DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

UJI DAYA HASIL LANJUTAN 30 GALUR PADI TIPE BARU GENERASI F6 HASIL DARI 7 KOMBINASI PERSILANGAN RAFIATUL RAHMAH

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

UJI DAYA HASIL 10 GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU DENGAN 2 VARIETAS PEMBANDING DI CIANJUR RENDRA PRATAMA YUSUF

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A

Uji Daya Hasil Lanjutan 30 Galur Padi Tipe Baru Generasi F6 Hasil dari 7 Kombinasi Persilangan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

III. BAHAN DAN METODE

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB DENGAN SISTEM BUDI DAYA LEGOWO

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

PENGARUH WAKTU DAN CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.) Oleh Gita Septrina A

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

UJI DAYA HASIL GALUR DIHAPLOID PADI SAWAH (Oryza sativa L.) MELA WAHYUNI A

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ana Tri Lestari, Jaenudin Kartahadimaja *, dan Nurman Abdul Hakim

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN

: Kasar pada sebelah bawah daun

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan tanaman padi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan makro antaralain

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

UJI DAYA HASIL LANJUTAN GALUR-GALUR KEDELAI (Glycine max (L ) Merr) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI DESA SEBAPO KABUPATEN MUARO JAMBI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI DAYA HASIL LANJUTAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI OLEH DEDI PRASETYO A

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

Transkripsi:

i UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GENERASI F5 PADI TIPE BARU TURUNAN TIGA KOMBINASI PERSILANGAN SITI NURHIDAYAH A24080012 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GENERASI F5 PADI TIPE BARU TURUNAN TIGA KOMBINASI PERSILANGAN Preliminary Yield Trials of F5 Lines of New Plant Type Rice Derived from Three Crosses Combination Siti Nurhidayah 1, Hajrial Aswidinnoor 2 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Abstract The objective of this research was to evaluate 100 F5 lines New Plant Type (NPT) of rice. The experiment was conducted using Augmented design arranged in Completely Randomized Block Design.The material evaluate was100 lines with 3 comparison varieties as check, they are Ciherang, IR 64 and IPB 4S. The result shows that plant height ranged from 94-132 cm, number of productive tillers 8-18, number of grain filling per panicle from 106-267, percentage of empty grain 10-53%, weight of 1,000 grains 22-33 g, and rice productivity 2.4-7.0 ton/ha. Lines IPB161-E-14, IPB161-E-35, IPB161-E-38, IPB163-E-20, IPB163-E-28, IPB165- E-11, and IPB165-E-19 have caracters of New Plant Type of rice, potential could be yield trials.

ii RINGKASAN SITI NURHIDAYAH. Uji Daya Hasil Pendahuluan Generasi F5 Padi Tipe Baru Turunan Tiga Kombinasi Persilangan. (Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR). Beras merupakan produk yang strategis untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat masyarakat Indonesia. Permintaan beras akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Namun kondisi saat ini pasokan beras dalam negeri belum mampu mencukupi permintaan masyarakat. Hal ini terjadi akibat sudah tumpulnya potensi genetik dari varietas unggul yang digunakan petani selama puluhan tahun, misalkan padi varietas IR 64 yang mampu menghasilkan 5 ton/ha. Sehingga perlu adanya terobosan baru membentuk arsitektur tanaman yang mampu meningkatkan potensi hasil. Penggunaan Padi Tipe Baru (PTB) diharapkan memberikan solusi yang mampu berpotensi hasil lebih tinggi dari varietas unggul di kalangan para petani. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil 100 galur PTB generasi F5 untuk mendapatkan galur yang berpotensi hasil lebih tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan petani Desa Sindang Barang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada bulan Januari sampai Mei 2012. Perhitungan komponen hasil dilakukan di Laboratorium Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan augmented dalam RKLT (Rancangan Kelompok Lengkap Teracak) faktor tunggal dengan perlakuan galur. Galur-galur yang ditanam merupakan turunan persilangan tiga tetua generasi F5 yaitu IR 64 X IPB95-F-5-1-1, IPB117-F-5-1-1 X INPARI 1, dan IR 64 X IPB117-F-19-1-1. Galur yang digunakan sebanyak 100 galur PTB dengan tiga varietas unggul pembanding yaitu Ciherang, IR 64, dan IPB 4S yang masingmasing pembanding diulang 5 kali sehingga berjumlah 115 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan ditanam pada petakan yang berukuran 5 m² dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm sehingga total luasan petak percobaan ± 600 m 2.

iii Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor galur berpengaruh terhadap beberapa karakter generatif seperti umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi, jumlah gabah total, persentase gabah hampa, bobot seribu butir, dan hasil. Sedangkan karakter vegetatif tidak menunjukkan pengaruh nyata. Galur-galur yang diuji memiliki kisaran tinggi tanaman 94-132 cm, panjang daun bendera 29-48 cm, jumlah anakan total 9-20 anakan per rumpun, jumlah anakan produktif 8-18 anakan per rumpun, panjang malai 25-33 cm, jumlah gabah isi 106-267 butir per malai, persentase gabah hampa 10-53%, umur berbunga 88-101 HSS, umur panen 110-127 HSS, bobot seribu butir 22-33 g, dan produktivitas 2.4-7.0 ton/ha. Pada galur-galur yang diuji secara umum memiliki jumlah gabah isi lebih tinggi dari varietas unggul Ciherang dan IR64, total anakan produktif sedang tetapi memiliki persentase gabah hampa yang masih tinggi yaitu > 20%. Terdapat tujuh galur yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding Ciherang, IR 64, dan IPB 4S. Galur-galur tersebut yaitu, IPB161-E- 14, IPB161-E-35, IPB161-E-38, IPB163-E-20, IPB163-E-28, IPB165-E-11, dan IPB165-E-19, dengan komponen jumlah anakan produktif per rumpun 11-15 anakan, jumlah gabah isi 150-251 butir gabah per malai, bobot seribu butir 27-31 g, dan produktivitas 6-7 ton/ha. Galur-galur tersebut berpotensi untuk diuji lebih lanjut sehingga dapat dilepas menjadi varietas unggul tipe baru. Nilai heritabilitas peubah panjang malai, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi, persentase gabah hampa, bobot seribu butir, dan hasil tergolong tinggi, sedangkan peubah panjang daun bendera tergolong sedang. Karakterkarakter dengan nilai heritabilitas tinggi dapat dipakai untuk menduga kemajuan seleksi.

iv UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GENERASI F5 PADI TIPE BARU TURUNAN TIGA KOMBINASI PERSILANGAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor SITI NURHIDAYAH A24080012 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Judul : UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GENERASI F5 PADI TIPE BARU TURUNAN TIGA KOMBINASI PERSILANGAN Nama : SITI NURHIDAYAH NIM : A24080012 v Menyetujui: Pembimbing Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc. NIP. 19590929 198303 1 008 Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003 Tanggal Lulus :

vi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 18 April 1989. Anak kelima dari sebelas bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Karim dan Ibu Karsiah. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Neglasari, tahun 2005 lulus dari SMP Negeri 1 Jasinga, kemudian pada tahun 2008 penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 1 Jasinga. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiwa, penulis aktif diberbagai organisasi mahasiswa. Tahun 2008/2009 sebagai Dewan Gedung A3 Asrama Putri TPB IPB, dan LDK Al-Hurriyyah. Tahun 2010/2011 sebagai staf Departemen Pertanian BEM Fakultas Pertanian. Tahun 2011/2012 sebagai Senior Resident Asrama Putri TPB IPB, dan Pembina Art Dormitory Club. Tahun 2012/2013 menjabat sebagai pembina Caddy Dormitory Club (CDC). Tahun 2010/2011 aktif di organisasi ekstra kampus sebagai wakil ketua Beastudi Etos Bogor Community (BEB-C). Selain itu pada tahun 2011/2012 penulis menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Pada tahun yang sama penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Hortikultura. Selanjutnya tahun 2012/2013 menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Agronomi. Penulis juga mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa yang lolos didanai Dikti dan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW 2012). Selain itu tahun 2011 hingga 2012 penulis menjadi staf pengajar di Bimbingan Belajar Primagama Darmaga-Ciomas.

vii KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan ridha- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji Daya Hasil Pendahuluan Generasi F5 Padi Tipe Baru Turunan Tiga Kombinasi Persilangan. Shalawat beserta salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah teladan dalam segala aspek kehidupan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan arahannya selama proses penelitian. 2. Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu E.K, MS. dan Dr. Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran pada saat ujian sidang. 3. Prof. Dr. Roedhy Poerwanto, MSc. selaku pembimbing akademik yang selalu memotivasi dalam melaksanakan tugas akademik. 4. Bapak, Ibu, Kakak, dan Adik-adik yang selalu memotivasi dan mendo akan penulis. 5. Beasiswa Penelitian Armada 17 yang mendukung pendanaan penelitian, Beastudi Etos, Beasiswa Cendekia, dan Beasiswa Mitsubishi yang telah membantu pembiayaan selama studi di IPB. 6. Keluarga Besar Asrama TPB IPB, Dr. Irmansyah, Yuliani, Elvira Yunita, Fitriani, Suwarti, Puspa Pratiwi, Widia Ayu Lestari, rekan-rekan Senior Resident Merah Putih, Etoser 45, Himpunan Mahasiswa Jasinga on IPB, adik-adik A5 angkatan 48 dan 49 yang menyemangati penulis. 7. Kakak Arif, Arina Saniaty, Rafiatul Rahmah, Siti Maesaroh, Indra Kurniawati, Hasrat E.P., Khusnul Khotimah, Lela Marlenasari, Arinal Haq Izzawati, Rifa Rusiva, dan Arif Rahman yang telah membantu dan menyemangati dalam tugas akhir. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi pendidik dan yang memerlukan. Bogor, Februari 2013

viii DAFTAR ISI DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Metode Pemuliaan Padi... 4 Padi Tipe Baru... 5 Uji Daya Hasil Pendahuluan... 7 Heritabilitas... 8 BAHAN DAN METODE... 10 Tempat dan Waktu... 10 Bahan dan Alat... 10 Metode Penelitian... 10 Analisis Data... 12 Pelaksanaan... 13 Pengamatan... 14 HASIL DAN PEMBAHASAN... 15 Kondisi Umum... 15 Keragaan Galur-galur Padi Tipe Baru... 16 Karakter Vegetatif Galur-galur Padi Tipe Baru... 17 Tinggi Tanaman... 17 Panjang Daun Bendera... 19 Jumlah Anakan Total dan Jumah Anakan Produktif... 20 Karakter Generatif Galur-galur Padi Tipe Baru... 21 Panjang Malai... 21 Jumlah Gabah Isi... 25 Persentase Gabah Hampa... 25 Jumlah Gabah Total... 26 Umur Berbunga... 27 Umur Panen... 28 Bobot Seribu Butir... 28 Produktivitas... 29 Keragaman Genetik dan Heritabilitas... 31 KESIMPULAN DAN SARAN... 33 Kesimpulan... 33 Saran... 33 DAFTAR PUSTAKA... 34 LAMPIRAN... 37

ix DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Galur harapan padi yang diuji, turunan dari tetua persilangan berbeda... 11 2. Analisis ragam... 12 3. Sidik ragam karakter vegetatif dan generatif tanaman padi... 16 4. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IR 64 x IPB98-F-5-1-1... 18 5. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IPB117-F-5-1-1- x INPARI 1... 18 6. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IR 64 x IPB117-F19-1-1... 19 7. Rataan karakter generatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IR 64 x IPB98-F-5-1-1... 22 8. Rataan karakter generatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IPB117-F-5-1-1- x INPARI 1... 23 9. Rataan karakter generatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IR 64 x IPB117-F19-1-1... 24 10. Tujuh galur padi yang memiliki kriteria PTB... 31 11. Nilai komponen ragam, heritabilitas, dan koefisien keragaman genetik... 31

x DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Serangan hawar daun bakteri pada padi galur IPB161-E-8... 15 2. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan tinggi tanaman... 17 3. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan panjang daun bendera... 19 4. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah anakan produktif... 20 5. Panjang malai padi Ciherang, IR 64 dan IPB161-E-26... 21 6. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan panjang malai... 21 7. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah gabah isi per malai... 25 8. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan persentase gabah hampa... 26 9. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah gabah total per malai... 27 10. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan umur panen... 28 11. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan bobot seribu butir... 29 12. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan produktivitas... 30

xi DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Penyemaian, pemeliharaan dan panen... 37 2. Data iklim stasiun klimatologi Darmaga... 37 3. Karakter agronomi beberapa galur yang data produktivitasnya tidak diperoleh karena tingkat serangan penyakit tungro yang tinggi... 38 4. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap tinggi tanaman, panjang daun bendera, panjang malai, dan jumlah anakan total... 39 5. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, dan jumlah gabah isi... 39 6. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap persentase gabah hampa, jumlah gabah total, bobot seribu butir, dan... 39 7. Deskripsi varietas IR64... 40 8. Deskripsi varietas Ciherang... 41 9. Deskripsi varietas IPB 4S... 42

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan pangan yang penting untuk memenuhi kebutuhan mayoritas masyarakat Indonesia. Pramono et al. (2005) menyatakan bahwa kebutuhan beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Berdasarkan data dari BPS (2012), laju pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar 1.49 % namun tidak diikuti dengan laju peningkatan produksi yang signifikan. Faktor yang menyebabkan produksi belum memenuhi disebabkan lahan persawahan yang dialih fungsikan menjadi perumahan, perluasan jalan, industri dan pelandaian produktivitas. Pelandaian produktivitas ini disebabkan oleh kekerabatan yang tinggi atau latar belakang genetik yang sempit menyebabkan tidak diperolehnya peningkatan potensi hasil yang nyata, sehingga terjadi kemandegan peningkatan potensi hasil padi di Indonesia dan telah tercapainya potensi hasil optimum dari varietas unggul baru. Oleh karena itu perlu dilakukan perakitan varietas unggul yang memiliki potensi hasil lebih tinggi untuk mendukung ketahanan pangan nasional (Susanto et al., 2003; Abdullah et al., 2008). Upaya untuk meningkatkan hasil perlu diadakan program pemuliaan tanaman. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan varietas yang lebih produktif (Allard, 1992). Selanjutnya Las et al. (2003) menyatakan bahwa pengembangan varietas unggul padi yang berpotensi hasil tinggi yaitu melalui perakitan Padi Tipe Baru (PTB). Perakitan PTB yang mempunyai potensi hasil lebih tinggi dari Varietas Unggul Baru (VUB) telah dikembangkan oleh International Rice Research Institute (IRRI). Pembentukan PTB di Indonesia dimulai sejak tahun 1995. Dari program tersebut sudah dilepas PTB generasi pertama yaitu varietas unggul semi tipe baru yaitu Cimelati (2001), Gilirang (2002), Ciapus (2003), dan varietas unggul tipe baru Fatmawati (2003) yang memiliki potensi hasil 7.5-9 ton/ha (BBPTP, 2009). Namun varietas-varietas tersebut masih mempunyai kekurangan,

2 seperti anakan yang terlalu sedikit dan kehampaan yang tinggi yang mengakibatkan potensi hasilnya belum sesuai harapan (Abdullah et al., 2008). Pada tahun 2001 pembentukan PTB lebih diintensifkan dengan menggunakan berbagai sumber gen atau sifat dari indica, japonica, dan padi liar. Dari program persilangan tersebut telah didapatkan galur-galur harapan yang mempunyai sifat-sifat lebih baik, seperti kehampaan lebih rendah dan lebih tahan terhadap hama penyakit (Abdullah et al., 2008). Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB, telah melaksanakan program pengembangan PTB sejak tahun 1999 (Aswidinnoor et al., 2007). IPB telah meluncurkan tujuh varietas PTB seperti Varietas IPB 3S dan IPB 4S yang mampu berpotensi hasil 10-11 ton/ha (Siregar et al., 2012). PTB yang cocok untuk iklim Indonesia memiliki sifat-sifat penting seperti, jumlah anakan sedang tetapi semuanya produktif, jumlah gabah per malai 150-200 butir, gabah bernas 85-95%, bobot 1,000 butir 25-26 g, batang kokoh dan pendek (80-90 cm), daun tegak, sempit berbentuk huruf V dan berwarna hijau tua, 2-3 daun terakhir tidak cepat luruh, akar banyak dan menyebar dalam, gabah langsing dan mutu beras baik, tahan terhadap hama penyakit utama. Dengan sifat-sifat yang dimiliki, PTB diharapkan mampu mencapai potensi hasil 9-13 ton GKG/ha (Abdullah et al., 2008). Sampai saat ini pembentukan galur-galur PTB masih perlu dilakukan untuk dapat dilepas sebagai varietas unggul tipe baru. Tahapan pembentukan sebelum pelepasan varietas antara lain, hibridisasi, seleksi, uji daya hasil pendahuluan, uji daya hasil lanjutan dan multilokasi. Pada penelitian ini dilakukan uji daya hasil pendahuluan pada generasi F5. Galur-galur yang diuji diharapkan berpotensi hasil tinggi dibandingkan varietas unggul yang ada saat ini.

3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil 100 galur PTB generasi F5 untuk mendapatkan galur yang berpotensi hasil lebih tinggi. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan hasil diantara galur-galur yang diuji. 2. Terdapat minimal satu galur PTB yang berdaya hasil tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding.

4 TINJAUAN PUSTAKA Metode Pemuliaan Padi Padi merupakan salah satu tanaman yang dapat menyerbuk sendiri. Tanaman yang menyerbuk sendiri pada mulanya heterozigot akan makin berkurang keragaman genetiknya apabila terjadi penyerbukan sendiri secara terus-menerus. Keragaman tanaman masih dapat terjadi akibat adanya penyerbukan silang yang menyebabkan adanya pertukaran gen dan dapat timbul kombinasi baru yang mungkin dapat dimanipulasi. Terjadinya homozigot dari populasi hasil persilangan dapat berlangsung secara cepat pada tanaman menyerbuk sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan metode pemuliaan tanaman (Poespodarsono, 1988). Metode pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri yang sering digunakan yaitu, introduksi, seleksi, dan hibridisasi. Introduksi merupakan sumber koleksi plasma nutfah baik itu dari plasma nutfah yang diintroduksi di daerah asalnya (center of origin) maupun plasma nutfah yang secara sengaja dibudidayakan di daerah yang bukan asalnya (center of diversity). Seleksi yaitu proses pemilihan individu atau kelompok dari populasi yang beragam untuk memperoleh tanaman yang diharapkan. Hibridisasi merupakan penggabungan sifat dari sepasang atau lebih tetua sehingga kemungkinan tanaman yang diperoleh mempunyai kombinasi sifat yang diharapkan dan lebih unggul dari varietas yang sudah ada (Poespodarsono, 1988; Poehlman and Sleper, 1995). Metode seleksi yang lazim digunakan dalam pemulian padi adalah metode bulk dan pedigree. Metode pedigree sangat efektif dalam pemuliaan tanaman dengan nilai heritabilitas tinggi seperti umur tanaman, tinggi tanaman serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Metode bulk sering dimanfaatkan untuk mengahsilkan galur-galur yang toleran terhadap suhu rendah, kekeringan, salinitas, genangan air, ph rendah serta gangguan hama dan penyakit. Kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing (Harahap dan Silitonga, 1993). Metode pedigree pada prinsipnya seleksi dilaksanakan pada generasi awal (F 2 ) dengan tingkat segregasi yang tinggi, seleksi hasil tidak dapat dilakukan pada

5 generasi F 2, seleksi berdasarkan fenotipe yang dilakukan berulang sampai tingkat homozigositas yang dikehendaki (F 2 -F 6 ), silsilah dari setiap galur diketahui, dan umumnya untuk karakter heritabilitas arti sempit yang tinggi. Tujuan metode ini untuk mendapatkan varietas baru dengan mengkombinasikan gen-gen yang diinginkan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik dari tetuanya (Harahap dan Silitonga, 1993; Syukur et al., 2012). Kelebihan dari metode ini antara lain, hanya keturunan tanaman unggul yang dilanjutkan pada generasi berikutnya, tanaman tidak terlalu banyak karena tiap generasi dilakukan seleksi, hemat lahan, dan silsilah galur dapat diketahui. Kelemahannya yaitu, perlu didukung tenaga ahli, tersedianya fasilitas pengujian hama penyakit, tiap generasi harus dilakukan pencatatan, dan kemungkinan ada genotipe baik yang terbuang pada saat tanaman masih bersegregasi akibat seleksi (Harahap dan Silitonga, 1993; Syukur et al., 2012). Pada prinsipnya metode bulk merupakan metode yang paling sederhana, tidak dilakukan seleksi pada generasi awal. Generasi F 2 sampai F 6 terjadi seleksi secara alami tanpa diseleksi oleh pemulia. Seleksi mulai dilakukan pada generasi diantara F 6 dan F 8 dengan tingkat homozigositas yang tinggi, kemudian diuji daya hasil dan adaptasinya. Kelebihan metode bulk relatif lebih mudah dan tidak banyak memerlukan tenaga terlatih. Kelemahannya silsilah tidak tercatat diawal. Galur yang memiliki potensi hasil melebihi varietas pembanding dapat dilepas menjadi varietas unggul. (Harahap dan Silitonga, 1993; Syukur et al., 2012). Padi Tipe Baru Revolusi Hijau dicirikan dengan adanya varietas IR8 yang sangat responsif terhadap pemupukan yang telah tersebar luas di berbagai negara. Revolusi hijau mampu menghasilkan produksi padi yang meningkat luar biasa. Namun, sejak tahun 1980-an produktivitas padi sawah relatif tidak meningkat karena keragaman genetik yang sempit. Upaya terobosan dilakukan untuk membentuk arsitektur tanaman yang memungkinkan peningkatan produktivitas tanaman. Padi yang dihasilkan kemudian dikenal dengan padi tipe baru (Susanto et al., 2003).

6 Padi Japonica memiliki anakan yang lebih sedikit dibanding padi Indica (Abdullah et al., 2008). Padi tipe baru dirakit dengan memadukan keunggulan sifat tanaman padi subspesies Japonica (tropika dan subtropika) dengan padi subspesies Indica. Potensi hasil PTB 10-20% lebih tinggi dari IR 64 (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2004). Pembentukan Padi Tipe Baru (PTB) di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1995. Hasil perpaduan padi Indica dengan padi Japonica terbentuk PTB generasi pertama. PTB generasi pertama sudah dilepas varietas unggul semi tipe baru yaitu Cimelati (2001), Gilirang (2002), Ciapus (2003), dan varietas unggul tipe baru Fatmawati (2003) yang memiliki potensi hasil 7.5-9 ton/ha (BBPTP, 2009). Namun varietas-varietas tersebut masih mempunyai kekurangan, seperti anakan yang terlalu sedikit dan kehampaan yang tinggi yang mengakibatkan potensi hasilnya belum sesuai harapan (Abdullah et al., 2008). Pada tahun 2001 pembentukan PTB lebih diintensifkan dengan menggunakan berbagai sumber gen dari Indica, Japonica dan Padi liar. Dari persilangan tersebut diperoleh PTB generasi kedua dengan sifat lebih baik dari generasi pertama. Dari program persilangan tersebut telah didapatkan galur-galur harapan yang mempunyai sifat lebih baik seperti kehampaan lebih rendah dan lebih tahan terhadap hama penyakit utama (Abdullah et al., 2008). Pengembangan untuk perakitan PTB terus dilakukan untuk mendapatkan potensi hasil sesuai harapan. Galur-galur yang diuji pada penelitian sebelumnya (Haryadi, 2006), menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji memiliki jumlah gabah bernas lebih banyak dibandingkan varietas IR 64 dan Ciherang. Penelitian yang dilakukan oleh Saniaty (2012) menunjukkan sifat penting pada padi tipe baru antara lain memiliki jumah anakan produktif 10-13 anakan, jumlah gabah total per malai, jumlah gabah isi per malai, persentase gabah isi per malai, bobot seribu butir dan produktivitas yang lebih tinggi dari varietas unggul IR 64, Ciherang dan IPB 4S. Galur-galur PTB bisa mencapai potensi hasil 8-12 ton/ha namun masih menunjukkan persentase gabah hampa yang tinggi. Pembentukan PTB yang cocok untuk iklim Indonesia diarahkan dengan ciriciri (a) jumlah anakan sedang tetapi semuanya produktif (12-18 batang), (b) jumlah gabah per malai 150-200 butir, (c) gabah bernas 85-95%, (d) bobot 1,000

7 butir 25-26 g, (e) batang kokoh dan pendek (80-90 cm), (f) daun tegak, sempit berbentuk huruf V dan berwarna hijau tua, (g) 2-3 daun terakhir tidak cepat luruh, (h) akar banyak dan menyebar dalam, (i) gabah langsing dan mutu beras baik, (f) tahan terhadap hama penyakit utama. Potensi hasil dengan kriteria PTB diharapkan mampu mencapai 9-13 ton GKG/ha (Abdullah et al., 2008). Yoshida (1981) menyebutkan waktu pertumbuhan padi optimum untuk daerah tropis yaitu selama 120 hari. Strategi untuk mengembangkan padi tipe baru yaitu meningkatkan indeks panen 0.6 dan dengan meningkatan kemampuan fotosintesis yang dapat meningkatkan total hasil. PTB harus memiliki potensi hasil 12.5-13 ton/ha (Khush, 1995). Indeks panen dapat ditingkatkan dengan meningkatkan penyimpanan energi dalam biji (gabah) atau meningkatkan ukuran sink. Ukuran sink dapat ditingkatkan dengan jumlah bulir per malai banyak, partisi fotosintesis dalam gabah besar, peningkatan gabah isi, daun tetap stay green, pemeliharaan kesehatan akar, dan meningkatkan resistensi terhadap hama penyakit (Khush, 2001). Uji Daya Hasil Pendahuluan Pembentukan varietas padi bertujuan untuk menghimpun sebanyak mugkin sifat-sifat yang baik ke dalam suatu varietas baru. Hal ini dengan dicirikan oleh perbaikan potensi hasil, kemantapan dan mutu hasil serta umur yang pendek. (Harahap dan Silitonga, 1993). Pemuliaan tanaman banyak ditekankan pada usaha produktivitas hasil pertanian, yang pada akhirnya tujuan pemuliaan tanaman tercapai yaitu adanya kenaikan hasil (Allard, 1992). Pengujian ini diupayakan untuk memperoleh karakter potensi hasil tinggi dengan mengumpulkan semua gen-gen yang diinginkan. Pengembangan galur-galur harapan didahului oleh uji lapang yang intensif untuk menentukan galur yang berpotensi hasil tinggi dan mantap dengan adaptasi luas maupun spesifik. Galur-galur yang dapat memenuhi persyaratan untuk dilepas akan cepat dikembangkan petani bila tersedia benih yang cukup dan bermutu tinggi (Harahap dan Silitonga, 1993).

8 Tahapan dalam pemuliaan tanaman setelah hibridisasi adalah seleksi. Pada tanaman yang memiliki tingkat homozigot yang tinggi maka selanjutnya adalah uji daya hasil pendahuluan, uji daya hasil lanjutan dan pelepasan varietas. Uji daya hasil pendahuluan dapat dilakukan pada generasi F 6 sampai F 8. (Poepodarsono, 1988; Syukur et al., 2012). Pada uji daya hasil pendahuluan dilakukan dalam satu lokasi dan satu musim saja karena galur yang diseleksi sangat banyak namun benih yang ada masih terbatas. Heritabilitas Karakter produksi, kadar protein, dan kualitas hasil dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing mempunyai pengaruh kecil pada karakter itu. Karakter demikian disebut karakter kuantitatif yang banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Permasalahannya adalah seberapa jauh suatu karakter disebabkan faktor genetik sebagai akibat aksi gen dan seberapa jauh disebabkan oleh lingkungan (Syukur et al., 2012). Poespodarsono (1988) menambahkan, masing-masing pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan sulit diketahui secara langsung peranannya. Pengaruh genetik mempunyai arti penting untuk menentukan nilai pemuliaan tanaman. Semakin tinggi perbedaan nilai genetik berarti seleksi akan makin efektif. Karakter yang muncul dari suatu tanaman merupakan hasil dari genetik dan lingkungan, yaitu P = G + E. Ragam fenotipe terdiri dari ragam genetik ( 2 G) dan ragam lingkungan 2 E serta interaksi antara keduanya. Rumus matematisnya: 2 p = 2 G + 2 E + 2 GxE. Ragam genetik suatu populasi sangat penting dalam program pemuliaan sehingga pendugaan peranannya perlu dilakukan. Seberapa besar ragam fenotipe akan diwariskan dan diukur oleh parameter yang dinamakan heritabilitas. Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genotipe dan total ragam fenotipe dari suatu karakter. Hubungan ini menggambarkan seberapa jauh fenotipe yang tampak merupakan refleksi dari genotipe. Heritabilitas dibedakan menjadi heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit (Syukur et al., 2012).

9 Niai heritabilitas dikatakan tinggi apabila nilai > 50%, sedang apabila nilai 20-50% dan rendah apabila nilai < 20% (Mc. Whriter dalam Alnopri, 2004). Sifat kualitatif umumnya mempunyai heritabilitas tinggi, sebaliknya sifat kuantitatif mempunyai heritabilitas rendah. Sifat kualitatif dikendalikan oleh gen sederhana sehingga penampakan sifat tidak kaburkan oleh lingkungan (Pospodarsono, 1988). Nilai duga heritabilitas perlu diketahui untuk menduga kemajuan dari suatu seleksi, apakah karakter tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan. Jika keturunannya mempunyai ragam genetik lebih tinggi daripada ragam lingkungan maka heritabilitas akan tinggi (Syukur et al., 2012). Jika ragam genetik rendah daripada lingkungan maka heritabilitas rendah. Seleksi akan efektif ketika ragam genetik lebih tinggi daripada ragam lingkungan (Poehlman, 1983). Keragaman genetik dan heritabilitas sangat bermanfaat dalam proses seleksi. Seleksi akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik yang luas dan heritabilitas yang tinggi (Syukur et al., 2010). Efektifitas seleksi tanaman dengan hasil tinggi dalam populasi yang beragam akan tergantung pada (a) sejauh mana variabilitas hasil tanaman individu dalam populasi merupakan hasil dari faktor genetik pada tanaman terpilih, (b) sejauh mana variabilitas antara tanaman dengan lingkungan tumbuh. Seleksi tanaman untuk hasil tinggi tidak akan efektif jika variasi lingkungan lebih tinggi dari pada variasi genetik (Poehlman, 1983).

10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan petani Desa Sindang Barang, Kecamatan Laladon, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 300 meter di atas permukaan laut (m dpl) pada bulan Januari sampai Mei 2012. Perhitungan komponen hasil dilakukan di Laboratorium Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Genotipe yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 100 galur PTB dengan tiga varietas pembanding (IR 64, Ciherang, dan IPB 4S). Genotipe yang diuji dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis pupuk dan dosis pupuk yang digunakan yaitu Urea 150 kg/ha, dan Phonska 300 kg/ha. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas peralatan budidaya, grain moisture meter yang digunakan untuk mengukur kadar air, dan timbangan digital. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan augmented dalam RKLT (Rancangan Kelompok Lengkap Teracak) faktor tunggal dengan perlakuan galur. Galur yang digunakan terdiri atas 100 galur PTB dengan 3 varietas unggul pembanding yaitu Ciherang, IR 64, dan IPB 4S yang masing-masing pembanding lima ulangan sehingga berjumlah 115 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan ditanam pada petakan yang berukuran 5 m² dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm, sehingga total luasan petak percobaan ± 600 m².

11 Tabel 1. Galur harapan padi yang diuji, turunan dari tetua persilangan berbeda Tetua persilangan No. IR 64 x IPB98-F-5-1-1 IPB117-F-5-1-1 x INPARI 1 IR 64 x IPB117-F-19-1-1 1. IPB161-E-1 IPB163-E-1 IPB165-E-1 2. IPB161-E-2 IPB163-E-2 IPB165-E-2 3. IPB161-E-3 IPB163-E-3 IPB165-E-3 4. IPB161-E-4 IPB163-E-4 IPB165-E-4 5. IPB161-E-5 IPB163-E-5 IPB165-E-5 6. IPB161-E-6 IPB163-E-6 IPB165-E-6 7. IPB161-E-7 IPB163-E-7 IPB165-E-7 8. IPB161-E-8 IPB163-E-8 IPB165-E-8 9. IPB161-E-9 IPB163-E-9 IPB165-E-9 10. IPB161-E-10 IPB163-E-10 IPB165-E-10 11. IPB161-E-11 IPB163-E-11 IPB165-E-11 12. IPB161-E-12 IPB163-E-12 IPB165-E-12 13. IPB161-E-13 IPB163-E-13 IPB165-E-13 14. IPB161-E-14 IPB163-E-14 IPB165-E-14 15. IPB161-E-15 IPB163-E-15 IPB165-E-15 16. IPB161-E-16 IPB163-E-16 IPB165-E-16 17. IPB161-E-17 IPB163-E-17 IPB165-E-17 18. IPB161-E-18 IPB163-E-18 IPB165-E-18 19. IPB161-E-19 IPB163-E-19 IPB165-E-19 20. IPB161-E-20 IPB163-E-20 IPB165-E-20 21. IPB161-E-21 IPB163-E-21 IPB165-E-21 22. IPB161-E-22 IPB163-E-22 IPB165-E-22 23. IPB161-E-23 IPB163-E-23 IPB165-E-23 24. IPB161-E-24 IPB163-E-24 IPB165-E-24 25. IPB161-E-25 IPB163-E-25 IPB165-E-25 26. IPB161-E-26 IPB163-E-26 IPB165-E-26 27. IPB161-E-27 IPB163-E-27 IPB165-E-27 28. IPB161-E-28 IPB163-E-28 IPB165-E-28 29. IPB161-E-29 IPB163-E-29 IPB165-E-29 30. IPB161-E-30 IPB163-E-30 IPB165-E-30 31. IPB161-E-31 32. IPB161-E-32 33. IPB161-E-33 34. IPB161-E-34 35. IPB161-E-35 36. IPB161-E-36 37. IPB161-E-37 38. IPB161-E-38 39. IPB161-E-39 40. IPB161-E-40 Pembanding 41. Ciherang 42. IR64 43. IPB 4S

12 Model liniernya adalah: Yij=µ+βi+Gj+εij Keterangan: Yij = Nilai pengamatan pada pengaruh perlakuan µ = Nilai tengah umum βi = Pengaruh ulangan ke-i (1,2,3,4,5) Gj = Pengaruh galur ke-j (1,2,3,4,..100) εij = Pengaruh galat percobaan Analisis Data Data dianalisis dengan uji F pada taraf 5%. Apabila hasil uji F berpengaruh nyata maka akan diuji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% dan 1% yang bertujuan untuk membandingkan nilai tengah galur yang diuji dengan pembanding. Untuk mengetahui keragaman genetik dari galur-galur yang diuji dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis ragam Sumber Keragaman (SK) Derajat Bebas (db) Mean Square (M) Block r-1 M0 Perlakuan (g+t)-1 M1 Genotype (G) g-1 M2 Treatment (T) t-1 M3 G x T 1 M4 Error t(r-1) M5 Subadra dan Sjamsudin 2004 Rumus: 2 g = M2-M5 2 P = M2 h 2 bs= ( 2 g/ 2 p ) x 100% KKG = ( 2 g / ) x 100% Keterangan: r (ulangan), t (treatment/varietas pembanding), g (galur yang diuji), 2 2 g (ragam genetik), P (ragam fenotipe), h 2 bs (heritabilitas arti luas), = rataan, ragam lingkungan pada galur yang diuji tidak dapat diduga

13 Pelaksanaan Pra Tanam Benih disemai pada petakan kecil yang dipisah berdasarkan nomor galurnya. Lahan yang akan digunakan diolah terlebih dahulu 1 minggu sebelum tanam. Lahan yang diolah untuk digunakan dalam penelitian seluas ± 600 m². Tanam Bibit yang digunakan berumur 19 HSS (Hari Setelah Semai). Bibit tersebut merupakan hasil persemaian yang diseleksi terlebih dahulu pada generasi sebelumnya. Bibit kemudian dipindah (transplanting) ke petakan yang luasnya 5 m², ditanam 1 bibit per lubang dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Tanaman padi dipupuk dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dipupuk pada 1 Hari Setelah Tanam (HST) dengan pupuk phonska dosis 200 kg/ha. Tahap kedua diberikan pupuk phonska dan urea masing-masing dosis 100 kg/ha pada saat 3 MST. Tahap ketiga diberikan pupuk urea dosis 50 kg/ha pada saat 7 MST. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma sampai ke akar-akarnya. Pengendalian hama penyakit dengan aplikasi insektisida berbahan aktif imidaklorpid. Waktu pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat tanaman terlihat gejala serangan penyakit yaitu mulai pada 3 MST. Pemeliharaan meliputi pengairan sawah dan pengeringan pada saat menjelang panen. Panen Padi yang siap dipanen dicirikan dengan 90% bulir padi telah menguning yaitu sekitar 30 hari setelah berbunga atau 14 MST. Pemanenan dilakukan manual

14 dengan memotong pangkal malai dengan gunting atau sabit kemudian dipisah antar petakan dan antar galur. Pengambilan tanaman contoh dilakukan dengan memilih lima tanaman contoh tiap galur. Pemanenan dilakukan tidak serempak karena umur panen padi berbeda-beda. Bobot panen tiap galur dihitung pada kadar air 14%. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan terdiri dari pengamatan petakan dan pengamatan tanaman contoh. A. Pengamatan petakan 1. Hasil Gabah Kering Giling (GKG), dihitung berdasarkan bobot petakan kemudian dikonversi perhektar pada kadar air 14%. 2. Umur berbunga, dihitung pada saat tanaman berbunga 80%. 3. Umur panen, yaitu umur tanaman pada saat 90% bulir yang ada dalam setiap galur telah masak. B. Pengamatan tanaman contoh 1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari atas permukaan tanah sampai daun bendera yang masih tegak. 2. Panjang daun bendera (cm) 3. Jumlah anakan total, yaitu jumlah total anakan setiap rumpun tanaman contoh. 4. Jumlah anakan produktif, yaitu jumlah anakan yang bermalai. 5. Panjang malai (cm), yaitu diukur dari pangkal malai sampai ujung malai. 6. Bobot 1,000 butir (g). 7. Jumlah gabah bernas per malai, yaitu jumlah gabah yang bernas per malai dihitung dari pengurangan gabah total dengan hampa. 8. Jumlah gabah total per malai, yaitu jumlah gabah total (gabah bernas dan gabah hampa) setiap malai. 9. Presentase gabah hampa per malai (%), yaitu hasil bagi antara jumlah gabah hampa per malai dengan jumlah gabah total di kali 100.

15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan rata-rata di kawasan penelitian sebesar 308 mm/bulan, suhu minimum 25.1 ⁰C dan maksimum 26.2 ⁰C dengan rata-rata suhu 25.8 ⁰C, kelembaban udara sebesar 84.8% yang diukur dari bulan Januari sampai Mei 2012. Penelitian ini menggunakan 100 galur F5 hasil seleksi generasi sebelumnya. Galur yang dipakai merupakan turunan persilangan tiga tetua yaitu IR64 x IPB98-F-5-1-1, IPB117-F-5-1-1- x INPARI1 dan IR64 x IPB117-F19-1-1. Varietas pembanding yang digunakan yaitu IR 64, Ciherang, dan IPB 4S. Serangan hama berupa keong mas (Pomacea canaliculata), walang sangit (Leptocorisa oratorius), dan burung (Lonchura spp). Pengendalian keong mas dengan mengeringkan areal pertanaman dan membuang keong secara manual. Serangan walang sangit muncul ketika padi telah membentuk malai sampai matang susu. Hal ini mengakibatkan bulir padi menjadi hampa dan berwarna kecoklatan. Burung menyerang padi pada pagi hari dan sore hari. (a) (b) Gambar 1. Serangan hawar daun bakteri pada padi galur IPB161-E-8 (a), serangan tungro (b) Gangguan lapang yang ditemui terutama serangan hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) dan tungro mulai menyerang pada saat 3 MST.

16 Tanaman yang bergejala tungro yaitu dengan menyabut tanaman terserang dan membuangnya jauh dari areal pertanaman. Tanaman yang terkena tungro disemprot secara manual dengan menggunakan insektisida yang berbahan aktif imidaklorpid untuk menekan pertumbuhan penyakit. Penyebaran tungro diduga disebabkan karena faktor lingkungan yaitu kelembaban yang tinggi sebesar 84.8%. Menurut Chozin (2006) kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan intensitas serangan penyakit yang tinggi pula. Keragaan Galur-galur Padi Tipe Baru Hasil sidik ragam pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa galur tidak berpengaruh nyata terhadap karakter tinggi tanaman, panjang malai, panjang daun bendera, jumlah anakan total, dan jumlah anakan produktif. Galur berpengaruh nyata pada karakter umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, jumlah gabah total, persentase gabah hampa, bobot 1,000 butir, dan hasil. Galur yang berpengaruh nyata memperlihatkan adanya keragaman terhadap karakter-karakter yang diamati pada galur-galur padi tipe baru Tabel 3. Sidik ragam karakter vegetatif dan generatif tanaman padi Karakter F hitung KK (%) Tinggi tanaman (cm) 0.22 tn 4.69 Panjang malai (cm) 2.35 tn 3.02 Panjang daun bendera (cm) 1.36 tn 8.50 Jumlah anakan total 0.22 tn 33.78 Jumlah anakan produktif 0.22 tn 33.63 Umur berbunga (HSS) 3.10 * 1.94 Umur panen (HSS) 4.15 * 1.28 Jumlah gabah isi 6.23 ** 6.37 Jumlah gabah hampa 3.91 * 18.77 Jumlah gabah total 406.81 ** 9.19 Persentase gabah hampa 4.49 * 13.07 Bobot 1,000 butir (g) 3.08 * 4.06 Hasil 5.31 ** 9.26 Keterangan: *;** (berturut-turut berpengaruh nyata pada taraf 5% dan 1%), tn (tidak berpengaruh nyata), KK (koefisien keragaman) Nilai KK (Koefisien Keragaman) hampir sebagian besar peubah yang diamati berada di bawah 20 %, kecuali peubah jumlah anakan total dan jumlah

Jumlah galur 17 anakan produktif yang memenuhi nilai KK di atas 20%. Ghomez dan Ghomez (2010) menyatakan bahwa nilai KK menunjukan tingkat ketepatan perlakuan yang diperbandingkan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan. Semakin tinggi nilai KK maka keandalan percobaan makin rendah. Karakter Vegetatif Galur-galur Padi Tipe Baru Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman pada uji F. Rataan karakter vegetatif galurgalur yang diuji dapat dilihat pada Tabel 4, 5 dan 6. 60 40 33 44 20 15 4 1 0 90-100 101-110 111-120 121-130 130-140 Tinggi tanaman (cm) Gambar 2. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan tinggi tanaman Hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Gambar 2, galur-galur yang diuji memiliki tinggi tanaman dengan kisaran 94-132 cm. Varietas pembanding Ciherang, IR64, dan IPB4S memiliki tinggi masing-masing 108 cm, 100 cm dan 113 cm. Karakter Galur IPB165-E-18 merupakan galur yang memiliki tinggi terpanjang (132 cm). Galur IPB161-E-29 merupakan galur terpendek yaitu 94 cm. Menurut Rasyad (1999) tanaman padi yang pendek lebih diinginkan agar tahan terhadap kerebahan. Terdapat 37 galur atau 38.1% yang memiliki tinggi tanaman yang pendek.

Tabel 4. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IR 64 x IPB98-F-5-1-1 Galur TT (cm) PDB (cm) J A T J A P Galur TT (cm) PDB (cm) IPB161-E-1 100.3 28.8 16 15 IPB161-E-23 116.5 38.0 14 13 IPB161-E-2 117.9 41.3 10 10 IPB161-E-24 101.6 31.3 14 14 IPB161-E-3 104.3 32.6 10 10 IPB161-E-25 106.9 33.6 13 13 IPB161-E-4 99.2 33.9 9 9 IPB161-E-26 116.3 44.0 12 11 IPB161-E-6 123.3 40.1 11 10 IPB161-E-27 110.1 32.7 13 13 IPB161-E-7 107.1 38.3 16 14 IPB161-E-28 108.3 41.1 14 14 IPB161-E-8 118.1 37.6 11 11 IPB161-E-30 100.8 38.3 12 12 IPB161-E-9 106.1 36.1 12 12 IPB161-E-31 113.9 36.7 18 17 IPB161-E-10 115.6 41.7 13 12 IPB161-E-33 102.6 31.0 16 16 IPB161-E-12 110.0 42.0 12 11 IPB161-E-34 108.3 35.7 15 15 IPB161-E-14 119.4 41.6 14 14 IPB161-E-35 118.2 39.3 14 13 IPB161-E-16 125.0 48.3 11 10 IPB161-E-37 114.7 42.2 18 17 IPB161-E-17 110.1 38.5 14 13 IPB161-E-38 124.2 47.0 17 15 IPB161-E-18 111.2 39.0 12 11 IPB161-E-40 122.7 42.7 14 14 IPB161-E-19 111.0 41.1 11 11 Ciherang 107.8 29.7 18 18 IPB161-E-20 114.3 44.8 13 12 IR 64 99.8 32.8 22 22 IPB161-E-21 115.7 37.4 16 15 IPB 4S 112.8 35.7 12 12 IPB161-E-22 109.0 35.0 14 14 Keterangan: TT (Tinggi Tanaman), PDB (Panjang Daun Bendera), JAT (Jumlah Anakan Total), JAP (Jumlah Anakan Produktif) Tabel 5. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IPB117-F-5-1-1- x INPARI 1 Galur TT PDB JA JA TT PDB JA JA Galur (cm) (cm) T P (cm) (cm) T P IPB163-E-1 121.6 38.9 12 12 IPB163-E-20 117.1 36.2 15 15 IPB163-E-2 104.7 36.3 19 17 IPB163-E-21 117.2 38.8 13 12 IPB163-E-4 118.4 39.1 9 8 IPB163-E-23 125.4 43.4 17 17 IPB163-E-6 122.7 44.2 16 15 IPB163-E-24 126.9 39.6 14 14 IPB163-E-7 117.2 35.8 14 14 IPB163-E-25 119.0 38.3 13 13 IPB163-E-8 115.6 35.1 11 10 IPB163-E-26 121.5 41.4 11 11 IPB163-E-9 118.8 38.7 15 14 IPB163-E-27 114.8 36.0 11 11 IPB163-E-10 113.4 46.5 12 12 IPB163-E-28 125.5 37.4 11 11 IPB163-E-13 121.2 37.1 11 10 IPB163-E-29 118.5 39.7 13 12 IPB163-E-16 110.5 33.8 12 11 Ciherang 107.8 29.7 18 18 IPB163-E-17 107.4 28.5 13 13 IR 64 99.8 32.8 22 22 IPB163-E-18 110.6 30.8 14 13 IPB 4S 112.8 35.7 12 12 IPB163-E-19 111.7 38.4 18 18 Keterangan: TT (Tinggi Tanaman), PDB (Panjang Daun Bendera), JAT (Jumlah Anakan Total), JAP (Jumlah Anakan Produktif) J A T 18 J A P

Jumlah galur Tabel 6. Rataan karakter vegetatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IR 64 x IPB117-F19-1-1 Galur TT PDB JA JA TT PDB JA JA Galur (cm) (cm) T P (cm) (cm) T P IPB165-E-6 119.4 37.0 12 12 IPB165-E-22 107.4 34.8 11 11 IPB165-E-7 111.9 29.2 12 12 IPB165-E-23 111.7 35.6 16 16 IPB165-E-8 107.0 34.1 11 11 IPB165-E-24 120.5 38.3 14 14 IPB165-E-9 108.3 38.6 14 13 IPB165-E-25 118.2 34.3 13 12 IPB165-E-11 123.1 38.8 13 13 IPB165-E-27 103.8 34.5 10 10 IPB165-E-16 111.4 36.3 14 13 IPB165-E-29 127.4 44.0 11 10 IPB165-E-17 99.9 38.5 14 14 Ciherang 107.8 29.7 18 18 IPB165-E-18 132.2 41.7 13 12 IR 64 99.8 32.8 22 22 IPB165-E-19 116.7 36.8 13 12 IPB 4S 112.8 35.7 12 12 IPB165-E-20 114.1 35.1 17 17 Keterangan: TT (Tinggi Tanaman), PDB (Panjang Daun Bendera), JAT (Jumlah Anakan Total), JAP (Jumlah Anakan Produktif) 19 Panjang Daun Bendera Menurut Jennings et al. (1979), daun bendera sangat penting dalam kemampuan untuk menghasilkan karena pemasok utama fotosintat yang langsung didistribusikan ke malai. Sebaran panjang daun bendera dapat dilihat pada Gambar 3. 60 50 40 30 20 10 0 3 18 Gambar 3. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan panjang daun bendera Hasil pengamatan (Gambar 3) menunjukkan bahwa panjang daun bendera yang diuji berada pada kisaran 29-48 cm. Daun bendera terpendek dimiliki galur IPB163-E-17 dengan ukuran 29 cm sedangkan daun bendera terpanjang dimiliki oleh galur IPB161-E-16 dengan ukuran 48 cm. Galur-galur yang diuji secara umum memiliki panjang daun bendera > 30 cm. Saniaty (2012) menyatakan 51 25-30 31-35 36-40 41-45 46-50 Panjang daun bendera (cm) 21 4

Jumlah galur bahwa panjang daun bendera yang 30 cm dan tegak berpotensi untuk diseleksi dan dilakukan uji lebih lanjut. 20 Jumlah Anakan Total dan Jumlah Anakan Produktif Jumlah anakan total galur-galur yang diuji berkisar antara 9-20 anakan. Galur-galur yang duji (> 50%) memiliki jumlah anakan yang sedang (12-18 anakan). Galur IPB161-E-29 memiliki jumlah anakan terbanyak (20 anakan). Abdullah et al. (2008) menyatakan bahwa galur-galur PTB memiliki jumlah anakan sedang. 60 40 20 0 45 48 4 8-12. 13-17 Jumlah anakan produktif 18-20 Gambar 4. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah anakan produktif Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif galur-galur yang diuji berada pada kisaran 8-18 anakan. Galur dengan jumlah anakan produktif 8-12 anakan yaitu sebanyak 45 galur dan IPB 4S, 13-17 anakan sebanyak 48 galur dan Ciherang, dan 18-20 anakan yaitu 4 galur dan IR 64. Galur-galur yang mirip dengan kriteria PTB > 50% memiliki jumlah anakan produktif sedang. Menurut Makarim dan Suhartatik (2009), kapasitas anakan merupakan salah satu sifat utama yang penting pada varietas unggul yang menjadi salah satu peubah potensi hasil. Abdullah et al. (2008) menyatakan bahwa pembentukan PTB diarahkan pada anakan produktif sedang (12-18 anakan). Total anakan per rumpun yang terlalu banyak akan mengakibatkan masa masak malai tidak serempak sehingga akan menurukan produktivitas. Dengan jumlah anakan sedang diharapkan masak malai sama namun bila jumlah gabah per malai banyak

Jumlah galur maka masa pemasakan akan lebih lama sehingga tingkat kehampaan tinggi karena ketidak mampuan source mengisi sink. 21 Karakter Generatif Galur-galur Padi Tipe Baru Panjang Malai Haryadi (2006) menyatakan bahwa panjang malai dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu (a) malai pendek < 20 cm, (b) malai sedang 20-30 cm, dan (c) malai panjang > 30 cm. Perbedaan panjang malai dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Panjang malai padi Ciherang, IR 64 dan IPB161-E-26 80 60 40 20 0 69 24 7 25-27 28-30 31-33 Panjang malai (cm) Gambar 6. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan panjang malai Hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Gambar 6 terlihat bahwa galurgalur yang diuji memiliki panjang malai berkisar 25-33 cm. Galur IPB165-E-1 memiliki malai terpendek yaitu 25 cm, sedangkan galur IPB165-E-29 memiliki malai terpanjang yaitu 33 cm. Varietas pembanding berada pada kategori kelas sedang yaitu dengan panjang malai 27-29 cm.

22 Tabel 7. Rataan karakter generatif galur-galur yang diuji turunan dari tetua IR 64 x IPB98-F-5-1-1 Galur PM (cm) JGI JGT GH (%) BSB (g) UB (HSS) UP (HSS) Hasil (ton/ha) IPB161-E-1 27.1 132 ab 184 31 25.2 93 114 4.780 IPB161-E-2 29.3 197 ab 260 ab 24 d 27.2 93 115 2.720 IPB161-E-3 26.9 174 ab 243 ab 28 27.6 91 115 4.905 IPB161-E-4 27.0 134 ab 226 b 41 bc 29.0 90 110 4.164 IPB161-E-6 29.9 166 ab 204 b 19 d 32.3 ac 90 111 5.827 IPB161-E-7 27.8 187 ab 215 b 12 de 26.6 92 111 5.281 IPB161-E-8 27.8 171 ab 286 ab 39 c 24.4 89 110 3.506 IPB161-E-9 26.2 160 ab 223 b 28 23.1 89 110 4.307 IPB161-E-10 28.5 161 ab 217 b 26 d 29.1 91 115 3.102 IPB161-E-12 26.1 200 ab 281 ab 28 27.0 91 115 4.439 IPB161-E-14 28.4 196 ab 297 ab 34 c 28.7 90 115 6.474 ab IPB161-E-16 26.5 250 abc 336 abc 25 d 28.8 90 114 5.677 IPB161-E-17 29.0 152 ab 209 b 27 d 25.9 92 115 4.847 IPB161-E-18 26.3 182 ab 249 ab 26 d 22.4 92 115 3.757 IPB161-E-19 28.7 157 ab 212 b 25 d 24.0 90 114 3.839 IPB161-E-20 26.9 230 ab 297 ab 24 d 24.6 92 115 4.919 IPB161-E-21 27.9 161 ab 197 18 d 30.6 89 114 6.046 IPB161-E-22 27.5 141 ab 207 b 31 27.5 90 115 2.959 IPB161-E-23 28.2 188 ab 302 ab 37 c 27.8 91 115 2.421 IPB161-E-24 27.2 152 ab 189 19 d 26.8 89 111 4.414 IPB161-E-25 26.4 182 ab 220 17 de 25.8 92 115 4.434 IPB161-E-26 29.1 208 ab 301 ab 30 26.7 93 114 5.374 IPB161-E-27 27.0 188 ab 225 b 17 de 29.1 92 114 5.644 IPB161-E-28 30.6 162 ab 225 b 28 26.2 93 119 abc 4.287 IPB161-E-30 28.4 156 ab 216 b 28 26.6 95 123 abc 3.870 IPB161-E-31 26.3 267 abc 296 ab 10 def 24.3 91 115 c 4.815 IPB161-E-33 27.5 171 ab 225 b 23 d 25.8 90 115 c 4.280 IPB161-E-34 27.0 185 ab 223 b 18 d 26.9 92 116 c 6.194 b IPB161-E-35 29.3 207 ab 259 ab 21 d 26.8 92 111 6.164 b IPB161-E-37 29.8 177 ab 270 ab 35 c 26.6 93 119 abc 4.864 IPB161-E-38 30.0 218 ab 307 ab 29 27.0 93 116 c 6.485 ab IPB161-E-40 30.0 215 ab 288 ab 25 d 25.4 91 115 c 5.227 Ciherang 25.5 96 160 39 28.1 91 114 4.686 IR 64 27.0 94 132 29 29.5 87 113 4.935 IPB 4S 29.2 193 249 22 28.5 86 109 5.519 Keterangan: angka yang diikuti huruf a, b, c masing-masing nyata lebih tinggi dari pada varietas Ciherang, IR 64 dan IPB 4S; angka yang diikuti huruf d, e, f masing-masing nyata lebih rendah dari pada varietas Ciherang, IR 64, dan IPB 4S; JGI (jumlah gabah isi), JGT (jumlah gabah total), GH (persen gabah hampa), BSB (bobot seribu butir), UB (umur berbunga), UP (umur panen)

Tabel 8. Rataan karakter generatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IPB117-F-5-1-1- x INPARI 1 Galur PM (cm) JGI JGT GH (%) BSB (g) UB (HSS) UP (HSS) Hasil (ton/ha) IPB163-E-1 27.4 191 ab 313 ab 36 c 26.8 94 116 c 4.900 IPB163-E-2 28.4 177 ab 234 ab 29 27.6 90 111 4.463 IPB163-E-4 29.7 141 ab 275 ab 48 bc 30.7 91 115 c 3.545 IPB163-E-6 29.3 216 ab 309 ab 30 28.9 93 116 c 4.256 IPB163-E-7 28.9 150 ab 258 ab 42 bc 31.4 90 115 c 3.559 IPB163-E-8 27.6 162 ab 244 ab 32 29.1 89 115 c 5.016 IPB163-E-9 27.9 166 ab 218 b 23 d 27.1 90 115 c 4.805 IPB163-E-10 28.9 145 ab 235 ab 38 c 25.0 91 116 c 5.984 IPB163-E-13 29.3 201 ab 266 ab 26 d 33.1 abc 90 115 c 5.127 IPB163-E-16 28.1 188 ab 250 ab 25 d 26.7 90 115 c 5.800 IPB163-E-17 27.3 169 ab 212 b 20 d 25.9 91 115 c 5.971 IPB163-E-18 27.6 185 ab 259 ab 29 27.2 88 111 4.464 IPB163-E-19 29.6 203 ab 259 ab 23 d 28.3 89 111 4.766 IPB163-E-20 29.2 201 ab 229 ab 12 de 29.3 91 115 c 6.903 ab IPB163-E-21 29.3 235 abc 296 ab 21 d 26.4 92 115 c 4.293 IPB163-E-23 26.9 199 ab 287 ab 30 26.8 98 119 abc 4.763 IPB163-E-24 29.0 181 ab 273 ab 34 c 31.0 94 119 abc 5.506 IPB163-E-25 28.1 216 ab 271 ab 20 d 26.3 91 115 c 5.553 IPB163-E-26 31.6 180 ab 288 ab 36 c 29.8 90 115 c 5.331 IPB163-E-27 29.5 186 ab 245 ab 24 d 26.9 90 115 c 4.841 IPB163-E-28 28.5 251 abc 318 abc 21 d 26.7 92 115 c 6.246 a IPB163-E-29 29.5 195 ab 251 ab 23 d 27.2 92 115 c 5.236 Ciherang 25.5 96 160 39 28.1 91 114 4.686 IR 64 27.0 94 132 29 29.5 87 113 4.935 IPB 4S 29.2 193 249 22 28.5 86 109 5.519 Keterangan: angka yang diikuti huruf a, b, c masing-masing nyata lebih tinggi dari pada varietas Ciherang, IR 64 dan IPB 4S; angka yang diikuti huruf d, e, f masing-masing nyata lebih rendah dari pada varietas Ciherang, IR 64, dan IPB 4S; JGI (jumlah gabah isi), JGT (jumlah gabah total), GH (persen gabah hampa), BSB (bobot seribu butir), UB (umur berbunga), UP (umur panen) 23

Tabel 9. Rataan karakter generatif galur-galur padi yang diuji turunan dari tetua IR 64 x IPB117-F19-1-1 Galur PM (cm) JGI JGT GH (%) BSB (g) UB (HSS) UP (HSS) Hasil (ton/ha) IPB165-E-6 30.0 131 ab 243 ab 45 bc 30.2 92 116 c 4.219 IPB165-E-7 28.2 153 ab 220 b 30 26.0 89 111 4.753 IPB165-E-8 27.9 154 ab 211 b 28 31.4 95 119 abc 3.877 IPB165-E-9 29.2 171 ab 207 b 17 de 26.9 92 115 c 5.402 IPB165-E-11 31.1 182 ab 236 ab 23 d 29.4 91 117 c 6.968 abc IPB165-E-16 26.2 150 ab 204 b 26 d 28.9 91 115 5.438 IPB165-E-17 28.7 187 ab 265 ab 30 23.9 93 116 c 3.587 IPB165-E-18 29.7 170 ab 345 abc 51 bc 26.7 94 116 c 4.057 IPB165-E-19 27.2 198 ab 240 ab 18 d 29.5 92 116 c 7.002 abc IPB165-E-20 25.6 130 ab 188 30 30.5 92 113 5.625 IPB165-E-22 28.0 166 ab 234 ab 29 27.3 92 115 c 4.489 IPB165-E-23 28.2 146 ab 193 24 d 29.9 92 116 c 5.354 IPB165-E-24 29.1 175 ab 274 ab 36 c 27.4 92 115 c 3.686 IPB165-E-25 31.0 167 ab 218 b 23 d 30.6 92 115 c 4.972 IPB165-E-27 29.3 209 ab 284 ab 26 d 25.4 92 115 c 2.822 IPB165-E-29 33.0 164 ab 309 ab 47 bc 26.7 98 abc 119 abc 3.437 Ciherang 25.5 96 160 39 28.1 91 114 4.686 IR 64 27.0 94 132 29 29.5 87 113 4.935 IPB 4S 29.2 193 249 22 28.5 86 109 5.519 Keterangan: Angka yang diikuti huruf a, b, c masing-masing nyata lebih tinggi dari pada varietas Ciherang, IR 64 dan IPB 4S; angka yang diikuti huruf d, e, f masing-masing nyata lebih rendah dari pada varietas Ciherang, IR 64, dan IPB 4S; JGI (jumlah gabah isi), JGT (jumlah gabah total), GH (persen gabah hampa), BSB (bobot seribu butir), UB (umur berbunga), UP (umur panen) 24 Galur-galur yang diuji hampir semuanya memiliki panjang malai kategori kelas sedang. Tujuh galur berada pada kategori malai panjang (> 30 cm) yaitu galur IPB161-E-28, IPB163-E-5, IPB163-E-26, IPB165-E-11, IPB165-E-21, IPB165-E-25, dan IPB165-E-29. Lestari et al. (2007) menyatakan bahwa malai yang terlalu panjang dapat menyebabkan waktu pemasakan antara bulir awal sampai bulir akhir muncul terlalu jauh sehingga banyak menghasilkan gabah hampa. Hal ini dapat dilihat ketujuh galur tersebut memiliki persentase gabah hampa > 20 %.

Jumlah galur 25 Jumlah Gabah Isi Jumlah gabah per malai, persentase gabah isi dan berat 1,000 butir gabah merupakan bagian penentu komponen hasil (Prajitno et al. 2006). Hasil uji lanjut BNT menunjukkan hampir semua galur memiliki jumlah gabah isi lebih tinggi dari varietas Ciherang dan IR 64. Gabah isi tiga pembanding Ciherang, IR 64 dan IPB 4S berturut-turut 96, 94, dan 193 butir gabah per malai. Galur IPB161-E-16, IPBI6I-E-31, IPB163-E-21, dan IPB163-E-28 memiliki jumlah gabah isi nyata lebih tinggi dari semua pembanding yaitu 250, 267, 235 dan 251 butir gabah per malai. Sebaran jumlah gabah isi per malai dapat dilihat pada Gambar 7. 80 60 40 20 0 62 19 14 2 100-150 151-200 201-250 251-300 Gabah isi (butir per malai) Gambar 7. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah gabah isi per malai Hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Gambar 7, galur-galur yang diuji memiliki jumlah gabah isi kisaran 100-300 butir gabah per malai. Secara umum galur-galur yang diuji memiliki gabah isi 150-200 butir gabah per malai. Menurut Susilawati et al. (2010) rendahnya gabah isi dan terbatasnya kemampuan genotipe dalam menghasilkan gabah isi menunjukkan belum seimbangnya translokasi fotosintat dari sumber (source) ke pengumpul (sink). Sink yang terlalu besar daripada source mengakibatkan pengisian biji tidak sempurna sehingga persen jumlah gabah hampa menjadi tinggi. Persentase Gabah Hampa Berdasarkan hasil uji lanjut BNT persentase gabah hampa nyata lebih rendah dari semua pembanding dimiliki oleh galur IPB161-E-31 sebesar 10%, persentase gabah hampa lebih rendah dari varietas Ciherang sebanyak 42 galur,

Jumlah galur dan lebih rendah dari IR 64 sebanyak 5 galur. Sebaran persentase gabah hampa dapat dilihat pada Gambar 8. 26 60 51 40 33 20 12 1 0 1-10% 11-20% 20-30% >30% Gabah hampa (%) Gambar 8. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan persentase gabah hampa Hasil pengamatan pada Gambar 8 menunjukkan bahwa secara umum galurgalur yang diuji masih memiliki persentase kehampaan yang tinggi (>20%). Galur-galur tersebut salah satunya diduga kurang tahan terhadap serangan penyakit hawar daun bakteri dan tungro yang ada di lapang. Abdullah et al. (2008) menyatakan bahwa hubungan antara jumlah gabah dan persentase gabah isi biasanya berkolerasi negatif. Hal ini ada hubungannya dengan keseimbangan sumber dan limbung yang dipengaruhi oleh organ-organ lain seperti daun, batang, akar dan lingkungan. Menurut Deptan (2007) galur-galur yang terserang penyakit tungro pada saat 3 MST akan mengakibatkan kehilangan hasil mencapai 30%. Jumlah Gabah Total Berdasarkan uji BNT, galur IPB161-E-16, IPB163-E-28, dan IPB165-E-18 memiliki gabah total nyata lebih tinggi dari semua pembanding berkisar 318-345 butir gabah per malai. Galur yang nyata lebih tinggi dari varietas Ciherang dan IR 64 sebesar 60%. Sebaran jumlah gabah total per malai dapat dilihat pada Gambar 9.

Jumlah galur 27 50 43 40 35 30 20 10 9 10 0 151-200 201-250 251-300 300-350 Gabah total ( butir per malai) Gambar 9. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan jumlah gabah total per malai Pada Gambar 9 ditunjukkan bahwa jumlah gabah total berada pada kisaran 151-350 butir gabah per malai. Galur IPB165-E-1 memiliki jumlah gabah total paling sedikit yaitu 152 butir gabah per malai. Galur IPB165-E-18 memiliki jumlah gabah total terbanyak yaitu 345 butir gabah permalai, namun galur ini memiliki persentase gabah hampa yang tinggi (51%). Gabah total yang banyak pada galur-galur yang diuji belum tentu memiki jumlah gabah isi yang banyak. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa galur IPB165-E-18 hanya memiliki gabah isi lebih rendah dari varietas IPB 4S. Setiobudi et al. (2008) menyatakan bahwa penentuan gabah isi ditentukan oleh perbandingan source dan sink, laju translokasi asimilat ke setiap unit gabah, suhu udara siang dan malam dan intensitas radiasi surya selama fase reproduktif. Umur Berbunga Galur-galur yang diuji memiliki kisaran umur berbunga antara 88-101 hari setelah semai (HSS). Galur IPB163-E-18 berbunga lebih awal (88 HSS) daripada galur yang lainnya, galur IPB165-E-14 berbunga lebih lama (101 HSS). Varietas Ciherang, IR 64, dan IPB 4S masing-masing memiliki umur berbunga berturutturut 91, 89, 86 HSS. Berdasarkan uji BNT, galur IPB161-E-15, IPB161-E-36, IPB161-E-39, IPB165-E-14, IPB165-E-26, IPB165-E-29, dan IPB165-E-30 memiliki umur berbunga berbeda nyata lebih lama dari semua pembanding.

28 Umur Panen Hasil uji BNT menunjukkan bahwa 16 galur memiliki umur panen nyata lebih lama dari semua pembanding. Umur panen pembanding berada pada kisaran 109-114 HSS. Sebaran jumlah umur panen dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan umur panen Berdasarkan data yang disajikan pada Gambar 10, umur panen galur-galur yang diuji berada pada kisaran 110-127 HSS. Hampir semua galur memiliki umur genjah (110-120 hari). Yoshida (1981) menyatkan bahwa varietas yang tumbuh terlalu lama tidak akan memberikan hasil yang tinggi karena pertumbuhan vegetatif yang terlalu lama akan mengakibatkan hama penyakit menyerang tanaman. Prajitno et al. (2006) menambahkan umur varietas padi daerah tropis yang optimum untuk dapat berpotensi hasil tinggi adalah 120 hari karena tanaman memiliki kecukupan waktu untuk memanfaatkan energi matahari dan unsur hara yang ada di dalam tanah. Bobot Seribu Butir Prajitno et al. (2006) menyebutkan bobot 1,000 butir merupakan komponen yang memengaruhi potensi hasil. Berdasarkan hasil uji lanjut BNT, galur IPB161-E-6 memiliki bobot 1,000 butir lebih tinggi dari varietas Ciherang dan IPB 4S yaitu sebesar 32.3 g, sedangkan IPB163-E-13 memiliki bobot 1,000 butir nyata lebih tinggi dari ketiga varietas pembanding yaitu sebesar 33.1 g. Sebaran bobot 1,000 butir dapat dilihat pada Gambar 11.

Jumlah galur 29 80 60 40 20 0 58 30 8 1 21-24 25-28 29-32 >32 Bobot 1,000 butir (g) Gambar 11. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan bobot seribu butir Berdasarkan sebaran bobot seribu butir yang ditunjukkan pada Gambar 11, terdapat 85% dari galur-galur yang diuji memiliki bobot 1,000 butir di atas 25 g. Galur IPB163-E-8 memiliki bobot 1,000 butir terendah yaitu 21.9 g, sedangkan galur IPB163-E-13 memiliki bobot tertinggi yaitu 33.1 g. Namun Prajitno et al. (2006) menyebutkan makin tinggi berat 1,000 butir gabah tidak selalu diikuti dengan hasil yang tinggi. Hal ini ditunjukan potensi hasil galur IPB163-E-13 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding (Tabel 8). Produktivitas Hasil uji lanjut BNT menunjukkan enam galur memiliki hasil yang nyata lebih tinggi dari varietas Ciherang, tujuh galur memiliki hasil nyata lebih tinggi dari varietas IR 64, dan dua galur memiliki hasil nyata lebih tinggi dari ketiga varietas pembanding yaitu galur IPB165-E-11dan IPB165-E-19. Kedua galur tersebut diikuti oleh komponen yang menentukan potensi hasil, seperti ukuran panjang malai 27.2-31.1 cm, jumlah anakan produktif 12-13 anakan, jumlah gabah isi 182-198 butir per malai, dan bobot 1,000 butir yang tinggi 29.4-29.5 g. Sebaran produktivitas dapat dilihat pada Gambar 12.

Jumlah galur 30 60 50 40 30 20 10 0 53 14 3 5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 Produktivitas (ton/ha) Gambar 12. Sebaran jumlah galur padi berdasarkan produktivitas Berdasarkan sebaran produktivitas yang ditunjukkan pada Gambar 12, potensi hasil dari semua galur yang diuji berada pada kisaran 2.42-7.00 ton/ha. Potensi hasil untuk pembanding berada pada kisaran 4.69-5.52 ton/ha. Galur IPB161-E-23 memiliki hasil terendah 2.42 ton/ha, sedangkan IPB165-E-19 memiliki hasil tertinggi 7.00 ton/ha Secara umum galur-galur yang diuji masih memiliki hasil yang rendah. Kehilangan potensi hasil ini diduga disebabkan oleh serangan penyakit hawar daun bakteri (HDB). Menurut Suryadi et al. (2006) HDB disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Poehlman (1983) menambahkan penyakit tersebut merusak bagian daun, padahal daun bendera merupakan organ pensuplai fotosintat untuk pengisian biji. Djatmiko (2011) menyatakan bahwa kehilangan hasil yang diakibatkan oleh HDB bisa mencapai 70-80%. Penyakit lain yang menyerang adalah tungro pada saat 3 MST. Tungro dapat merusak bagian daun pada fase vegetatif yang menyebabkan warna daun kuning sehingga proses fotosintesis terganggu. Norman et al. (1995) menyatakan produktivitas tanaman erat kaitannya dengan proses fisiologis tanaman yaitu fotosintesis. Laju fotosintesis bersih dipengaruhi oleh index luas daun (ILD), bentuk kanopi, dan produktivitas bahan kering. Tujuh galur telah dipilih berdasarkan kriteria PTB yang memiliki hasil > 6 ton GKG/ha sesuai yang diungkapkan oleh Makarim dan Suhartatik (2006) bahwa tuntutan masa kini produktivitas padi berada pada level tinggi (> 6 ton GKG/ha). Tujuh galur tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

31 Tabel 10. Tujuh galur padi yang berpotensi memiliki kriteria PTB Galur Jumlah Anakan Produktif Jumlah Gabah Isi Bobot Seribu Butir (g) Produktivitas (ton/ha) IPB161-E-14 14 196 28.7 6.474 IPB161-E-35 13 207 26.8 6.164 IPB161-E-38 15 218 27.0 6.485 IPB163-E-20 15 201 29.3 6.903 IPB163-E-28 11 251 26.7 6.246 IPB165-E-11 13 182 29.4 6.968 IPB165-E-19 12 198 29.5 7.002 Ciherang 18 96 28.1 4.686 IR 64 22 94 29.5 4.935 IPB 4S 12 193 28.5 5.519 Keragaman Genetik dan Heritabilitas Sesuai dengan komponen ragam genetiknya, heritabilitas dibedakan menjadi heritabilitas arti luas (h 2 (bs)) dan heritabilitas arti sempit (h 2 (ns)) (Syukur et al., 2012). Menurut Mc Whirter dalam Alnopri (2004) nilai heritabilitas dibagi menjadi tiga, yaitu: tinggi apabila nilai heritabilitas > 50%, sedang apabila nilai heritabilitas 20-50%, dan rendah apabila nilai heritabilitas < 20%. Tabel 11. Nilai komponen ragam, heritabilitas dan koefisien keragaman genetik Karakter 2 g 2 f h 2 bs (%) KKG Tinggi tanaman 0 1.13 0 0 Panjang malai 0.24 0.41 57.39 1.70 Panjang daun bendera 0.91 3.33 27.32 2.51 Jumlah anakan total 0 1.13 0 0 Jumlah anakan produktif 0 1.07 0 0 Umur berbunga 0.97 1.44 67.77 1.07 Umur panen 1.66 2.18 75.88 1.11 Jumlah gabah isi 145.40 173.20 83.94 6.90 Jumlah gabah hampa 123.36 165.72 74.44 15.08 Jumlah gabah total 294.21 294.94 99.75 6.90 Persentase gabah hampa 12.24 15.74 77.75 11.95 Bobot seribu butir 0.63 0.93 67.49 2.89 Hasil 0.23 0.28 81.16 9.43 Keterangan: 2 g (ragam genetik), 2 f (ragam fenotipe), h 2 bs (nilai heritabilitas), KKG (koefisien keragaman genetik)

32 Pada Tabel 11, nilai heritabilitas berkisar antara 27.32% sampai 99.75% kecuali untuk karakter tinggi tanaman, jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif. Karakter yang menunjukkan nilai heritabilitas tinggi yaitu panjang malai, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi, jumlah gabah total, jumlah gabah hampa, persentase gabah hampa, bobot seribu butir, dan hasil. Karakter dengan nilai heritabilitas tinggi dapat dipakai untuk menduga kemajuan seleksi Nilai koefisien keragaman genetik yang digunakan dibagi menjadi tiga yaitu sempit 0-10%, sedang 10-20%, dan luas > 20% (Alnopri 2004). Nilai KKG sedang terdapat pada karakter jumlah gabah hampa dan persentase gabah hampa. Nilai KKG yang luas tidak ditemukan pada hasil perhitungan padahal menurut Alnopri (2004) KKG yang luas merupakan salah satu syarat keberhasilan seleksi terhadap karakter yang diinginkan.

33 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Produktivitas galur yang diuji berada pada kisaran 2.42-7.00 ton/ha, jumlah gabah isi galur yang diuji ada yang lebih tinggi dari varietas unggul Ciherang dan IR 64, total anakan produktif sedang tetapi memiliki persentase gabah hampa yang masih tinggi yaitu 10-53%. Galur IPB161-E-14, IPB161-E-35, IPB161-E-38, IPB163-E-20, IPB163-E-28, IPB165-E-11, dan IPB165-E-19, memiliki potensi hasil lebih tinggi berdasarkan kriteria PTB yaitu jumlah anakan produktif 11-15 anakan, gabah berisi 150-251 butir gabah per malai, bobot 1,000 butir 26.7-30.8 g, dan produktivitas > 6 ton/ha. Saran Perlu ada uji lanjut terhadap tujuh galur yang berdaya hasil tinggi dan dilakukan pengamatan ketahanannya terhadap hama dan penyakit.

34 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, B., S. Tjokrowidjojo, dan Sularjo. 2008. Status, Perkembangan, dan Prospek Pembentukan Padi Tipe Baru di Indonesia. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan; Inovasi Teknologi Tanaman Pangan, Buku 2: Penelitian dan Pengembangan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 269-287 hal. Allard, R.W. 1992., Pemuliaan Tanaman. p. 3-9. In Mulyadi (Ed.). Principles of Plant Breeding. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Alnopri. 2004. Variabilitas genetik dan heritabilitas sifat-sifat pertumbuhan bibit tujuh genotipe kopi robusta-arabika. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 6(2):91-96. Aswidinnoor, H., W.B. Suwarno, I.G. Cempaka, R. Indriani, dan W.S. Nurhidayah. 2007. Uji Daya Hasil Lanjutan Galur Harapan Padi Sawah Tipe Baru di Tiga Lokasi. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif. Departemen Agronomi, Faperta IPB. Bogor. 222-225 hal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2004. Laporan Tahunan 2003 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. BPPP. Bogor. 59 hal. BPS. 2012. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut provinsi. http://www. bps.go.id. [2 Februari 2012]. Chozin, M.A. 2006. Peran Ekofisiologi Tanaman Dalam Pengembangan Teknologi Budidaya Pertanian. IPB. Bogor. 78 hal. [Deptan] Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Pengendalian OPT Serealia. Departemen Pertanian. Jakarta. 88 hal. Djatmiko, H.A. dan A. Iqbal. 2011. Inovasi Teknologi Pengelolaan Penyakit Hawar Daun Bakteri dalam Budidaya Tanaman Padi Ramah Lingkungan Melalui Bakterisida Berbasis Bacillus sp. B1. Seminar Nasional Pemuliaan Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal Menghadapi Tantangan Globalisasi. PERIPI. Purwokerto. Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 2010. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian (diterjemahkan dari: Statistical Prosedures for Agricultural Research, penerjemah: E. Sjamsuddin dan J. S. Baharsjah). UI-Press. Jakarta 698 hal. Harahap, Z. dan T.S. Silitonga. 1993. Perbaikan Varietas Padi, 335-361 hal. M. Ismunadji, S. Partoharjono, M. Syam, A. Widjono (penyunting). Padi Buku 2 Cetakan Kedua. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Haryadi, F.F. 2006. Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur F5 Padi Sawah Tipe Baru (Oryza sativa L.). Skripsi. Program Sarjana, IPB. Bogor. 43 hal. Jennings, P.R., W.R. Coffman, and H.E. Kauffman. 1979. Rice Improvement. Interational Rice Research Institute. Los banos, Philippines. 186 p.

Khush, G.S. 1995. Breaking the yield frontier of rice. Geo Journal 35(3):329-332. Khush, G.S. 2001. New Plant Type of Rice for Increasing The Genetic Yield Potential. p. 101. In J.S. Nanda. Rice Breeding and Genetics: Research Priorities and Challenges Science Publishers, Inc. USA. Las, I., B. Abdullah, dan A.A. Daradjat. 2003. Padi tipe baru dan padi hibrida mendukung ketahanan pangan. Tabloid Sinar Tani. Lestari, A.P., H. Aswidinnoor., dan Suwarno. 2007. Uji daya hasil pendahuluan dan mutu beras 21 padi hibrida harapan. Bul. Agron. 35(1)1-7. Makarim A. dan E. Suhartatik. 2006. Budidaya padi dengan masukan in situ menuju perpadian masa depan. Iptek Tanaman Pangan 1:19-29. Makarim A., dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 295-330 hal. Norman, M.J.T., C.J. Pearson and P.G.E. Searle. 1995. The Ecology of Tropical Food Crops Second Edition. Cambridge University Press. 430 p. Poehlman, J.M. 1983. Breeding Field Crops Second Edition. The Avi Publishing Company, Inc. USA. 486 p. Poehlman, J.M. and D.A. Sleper. 1995. Breeding Field Crops Fourth Edition. Iowa State University Press. USA. 494 p. Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. IPB. Bogor. 169 hal. Prajitno al K.S., R. Mudijisihono, dan B. Abdullah. 2006. Keragaan beberapa genotipe padi menuju perbaikan mutu beras. http://ntb.litbang.deptan. go.id. [26 Desember 2012]. Pramono, J., Basuki, S., dan Widarto. 2005. Upaya peningkatan produktivitas padi sawah melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu. Agrosains 7(1):1-6. Rasyad, A. 1999. Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter agronomis padi lahan pasang surut di Kabupaten Bengkalis dan Indragiri Hilir. PERIPI. Sumedang. 80-86 hal. Saniaty, A. 2012. Uji Daya Hasil Pendahuluan 100 Galur Zuriat F5 Padi Tipe Baru Hasil dari 3 Kombinasi Persilangan IPB117-F-5-1-1 X IR64, IPB98-F- 5-1-1 X IR64, dan Cimelati X IPB97-F-31-1-1. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 40 hal. Setiobudi, D., B. Abdullah, H. Sembiring, dan I.P. Wardana. 2008. Peningkatan Hasil Padi Tipe Baru melalui Pengelolaan Hara Pupuk Nitrogen. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan; Inovasi Teknologi Tanaman Pangan, Buku 2: Penelitian dan Pengembangan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 345-353 hal. Siregar, I.Z., N. Khumaida, D. Noviana, M.H. Wibowo, dan Azizah. 2012. Buku Varietas Tanaman Unggul IPB. IPB. Bogor. 41 hal. 35

Subadra, I.S. dan E. Sjamsudin. 2004. Seleksi generasi awal tanaman kedelai menggunakan rancangan Augmented. Forum Statistika dan Komputasi. September 2004:163-168. Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki, I.N. Widiarta. A. Setyono, S.D. Indrasari, O.S. Lesmana, dan H. Sembiring. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 105 hal. Suryadi, Y., T.S. Kadir, dan M. Machmud. 2006. Deteksi Xanthomonas oryzae pv. Oryzae, Penyebab Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol. 25(2):108-115. Susanto, U., A.A. Daradjat, dan B. Suprihatno. 2003. Perkembangan pemuliaan padi sawah di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 22(3):125-131. Susilawati. B.S. Purwoko., H. Aswidinnoor., dan E. Santosa. 2010. Keragaan varietas dari galur padi tipe baru Indonesia dalam sistem ratun. Jurnal Agronomi Indonesia 38(3):177-184. Syukur, M., S. Sujiprihati, dan A. Siregar. 2010. Pendugaan parameter genetik beberapa karakter agronomi cabai F4 dan evaluasi daya hasilnya menggunakan rancangan perbesaran (augmented design). Jurnal Agrotropika (15)1:9-16. Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2012. Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 348 hal. Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Crop Science. IRRI. Los Banos, Philippines. 267 p. 36

37 LAMPIRAN Lampiran 1. Penyemaian, pemeliharaan dan panen Penyemaian Pemeliharaan Keluarnya malai Panen Lampiran 2. Data iklim stasiun klimatologi Darmaga Bulan Curah hujan (mm) Temperatur ( C) Kelembaban udara (%) Penyinaran matahari Lama (%) Intensitas (Cal/cm2) November 457.7 26.2 80 56 457.7 Desember 344.6 26.1 84 44 344.6 Januari 272.0 25.1 86 28 224.0 Februari 548.9 25.6 87 57 318.3 Maret 136.0 26.2 80 55 310.0 April 389.5 26.0 86 61 296.0 Mei 194.8 26.1 85 75 296.4