Pemanfaatan Likopen Tomat (Lycopersicum esculentum MILL) Dalam Sediaan Soft Candy Sebagai Suplemen Antioksidan

dokumen-dokumen yang mirip
SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Online Jurnal of Natural Science Vol 5(1) : ISSN: Maret 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

PEMANFAATAN TOMAT AFKIRAN UNTUK PRODUKSI LIKOPEN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III BAHAN DAN METODE

Bab III Bahan dan Metode

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 Kg buah. Dalam satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN

1 I PENDAHULUAN. (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

METODE. Materi. Rancangan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Bioteknologi Universitas

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Formulir organoleptik

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEH BUAH SALAK BONGKOK PADA VARIASI SUHU PENYEDUHAN

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

Perhitungan 20 g yang setara 30 kali kemanisan gula. = 0,6667 g daun stevia kering

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

INTISARI UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. sangat beragam dan tergolong ke dalam jenis buah tropis seperti rambutan, nanas,

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Dilihat dari karakter fisiknya, murbei merupakan buah yang berasa segar manis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

Transkripsi:

, Vol.03, No.02, Oktober 2016, hal: 95-106 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 95 Pemanfaatan Likopen Tomat (Lycopersicum esculentum MILL) Dalam Sediaan Soft Candy Sebagai Suplemen Antioksidan *Yonelian Yuyun, Seprililianti, Yusriadi Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Tadulako Email : yoneli_redrose@yahoo.com ABSTRAK Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Likopen merupakan salah satu kandungan kimia terbanyak dalam tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata mengandung likopen sebanyak 3-5 mg. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembentuk gel soft candy gelatin (F1), pektin (F2) dan kombinasi gelatin pektin (F3) terhadap karakteristik soft candy dan mengetahui aktivitas antioksidan likopen tomat soft candy. Analisis yang dilakukan meliputi organoleptik, kadar likopen, aktivitas antioksidan dan pengujian sifat kimia meliputi: ph, kadar air, dan kadar abu. Pengujian organoleptik F1 menghasilkan warna merah bata, F2 orange kemerahan dan F3 orange muda. Tiap formula menghasilkan aroma dan rasa jeruk dengan tekstur kenyal. Kadar likopen dalam tiap formula secara berturut-turut untuk F1, F2, dan F3 0,0059%; 0,0035% dan 0,0042%. Hasil statistik one way ANOVA pada karakteristik soft candy menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada pengujian ph dan pengujian kadar abu tetapi tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada pengujian kadar air. Formulasi soft candy ekstrak likopen tomat memiliki aktivitas antioksidan dengan persen peredaman pada tiap formula secara berturut untuk F1, F2 dan F3 sebesar 83,089%; 82,635% dan 87,945%. Ketiga nilai aktivitas tersebut termasuk dalam kategori antioksidan yang tinggi. Kata Kunci: Likopen tomat, soft candy, DPPH ABSTRACT Tomato (Solanum lycopersicum) is a plant that is very well known by the people of Indonesia. Lycopene is one of the largest chemical content in tomatoes, 100 grams of tomatoes contain lycopene average as much as 3-5 mg. The aim of research is to determine the effect of the use of gelling gelatin soft candy (F1), pectin (F2) and the combination of gelatin pectin (F3) on the characteristics of soft candy and determine antioxidant activity of lycopene tomatoes soft candy. Analysis was conducted on the organoleptic, levels of lycopene, the antioxidant activity and chemical properties testing include: ph, moisture content and ash content. Organoleptic testing F1 produce color brick red, reddish orange F2 and F3 young orange. Each formula produces aroma and citrus flavor with a chewy texture. Levels of lycopene in each successive formula for F1, F2, and F3 0.0059%;

96 0.0035% and 0.0042%. One-way ANOVA statistical results on the characteristics of soft candy indicate a significant effect on ph testing and testing of the ash content but no significant influence on the testing of water content. Formulation soft candy lycopene tomato extract has antioxidant activity with the percent reduction in each successive formula for F1, F2 and F3 amounted to 83.089%; 82.635% and 87.945%. The third value of the activities included in the category of high antioxidants. Keywords: Lycopene tomatoes, soft candy, DPPH I. PENDAHULUAN Perkembangan produk makanan belakangan ini lebih menuju kearah perkembangan pangan fungsional. Produk pangan yang dikonsumsi masyarakat tidak hanya dinilai dari segi gizi dan rasanya saja, tetapi juga pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh. Pangan fungsional, yaitu pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung didalam makanan (Goldberg, 1994). Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Likopen merupakan salah satu kandungan kimia terbanyak dalam tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata mengandung likopen sebanyak 3-5 mg (Giovannucci, 1999). Menurut Naziruddin (2015) likopen bermanfaat bagi kesehatan manusia karena dapat berfungsi sebagai antioksidan dikarena memiliki sebelas ikatan rangkap terkonjugasi yang dapat menahan serangan radikal bebas membentuk produk inaktif, sehingga radikal bebas menjadi stabil. Levy, et al., (1995) menyebutkan bahwa likopen mampu menghambat pertumbuhan kanker endometrial, kanker payudara dan kanker paru-paru pada kultur sel dengan aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan α dan β-karoten. Rao and Agarwal (2000) melaporkan bahwa pada pemberian 60 mg likopen selama tiga bulan terhadap 30 orang, kepadatan plasma kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) di dalam pembuluh darah mengalami penurunan. Sifat bioavailabilitas likopen meningkat setelah pemasakan dengan suhu optimal pemanasan 70 0 C (Maulida, 2010). Pengolahan mengubah komposisi dan struktur sehingga meningkatkan pelepasan likopen dari matriks jaringan tomat (Shi and Maguer, 2000). Menurut Rao and Agarwal (2000), tomat yang diolah dan dimasak menghasilkan isomer cis- yang dinilai memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi dari pada bentuk alami trans- yang banyak terdapat pada buah tomat segar. Soft candy ini memiliki tekstur yang lunak, tekstur itu dipengaruhi salah satunya jenis

97 penstabil yang digunakan. Menurut Gliksman (1980) gelatin tidak larut dalam air dingin, tetapi kontak dengan air dingin akan mengembang dan membentuk gelembung yang besar. Jika dipanaskan pada suhu sekitas 71 0 C, gelatin akan larut karena pecahnya agregat molekul dan membentuk disperse koloid makromolekuler. Menurut Buckle, dkk., (1987), pektin menghasilkan agar-agar yang rapuh dan lunak tetapi menghasilkan gel yang baik pada ph rendah (asam). Sedangkan likopen termasuk kelompok karotenoid yang mudah rusak (Shi and Maguer, 2000). II. METODE PENELITIAN A. BAHAN Tomat, air, etanol p.a, heksan, aseton, DPPH (2,2 Diphenyl-1- picrylhydrazyl), gelatin, pektin, glukosa, sukrosa, dan essen. B. METODE 1. Pemisahan Likopen Kasar Buah Tomat Produksi likopen dari buah tomat (Mappiratu, dkk., 2010) sebagai berikut: buah tomat yang diperoleh dari Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah dibelah dan ditimbang, selanjutnya ditambahkan air dengan rasio air/daging 1,5:1 atas dasar volume/berat (v/b, L/Kg). Daging buah tomat dihancurkan dengan blender, kemudian dipanaskan pada suhu 70 o C selama 60 menit, selanjutnya disaring dan ampas atau residu yang dihasilkan dikeringkan dengan pengering surya hingga kering (diperoleh likopen kering). Residu daging buah tomat kering yang tidak lain adalah likopen kasar dihancurkan dengan blender dan ditimbang untuk mengetahui rendemennya. 2. Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak likopen tomat Ditimbang 10 mg ekstrak likopen tomat. Dilarutkan dengan etanol pro analisis hingga 10 ml. Dipipet 0,8 ml dimasukkan dalam labu ukur ditambahkan 1,5 ml lautan DPPH blanko kemudian ditambahkan dengan etanol pro analisis hingga 10 ml dan didapatkan konsentrasi 80 ppm. Didiamkan selama 30 menit kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm. 3. Formulasi a. Rancangan perlakuan Rancangan perlakuan, yaitu pembentuk gel yang terdiri dari 3 (tiga) taraf sebagai berikut: Pengaruh penambahan pembentuk gel yang meliputi 3 taraf yaitu: F1 = Penambahan Gelatin

98 F2 = Penambahan Pektin F3 = Penambahan Gelatin dan Pektin b. Pembuatan soft candy Air dipanaskan sampai suhu 60 0 C kemudian dicampurkan gelatin (pektin, kombinasi pektin gelatin) sambil diaduk hingga larut sempurna. Kemudian dilarutkan sukrosa dan glukosa dalam sejumlah air diaduk hingga larut sempurna. Dicampurkan larutan gelatin dengan larutan gula dan glukosa, lalu dipanaskan sampai pada suhu ± 80 0 C selama 15 menit ditambahkan essens pada campuran lalu didinginkan sampai suhu 50 o C. Dimasukkan likopen kasar lalu didispersikan didalam campuran tersebut. Dituangkan ke dalam wadah pencetak didiamkan sampai dingin dan kenyal selama 1 hari pada suhu ruang. Soft candy dianalisis. 4. Analisis Soft Candy a. Uji Organoleptik Pengujian organoleptik dilakukan berdasarkan parameter warna, aroma, rasa dan tekstur untuk melihat penerimaan atau kelayakan suatu produk oleh panelis. Panelis diminta untuk memberikan penilaian terhadap produk. b. ph Pengukuran ph dilakukan dengan cara melarutkan sediaan soft candy 1 g kedalam 10 ml air kemudian mencelupkan ph meter ke dalam sediaan soft candy, ph sediaan tertera pada monitor pengukuran. c. Kadar air Pengukuran kadar air dilakukan dengan alat moisture balance. Alat dipanaskan terlebih dahulu selama 10 menit. Sediaan soft candy sejumlah ± 5 gram diletakkan dalam wadah alumunium secara merata. Suhu diatur pada angka 100ºC, kemudian pengukuran dilakukan. Nilai yang terbaca pada moisture balance dicatat sebagai kadar air soft candy. d. Kadar abu Cawan porselen yang telah diketahui bobot tetapnya (A). Dimasukkan sampel yang telah ditimbang sebanyak ± 5 g (B). Kemudian sampel dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 550 o C sampai menjadi abu yang berwarna putih. Cawan yang berisi abu didinginkan dalam desikator lalu ditimbang hingga diperoleh bobot tetap (C). e. Penentuan Kadar Likopen Kadar likopen dalam produk hasil produksi ditentukan menggunakan metode spektrofotometri (Sharma, 1996). Produk likopen awal dan dalam soft candy dengan jumlah tertentu diekstraksi dengan pelarut heksan : aseton dengan perbandingan 2 : 1 atas dasar volume/volume (v/v) beberapa kali di atas mesin kocok agitasi 200 rpm hingga semua likopen terekstrak (ekstraknya tidak lagi berwarna). Ekstrak

99 likopen yang dihasilkan diuapkan pelarutnya secara vakum menggunakan rotari vakum evaporator. Ekstrak likopen selanjutnya ditambahkan pelarut heksana hingga volumenya mencapai 50 ml, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 470 nm. f. Uji aktivitas antioksidan soft candy Ditimbang soft candy likopen tomat 3,5 g. Dilarutkan dengan menggunakan air hangat secukupnya, sehingga terbentuk endapan ekstrak likopen yang tidak larut air. Ekstrak likopen yang tidak larut air disaring dan ditimbang 10 mg dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml lalu ditambahkan etanol pro analisis hingga 10 ml. Dipipet 0,8 ml dimasukkan dalam labu ukur ditambahkan 1,5 ml lautan DPPH blanko kemudian ditambahkan dengan etanol pro analisis hingga 10 ml dan didapatkan konsentrasi 80 ppm. Didiamkan selama 30 menit kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm. 5. Analisis Data Pengamatan organoleptik dilakukan berdasarkan parameter warna, aroma, rasa dan tekstur. Data yang diperoleh dari pengujian kadar likopen dibandingkan secara deskriptif tetapi pada pengujian sifat kimiawi (ph, kadar air dan kadar abu) dan aktivitas antioksidan dianalisis statistik menggunakan analisis varian satu arah (ANOVA). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi tanaman buah tomat di UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi, Universitas Tadulako menyatakan bahwa tanaman buah tomat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesies Solanum lycopersicum L sinonim dari Lycopersicum esculentum Mill yang diperoleh dari Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Pemisahan likopen kasar dari buah tomat apel melalui proses perebusan menggunakan air untuk memisahkan komponen kimia polar pada tomat dari komponen non polar (Mappiratu dkk., 2010). Proses ini merupakan salah satu pemisahan yang didasarkan atas sifat likopen yang tidak larut air. Adapun rendemen produksi likopen (rendemen ekstrak likopen kasar) yang diperoleh yaitu sebesar 1,787%, yang berarti dalam pengolahan 1 kg buah tomat dapat menghasilkan likopen kasar sebesar 17,87 g. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan terhadap ekstrak likopen tomat yang diformulasikan dalam sediaan soft candy. Buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) yang digunakan diperoleh dari Kecamatan Palolo,

100 Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Pemisahan likopen kasar dari buah tomat dilakukan melalui proses perebusan dengan menggunakan air pada suhu 70 o C selama 60 menit, kemudian pemisahan likopen dengan penyaringan, dan residu dikeringkan. Soft candy dibuat dengan penambahan ekstrak likopen tomat sebanyak 60 mg pada setiap formula dengan memvariasikan jenis pembentuk gel. Pembentuk gel yang digunakan adalah gelatin (F1), pektin (F2), dan kombinasi gelatin pektin (F3) dengan tujuan untuk melihat pengaruh pembentuk gel dalam formulasi soft candy terhadap kandungan likopen dan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari sediaan soft candy ekstak likopen tomat. Soft candy dibuat dengan melarutkan pembentuk gel dengan air pada suhu 60 o C sebagai campuran pertama dikarenakan pada suhu tersebut pembentuk gel gelatin dan pektin mengembang oleh air dan mencair sehingga pengadukan soft candy dapat dilakukan. Sebagai campuran dua dengan melarutkan sukrosa dan glukosa dalam sejumlah air campuran ini harus dilarutkan secara sempurna sehingga tidak ada kristal gula yang tertinggal dan membentuk kristal sebelum waktunya. Oleh karena itu digunakan air secukupnya untuk dapat melarutkan sukrosa dan glukosa yang digunakan (Koswara, 2009). Glukosa mempunyai kemanisan yang lebih rendah dibanding dengan sukrosa dan mempunyai kemampuan untuk mengontrol kristalisasi sukrosa, sehingga membentuk tekstur yang baik sehingga perbandingan kedua bahan ini diperlukan proporsi yang tepat. Penelitian ini digunakan perbandingan 3:1 pada penambahan sukrosa dan glukosa, mengikuti penelitian yang dilakukan Triana, dkk., (2013). Larutan pembentuk gel (campuran satu) dan larutan gula dan glukosa (campuran dua) dicampurkan lalu dipanaskan sampai suhu ± 80 o C lalu ditambahkan essens jeruk untuk menetralkan aroma khas dari pembentuk gel. Menurut Koswara, (2009) jika gelatin atau pektin dipanaskan dalam larutan gula maka suhu yang diperlukan adalah 71-82 o C agar penyebaran semakin besar dikarenakan viskositas semakin kecil dan tidak terjadi pengendapan. Campuran tersebut didinginkan sampai suhu 50 o C kemudian dimasukkan likopen kasar lalu didispersikan secara merata di dalam campuran tersebut. Tujuan dari pendinginan dikarnakan likopen akan teroksidasi jika di atas suhu 50 o C (Mappiratu, dkk., 2010). Campuran tersebut kemudian dituangkan kedalam wadah, pencetak didiamkan sampai dingin

101 dan kenyal selama 1 hari pada suhu ruang, lalu soft candy dianalisis. Pengujian organoleptik terhadap produk dengan parameter warna, aroma, rasa dan tekstur. Uji organoleptik pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Dalam pengujian ini menggunakan panelis untuk membantu memberikan penilaian terhadap sediaan. Warna yang dihasilkan pada tiap formula soft candy didapat dari zat aktif likopen yang memiliki warna merah bata, sehingga soft candy yang dihasilkan berwarna merah-orange. Pada formula F1 menghasilkan warna merah bata, F2 menghasilkan warna orange kemerahan dan formula F3 menghasilkan warna orange muda. Perbedaan warna yang dihasilkan dikarenakan gelatin menghasilkan gel yang jernih dan transparan, tetapi pektin menghasilkan gel yang keruh. Pada pengujian aroma dan rasa diharapkan pada formulasi ini yaitu sesuai dengan essen yang ditambahkan, penambahan essen ini bertujuan untuk memperbaiki, dan memberikan rasa dan aroma pada tiap formulasi sehingga dapat diterima atau menarik kesukaan konsumen (Winarno, 1997). Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap aroma dan rasa menunjukkan soft candy dari tiap formula yang dihasilkan memiliki aroma dan rasa jeruk sesuai dengan essen yang ditambahkan. Untuk hasil organoleptik tekstur soft candy yang dihasilkan tiap formula bersifat kenyal, tetapi formula pektin memiliki tekstur lebih kaku. Semakin tinggi konsentrasi pektin dan gelatin maka tekstur soft candy yang dihasilkan menjadi lebih kenyal dan kuat (Winarno, 1992). Tabel 1. Aktivitas antioskidan ekstrak likopen Sampel Persen Peredaman (%) Rerata (%) 1 2 3 Ekstrak likopen 95,88 95,82 95,75 95,81 ± 0,06 Ekstrak likopen tomat (kasar) diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode peredaman DPPH (2,2Diphenyl-1-pcrylhydrazyl) (Tabel 1) menunjukkan rerata persen peredaman ekstrak likopen tomat sebesar 95,81%, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak likopen tomat tersebut mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Menurut Maulida dan Zulkarnaen (2011) persentase peredaman radikal DPPH lebih dari 90% menunjukkan aktivitas antioksidan sangat tinggi, 50%-90% aktivitas antioksidan tinggi, 20%-50% aktivitas antioksidan sedang, kurang dari 20% aktivitas antioksidan rendah, dan 0% menunjukkan tidak ada aktivitas antioksidan atau tidak terjadi peredaman radikal DPPH.

102 Hasil pengukuran ph sediaan soft candy dianalisis menggunakan analisis varian satu arah (ANOVA). Uji homogeneity of variances digunakan untuk menentukan homogenitas data perlakuan yang dibandingkan atau dapat dijadikan uji kelayakan untuk uji One Way Anova. Hasil data yang didapatkan mempunyai nilai signifikasi > 0,05 (0,054>0,05) maka dapat dikatakan bahwa ketiga formula memiliki varians yang sama (homogen) dan dapat dilanjutkan menggunakan One Way Anova. Dari uji One Way Anova diperoleh nilai probabilitas 0,000 yang menunjukkan probabilitas < 0,05 menyatakan hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis nol (H0) menyatakan bahwa perbedaan pembentuk gel memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap sifat kimia sediaan soft candy. Sedangkan hipotesis awal (H1) menyatakan bahwa perbedaan pembentuk gel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sifat kimia sediaan soft candy. Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh terdapat perbedaan nilai ph soft candy yang signifikan akibat perbedaan pembentuk gel dari tiap formula. Karena terdapat perbedaan ratarata antar kelompok perlakuan sehingga analisis data dilanjutkan dengan uji analisis Post Hoc. Post Hoc dilakukan untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan yang tidak berbeda atau dapat dikatakan dalam kasus ini, kelompok pembentuk gel mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai ph soft candy. Berdasarkan uji lanjut Post Hoc LSD dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap setiap kelompok baik F1, F2, dan F3. Seperti yang terlihat pada tabel 2 menunjukkan tingkat keasaman yang tinggi pada formula pektin yaitu ph 3,39 diakibatkan pektin merupakan bahan baku pembentuk gel yang bersifat asam karena mengandung asam D-galakturonat sehingga pada formula F2 dan F3 memiliki ph rendah, dibandingkan dengan formula F1 yang memiliki ph 6,77 dikarenakan formula F1 merupakan bahan yang tidak bersifat asam. Tabel 2. Hasil pengukuran ph sediaan Formula ph Rerata 1 2 3 F1 6,78 6,76 6,78 6,77 ± 0,01 c F2 3,40 3,39 3,39 3,39 ± 0,01 a F3 5,25 5,20 5,27 5,24 ± 0,04 b Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan Berdasarkan hasil rerata pengukuran kadar air soft candy pada suhu 100 o C menggunakan moisture balance kadar air formula F1, F2 dan F3 yaitu secara berturut-turut 11,192%; 12,104% dan 11,686% (Tabel 3). Kadar air ini memenuhi standar mutu soft candy dalam SNI 3547.2-2008 yaitu maksimal 20%. Banyaknya kandungan kadar air yang

103 terkandung dalam suatu sediaan makanan dapat mempengaruhi masa simpan dari sediaan makanan tersebut. Berdasarkan uji One Way Anova diperoleh nilai signifikan 0,393>0,05 menyatakan hipotesis H1 ditolak dan H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh tidak terdapat perbedaan kadar air soft candy yang signifikan akibat perbedaan pembentuk gel dari tiap kelompok perlakuan sehingga data diasumsikan sama. Menurut Buckle, et al (2007) menyatakan bahwa penambahan sukrosa ke dalam bahan akan mengurangi sebagian air yang berada dalam bahan tersebut. Semakin besar konsentrasi sukrosa yang ditambahkan akan menyebabkan jumlah air yang terikat oleh sukrosa semakin tinggi, sehingga air yang teruapkan menjadi kecil dan sebaliknya semakin rendah konsentrasi sukrosa yang ditambahkan akan menyebabkan jumlah air yang terikat oleh sukrosa semakin rendah sehingga kadar air yang diperoleh tinggi. Kadar air pada perbandingan sukrosa dan glukosa yang sama pada tiap formula F1, F2 dan F3 setelah diuji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Tabel 3. Hasil pengukuran kadar air Formula Kadar air (%) Rerata (%) 1 2 3 F1 10,45 10,82 12,30 11,19 ± 0,98 F2 11,32 12,35 12,63 12,10 ± 0,69 F3 11,08 11,97 12,00 11,68 ± 0,52 Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan Pengujian kadar abu sediaan dilakukan penimbangan sampai didapatkan bobot tetap. Bobot tetap adalah berat pada perbedaan dua kali penimbangan berturutturut tidak lebih dari 0,50 mg untuk tiap gram zat yang digunakan (Anonim, 1995). Kandungan kadar abu pada soft candy ekstrak likopen tomat pada formula F1, F2 dan campuran F3 berturut-turut 0,398%; 0,222%; dan 0,257% hasil dari ketiga formula ini masih memenuhi standar mutu soft candy yaitu maksimal 3%. Kadar abu dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Hasil pengujian statistik One Way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara tiap formula pada soft candy formula F1 memiliki kadar abu tertinggi kemudian

104 diikuti formula F3. Tingginya kadar abu pada soft candy formula F1 diduga karena adanya kontribusi mineral yang terdapat di dalam gelatin. Gelatin kering mengandung kira-kira 2 4 % mineral (Fardiaz, 1989). Tabel 4. Hasil pengujian kadar abu Formula Kadar abu (%) Rerata (%) 1 2 3 F1 0,43 0,38 0,38 0,40 ± 0,03 c F2 0,23 0,23 0,21 0,22 ± 0,01 a F3 0,26 0,26 0,24 0,25 ± 0,01 b Pengujian kadar likopen dalam sediaan soft candy bertujuan untuk mengetahui kadar likopen tomat dalam sediaan soft candy yang ditambahkan dalam tiap soft candy yaitu 60 mg yang telah diformulasikan dalam sediaan soft candy dengan variasi pembentuk gel. Pada formulasi soft candy diperoleh hasil yang jauh berbeda dari dosis yang ditambahkan. Hal ini mungkin disebabkan analisis likopen yang sulit karena likopen termasuk antioksidan yang kuat dan mudah teroksidasi. Produksi likopen yang dilakukan oleh Mappiratu, dkk., (2012) kelemahan yang ditemukan adalah likopen yang dihasilkan kemurniannya masih rendah (2,5%) serta waktu simpannya relatif singkat (kurang dari 2 bulan pada suhu ruang). Pada formula soft candy ekstrak likopen tomat dengan F1 diperoleh rerata % kadar likopen 0,0059%, hasil yang didapatkan ini merupakan hasil tertinggi jika dibandingkan dengan 2 sediaan lainnya (Tabel 5). Tabel 5. Hasil pengujian kadar likopen Formula Kadar likopen (%) Rerata 1 2 3 (%) F1 0,0059 0,0059 0,0059 0,0059 F2 0,0038 0,0034 0,0035 0,0036 ± 0,0002 F3 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042 Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada sediaaan soft candy ekstrak likopen tomat, terlihat rerata nilai persen peredaman pada berbagai formula (Tabel 6) menunjukkan semua formula memiliki aktivitas antioksidan tinggi dimana persentase peredaman radikal DPPH menunjukkan aktivitas sebesar 50-90%. Kemudian dilihat adakah pengaruh formulasi terhadap presentase peredaman pada setiap formula. Hasil yang didapat dari uji statistik One Way Anova, formula F1, F2 dan F3 yang diuji lanjut menggunakan Post Hoc LSD menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara formula F1 dan F2. Hal ini dapat diasumsikan aktivitas antioksidan formula F1 dan F2 memiliki nilai yang sama. Uji statistik menunjukkan formulasi F3 mempunyai perbedaan nilai yang signifikan dengan F1 dan F2. Formula campuran F3 dengan persen

105 peredaman 87,945% memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi. Hal ini mungkin disebabkan soft candy formula F3 kombinasi pembentuk gel gelatin dan pektin serta sukrosa sebagai pembantu dalam membentuk gel memiliki daya salut yang lebih baik sehingga mampu untuk melindungi ekstrak tomat dari proses oksidasi sehingga formula ini mampu mempertahankan aktivitas antioksidannya selama penyimpanan 1 hari untuk pendinginan dan pemadatan soft candy pada suhu ruang sebelum dianalisis. Tabel 6. Aktivitas antioksidan softcandy Formula Persen peredaman (%) Rerata (%) 1 2 3 F1 83,33 82,28 83,65 83,08 ± 0,71 a F2 83,12 82,49 82,28 82,63 ± 0,44 a F3 89,41 86,79 87,63 87,94 ± 1,33 b IV. KESIMPULAN Hasil statistik one way ANOVA pada karakteristik soft candy menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada pengujian ph dan pengujian kadar abu tetapi tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada pengujian kadar air. Formulasi soft candy ekstrak likopen tomat memiliki aktivitas antioksidan dengan persen peredaman pada tiap formula secara berturut untuk F1, F2 dan F3 sebesar 83,089%; 82,635% dan 87,945%. Ketiga nilai aktivitas tersebut termasuk dalam kategori antioksidan yang tinggi.. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan Wootton, M., 1987, Ilmu Pangan, UI Press, Jakarta. Fardiaz, S., 1989, Mikrobiologi Pangan, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Giovannucci, E., 1999, Tomatoes, Tomatobased Products, Lycopene, and Cancer, Review of The Epidemiologic Literatur, J. Natl. Cancer Inst. 91:317-331. Glicksman, 1980, Food Hidrocolloid, Voll. II CRC Press, Bocca Rotan Florida. Goldberg, I., 1994, Introduction, Functional Foods. Designer Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals, Chapman and Hall, New York. Koswara, Sutrisno, 2009, Teknologi Pembuatan Permen, Ebook Pangan, Bogor. Levy J, Bosin E, Feldmen B, Giat Y, Miinster A, Danilenko M, dan Sharoni, Y., 1995, Lycopene is a More Potent Inhibitor of Human Cancer Cell Proliferation Than Either a-carotene or b Carotene, Nutr Cancer 24:257 266. Mappiratu., Nurhaeni., dan Israwaty, 2010, Pemanfaatan Tomat Afkiran Untuk Produksi Likopen, Media Litbang SulTeng III. (1): 64-69. Maulida, D., dan Zulkarnaen, N., 2010, Ekstraksi Antioksidan ( Likopen ) dari Buah Tomat dengan Menggunakan Solven Campuran, N Heksana, Aseton, dan Etanol, Program Strata Satu Universitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi).

106 Naziruddin, A.B., 2015, Pengaruh Penambahan Minyak Nabati Terhadap Kandungan Senyawa Likopen Pada Tomat (Lycopersicum esculentum Mill), Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Unhas, Makassar. Rao, V, A., dan Agarwal, S., 2000, Role of Antioidant Lycopene in Cancer and Heart Disease, J. American College of Nutrition, 19(5): 563-569. Sharma, S.K., 1996, Sharma SK amd Le Maguer M. Lycopene in Tomatoes and Tomato Pulp Fractions, Ital J Food Sei 2 : 107-113. Shi, J., and Le Maguer, M., 2000, Lycopene in Tomatoes : Chemical and Physical Properties Affected by Food Processing, Critical Review of Food Science and Nutrition, 40(1): 1-42. SNI 3547.2-2008, Kembang Gula Lunak (Jelly), Depertemen Perindustrian, Jakarta. Triana, Nela., Effendi, S., Leni, H.A, 2013, Pengaruh Jenis Penstabil Dan Glukosa Terhadap Karakteristik Soft Candy Ekstrak Salak Bongkok (Salacca edulis. Reinw cv. Bongkok), Universitas Pasundan, Bandung. (Skripsi). Winarno, 2002, Kimia Pangan dan Gizi, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta..