KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PENGARUH SIFAT FISIK AGREGAT TERHADAP RONGGA DALAM CAMPURAN BERASPAL PANAS

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

TINJAUAN PUSTAKA. perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi.

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konstruksi perkerasan lentur ( Flexible pavement), yaitu perkerasan yang

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

PENGARUH POROSITAS AGREGAT TERHADAP BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN

Transkripsi:

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON Louis Christian Lagonda O. H. Kaseke, S.V. Pandey Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email : lagondalouischristian@gmail.com ABSTRAK Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil bagi antara Stabilitas dan Flow yang diperoleh dari uji tekan dengan metode Marshall sedangkan besaran Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200- Bitumen Efektif diperoleh dan dihitung dari komposisi campuran. Spesifikasi Teknik Bina Marga tahun 2010 Revisi 2 untuk campuran Lapis Aspal Beton (LASTON) semula ada batasan MQ namun pada revisi 3 MQ telah ditiadakan dan diganti dengan Ratio Partikel Lolos batasan 1,0 sampai dengan 1,4. Dalam penelitian ini akan dikaji hubungan dan pengaruh Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif terhadap MQ pada campuran LASTON. Penelitian ini menggunakan material batu pecah dari lokasi sumber Kakaskasen dan Aspal penetrasi 60/70 ex Pertamina yang tersedia di Laboratorium Teknik Perkerasan Jalan Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi. Bahan Filler tambahan menggunakan Portland Cement (PC). Proses penelitian ini dimulai dengan pemeriksaan persyaratan material dan perancangan komposisi agregat sesuai persyaratan gradasi LASTON, dibuat benda uji untuk pengujian Marshall dan hasil uji dianalisis, sehingga diperoleh kadar Aspal terbaik. Selanjutnya, dirancang komposisi dengan kadar Aspal tetap tapi kandungan Filler berubah ubah sehingga Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif bervariasi menjadi 0.63, 0.95, 1.2, 1.45, dan 1,75. Dari pemeriksaan di laboratorium diperoleh untuk Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 0.63 nilai MQ adalah 395 kg/mm, pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 0.95 MQ adalah 417 kg/mm, pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 1.2 MQ adalah 439 kg/mm, pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 1.45 MQ adalah 463 kg/mm, dan pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 1.75 MQ adalah 489 kg/mm. Dengan kata lain hubungan antara MQ dengan Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif adalah sebagai berikut, jika Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif relatif kecil menghasilkan nilai MQ yang rendah, sebaliknya Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif lebih besar, menghasilkan nilai MQ yang tinggi. Dengan menggunakan batasan Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif antara 1.0 sampai dengan 1.4 nilai MQ yang diperoleh adalah 420 kg/mm sampai dengan 460 kg/mm. Batasan MQ yang sebelumnya hanya memberikan batas minimum 250 kg/mm. Sebaiknya menggunakan nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif yang tinggi karena akan menghasilkan MQ yang besar, namun kandungan kadar Aspal (Bitumen) harus diperhatikan karena kandungan bitumen akan berpengaruh pada nilai Void In Mix (VIM). Kata Kunci : Lapis Aspal Beton-Lapis Aus, Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif, Marshall Quotient, 11

PENDAHULUAN Latar Belakang Laston (Lapisan Aspal Beton) adalah lapis perkerasan aspal campuran panas. Menurut spesifikasi Bina Marga aspal beton dibedakan atas 3 (tiga) macam lapisan, yaitu Laston Lapis Aus (Asphalt Concrete- Wearing Course atau AC-WC), Laston Lapis Antara (Asphalt Concrete- Binder Course atau AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (Asphalt Concrete- Base atau AC-Base), Bina Marga (2007). Salah satu jenis campuran beraspal panas yang digunakan sebagai lapisan permukaan adalah Laston Lapis Aus (Asphalt Concrete- Wearing Course atau AC-WC), dimana agregatnya bergradasi menerus. Berdasarkan Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 2 untuk mengevaluasi LASTON masih digunakan metode Marshall, Kriteria Marshall meliputi Stabilitas, Kelelehan Plastis (Flow), Rongga udara dalam campuran (Void in Mix/VIM), Rongga antar Mineral Agregat (Void in Mineral Agregat/VMA), Volume Pori antar butir Agregat terisi Aspal (Void Filled by Bitumen/VFB), dan Marshall Quotient. Pada Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 revisi 2 dan sebelumnya terdapat besaran Marshall Quotient yaitu besaran hasil bagi dari nilai Stabilitas dan Flow sedangkan dalam revisi terbaru (Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi ke 3 Tahun 2013) Marshall Quotient tidak disyaratkan lagi dan diganti dengan angka atau Ratio (hasil bagi) antara persentasi Filler dengan persentasi Bitumen Efektif dalam batasan minimum 1,0% sampai dengan maximum 1,4%. Jadi dalam penilitian ini akan mengevaluasi Marshall Quotient dengan ratio filler bitumen konten dengan cara membuat variasi kadar Filler agar dapat dilihat hubungannya. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal diatas, maka dalam penelitian ini akan dikaji hubungan batasan kriteria Marshall Quotient dengan Ratio Partikel Lolos Saringan no.#200 dengan kadar Bitumen efektif pada campuran jenis LASTON. Batasan Masalah Pada penelitian ini pembahasan dibatasi sebagai berikut : Penelitian hanya dibatasi pada campuran beraspal panas (hotmix) jenis campuran AC-WC. Penilitian hanya dilakukan di laboratoriom dan tidak akan melakukan uji lapangan, sampai dengan pengujian Marshall. Aspal yang digunakan adalah Aspal Penetrasi 60-70 Material tidak akan diteliti secara Kimiawi Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara Marshall Quotient dengan Rasio antara Filler dengan Bitumen Konten pada campuran AC-WC yang diperoleh berdasarkan Metode Marshall melalui pengujian di laboratorium. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian ini dilakukan agar dapat diketahui hasil mengenai hubungan perbandingan antara Filler dengan Aspal Efektif dengan besaran Marshall Quotient Dapat dijadikan acuan untuk perancangan campuran Aspal panas di Laboratorium. TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi campuran AC-WC Lapisan ini adalah lapisan yang berhubungan langsung dengan roda kendaraan sehingga lapisan ini di rancang untuk tahan terhadap perubahan cuaca, gaya geser, tekanan roda ban kendaraan serta memberikan lapis kedap air untuk lapisan dibawahnya. Sebagai lapis permukaan, lapis aspal beton harus dapat memberikan kenyamanan dan keamanan yang tinggi (Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya, SKBI-2.4.26.1987). 12

Bahan Pengisi (Filler) Bahan pengisi (filler) dalam campuran aspal beton adalah bahan yang lolos saringan No.200 (0,075 mm). Macam bahan pengisi yang dapat digunakan ialah abu batu, kapur padam, Portland Cement (PC), debu dolomite, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya. Walaupun demikian komposisi filler dalam campuran tetap harus dibatasi karena kadar filler yang terlalu tinggi akan mengakibatkan campuran menjadi getas (briittle) dan retak (crack) ketika menerima beban lalu lintas, dan kadar filler yang terlalu rendah menyebabkan campuran terlalu lunak pada saat cuaca panas. (Bina Marga 1987). Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200- Bitumen Efektif Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200- Bitumen Efektif adalah perbandingan prosentase jumlah bahan pengisi (filler) yang diperlukan terhadap total berat campuran dengan prosentase aspal (bitumen) efektif pada campuran. Pengaruh Ratio Filler- Bitumen antara lain adalah: 1. Untuk memodifikasi agregat halus (filler), sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang. 2. Secara bersamaan akan membentuk suatu campuran pada nilai terbaik yang akan membalut dan mengikat agregat secara optimal. 3. Mengisi ruang antar agregat halus dan kasar, serta meningkatkan kepadatan dan kestabilan. Sifat-Sifat Campuran Yang Di Pertimbangkan Dalam Desain Menurut Silvia Sukirman (2003), terdapat tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh beton aspal adalah stabilitas, keawetan, kelenturan atau 15 fleksibilitas, ketahanan terhadap kelelahan (Fatique Resistance), kekesatan permukaan atau ketahanan geser, kedap air dan kemudahan pelaksanaan (Workability) Kriteria Marshall Kriteria pengujian Marshall adalah kriteria yang paling umum digunakan dalam mendesain maupun mengevaluasi sifat-sifat campuran. Konsep kriteria pengujian Marshall yang kemudian dikembangkan oleh U.S Corps of Engineer dan prosedur pengujiannya mengikuti AASHTO T 245-74 Tahun 1974. Kriteria pengujian Marshall terdiri atas : 1. Stabilitas Menurut The Asphalt Institute, Mudianto (2004), stabilitas adalah kemampuan campuran aspal untuk menahan deformasi akibat beban yang bekerja tanpa mengalami deformasi permanen seperti gelombang, alur ataupun bleeding yang dinyatakan dalam satuan kg atau lb. Menurut The Asphalt Institute, Mudianto (2004), Pengukuran stabilitas dengan test Marshall diperlukan untuk mengetahui kekuatan tekan geser dari contoh / sampel yang ditahan dua sisi kepala penekan (porsi tahanan kohesi lebih dominan dari porsi tahanan penguncian butir) dengan nilai stabilitas yang cukup tinggi diharapkan perkerasan dapat menahan lalu lintas tanpa terjadi kehancuran geser (SNI-06-2489- 1991). 2. Rongga Udara dalam Campuran/Void In Mix (VIM) Void in Mix atau disebut juga rongga dalam campuran digunakan untuk mengetahui besarnya rongga campuran, sedemikian sehingga rongga tidak terlalu kecil yang akan menimbulkan bleeding atau terlalu besar yang dapat menimbulkan oksidasi / penuaan aspal dengan masuknya udara dan sinar ultra violet (SNI-06-2489-1991). VIM = 100 Gmm Gmb Gmm Keterangan : VIM : Rongga udara dalam campuran padat, persen dari total volume. G mm : Berat jenis maksimum campuran. : Berat jenis curah campuran padat. G mb 3. Rongga Terisi Aspal/Void Filled Bitumen (V F B) Voids Filled with Bitumen (VFB), adalah volume pori di antara partikel-partikel agregat yang terisi aspal dalam campuran padat, yang dinyatakan dalam (%) terhadap volume total campuran. Parameter VFB diperlukan untuk mengetahui apakah perkerasan memiliki keawetan (durability) dan tahan air (impermeability) yang cukup memadai. (SNI- 06-2489-1991) 13

VFB = 100 VMA VIM VMA Keterangan : VFB : Rongga udara yang terisi aspal, prosentase dari VMA, (%) VMA : Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume total, (%) VIM : Rongga udara pada campuran setelah pemadatan, (%) 4. Rongga pada Campuran Agregat/Void Mineral Aggregate (VMA) Void in Mineral Agregat atau rongga pada campuran agregat adalah rongga antar butiran agregat, terdiri dari rongga udara serta aspal effektif yang dinyatakan dalam prosentase volume total campuran. Bila rongga udara serta kadar aspal telah diketahui, maka hanya tingkat absorbsi agregat yang belum terungkap. Dengan pertimbangan bahwa penilaian agregat sudah dilakukan pada tahap perencanaan, maka parameter VMA dapat dianggap tidak diperlukan lagi (SNI-06-2489- 1991). VMA = 100 Gmb PS Gsb Keterangan : VMA : Rongga dalam agregat mineral (persen volume curah) G sb : Beratjenis curah agregat. P S : Agregat, persen berat total campuran. : Berat jenis curah campuran padat. G mb Atau, jika komposisi campuran ditentukan sebagai persen berat agregat, maka VMA dihitung dengan persamaan sebagai berikut : VMA = 100 Gmb Gsb 100 100+Pb 1 Keterangan : P b : Aspal, persen berat agregat. G mb : Berat jenis curah campuran padat. : Berat jenis curah agregat. G sb 5. Kelelehan / Flow Parameter flow diperlukan untuk mengetahui deformasi vertikal campuran saat dibebani hingga hancur (pada stabilitas maksimum). Flow akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar aspal. Campuran berkadar aspal rendah lebih tahan terhadap deformasi jika ditempatkan di as jalan, sedangkan campuran berkadar aspal tinggj akan lebih kuat menahan deformasi jika ditempatkan di bagian tepi perkerasan (tanpa tahanan samping). (SNI-06-2489-1991) 6. Marshall Quotient Marshall Quotient (MQ) yaitu hasil bagi stabilitas dan flow, yang digunakan sebagai indikator kelenturan yang potensial terhadap keretakan. Nilai Marshall Quotient dinyatakan dalam kg/mm. (Hardiyatmo,H.C, 2007). Dua parameter yang penting yang ditentukan dalam pengujian tersebut, seperti beban maksimum yang dapat dipikul benda uji sebelum hancur atau Marshall Stability dan deformasi permanen dari sampel sebelum hancur, yang disebut Marshall Flow, serta turunan dari keduanya yang merupakan perbandingan antara Marshall Stability dengan Marshall Flow yang diebut dengan Marshall Quotient, yang merupakan nilai kekakuan berkembang (speudo stiffness), yag menunjukkan ketahanan campuran beraspal terhadap deformasi permanen (Read. J, 2003) Marshall Quotient = Stabilitas Flow 7. Evaluasi Nilai Volumetrik Campuran Beraspal Untuk mengetahui karakteristik campuran yang direncanakan memenuhi kriteria yang telah ditentukan, perlu dilakukan evaluasi hasil pengujian Marshall, disamping nilai stabilitas dan pelelehan, juga terhadap hasil perhitungan volumetrik. Disamping kekuatan (stabilitas dan pelelehan), kinerja campuran beraspal sangat ditentukan oleh volumetrik campuran dalam keadaan padat. (Sukirman. S, 2003) METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, dengan menggunakan metode pengujian berdasarkan pada pedoman perencanaan campuran beraspal panas dengan metode Spesifikasi Bina Marga 2010 revisi 3. Seperti telah disampaikan di bab I bahwa jenis campuran beraspal panas yang dipilih untuk penelitian ini adalah Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC). Tahapan-tahapan yang dilakukan meliputi : 14

a. Mendapatkan data persyaratan untuk agregat, aspal dan jenis campuran yang akan digunakan dalam penelitian ini. b. Pengambilan sampel material yang bersumber dari Desa Kakaskasen, dan menggunakan Aspal penetrasi 60/70 yang telah disediakan dilaboratorium. c. Pemeriksaan awal yaitu abrasi untuk melihat apakah material sudah memenuhi syarat untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, kemudian analisa saringan dan berat jenis sebagai acuan untuk dapat merancang komposisi campuran. d. Perancangan komposisi agregat dan menghitung perkiraan kadar aspal. e. Pembuatan 15 sampel benda uji dengan 5 variasi kadar aspal perkiraan. f. Pengujian benda uji Marshall dengan tujuan mendapatkan sifat-sifat seperti : Stabilitas, Flow, VIM (Void In Mix), VFB (Void Filled With Bitumen), VMA (Void Mix Aggregate), Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif dan Marshall Quotient (MQ). g. Dari hasil rekapitulasi perhitungan Marshall maka diperoleh kadar Aspal terbaik h. Setelah diperoleh kadar Aspal terbaik, dibuat perancangan komposisi dengan ratio filler terhadap Bitumen Efektif bervariasi. Kadar filler yang divariasikan 3.5%, 5.0%, 6.5%, 8.0%, 9.5% menggunakan radasi ideal, dengan menggunakan presentasi berat total campuran 100% yang diperoleh dari komposisi agregat gabungan pada kadar aspal. i. Pembuatan benda uji untuk memperoleh data kriteria Marshall seperti Stabilitas, Flow, VIM (Void In Mix), VFB (Void Filled With Bitumen), VMA (Void Mix Aggregate), Ratio Filler-Bitumen dan Marshall Quotient (MQ). j. Menganalisis komposisi campuran dengan pengujian Marshall, untuk memperoleh pengaruh hubungan Marshall Quotient dengan Ratio Filler- Bitumen efektif. k. Selanjutnya adalah kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang diperoleh. HASIL PENELITIAN Evaluasi pengujian campuran aspal panas jenis AC-WC dengan menggunakan material yang diambil dari Kakaskasen, dapat dilihat melalui data hasil penelitian yang diolah sesuai rumus dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Material Agregat Sifat-sifat material/bahan * Agregat Kasar Keausan (Abrasi) Berat jenis bulk Berat jenis SSD Berat jenis apparent Penyerapan * Agregat Sedang Berat jenis bulk Berat jenis SSD Berat jenis apparent Penyerapan * Agregat Halus Abu Batu Berat jenis bulk Berat jenis SSD Berat jenis apparent Penyerapan Hasil Pemeriksaan Persyaratan 35% Maks. 40 % 2.40 2.43 2.47 1.33 Maks. 3,0 2.39 2.43 2.48 1.39 2.34 2.38 2.44 1.81 Maks. 3,0 Maks. 3,0 Campuran beraspal panas AC-WC dan Kriteria Marshall Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium dengan menggunakan variasi kadar aspal, maka di dapat hasil data test Marshall yang disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Marshall Test (AC-WC) Kadar Marshall Aspal Stabilitas Flow Quotient VIM VMA VFB ff/bt (%) (kg) (mm) (kg/mm) (%) (%) (%) 4 1124 2.8 394.4 12.1 17.4 30.8 2.3 5 1333 3.1 432.4 8.2 15.8 48.1 1.6 6 1435 3.3 441.2 5 15.2 66.4 1.3 7 1377 3.5 392 3.9 15.9 75.3 1 8 1170 3.7 301.7 3.4 17.4 80.2 0.9 15

Grafik 1. Hubungan Kadar Aspal dan Stabilitas Grafik 5. Hubungan Kadar Aspal dan VIM Grafik 2. Hubungan Kadar Aspal dan Flow Grafik 6. Hubungan Kadar Aspal dan VMA Grafik 3. Hubungan Kadar Aspal dan MQ Grafik 4. Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif Grafik 7. Hubungan Kadar Aspal dan VFB Pengaruh variasi Filler dan Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif terhadap Marshall Quotient Dalam pembuatan benda uji untuk menganalisa pengaruh Ratio Filler Bitumen Content dibuat 5 variasi kadar filler yaitu kadar filler 3.5%, 5%, 6.5%, 8%, dan 9.5% dengan kadar aspal tetap/optimum yang di dapat dari pengujian Marshall test sebelumnya. Untuk mencari komposisi variasi filler digunakan gradasi ideal, dimana gradasi gabungan berada diantara batas atas dan bawah Spesifikasi Bina Marga 2010 16

Flow VFB Stabilitas VMA VIM Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (11-19) ISSN: 2337-6732 revisi 3, yang di variasikan hanya pada saringan No.# 100 dan No.# 200. 5.5 HUBUNGAN FILLER-BITUMEN CONTENT DENGAN VIM (GI) Tabel 3. Variasi Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif pada campuran AC-WC Variasi ff/bt Stabilita Flow (mm) MQ VIM VMA VFB Filler s (kg) (%) (%) (%) 3.5 0.6 1371 3.5 395 5 15.8 68.5 5 0.9 1416 3.4 417 4.8 15.6 69.5 6.5 1.2 1447 3.3 439 4.5 15.4 70.6 8 1.4 1465 3.2 463 4.3 15.2 71.7 9.5 1.7 1506 3.1 489 4.1 15 72.7 1800 1750 1700 1650 1600 1550 1500 1450 1400 1350 1300 1250 1200 1150 1100 1050 1000 950 900 850 800 750 700 650 600 HUBUNGAN FILLER-BITUMEN CONTENT DENGAN STABILITY (GI) 1371 y = 118.56x + 1302.9 R² = 0.9814 1416 1447 1465 1506 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT Grafik 8. Hubungan Ratio Partikel Lolos Stabilitas 5 4.5 5.0 4 y = -0.8068x + 5.4691 R² = 0.9998 3.5 3 4.8 2.5 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT Grafik 10. Hubungan Ratio Partikel Lolos VIM 15.9 15.8 15.7 15.6 15.5 15.4 15.3 15.2 15.1 15 HUBUNGAN RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT DENGAN VMA (GI) 15.8 y = -0.7151x + 16.211 R² = 0.9998 15.6 Grafik 11. Hubungan Ratio Partikel Lolos VMA 4.5 15.4 4.3 15.2 14.9 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 RATIO FILLER-BIRUMEN CONTENT 4.1 15.0 4.1 3.9 HUBUNGAN FILLER-BITUMEN CONTENT DAN FLOW (GI) 74 HUBUNGAN RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT DENGAN VFB 3.7 y = 3.91x + 66.046 R² = 0.9998 72.7 3.5 3.3 3.1 3.5 y = -0.3679x + 3.7134 R² = 0.9976 3.4 3.3 3.2 3.1 72 70 69.5 70.6 71.7 2.9 2.7 68 68.5 2.5 2.3 66 2.1 1.9 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 RATIO 0.9 1.0 FILLER-BITUMEN 1.1 1.2 1.3 CONTENT 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 Grafik 9. Hubungan Ratio Partikel Lolos Flow 64 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 RATIO 1.0 FILLER-BITUMEN 1.1 1.2 1.3 CONTENT 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 Grafik 12. Hubungan Ratio Partikel Lolos VFB 17

Marshall Quotient Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (11-19) ISSN: 2337-6732 520 510 500 490 480 470 460 450 440 430 420 410 400 390 380 370 360 350 340 330 320 310 300 290 280 270 260 250 240 230 220 HUBUNGAN RATIO FILLER-BITUMEN DENGAN MQ y = 87.276x + 339.23 R² = 0.9991 395 417 0.40.50.50.60.60.70.70.80.80.90.91.01.01.11.11.21.21.31.31.41.41.51.51.61.61.71.71.81.8 F 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 1 F............. 0 / i Grafik 13. Hubungan Ratio Partikel Lolos Marshall Quotient PENUTUP Kesimpulan Dari pemeriksaan di laboratorium diperoleh untuk Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200 - Bitumen Efektif 0.63 nilai MQ adalah 395 kg/mm, pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif 0.95 MQ adalah 417 kg/mm, pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif 1.2 MQ adalah 439 kg/mm, pada nilai Ratio 439 463 489 Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif 1.45 MQ adalah 463 kg/mm, dan pada nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200- Bitumen Efektif 1.75 MQ adalah 489 kg/mm. Dengan kata lain hubungan antara MQ dengan Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif adalah sebagai berikut, jika Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif relatif kecil menghasilkan nilai MQ yang rendah, sebaliknya Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif lebih besar, menghasilkan nilai MQ yang tinggi. Dengan menggunakan batasan Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif antara 1.0 sampai dengan 1.4 nilai MQ yang diperoleh adalah 420 kg/mm sampai dengan 460 kg/mm. Batasan MQ yang sebelumnya hanya memberikan batas minimum 250 kg/mm. Saran Untuk jenis campuran LASTON sebaliknya menggunakan nilai Ratio Partikel Lolos Saringan No.#200-Bitumen Efektif yang tinggi karena akan menghasilkan MQ yang besar, namun kandungan kadar Aspal (Bitumen) harus diperhatikan karena kandungan bitumen akan akan berpengaruh pada nilai Void In Mix (VIM). DAFTAR PUSTAKA Asphalt Institute,1983,Thickness Design Asphalt Pavement For Highways and Streets, Manual Series No.1 (MS-1). Bagus Priyatno, 1999, Perancangan Prasarana Jalan, Dalam Penataran dan Pelatihan Dosen Teknik Sipil Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah VI, September 1999. Departemen Pekerjaan umum, 1983, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (Laston Atas), Direktorat Jenderal Bina Marga. Departemen Pekerjaan Umum, 2007, Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Divisi VI Perkerasan Beraspal, Edisi April 2007. Departemen Pekerjaan Umum, Dierktorat Jendral Bina Marga : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton No. 13/PT/B/1983,1983. Hamirhan Saodang, Konstruksi Jalan Raya Buku 2 Perancangan Perkerasan Jalan Raya, Nova, Bandung, 2005 Hardiyatmo,H.C., 2007. Pemeliharaan Jalan Raya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta). Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, Spesifikasi Umum Edisi 2010 (revisi 3). 18

Laboratorium Rekayasa Jalan Jurusan Teknik Sipil ITB, buku besar, Bandung, Maret 2001. Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall,SNI 06-2489-1991 Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya, SKBI-2.4.26.1987 SNI-06-2489-1991, Pengujian Campuran Beraspal dengan alat Marshall Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010, Departemen Pekerjaan Umum Sukirman Silvia. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova, Bandung, 1998 The American Association of State Highway and Transportaion Officials (AASHTO), Standard Spesification for Transportation Materials, and Methods of Sampling and Tsting, Adopted by AASHTO, September 1974. AASHTO T11-82 Untung, S.D. 1997. Konstruksi Jalan Raya. Universitas Atma Jaya. Wardano, S.H. 1999. Hotmix. Pelatihan Teknis EEPP, Yogyakarta. 19