KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DAN KERUSAKAN HUTAN TERHADAP KOEFISIEN PENGALIRAN DAN HIDROGRAF SATUAN

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

Irfan Budi Pramono Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

IDENTIFIKASI WILAYAH RAWAN BANJIR GENANGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Pekanbaru)

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)

BAB I PENDAHULUAN I-1

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI

KERENTANAN BANJIR DI DAS CISADANE

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

TEKNIK MITIGASI BANJIR DAN TANAH LONGSOR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS LIMPASAN PERMUKAAN (RUNOFF) PADA SUB-SUB DAS RIAM KIWA MENGGUNAKAN METODE COOK

Jurnal String Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 ISSN:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

HASIL PENELITIAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

ABSTRAK Faris Afif.O,

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002.

JENIS DAN RAGAM KERUSAKAN SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BANDAR LAWEH KABUPATEN SOLOK ABSTRAK

dasar maupun limpasan, stabilitas aliran dasar sangat ditentukan oleh kualitas

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

TATA PENGELOLAAN BANJIR PADA DAERAH REKLAMASI RAWA (STUDI KASUS: KAWASAN JAKABARING KOTA PALEMBANG)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

PENGERTIAN HIDROLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN BANGUNAN PENAMPUNG AIR KAYANGAN UNTUK SUPLESI KEBUTUHAN AIR BANDARA KULON PROGO DIY

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGURANGAN RESIKO BANJIR IBUKOTA DENGAN PENGEMBANGAN DAM PARIT DI DAS CILIWUNG HULU

Transkripsi:

9-0 November 0 KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Jl. Flora No., Bulaksumur,Yogyakarta 8 Surel: chandra.tep@ugm.ac.id ABSTRAK DAS Wawar terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas daerah tangkapan sekitar 76 Km, wilayahnya meliputi Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen. Di DAS hulu Wawar dibangun bendungan Wadaslintang. Tataguna lahan DAS wawar didominasi lahan pertanian sehingga potensi banjir yang cukup tinggi di DAS bagian hilir.. Kajian kerawanan banjir sangat diperlukan sebagai acuan dalam penentuan penggunaan ruang untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada penelitian ini, digunakan Sistem Informasi Geografi untuk menentukan dan memetakan kerawanan banjir. Beberapa parameter yang digunakan antara lain: curah hujan harian maksimum, bentuk DAS, gradien sungai, kerapatan drainase, lereng ratarata DAS, penggunaan lahan, bentuk lahan, meandering, pertemuan percabangan sungai, drainase dan bangunan air. Analisis menggunakan metode klasifikasi, scoring, pembobotan dan overlay karakteristik DAS yang berpengaruh terhadap banjir. Hasil penelitian menunjukkan DAS Wawar memiliki tiga kelas potensi penyebab banjir yaitu rawan (.9,86 Ha), agak rawan (6.70,066 Ha) dan sedikit rawan (08,07 Ha). Daerah rawan banjir DAS Wawar terdiri dari empat kelas yaitu rawan (7.67,78 Ha), agak rawan (,0 Ha), sedikit rawan (8.78,08 Ha) dan tidak rawan (9.7,997 Ha). Bagian hulu DAS merupakan daerah rawan potensi penyebab banjir, sedangkan bagian hilir merupakan daerah rawan banjir. Bangunan Waduk/bendungan Wadaslintang mampu mengurangi lahan rawan banjir hingga 0%. Kata kunci: DAS wawar, kerawanan banjir, sistem informasi geografi PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai Wawar terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas lebih kurang 76 Km dimana pemanfaatan lahan di kawasan DAS Hulu Wawar terdiri dari kebun dan tanah ladang (Gambar ). Sebagian besar kawasan DAS hulu dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dimana pemanfaatan ini bertentangan dengan prinsip konservasi sumber daya air dimana kawasan hulu seharusnya merupakan kawasan konservasi sehingga tidak boleh digunakan secara berlebihan untuk kegiatan pertanian. 8

9-0 November 0 Gambar. Peta DAS Wawar Alih fungsi lahan yang dilakukan di daerah hulu DAS dapat mengakibatkan terjadinya banjir didas hilir, walaupun sudah dibangun bendyngan Wadaslintang di DAS hulunya. Oleh karena itu, diperlukan informasi yang dapat menunjukkan kerawanan banjir yang ada pada daerah aliran sungai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dan memetakan daerah rawan banjir di Daerah Aliran Sungai Wawar. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang daerah yang berpotensi menyebabkan banjir dan daerah rawan banjir di Daerah Aliran Sungai Wawar sehingga upaya pencegahan dan penanggulangan banjir dapat dilakukan. METODE Parameter yang digunakan dalam penentuan tingkat kerawanan banjir DAS Wawar yaitu: curah hujan harian maksimum, bentuk DAS, gradien sungai, kerapatan drainase, lereng rata-rata DAS, penggunaan lahan, bentuk lahan, meandering, pertemuan percabangan sungai, drainase dan bangunan air. Parameter tersebut dikelompokan menjadi dua yaitu parameter untuk penyebab banjir dan daerah rawan banjir (Tabel dan Tabel ). Analisis data menggunakan klasifikasi, scoring, pembobotan dan overlay. 8

Tabel. Parameter Potensi Penyebab Banjir Seminar Nasional Sains & Teknologi V 9-0 November 0 No Parameter Besaran Kategori Nilai ALAMI a Hujan harian maksimum rata-rata (mm) < 0 7 76 0 >0 b Bentuk DAS Lonjong Agak lonjong Agak bulat Bulat c Gradien sungai < 0, 0,,0,,,6,0 >,0 d Kerapatan drainase Jarang Agak jarang Rapat Sangat rapat e Lereng rata-rata DAS < 8 8 6 > MANAJEMEN a Penggunaan lahan Hutan alam H Prod/Perkeb Pek/Smak/Blk Sawah/tegal-teras Tegal/Pmk-kota Sumber : Paimin (006) Skor 8

Tabel. Parameter Daerah Rawan Banjir Seminar Nasional Sains & Teknologi V 9-0 November 0 No Parameter Besaran Kategori Nilai Skor ALAMI a Bentuk lahan Pegunungan, perbukitan Kipas dan lahar Dataran Dataran aluvial Lembah aluvial Jalur kelokan b Meandering Tidak ada/lurus Jarang Agak tajam Tajam Sangat tajam c Pertemuan percabangan sungai/air pasang d Drainase (% lereng lahan kiri kanan sungai) Tidak ada Anak Cab S Induk Cab S Induk S Induk/bottle neck Pasang Air laut Sangat lancar (>) Lancar ( 8 ) Agak lancar ( 8) Agak terhambat ( ) Terhambat (<) MANAJEMEN a Bangunan air Waduk + tanggul tinggi dan baik Waduk Tanggul Tanggul buruk Tanpa Bangunan Sumber : Paimin (006) HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Banjir Daerah potensi penyebab banjir merupakan daerah sumber (asal) air penyebab banjir itu terjadi yang berkaitan dengan curah hujan dan karakteristik DAS yang berpotensi menyebabkan kerusakan alam dan menimbulkan kerugian. Setiap parameter yang digunakan dalam penentuan potensi penyebab banjir diberi skor dan bobot masing-masing sesuai dengan perannya dalam potensi penyebab banjir. 8

9-0 November 0 Tingkat kerawanan potensi penyebab banjir ditentukan dari jumlah skor dikali bobot setiap parameter. Skor total tertinggi dari hasil tumpang susun peta yaitu 0 sedangkan skor terendah adalah 0. Berdasarkan skor yang diperoleh dapat diketahui bahwa DAS Wawar tidak memiliki daerah yang tidak rawan terhadap potensi penyebab banjir dimana skor total untuk kategori tidak rawan adalah < 70 (Tabel dan Gambar ). Tabel. Skor dan Bobot Penentuan Potensi Penyebab Banjir DAS Wawar No Parameter Besaran Skor Skor*Bobot ALAMI (70%) a Hujan harian maksimum rata-rata pada bulan basah (mm) (0%) 7-00 0-6 - 0 >0 60 60 60 00 b Bentuk DAS (0%) Lonjong 0 c Gradien sungai (0%) < 0, 0 d Kerapatan drainase (%) Jarang e Lereng rata-rata DAS (%) (%) Sangat rapat < 8 8 6 > MANAJEMEN a Penggunaan lahan (0%) Hutan lindung H Prod tetap/h Prod terbatas/kebun Belukar/Rumput Sawah/Sawah tadah hujan/empang/rawa/ Air laut/air tawar/tanah ladang Pemukiman/Pasir darat 0 0 0 60 90 0 Peta potensi banjir yang dibuat berdasarkan faktor-faktor penentu potensi banjir menunjukkan bahwa DAS Wawar terdiri dari tiga kelas kerawanan banjir yaitu rawan (9,86 Ha), agak rawan (670,066 Ha) dan sedikit rawan (08,07 Ha) (Tabel ). 0 Tabel. Potensi Penyebab Banjir DAS Wawar Potensi penyebab banjir Luas (Ha) Persentase (%) Rawan 9,86 6,7 8

9-0 November 0 Agak rawan 670,066 8,6 Sedikit rawan 08,07 0,0 Total 707,000 00 Gambar. Peta Potensi Penyebab Banjir DAS Wawar Bagian DAS yang memiliki potensi penyebab banjir yang rawan sebagian besar berada di bagian hulu yaitu 700,6 Ha dan tengah 67,9 Ha (Tabel ). Hal ini disebabkan karena wilayah hulu dengan kemiringan lahan yang tinggi dengan adanya curah hujan yang cukup tinggi juga menyebabkan kecepatan aliran permukaan lebih cepat sehingga berpotensi untuk menimbulkan banjir. Tabel. Potensi Penyebab Banjir Setiap Bagian/Segmen DAS Wawar Bagian/ Potensi penyebab banjir (Ha) Total Segmen Rawan Agak rawan Sedikit (Ha) rawan Hulu 700,6 060, 760,7 7 Tengah 67,9 86,9,9 00,6 8 Hilir 67,9 606,8 06,679 770,79 Total (ha) 9,86 670,066 08,07 707,00 0 Persentas e (%) 6,69 6,8 6,78 00 86

9-0 November 0 Persentase (%) 6,7 8,6 0,0 00 Kecamatan yang memiliki wilayah rawan potensi penyebab banjir paling luas yaitu Kecamatan Wadaslintang (6, Ha) diikuti dengan Kecamatan Bruno (669,0 Ha) (Tabel 6). Daerah tersebut merupakan daerah dengan lereng yang curam hingga sangat curam dan memilki curah hujan maksimum rata-rata yang tinggi dengan kerapatan drainase yang sangat rapat dan penggunaan lahan didominasi pemukiman, belukar, tanah ladang, sawah tadah hujan dan tubuh air (air tawar). Kecamatan-kecamatan yang berada di bagian hulu dan tengah DAS merupakan daerah rawan potensi penyebab banjir dengan kondisi lereng yang curam, curah hujan yang tinggi, kerapatan drainase yang sangat rapat dan sebagian besar penggunaan lahan berupa tanah ladang, pemukiman dan kebun. Dengan penggunaan lahan berupa tanah ladang, pemukiman dan kebun maka limpasan permukaan yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan hutan dan lereng yang curam dan kerapatan drainase yang sangat rapat menyebabkan kecepatan aliran permukaan lebih tinggi dan waktu mencapai debit punak lebih cepat. Tabel 6. Potensi Penyebab Banjir Setiap Kecamatan DAS Wawar Kabupaten Kecamatan Potensi banjir (Ha) Rawan Agak rawan Sedikit rawan Wonosobo Wadaslintang Kaliwiro Leksono Selomerto Sapuran Kalibawang Kebumen Alian Padureso Poncowarno Prembun Ambal Karangsambung Kutowinangun Mirit Bonorowo Sadang 6, 9,7 6,887, 98,0 0, 6,979 7,8 8,066 0,8,70 0,8 8,6 67,8 67, 9,0 7,69 9,97 8,79 7,8 80,70 99,0 9,898 7,78 80,98 70,0 6,08,68 Purworejo Bruno 669,0,9,90 0,096 8,000,00,9 77,7 87

Pituruh Kemiri Kutoarjo Bayan Grabag Butuh 88,88 70,98 79,97,897 Seminar Nasional Sains & Teknologi V 9-0 November 0 797,9 690,9 7,0 0,68 6,78 86,78 0,9,660 8, 09,89 6,0 Total 9,860 670,066 08,07 Pemetaan potensi penyebab banjir dilakukan agar dapat memberikan informasi tentang sumber atau asal penyebab air banjir terjadi. Dalam penentuan potensi penyebab banjir, parameter alami diberikan bobot lebih besar daripada bobot manajemen dengan pertimbangan bahwa dengan pengendalian banjir pada daerah tangkapan air seperti penghutanan dan pembuatan saluran drainase masih memungkinkan terjadinya banjir karena sifat alami tidak dapat dikendalikan dengan pengelolaan DAS (Paimin, 006). Analisis Kerawanan Banjir Daerah rawan banjir merupakan daerah yang berpotensi mengalami banjir. Daerah rawan banjir ditentukan berdasarkan parameter alami DAS, meliputi bentuk lahan, meandering/pembelokan sungai, pertemuan percabangan sungai, drainase lahan/kelerengan rata-rata DAS dan parameter manajemen yaitu keberadaan bangunan air pengendali banjir. Masing-masing parameter diberi skor dan bobot sesuai pengaruhnya dalam penentuan daerah rawan banjir (Paimin, 006). Bagian hulu dan tengah DAS Wawar memiliki bentuk lahan pegunungan dan perbukitan sehingga tingkat kerawanan banjir rendah sedangkan bagian hilir DAS merupakan dataran aluvial dan daerah pesisir pantai dimana untuk dataran aluvial dan pesisir pantai merupakan daerah yang rawan banjir. DAS Wawar memiliki sungai dengan alur yang lurus namun ada juga bagian sungai yang bermeander. Daerah hulu dan tengah merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang memiliki kemiringan lereng rata-rata DAS yang cukup tinggi sehingga drainase dapat berjalan lancar. Selain itu, pada daerah hulu terdapat Waduk Wadaslintang dengan bangunan yang tinggi dan baik yang salah satu fungsinya adalah untuk pengendalian banjir. Waduk Wadaslintang dapat digunakan untuk menyimpan air larian dan kemudian dialirkan kembali dalam jumlah yang terkendali dan dengan manfaat yang lebih yaitu untuk irigasi dan PLTA. 88

9-0 November 0 Pada bagian hilir DAS, terdapat pertemuan percabangan sungai utama yaitu merupakan pertemuan sungai yaitu Sungai Bedono, Sungai Gebangbesar, Sungai Gentan dan Sungai Pucang. Pertemuan keempat sungai ini menyebabkan penahanan aliran air sehingga elevasi air pada daerah pertemuan bertambah besar sehingga dapat menggenangi daerah sekitar. Selain itu, pada daerah hilir drainase agak terhambat karena kemiringan lahan yang datar dibandingkan dengan bagian tengah dan hulu DAS. Pemberian skor dan bobot untuk masing-masing parameter yang berperan dalam penentuan daerah rawan banjir dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Skor dan Bobot Penentuan Daerah Rawan Banjir DAS Wawar No Parameter Besaran Skor Skor*Bobot ALAMI (80%) a Bentuk lahan Pegunungan perbukitan 0 (0%) Dataran aluvial 0 b Meandering (%) Jarang 0 c Pembendungan oleh percabangan sungai/air pasang (0%) Tidak ada S Induk/bottle neck Pasang Air laut 0 80 00 d Drainase (%lereng lahan kiri kanan sungai) (%) MANAJEMEN a Bangunan air (0%) Sangat lancar (>) Agak terhambat ( ) Waduk + tanggul tinggi dan baik Tanggul 0 0 60 Daerah rawan banjir ditentukan berdasarkan skor total yaitu jumlah hasil kali skor dengan bobot tiap parameter. Berdasarkan pengolahan dengan SIG diketahui bahwa skor total paling tinggi yaitu 90 sedangkan skor total paling rendah yaitu. Skor total lebih kecil dari 70 merupakan kategori tidak rawan sedangkan skor 90 menunjukkan daerah yang rawan banjir. Peta daerah rawan banjir DAS Wawar dapat dilihat pada Gambar. 89

9-0 November 0 Gambar. Peta Daerah Rawan Banjir DAS Wawar DAS Wawar memiliki empat kelas daerah rawan banjir yaitu tidak rawan (97,997 Ha), sedikit rawan (878,08 Ha), agak rawan (,0 Ha) dan rawan (767,78 Ha). Daerah yang tidak rawan banjir terdapat di daerah hulu DAS dan sebagian daerah tengah DAS sedangkan daerah rawan banjir terdapat pada daerah hilir DAS. Daerah rawan banjir untuk masing-masing kecamatan di DAS Wawar disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Daerah Rawan Banjir Setiap Kecamatan DAS Wawar Kabupaten Kecamatan Daerah rawan banjir (Ha) Rawan Agak rawan Sedikit rawan Tidak rawan Wonosobo Wadaslintang Kaliwiro Leksono Selomerto Sapuran Kalibawang 08,7 68,8 67, 6,89 0,907 78,7 Kebumen Alian Padureso Poncowarno Prembun Ambal Karangsambung Kutowinangun 6, 77,9 9,06 89,96,0 76,8 9,6 6,87,07,0 0,60,87 998,78, 90

9-0 November 0 Mirit Bonorowo 7,97 6,08 Sadang,68 Purworejo Bruno 80,7 Pituruh Kemiri Kutoarjo Bayan Grabag Butuh 0,8 98,80 90, 6,7 880, 00, 88,90,7,68 800,78,68,06 Total 767,78,0 878,08 97,997 Pada bagian hulu DAS Wawar terdapat Bendungan Wadaslintang yang dapat mengendalikan sebagian besar potensi penyebab banjir yang berada di bagian hulu DAS Wawar. Daerah tangkapan Bendungan Wadaslintang yaitu + 96 Km (99, Ha) dimana 789,0 Ha merupakan daerah rawan potensi penyebab banjir dan 0, Ha merupakan daerah agak rawan potensi penyebab banjir. Dengan kata lain, bagian hulu waduk merupakan daerah yang berpotensi menyebabkan banjir. Dengan adanya Bendungan Wadaslintang, air larian dari hulu DAS dapat disimpan yang selanjutnya dialirkan kembali untuk beberapa manfaat yaitu untuk irigasi dan PLTA. Potensi penyebab banjir untuk daerah hulu Waduk Wadaslintang dapat dilihat pada Gambar. Gambar. Peta Potensi Penyebab Banjir DAS Hulu Waduk Wadaslintang 9

9-0 November 0 Bendungan Wadaslintang juga dapat mengurangi kejadian banjir di daerah rawan banjir DAS Wawar. Berdasarkan hasil penelitian tentang estimasi daerah rawan banjir DAS Wawar ini, dapat diketahui bahwa hampir seluruh bagian hilir DAS Wawar merupakan daerah rawan banjir. Namun, pada kenyataan kejadian banjir yang pernah terjadi tidak mencakup seluruh bagian hilir DAS. Hal ini juga disebabkan karena adanya Bendungan Wadaslintang yang dapat mengendalikan air larian di bagian hulu DAS. KESIMPULAN Daerah Aliran Sungai (DAS) Wawar memiliki tiga kelas potensi penyebab banjir yaitu rawan (9,860 Ha), agak rawan (670 Ha) dan sedikit rawan (08,07 Ha) dimana dengan adanya Bendungan Wadaslintang dapat mengendalikan 789,0 Ha daerah rawan potensi penyebab banjir dan 0, Ha daerah agak rawan potensi penyebab banjir. Bagian DAS yang memiliki kelas rawan potensi penyebab banjir yang paling luas adalah bagian hulu. DAS Wawar memiliki empat kelas daerah rawan banjir yaitu rawan (767,78 Ha), agak rawan (,0 Ha), sedikit rawan (878,08 Ha), dan tidak rawan (97,997 Ha). Bagian DAS Wawar yang merupakan daerah rawan banjir yaitu DAS bagian hilir, sedangkan DAS bagian tengah merupakan daerah yang sedikit rawan banjir sedangkan DAS bagian hulu merupakan daerah tidak rawan banjir. 9

9-0 November 0 DAFTAR PUSTAKA Asdak, Clay. 00. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Budiyanto, Eko. 00. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS. Yogyakarta : Penerbit Andi. Maryono, Agus. 00. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai Menanggulangi Banjir dan Kerusakan Lingkungan Wilayah Sungai. Program Magister Sistem Teknik Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Paimin, Sukresno dan Purwanto. 006. Sidik Cepat Degradasi Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS). Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Soewarno. 99. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data. Bandung : Penerbit Nova. Harto Br, Sri. 99. Analisis Hidrologi. Jakarta : Gramedia. Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda. 980. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta : PT Pradnya Paramita. 9