BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB V PENUTUP. Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

BAB V KESIMPULAN dan SARAN. dan Korelasi Pearson, Indikator Industri Unggulan SLQ-DLQ dan SSLQ-DSLQ

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

ALTERNATIP MODA TRANSPORTASI UDARA SEBAGAI SOLUSI MENGATASI KETERISOLASIAN WILAYAH PANTAI BARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA 2014

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

ANALISIS STATISTIKA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH (STUDI KASUS: PROVINSI SUMATERA UTARA)

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007).

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. adanya penurunan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Jawa Timur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan tipologi Klaassen atas pertumbuhan ekonomi dan PDRB per

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Simpulan 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi spasial maka yang menjadi kutub pertumbuhan adalah Kota Medan. Karakteristik utama yang dimiliki Kota Medan, sehingga disebut menjadi kutub pertumbuhan adalah posisi sebagai ibukota provinsi menjadikan Kota Medan menjadi pusat beberapa kegiatan ekonomi yaitu dilihat dari sektor perdagangan, terdapat banyak pasar tradisional dan modern, hotel dan restoran. Sumbangan sektor tersebut merupakan yang terbesar bagi PDRB Kota Medan yaitu sebesar 27 persen pada tahun 2012. Kondisi ini didukung oleh keberadaan Kawasan Industri Medan (KIM) di Kota Medan yang juga dianggap mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah wilayah sekitarnya. 2. Berdasarkan analisis Moran s I dan LISA disimpulkan terdapat konsentrasi pertumbuhan ekonomi secara spasial di wilayah Provinsi Sumatera Utara yaitu hot spot artinya sebuah kabupaten/kota memiliki PDRB per kapita yang tinggi begitu juga dengan daerah di sekitarnya antara lain: Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Asahan dan Kabupaten Serdang Bedagai. Sektor andalan Kabupaten Deli Serdang adalah sektor industri dan pertanian. Kabupaten Serdang Berdagai berkembang selain karena sektor pertanian juga didukung oleh sektor industri, ditunjukkan oleh keberadaaan kawasan industri dan perdagangan makanan pasar bengkel di Kecamatan Perbaungan. Kabupaten 79

Asahan didukung oleh sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan kelapa sawit yaitu sebesar 35 persen pada tahun 2012. Kabupaten/kota yang memiliki konsentrasi pertumbuhan yang cold spot, artinya kabupaten/kota memiliki PDRB per kapita yang rendah, merupakan kabupaten/kota yang terletak di wilayah pantai barat yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kota Gunung Sitoli, Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padang Sidempuan. Rendahnya PDRB per kapita dipengaruhi oleh keadaan topografi di wilayah tersebut yaitu memiliki banyak dataran tinggi, membuat Kepulauan Nias memiliki sarana infrastruktur yang kurang memadai. 3. Berdasarkan perhitungan spillover effect, Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang memiliki spillover effect terbesar, karena merupakan kawasan industri dan memiliki sarana infrastruktur yang memadai seperti jalan tol dan bandara udara Kualanamu. Kabupaten Batubara sebagai kawasan industri dan daerah yang memiliki PDRB per kapita terbesar, juga memberikan spillover effect bagi kabupaten/kota yang menjadi tetangganya, tetapi tidak sebesar yang dimiliki Kabupaten Deli Serdang. Hal ini dimungkinkan karena Kabupaten Batubara masih merupakan daerah yang tergolong belum lama dimekarkan. 4. Tingkat ketimpangan di Provinsi Sumatera Utara dipengaruhi oleh tingkat aglomerasi, artinya semakin besar share PDRB tiap kabupaten/kota terhadap PDRB provinsi, maka tingkat ketimpangan daerah tersebut semakin besar. Tingkat ketimpangan di Provinsi Sumatera Utara juga dipengaruhi oleh 80

tingkat investasi. Semakin besar kredit yang dikucurkan oleh lembaga keuangan untuk tujuan investasi maka semakin besar tingkat ketimpangan. Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang mengucurkan banyak kredit untuk tujuan investasi. Terciptanya investasi mendukung pertumbuhan kegiatan perekonomian sehingga mendorong terjadinya urbanisasi dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Tidak sebandingnya jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan yang tersedia mendorong terciptanya tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi. Variabel dummy kutub pertumbuhan juga signifikan mempengaruhi tingkat ketimpangan. Kota Medan sebagai kutub pertumbuhan memiliki tingkat ketimpangan yang tinggi, hal ini diduga disebabkan oleh penerimaan keuntungan investasi dan aglomerasi yang tinggi tetapi tidak merata. 5.2 Implikasi 1. Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang memiliki tingkat aglomerasi yang tinggi, sehingga mengakibatkan ketimpangan. Ada baiknya pemerintah membatasi terjadinya aglomerasi di kawasan tersebut dengan melakukan kebijaksanaan negatif, yaitu membatasi pemberian izin industri. 2. Daerah Pantai Barat merupakan wilayah yang paling diharapkan dapat menarik perhatian para investor. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah melakukan perangsang fiskal dengan melakukan pembebasan pajak selama beberapa tahun, memberi pinjaman lunak atau memberikan kemudahan dalam memperoleh kredit perbankan. 3. Kabupaten Simalungun merupakan daerah tetangga Kabupaten Batubara 81

tetapi memiliki penghasilan yang rendah. Ada baiknya pemerintah lebih menggali potensi ekonomi yang dapat dikembangkan dari kabupaten tersebut, seperti perkebunan kelapa sawit, agar menciptakan forward dan backward linkage dengan sektor industri di Kabupaten Batubara, serta meningkatkan kualitas SDM masyarakat Kabupaten Simalungun agar dapat bersaing untuk mendapatkan pekerjaan di sektor industri. 4. Daerah yang terdapat di wilayah pantai barat pada umumnya adalah daerah memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Dari letak geografis, kabupaten/kota di wilayah pantai barat memiliki banyak dataran tinggi dan akses transportasi menuju ke sana masih sangat minim, khususnya daerah yang terletak di Kepulauan Nias. untuk itu diperlukan investasi dari pemerintah khususnya untuk membangun infrastruktur jalan, sarana listrik dan air bersih, sehingga dapat mendorong minat para investor swasta agar kondisi perekonomian di Kepulauan Nias dan sekitarnya menjadi lebih baik. 5. Menurut Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Provinsi Sumatera Utara merupakan peringkat pertama untuk tingkat korupsi pada tahun 2013, dengan jumlah dana yang dikorupsi sekitar 400 miliar rupiah. Menurut Mauro (1995) adanya pola hubungan terbalik antara korupsi dan investasi. Tingkat korupsi yang besar pada suatu daerah akan mengurangi minat investasi. Perbailan iklim investasi dapat dilakukan melalui penciptaan good governance dan melonggarkan pemberian hak kepemilikan kepada pihak swasta. 82

6. Berdasarkan data PDRB masih banyak kabupaten/kota yang bertumpu pada sektor pertanian dengan sumbungan terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara sebesar 23 persen. Mayoritas penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara bekerja di sektor pertanian. Mempertimbangkan hal tersebut, perlu dilakukan upaya transformasi struktural dengan memprioritaskan pada strategi pengembangan keterkaitan antarsektor, terutama keterkaitan antara sektor pertanian dan industri dengan mengembangkan strategi agroindustri, yaitu industri penyedia input pertanian dan industri pengolah hasil pertanian (Kuncoro, 2010: 288-297). 5.3 Keterbatasan Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam penulisan tesis ini. Keterbatasan peneliti adalah penggunaan data variabel investasi. Data investasi yang dibutuhkan peneliti seharusnya adalah investasi PMA dan PMDN tiap kabupaten/kota. Tetapi peneliti tidak berhasil menemukan data tersebut di BPS maupun di instansi terkait. Peneliti juga tidak mampu meneliti kebenaran data indeks Williamson yang dikeluarkan Bank Indonesia karena tidak berhasil menemukan data PDRB tiap kabupaten/kota. 5.4 Saran Penelitian ini menemukan banyak terdapat kabupaten/kota yang memiliki konsentrasi pertumbuhan yang rendah, paling menonjol adalah Kabupaten Simalungun yang memiliki konsentrasi rendah tetapi dikeliingi oleh kabupaten/kota yang memiliki konsentrasi pertumbuhan tinggi, dengan kata lain 83

Kabupaten Simalungun merupakan backwash effect dari pembangunan ekonomi. Mempertimbangkan hal tersebut, ada baiknya bagi peneliti selanjutnya mengidentifikasi potensi unggulan tiap kabupaten/kota, sehingga memberi masukan bagi pembuat kebijakan agar dalam melakukan pengembangan suatu daerah hendaknya mengupayakan terciptanya keterkaitan ekonomi antardaerah melalui potensi unggulan tiap kabupaten/kota. 84