnya. Panen dilakukan saat pertanaman 25% berbunga yang terjadi pada hari ke-50 setelah tanam atau hari ke-32 sejak sungkup dibuka. Parameter yang diamati adalah jumlah cabang/tanaman, jumlah daun/tanaman, jumlah akar/tanaman dan berat kering daun (g/plot) setelah dioven 70 o C selama 24 jam. Analisis data dengan uji F dilanjutkan uji jarak Duncan. Hasil dan Pembahasan Hasil pengamatan jumlah cabang/tanaman, jumlah daun/tanaman, jumlah akar/tanaman, berat kering daun (g/plot) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Hasil analisis statistik dari data menunjukkan bahwa perbedaan panjang setek berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Tingkat konsentrasi IBA hanya berbeda nyata terhadap jumlah akar. Sedangkan interaksi keduanya menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman dan berat kering daun. Dari data dapat dilihat bahwa panjang setek 5 cm memberikan hasil terbaik sedangkan panjang setek 3 cm menunjukkan hasil terkecil. Hal ini dimungkinkan karena panjang setek 5 cm adalah ukuran yang optimal dimana bahan makanan yang dikandungnya dapat segera membentuk pertumbuhan. Sedangkan panjang setek 7 cm dan 9 cm lebih panjang sehingga pembentukan akar tidak segera karena setek masih banyak mengandung bahan makanan. [3]

Tabel 1. Pengaruh panjang setek dan konsentrasi IBA terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 28 hari (cm), jumlah daun/tanaman, jumlah akar/tanaman, berat kering daun (g/plot) Perlakuan Tinggi tanaman 28 hari (cm) Jlh daun/ Tanaman Jlh akar/ tanaman Brt kering daun (g/plot) Panjang setek a 1 = 3 cm 20,87 c 53,56 b 17,76 c 1,66 c a 2 = 5 cm 25,78 a 104,81 a 34,15 a 3,00 a a 3 = 7 cm 24,76 b 83,37 a 29,30 b 2,41 ab a 4 = 9 cm 24,95 ab 84,57 a 26,45 b 2,20 b Konsentrasi IBA b0 = 0 ppm 23,19 tn 76,83 t 17,82 a 2,25 tn n b1 = 300 ppm 24,14 82,78 28,61 b 2,23 b2 = 600 ppm 24,86 85,22 34,31 c 2,47 Kombinasi a1b0 15,94 c 43,89 t 12,61 e 1,20 tn n a1b1 23,24 b 51,89 19,00 de 1,82 a1b2 23,35 ab 60,89 21,67 cd 1,96 a2b0 25,83 ab 102,22 24,67 cd 3,37 a2b1 23,78 ab 80,00 37,11 b 1,92 a2b2 27,72 a 131,22 46,22 a 3,69 a3b0 26,13 ab 86,34 15,56 a 2,45 a3b1 22,75 b 95,78 34,32 ba 2,63 a3b2 25,25 ab 68,00 38,00 ab 2,15 a4b0 24,72 ab 73,89 18,46 de 1,97 a4b1 27,22 a 99,45 29,56 be 2,55 a4b2 22,89 b 80,39 31,33 bc 2,09 Keterangan : Notasi yang berbeda pada satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % Tinggi tanaman dari panjang setek 5 cm ternyata menjadi tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman yang berasal dari 7 cm dan 9 cm pada saat menjelang berbunga (28 hari). Artinya, dengan menggunakan panjang setek 5 cm pada akhirnya tinggi tanaman sama dengan panjang setek 7 dan 9 cm. Sehingga dapat disarankan penggunaan setek cukup 5 cm saja untuk menghemat bahan tanaman. Dari 4 sampai 6 ruas teratas bisa diperoleh setidaknya 2 setek. Jumlah daun dan berat kering daun pada panjang setek 3 cm berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Jadi dapat dikatakan adanya hubungan antara tinggi tanaman, jumlah daun dan berat kering daun. Seperti yang disebutkan Buana dan Gunadi (1985) bahwa pada umumnya sampai batas tertentu makin tinggi tanaman, makin banyak jumlah daun sehingga makin tinggi pula berat kering daun. Tingkat konsentrasi IBA ternyata hanya menambah jumlah akar atau pertumbuhan ke bawah tetapi tidak mempengaruhi secara nyata pertumbuhan bagian atas tanaman. Heddy (1996) menyebutkan konsentrasi auksin yang merangsang pertumbuhan akar akan sangat rendah untuk merangsang pertumbuhan batang demikian pula sebaliknya. Perlakuan terbaik adalah konsentrasi IBA sebesar 600 ppm. Interaksi antara perlakuan panjang setek dan konsentrasi IBA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah akar. Dapat dilihat pula bahwa perlakuan a2b2 adalah perlakuan kombinasi yang terbaik. Hal ini disebabkan panjang setek 5 cm adalah yang terbaik dan perlakuan konsentrasi IBA 600 ppm adalah yang terbaik. Panjang setek berhubungan dengan bahan makanan yang dikandung dimana bahan ini akan mempengaruhi pertumbuhan tunas dan akar. Sedangkan IBA merangsang terbentuknya akar lebih banyak. Hartmann dan Kester (1983) menyatakan bahwa pertumbuhan tunas yang baik menyebabkan pertumbuhan daun juga baik sehingga proses fotosintesa akan baik, akibatnya karbohidrat yang dihasilkan lebih banyak. Karbohidrat ini sebagian digunakan untuk pembentukan akar sehingga terbentuknya akar yang baik menyebabkan penyerapan unsur hara dan air akan lebih banyak sehingga pertumbuhan tunas akan baik pula. [4]

Kesimpulan dan Saran Produksi stevia yakni berat kering daun yang terbaik diperoleh pada perlakuan panjang setek 5 cm dengan konsentrasi IBA 600 ppm. Maka dapat disarankan penggunaan setek cukup 5 cm saja untuk menghemat bahan tanaman. Dari 4 sampai 6 ruas teratas bisa diperoleh setidaknya 2 setek. Daftar Pustaka Atmawinata,O, Tamzil Muhammad, Darnoko dan Soewarno T. Soekarto. 1984. Tingkat Manisnya Gula Stevia Terhadap Sukrose, Menara Perkebunan 52(2): 52-56 Balai Informasi Pertanian Ciawi, 1982. Mengenal Pemanis Alami Stevia rebaudiana Bertoni M. Buana, L dan DH.Goenadi, 1985. Studi Tentang Korelasi Antara Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Stevia, Menara Perkebunan 53(3):68-71 Dirjen Perkebunan Jakarta, 1984. Program Peningkatan Produksi Stevia di Masa Mendatang, Bahan untuk pertemuan Teknis Penelitian dan Pengembangan Stevia di Bogor Farida, 1986. Menanam Stevia Manis,Trubus No.196/Thn.XVII 1 Maret 1986 Hartmann,HT and Dale E.Kester, 1983. Plant Propagation Principles and Practices, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Harjadi, S.S. 1983. Pengantar Agronomi, Penerbit Gramedia Jakarta Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuhan, Penerbit Rajawali Jakarta Kawatani, T.Kaneki and Tanase T. 1973. Cultivation of Stevia rebaudiana Bertoni M., Japan Journal Tropical Agriculture 17(2): 125-130 Liz, 1984. Stevia atau Cae-he-he, Intisari Juni 1984 Maiti, RK and S.S. Purohit. 2008. Stevia a miracle plant for human health, Agrobios India Salisbury, FB and Cleon W.Ross. 1978. Plant Physiology, Wadsworth PublishingCompany, Inc, Balmont, California Tirtoboma. 1983. Konsep Pemikiran Tentang Budidaya Tanaman Stevia rebaudiana Bertoni M. Pertemuan regular Staf Peneliti dan Teknis BPP Bogor, 4 Juni 1983 Tjasadihardja. 1982. Stevia rebaudiana Bertoni M, Sumber Daya Pemanis Baru, BPP Bogor Ceramah N0.13/1982. Rochiman, K dan S.Setyati Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif, Pengantar Agronomi Fakultas Pertanian IPB Wardhana. 1986. Stevia Sumber Bahan Pemanis Alami, Asri No.43: 1-31 Oktober 1986 Wikipedia, 2008. http:// wikipedia+stevia [5]