UJI DAYA ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN BINAHONG [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus L.) JANTAN Eka Siswanto Syamsul, Windy Ana Lestiani, Yullia Sukawaty, Supomo Bidang Farmakologi, Akademi Farmasi Samarinda Bagian farmakologi Akademi Farmasi Samarinda Jl. AW.Sjahranie No.226 Air hitam Samarinda, Kaltim e-mail: eka8382@gmail.com ABSTRAK Daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] merupakan tumbuhan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit antara lain diabetes, analgetik, pembengkakan sendi-sendi, diare dan memar (Shabella, 2012). Penelitian pendahuluan menyatakan bahwa terkandung senyawa aktif flavonoid didalam Binahong (Murdianto, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan berapa besar daya analgetik ekstrak etanolik daun binahong pada hewan uji mencit putih (Mus musculus L.) jantan. Pada penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan metode acak lengkap pola searah. Digunakan mencit dengan 5 kelompok perlakuan (tiap kelompok 4 ekor mencit) yaitu kontrol positif (Celebrex ), kontrol negatif (Na- CMC 0,5%), ekstrak dosis I (1 g/kgbb), ekstrak dosis II (2 g/kgbb), dan ekstrak dosis III (4 g/kgbb) yang dilakukan selama 1 jam pada masing-masing kelompok perlakuan. Pembuatan sediaan uji ekstrak daun binahong dibuat dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil penelitian dan perhitungan persen uji daya analgetik pada ekstrak etanolik daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] yakni kontrol positif celebrex (70,53%), ekstrak dosis I (48,06%), ekstrak dosis II (57,49%), dan ekstrak dosis III (69,33%). Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak mengandung Flavonoid. Flavonoid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase yang dapat menurunkan sintesis prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun. Kata kunci : Analgetik, daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis],flavonoid PENDAHULUAN Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan subyektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis me, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007). Daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] merupakan salah satu tumbuhan obat yang dimiliki Indonesia dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku obat, karena tumbuhan ini bermanfaat bagi masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit antara lain diabetes, analgetik, pembengkakan sendi-sendi, diare dan memar. Adanya manfaat yang beragam tersebut mendorong para ahli untuk melakukan penelitian yang terkait dengan bahan bioaktif binahong. Untuk mengurangi dan menghilangkan nyeri luka maupun peradangan masyarakat telah biasa menggunakan daun binahong sebagai obat luar atau obat dalam, misalnya remasan daun binahong oleh masyarakat Desa Mugirejo Kota Samarinda digunakan sebagai obat luka terbuka maupun luka terbakar. Menurut Puryanto (2009), gel dari ekstrak etanol daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] dapat digunakan sebagai penyembuhan luka bakar pada kulit dengan basis HPMC dan basis carbopol 940 yang mempunyai efek penyembuhan yang berbeda terhadap luka bakar. Menurut Hartono (2009), ekstrak etanol daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] berefek dalam mempercepat durasi penyembuhan luka sayat pada mencit swiss webster jantan dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 20%. Berdasarkan uraian diatas peneliti melakukan pengujian terhadap ekstrak etanolik daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.)Steenis] apakah memiliki aktivitas sebagai obat analgetik pada mencit putih jantan.
METODE PENELITIAN Obyek dan bahan Penelitian Obyek yang digunakan yaitu mencit putih jantan. Dibagi menjadi 5 kelompok (tiap kelompok 4 ekor mencit) yaitu 1 kelompok kontrol positif, 1 kelompok kontrol pelarut, dan 3 kelompok perlakuan. Kriteria mencit dalam keadaan sehat, berumur 2-3 bulan dan memiliki berat badan antara 20-30 g. Bahan tanaman, yaitu daun binahong yang diperoleh di jalan Mulawarman Ke lurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda. Jalannya Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan secara eksperimental dengan metode acak lengkap pola searah, di mana subjek uji penelitian ini diberi perlakuan yaitu perlakuan berbagai cara pemberian pada mencit sesuai dengan prosedur kerja yang ditetapkan. Tahapan penelitian ini meliputi penetapan dosis celebrex, penetapan dosis ekstrak etanolik daun binahong, pembuatan larutan asam asetat 0,5 %, pembuatan kontrol negatif, pembuatan suspensi ekstrak etanolik daun binahong, pemilihan hewan uji, pengamatan jumlah geliat, dan perhitungan persentase daya analgetik serta dilakukan Skrining Fitokimia Ekstrak untuk mengetahui kandungan senyawa aktif berkhasiat. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Daun Binahong Berdasarkan determinasi tumbuhan yang dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman Samarinda, tumbuhan tersebut adalah Anredera cordifolia (Ten.) Steenis famili basellaceae dengan nama Indonesia daun binahong. B. Skrining Fitokimia Flavonoid Tabel 1.Hasil Skrining Fitokimia Senyawa Pereaksi Keterangan yang diuji Flavonoid Serbuk (+) Merah Mg + lemah dan HCl berbusa pekat Senyawa flavonoid yang terdapat pada daun binahong mempunyai bermacam-macam efek yaitu, antiinflamasi, analgetik, antiradang, dan antioksidan (Mardiana, 2012). C. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Binahong Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen aktif menggunakan pelarut tertentu. Komponen aktif yang diambil adalah senyawa aktif dalam daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.)Steenis]. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Maserasi adalah metode perendaman, dilakukan dengan cara merendam serbuk sampel dalam pelarut dan diaduk dengan menggunakan mesin maserasi (maserator) secara berkala. Maserator memiliki keuntungan yaitu meminimakan waktu perendaman sampel. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 70 %. Etanol 70% dapat menarik senyawa flavonoid yang merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dan lain-lain sehingga dapat tertarik senyawa flavonoid dan terpisah dari sampel (Harbone,1973). Digunakan etanol 70% karena senyawa flavonoid yang terdapat pada daun binahong yaitu jenis flavonol yang dapat menarik hidroksida (-OH) dari etanol 70 % lebih banyak (Murdianto dkk. 2012). Gambar 1. Struktur kimia flavonol 2,3,19,23-tetrahidroksi-12-ene-24,28-dimetil ester
Volume filtrat yang diperoleh sebanyak 2610 ml. Filtrat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan penangas air, sehingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 36,4 g. Simplisia (g) Tabel 2. Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Binahong Ekstrak Kental (g) Rendemen (%) 200 36,4 18,2 Hasil ekstrak kenal yang diperoleh sebanyak 36,4 g, sehingga didapat hasil perhitungan rendemen sebesar 18,2%. yang artinya untuk memperoleh 18,2 g ekstrak kental daun binahong diperlukan 100 g simplisia daun binahong. D. Uji Analgetik Ekstrak Etanol Daun Binahong Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek analgetik ekstrak etanol daun binahong yang diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi terhadap hewan uji dengan berbagai tingkatan dosis yang telah ditentukan. Ekstrak etanol daun binahong dibuat dalam berbagai tingkatan dosis dengan tujuan melihat hubungan antara kenaikan dosis dengan efek analgetik dari celebrex yang ditimbulkan pada hewan uji. Mencit putih jantan digunakan sebagai hewan uji dengan alasan : 1. Kondisi biologis kelamin jantan lebih stabil bila dibandingkan dengan mencit betina yang kondisi biologisnya dipengaruhi masa siklus ektrus. 2. Hewan uji yang digunakan mempunyai keseragaman berat badan antara 20-30 g dan umur 2-3 bulan. Celebrex merupakan merek dagang dari obat celecoxib yang merupakan golongan dari NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs). NSAID sebagai analgetik dan antiradang yang sangat berguna terhadap gejala rema. (Tjay dan Rahardja, 2007). Celexocib (Celebrex ) merupakan derivat benzoilsulfonamida, yaitu NSAID pertama dengan khasiat menghambat selektif COX-2. Pada dosis biasa COX-1 tidak dirintangi, maka PgI2 dengan daya protektifnya atas mukosa lambung-usus tetap dibentuk. Karena itu praktis tidak menyebabkan efek buruk terhadap lambung - usus. Setelah diserap mencapai kadar darah maksimal setelah 2-3 jam. PP-nya 97%, masa paruh eliminasi 8-12 jam. Dalam hati diubah menjadi metabolit inaktif yang dikeluarkan dengan kemih. Wanita hamil dan laktasi tidak dianjurkan minum obat ini. (Tjay dan Rahardja, 2007). Flavonoid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase yang dapat menurunkan sintesis prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun (Pandey, 2013). Pengelompokan pada hewan uji ini dilakukan secara acak dengan masing-masing kelompok perlakuan memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pada penelitian ini digunakan asam asetat sebagai penginduksi rangsangan nyeri secara kimia (secara i.p). Dosis asam asetat yang digunakan adalah 130 mg/kgbb atau 2,5 mg/20gbb dengan menggunakan konsentrasi 0,5% diberikan 30 menit setelah suspensi celebrex secara oral. Dari hasil jumlah geliat pada Tabel 3 dan Gambar 2 kemudian dihitung persen daya analgetik yang dapat d ilihat pada pada Tabel 4. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kontrol positif celebrex dengan ekstrak dosis III dapat menimbulkan efek analgetik yang sama Hewan Uji 1 2 3 Tabel 3. Jumlah Geliat Kumulatif 1 Jam Pada Mencit Putih Jantan Jumlah Geliat Kontrol Negatif (Na-CMC 0,5%) 134 142 138 Kontrol Positif (Celebrex ) 35 45 42 Dosis I Dosis II Dosis III 78 67 70 58 53 65 39 45 43
Gambar 2. Grafik Pengamatan Rata-Rata Geliat Mencit Kumulatif 1 Jam Pada Masing-masing Kelompok Perlakuan. Tabel 4.Persentase Daya Analgetik Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Daun Binahong Ekstrak Dosis I, Ekstrak Dosis II, Ekstrak Dosis III dan Kontrol Positif Kelompok Perlakuan Persen daya Analgetik (%) Kontrol positif (celebrex ) 70,53 Ekstrak Dosis I 48,06 Ekstrak Dosis II 57,49 Ekstrak Dosis III 69,33
Dari data jumlah geliat mencit kumulatif 1 jam pada masing-masing kelompok perlakuan menggunakan uji ANOVA. Kelima kelompok perlakuan terdistribusi normal (p>0,05), uji post hoc (uji LSD) di dapatkan nilai signifikansi p (0,000 < 0,05) menunjukkan perbedaan pada kelompok perlakuan. Dari rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit masing-masing kelompok perlakuan kemudian dihitung persen daya analgetik. Persentase daya analgetik yang diperoleh yaitu pada kelompok kontrol positif celebrex dengan persentase 70,53%, pada kelompok ekstrak dosis I memiliki persentase 48,06%, pada kelompok ekstrak dosis II memiliki persentase 57,49%, dan pada kelompok ekstrak dosis III memiliki persentase 69,33%. Hasil menunjukkan pada ekstrak dosis III (4g/KgBB) memiliki daya analgetik yang paling kuat yang mendekati kontrol positif celebrex 100 mg. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Ekstrak etanol daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] mempunyai daya analgetik pada mencit putih (Mus musculus L.) jantan. 2. Persen Daya analgetika pada senyawa uji yaitu ekstrak dosis I (1 g/kgbb) 48,06%; ekstrak dosis II (2 g/kgbb) 57,49%; dan ekstrak dosis III (4 g/kgbb) 69,33% dan Kontrol Positif (Celebrex ) sebesar 70,53%. B. Saran Untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti kandungan senyawa aktif yang bertanggungjawab terhadap proses antiinflamasi. DAFTAR PUSTAKA Harbone, J. B.1987. Metode Fitokimia. Bandung :Institut Teknologi Bandung. Hartono, E. A., Sugeng, S. A., dan Puradisastra, S. 2009. Efek Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Dalam Mempercepat Durasi Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit Swiss Webster Jantan.Jurnal Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Mardiana, L. 2012. Daun Ajaib Tumpas Penyakit, Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadana. Murdianto, A.R., Fachriyah, E., dan Kusrini, D. 2012. Isolasi, Identifikasi Serta Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Golongan Triterpenoid Dari Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.jurnal Penelitian. Semarang : Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang. Pandey, P. V., Bodi, W., dan Yudistira, A. 2013. Uji Efek Analgetik Ekstrak Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus).jurnal Ilmiah Farmasi. ISSN 2302-2493. Manado: Program Studi Farmasi Fakultas MIPA UNSRAT. Puryanto, K. 2009. Uji Aktivitas Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) Sebagai Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci.Skripsi.Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Shabella, R. 2012. Terapi Daun Binahong.Klaten : Cable Book. Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2007.Obat-Obat Penting. Edisi VI. Jakarta : PT. Elek Media Komputindo Kelompok Gramedia.