UJI EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) PADA MENCIT (Mus musculus) Muhammad Isrul 1*, Usmar 2, Subehan 2

Transkripsi

1 UJI EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) PADA MENCIT (Mus musculus) Muhammad Isrul 1*, Usmar 2, Subehan 2 1 STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia 2 Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia * isrulfar@gmail.com Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang efek analgetik ekstrak etanol herba bandotan (Ageratum conyzoides L.). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek analgetik ekstrak etanol herba bandotan pada mencit yang dilakukan dengan metode induksi kimia dan metode induksi panas.mencit yang digunakan berjumlah 15 ekor, yang dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok I diberi suspensi Natrium CMC 1% sebagai kontrol negatif. Kelompok II, III, dan IV sebagai kelompok uji diberi suspensi esktrak etanol herba bandotan masing-masing 12 mg/20 g BB mencit, 24 mg/20 g BB mencit dan 48 mg/20 g BB mencit dan kelompok V sebagai kontrol positif digunakan asam mefenamat pada metode induksi kimia dan morfin sulfat untuk metode induksi panas. Daya analgetika metode induksi kimia dan induksi panas pada esktrak etanol herba bandotan masing-masing 12 mg/20 g BB mencit, 24 mg/20 g BB mencit dan 48 mg/20 g BB mencit masing-masing adalah 27%, 45,63%,71,66 % dan 18,88%, 32,08%, 53,13%. Pada kedua metode semua kelompok uji memiliki daya analgetika yang berbeda signifikan dengan kelompok kontrol negatif. Dosis ekstrak 48 mg/20 g BB mencit memiliki daya analgetika yang setara dengan asam mefenamat. Pada metode induksi panas menunjukkan daya analgetik ekstrak etanol herba bandotan tergolong kuat walaupun pada dosis tertinggi ekstrak 48 mg/20 g BB mencit tidak memperlihatkan daya analgetik sekuat morfin sulfat Kata Kunci : Bandotan, analgetik, Abstract A research on analgetic effect of ethanol extract of bandotan (Ageratum conyzoides L.) herb had been conducted. The aim of this reseach is to find out the analgetic effect of bandotan herb ethanol extract on white mice using writhing test method and hot plate method. The test used 15 white mice, divided into 5 group. Group I was given suspension of Natrium CMC 1 % as negative control, group II, III, and IV as a treatment groups were givenethanol extract suspension of Bandotan herb at dosage 12 mg/20g, 24 mg/20g, and 48 mg/20g BW white mice and group V was given positive control; mefenamic acid in writhing test method and morphine sulphat for hot plate method.the analgetic power writhing test method and hot plate method from ethanol extract of Bandotan herb at dosage 12 mg/20g BW white mice, 24 mg/20g BW white mice, and 48 mg/20g BW white mice each one are 27%, 45,63%,71,66 % and 18,88%, 32,08%, 53,13%. In both method, all of treatment groups had analgetic power which are significantly different to the negative control. ethanol extract of Bandotan herb at dosage 48 mg/20g BW white mice has analgetic effect equals with mefenamic acid. The hot plate method show analgetic power of ethanol extract of Bandotan herb is strong but on highest dosage didn t show analgetic power as strong as morphine sulphat. Mandala Pharmacon Indonesia,Vol.1,No 2,

2 Pendahuluan Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menganggulangi masalah kesehatan. Pengobatan dan pendayagunaan tersebut merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk Indonesia di bidang kesehatan (Tampubolon, 1995). Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional ada-lah bandotan ( Ageratum conyzoides L.). Secara turun temurun tanaman ini digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit, seperti demam, malaria, radang paru (pneumonia), peluruh haid, dan mengurangi rasa nyeri (analgetik) (banyubening,2007). Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tan & Raharja,1991). Nyeri merupakan mekanisme melindungi tubuh terhadap gangguan dan kerusakan di jaringan seperti peradangan, infeksi jasad renik dan kejang otot dengan pembebasan mediator nyeri ( Guyton, 1994). Nyeri timbul bila rangsangan mekanik, termal, kimia atau listrik melewati suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping analgetika dibedakan dalam dua kelompok yaitu analgetika yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (hipnoanalgetika, Kelompok Opiat ) dan analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama pada perifer (Mutshcler,1994). Penggunaan Obat analgetika di kalangan masyarakat tergolong cukup besar, dengan melihat potensi obat tradisional dan besarnya penggunaan obat analgetika maka pengembangan obat tradisional yang berkhasiat analgetika perlu ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui efek analgetik tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)pada mencit (Mus musculus). Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan pengobatan tradisional khususnya sebagai obat analgetika. Metodologi Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, air untuk injeksi, asam asetat 96 %, herba bandotan (Ageratum conyzoides. L), Natrium Karboksi Metil Selulosa (Natrium CMC), tablet asam mefenamat, tablet morfin sulfat. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bejana maserasi, jarum oral, labu tentukur, labu erlenmeyer, lumpang dan alu, neraca analitik, pipet volume, rangkaian alat panas ( hot plate), rotavapor, spoit, stopwatch, timbangan hewan. Prosedur Pengelolahan sampel Sampel dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa sinar matahari langsung, lalu dipotong kecil-kecil. Mandala Pharmacon Indonesia,Vol.1,No 2,

3 Ekstraksi sampel Sampel diekstraksi dengan maserasi menggunakan cairan penyari Etanol 70 %. Sebanyak 500 g sampel dimasukkan ke dalam bejana maserasi lalu ditambahkan etanol hingga seluruh bahan terendam. Wadah maserasi ditutup rapat dibiarkan selama 3 hari, disimpan ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung sambil sering diaduk. Setelah 3 hari, sari disaring ampasnya dimaserasi lagi dengan menggunakan pelarut yang baru sampai diperoleh sari terakhir yang tidak berwarna. Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian dikumpulkan, diuapkan dengan menggunakan rotavapor kemudian diangin-anginkan sampai diperoleh ekstrak etanol kental. Penyiapan Bahan Penelitian a. Pembuatan Suspensi Ekstrak Herba Bandotan Suspensi ekstrak bandotan dalam dosis masing-masing 12 mg/20g BB mencit, 24 mg/20 g BB mencit dan 48 mg/20 g BB mencit dibuat dalam konsentrasi 1,8 %, 3,6 %, dan 7,2 % dengan cara menimbang ekstrak masingmasing 1800 mg, 3600 mg, dan 7200 mg. Masing-masing dosis lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml lalu dicukupkan volumenya hingga 100 ml dengan Natrium CMC. b. Pembuatan Larutan koloidal Natrium CMC 1 % b/v Air suling sebanyak 200 ml dipanaskan hingga suhu 70 o C. Natrium CMC sebanyak 2 g dimasukkan sedikit demi sedikit dan diaduk dengan menggunakan pengaduk elektrik hingga terbentuk suspensi yang homogen, kemudian volumenya dicukupkan dengan air panas hingga volume 200 ml. c. Pembuatan Larutan Asam asetat 2,4 % v/v Larutan asam asetat dibuat dengan mengencerkan larutan asam asetat 100% sebanyak 0,6 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur dan dicukupkan volumenya dengan air untuk injeksi hingga 25 ml. d. Pembuatan Suspensi Asam Mefenamat 1,95 mg/ml Suspensi asam mefenamat dibuat dengan menimbang 20 tablet kemudian dihitung berat rata-ratanya, setelah itu digerus dan ditimbang254 mg yang setara dengan 195mg,asam mefenamat dimasukkan ke dalam lumpang lalu ditambahkan sedikit demi sedikit suspensi Natrium CMC 1 % sambil diaduk hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan suspensi Natrium CMC 1 % sambil diaduk hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan suspensi Natrium CMC 1%. e. Pembuatan Suspensi Morfin Sulfat 0,0585 mg/ml Suspensi morfin dibuat dengan menimbang 10 tablet morfin sulfat kemudian dihitung berat rata-ratanya, setelah itu digerus dan ditimbang2,1 mg yang setara dengan 1,46 mg,morfin Mandala Pharmacon Indonesia,Vol.1,No 2,

4 sulfat dimasuk-kan ke dalam lumpang lalu ditambahkan sedikit demi sedikit suspensi Natrium CMC 1 % sambil diaduk hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan suspensi Natrium CMC 1%. Pemilihan dan penyediaan hewan uji a. Pemilihan Hewan uji Hewan uji yang digunakan adalah mencit Jantan ( Mus musculus) yang berbadan sehat, berumur 3 4 bulan, yang dapat diamati dari perilakunya dengan berat badan g. b. Penyiapan Hewan Uji Mencit sebanyak 15 ekor dibagi kedalam 5 kelompok perlakuan, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit. Kelompok I sebagai kontrol negatif, Kelompok II, III, IV sebagai kelompok perlakuan, dan V sebagai kontrol positif. Sebelum diberi perlakuan, mencit tersebut dipuasakan selama 8 jam. Perlakuan Terhadap Hewan Uji a. Metode induksi panas Kelompok I sebagai kelompok kontrol diberi Natrium CMC 1% sebagai kontrol negatif secara oral. Kelompok II, III, dan IV diberi suspensi ekstrak etanol dengan dosis masing-masing 12 mg/20 g BB mencit, 24 mg/20 g BB mencit dan 48 mg/20 g BB mencit secara oral, dan kelompok V diberi suspensi morfin sulfat sebagai kontrol positif secara oral. Bahan diberikan dalam dosis tunggal sebanyak 1 ml/30 g BB mencit. 30 menit kemudian mencit ditempatkan di atas plat panas (55 o C) selama 60 detik dan dihitung reaksi responnya dalam bentuk menjilat telapak kaki depan atau melompat setiap 5 menit selama 30 menit. b. Metode induksi kimia Kelompok I sebagai kelompok kontrol diberi Natrium CMC 1% sebagai kontrol negatif secara oral. Kelompok II, III, dan IV diberi suspensi ekstrak etanol dengan dosis masing-masing 12 mg/20 g BB mencit, 24 mg/20 g BB mencit dan 48 mg/20 g BB mencit secara oral, dan kelompok V diberi suspensi asam mefenamat sebagai kontrol positif secara oral. Bahan diberikan dalam dosis tunggal sebanyak 1 ml/30 g BB mencit. Tiga puluh menit kemudian, mencit disuntikkan secara intraperitoneal larutan asam asetat 2,4 % sebanyak 1ml/30 g BB mencit. Pengamatan dinilai 5 menit setelah pemberian induksi nyeri dalam bentuk geliatan dan perut menekan lantai kandang setiap 5 menit selama 30 menit. PenghitunganDayaAnalgetika Perhitungan daya analgetika dihitung dengan rumus : % Analgetik = 100% - { x 100%} Ket : P : jumlah rata-rata reaksi K : jumlah rata-rata reaksi negatif kontrol Mandala Pharmacon Indonesia,Vol.1,No 2,

5 Hasil dan pembahasan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba bandotan (Ageratum conyzoides L.) yang diekstraksi dengan metode maserasi. Metode ini dipilih karena merupakan metode penyarian yang sederhana dengan waktu yang relatif singkat. Maserasi juga metode ekstraksi dingin sehingga adanya senyawa kimia yang tidak stabil pada pemanasan dapat dihindari. Penyari yang digunakan adalah etanol 70%. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari, karena bersifat semipolar, dan tidak toksik pemakaiannya pada makhluk hidup. Tabel.1 Jumlah kumulatif rata-rata geliatan pada metode induksi kimia Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah herba bandotan (Ageratum conyzoides L.) memiliki efek analgetik. Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum (Mutshcler,1994). Dalam pengujian dilakukan dua metode yaitu metode induksi kimia dan induksi panas. Metode induksi panas pada umumnya dilakukan untuk menguji obat-obat analgetika berkhasiat kuat dan metode induksi kimia untuk obat-obat analgetika berkhasiat lemah atau sedang. No. Perlakuan Jumlah kumulatif geliatan Daya Analgetika 1. Kontrol negatif 49,34 - Natrium CMC 1% 2. Ekstrak 12 mg/20 g BB Mencit 36 27% 3. Ekstrak 24 mg/20 g BB Mencit 26,83 46,53% 4. Ekstrak 48 mg/20 g BB Mencit 14 71,66% 5. Kontrol positif Asam mefenamat 1,3 mg/20 g BB mencit 11,50 76,59% Tabel.2 Jumlah kumulatif reaksi pada metode induksi panas No. Perlakuan Jumlah kumulatif reaksi Daya Analgetika 1. Kontrol negatif 61,83 - Natrium CMC 1% 2. Ekstrak 12 mg/20 g BB Mencit 50,17 18,88% 3. Ekstrak 24 mg/20 g BB Mencit 42 32,08 % 4. Ekstrak 48 mg/20 g BB Mencit 29 53,13% 5. Kontrol Positif Morfin sulfat 0,039 mg/20 g BB Mencit 1,17 98,16% Mandala Pharmacon Indonesia,Vol.1,No 2,

6 Hasil pengujian metode induksi kimia (tabel 1) menunjukkan masing masing kelompok perlakukan memberikan perbedaan hasil reaksi, Hasil pengujian menujukkan Natrium CMC 1% memberikan perbedaan yang signifikan pada semua perlakuan yaitu ekstrak 12 mg/20 g BB mencit, ekstrak 24 mg/20 g BB mencit, ekstrak 48 mg/20 g BB mencit dan kontrol positif Asam mefenamat, hal ini menunjukkan bahwa pada dosis tersebut ekstrak etanol herba bandotan memiliki efek analgetik. Dengan perbandingan pada kontrol positif asam mefenamat, diketahui bahwa kontrol positif memiliki perbedaan yang signifikan pada ekstrak 12 mg/20 g BB mencit, ekstrak 24 mg/20 g BB mencit, dan pada ekstrak 48 mg/20 g BB mencit tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa ekstrak 48 mg/20 g BB mencit memiliki efek analgetik yang setara dengan kontrol positif asam mefenamat. Sesuai hasil perhitungan daya analgetik kontrol positif asam mefenamat, ekstrak 12 mg/20 g BB mencit, ekstrak 24 mg/20 g BB mencit, dan pada ekstrak 48 mg/20 g BB mencit masing-masing adalah 76,59 %, 27 %, 45,63 %, dan 71,66 %. Yang menunjukkan pada rentang dosis mg/20g BB mencit, semakin tinggi dosisnya maka makin besar daya analgetiknya. Hasil pengamatan pada metode induksi panas (tabel 2) menunjukkan bahwa setiap perlakuan memberikan perbedaan yang nyata. Ekstrak 12 mg/20g BB mencit, ekstrak 24 mg/20 g BB mencit, dan pada ekstrak 48 mg/20 g BB mencit, dan kontrol positif morfin sulfat yang memperlihatkan efek analgetik jika dibandingkan dengan kontrol negatif Natrium CMC. Daya analgetik perlakukan kontrol positif morfin sulfat, ekstrak 12 mg/20 g BB mencit, ekstrak 24 mg/20 g BB mencit, ekstrak 48 mg/20 g BB mencit masing-masing adalah 98,16 %, 18,88%, 32,08 %, 53,13%. Hal ini menunjukkan kenaikan dosis ekstrak pada dosis mg/20g BB mencit memperihatkan kenaikan daya analgetik, dan daya analgetik ekstrak etanol herba bandotan pada dosis tertinggi ekstrak 48 mg/20 g BB mencit tidak memperlihatkan daya analgetik sebesar dan sebaik morfin sulfat. Berdasarkan perbandingan ekstrak bandotan dengan kontrol positif pada metode induksi kimia dan induksi panas, pada dosis tertinggi 48 mg/20 g BB mencit menunjukkan efek analgetik yang setara dengan asam asam mefanamat dan efek analgetik yang tidak sebesar morfin sulfat. Sesuai dengan prinsip metode pengujian analgetika menunjukkan bahwa ekstrak bandotan tergolong dalam analgetika yang berkhaseat lemah (sampai sedang). Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : ekstrak etanol herba Mandala Pharmacon Indonesia,Vol.1,No 2,

7 bandotan ( Ageratum conyzoides L.) memper-lihatkan efek analgetik pada dosis mg/20 g BB mencit, kenaikan dosis menunjukkan kenaikan daya analgetik. Ekstrak etanol herba bandotan pada dosis 48 mg/20 g BB mencit memperlihatkan daya analgetik yang setara dengan asam mefenamat. Ekstrak etanol herba bandotan tergolong analgetika berkhasiat lemah (sampai sedang). DaftarPustaka Banyubening, 2007, Bandotan, (online), 07/-07/18/bandotan-ageratumconyzoides-l/), diakses 2 Oktober 2009). Guyton AC., 1994, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Ed. III, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Mutshcler E., 1991, Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi. Ed. V, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Tampubolon OT., 1995, Tumbuhan Obat, Penerbit Bhratara, Jakarta. Tan HT &Rahardja K., 1991, Obat- Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya. Ed. V, Gramedia, Jakarta. Mandala Pharmacon Indonesia,Vol.1,No 2,

8 Mandala Pharmacon Indonesia,Vol.1,No 2,