I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam pemulihan ekonomi nasional. Peran strategis ini dapat dilihat dari tujuan pembangunan pertanian yaitu untuk menjamin ketersediaan pangan, ketahanan pangan, menitikberatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, memperluas lapangan kerja dan dapat meningkatkan pembangunan dan sektor lainnya. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia pokok berbagai macam zat gizi yang sangat diperlukan dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Lebih dari 90 % jumlah seluruh penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai sumber utama gizi dan energi. Kebutuhan pangan penduduk Indonesia setiap tahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Konsumsi beras masyarakat Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (2002), mencapai 139 kg per kapita per tahun atau merupakan tertinggi di dunia. Pada 2003 turun menjadi 109,7 kg, karena masyarakat mulai mengkonsumsi pangan dengan bahan yang beragam. Selanjutnya pada tahun 2004 rata-rata konsumsi beras naik drastis menjadi 138,81 kg, dan sejak 2005 mencapai 139,15 kg per kapita per tahun. Dari sisi produksi terjadi peningkatan, walaupun tingkat pertumbuhannya tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia. 1
Tabel 1. Produksi Tanaman Padi di Indonesia Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ha) 2004 11.922.974 54.088.468 4,53 2005 11.839.060 54.151.097 4,57 2006 11.786.430 54.454.937 4,62 2007 12.147.637 57.157.435 4,70 2008 12.327.425 60.325.925 4,89 2009 12.878.039 64.329.329 4,99 Sumber : Badan Pusat Statistika 2009 (diolah) 1 Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan produksi Gabah Kering Panen (GKP) dari tahun 2004-2009. Pada tahun 2004-2007 peningkatan produksi beras yang lebih rendah dibandingkan dengan produksi beras dari tahun 2007-2009. Pada tahun 2009 pemerintah berhasil melakukan program swasembada beras, yaitu mencapai 64,32 juta ton. Keadaan ini sangat berdampak terhadap ketersediaan beras dalam negeri yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Peningkatan produksi beras dapat dilakukan melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Sesuai dengan tujuan pembangunan pertanian dalam pembangunan nasional, usaha produksi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal ini menjamin ketersediaan pangan, serta untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Perbaikan pendapatan dan kesejahteraan petani diharapkan dapat meningkatkan daya beli mereka dan secara berkesinambungan akan menunjang sektor lainnya. 1 http://www.bps.go.id/tabel-produksi-tanaman-padi-indonesia_tabel/itemd.175 (Maret 2011) 2
Lahan pertanian khususnya sawah di Indonesia hingga saat ini masih terkonsentrasi di pulau Jawa. Namun perkembangan zaman menyebabkan pertanian terkonversi menjadi lahan pemukiman, sarana dan prasarana umum, dan lainnya. Ketersediaan lahan pertanian yang semakin terbatas memerlukan upayaupaya untuk mengoptimalkan pendayagunaan lahan yang ada melalui program intensifikasi pertanian. Salah satu upaya peningkatan produksi melalui program intensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi melalui teknik peningkatan produksi per satuan luas. Adapun pola tersebut melibatkan kegiatan panca usaha tani meliputi pengolahan tanah yang baik, penggunaan benih bermutu, pemupukan yang berimbang, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan dan penanganan pasca panen yang tepat dan benar. Masalah lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi diantaranya adalah terbatasnya penyediaan faktor produksi seperti pupuk yang sulit didapat, pestisida yang relatif mahal disamping ekosistem yang terus tergangggu. Pemahaman akan bahaya bahan kimia sintetis dalam waktu yang lama mulai disadari sehingga perlu alternatif dalam bercocok tanam yang mampu menghasilkan produksi yang tinggi, bebas dari pencemaran kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih sehat. Selain permasalahan lingkungan yang terjadi, tren keamanan pangan menjadi salah satu isu dalam industri pangan, karena adanya berbagai kasus keracunan pangan yang terjadi, baik dari kontaminasi bahan kimia maupun mikro biologi. Faktor kesehatan tersebut menjadi salah satu alasan konsumen mengkonsumsi pangan organik, Rachmiyanti (2005). 3
Biaya produksi pertanian konvensional yang semakin meningkat merupakan permasalahan utama yang saat ini dihadapi oleh para petani. Peningkatan hargaharga input produksi menyebabkan petani mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk tetap berproduksi. Namun peningkatan biaya produksi ini tidak seimbang dengan jumlah hasil produksi yang dihasilkan dan berdampak terhadap penurunan jumlah pendapatan para petani padi konvensional. Ketersediaan input-input produksi dan dukungan kualitas lahan untuk pertanian semakin berkurang merupakan salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan pertanian di Indonesia. Dari aspek pengelolaan air, pertanian padi sawah umumnya membutuhkan ketersediaan air yang cukup banyak, namun disisi lain ketersediaan air semakin terbatas. Ketersediaan air yang semakin semakin terbatas disebabkan oleh peningkatan kepadatan penduduk dan perkembangan industrialisasi yang semakin pesat. Peningakatan jumlah penduduk dan perkembangan industri menyebabkan terjadi persaingan dalam pemanfaatan sumberdaya air dengan pertanian. Sektor pertanian merupakan pengguna air terbesar, dimana lebih dari 80 persen pemanfaatan air di Indonesia digunakan untuk mendukung budidaya usaha tani. Berdasarkan potensi sumber airnya, Indonesia terbagi dalam tiga wilayah besar, yaitu : a. Wilayah dengan potensi rendah, kurang dari 10.000 m 3 /kapita/tahun meliputi pulau Jawa, Madura, Bali dan Nusa Tenggara. b. Wilayah dengan potensi sedang antara 10.000 100.000 m 3 /kapita/tahun meliputi pulau Sumatera, Sulawesi dan Maluku. c. Wilayah dengan potensi tinggi, lebih dari 100.000 m 3 /kapita/tahun meliputi pulau Kalimantan dan Irian. 4
Untuk mengatasi permasalahan sumberdaya air diperlukan peningkatan efisiensi penggunaan air melalui usaha tani hemat air, SRI (System of Rice Intensification) adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produksi padi sebesar 50 %, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100 % (Mutakin, 2007). 1.2 Perumusan Masalah Ancaman krisis pangan saat ini melanda dunia, berdampak juga terhadap negara Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menyebabkan tingkat kebutuhan pangan semakin tinggi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat, dibutuhkan sebuah inovasi pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Sistem pertanian sangat membutuhkan faktor input untuk berproduksi. Faktor-faktor input tersebut seperti air, pupuk, benih, kualitas lahan yang baik. Ketersediaan faktor-faktor produksi yang semakin terbatas merupakan permasalahan yang sangat penting untuk diperhatikan. Ketersediaan sumber daya input seperti air stoknya mulai berkurang sehingga petani harus membayar biaya (iuran) untuk mengairi lahan pertanian menjadi sebuah permasalahan yang akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas pertanian yang dihasilkan. Pada pertanian konvensional, tanaman padi membutuhkan air yang cukup tinggi untuk pertumbuhan tanaman. Tingginya biaya produksi pertanian saat ini juga sangat dipengaruhi oleh meningkatnya harga faktor-faktor produksi seperti semakin meningkatnya harga pupuk dan benih padi yang berkualitas. Peningkatan biaya produksi ini akan 5
meningkatkan beban biaya yang dikeluarkan petani, sehingga akan berdampak terhadap pendapatan yang diterima para petani. Biaya produksi yang tinggi ini merupakan permasalahan yang banyak dihadapi petani konvensional pada umumnya. SRI (System of Rice Intensification) adalah sistem budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. SRI juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan bibit sampai 20 %, menurunkan sampai 50 % penggunaan pupuk kimia, dan serta penghematan penggunaan air sampai dengan 40 %, dari segi produktivitas SRI dapat meningkatkan produktivitas sampai dengan 50 % (Mutakin 2007). Berdasarkan masalah di atas, maka permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh penggunaan metode SRI dalam menghemat faktorfaktor produksi? 2. Bagaimana dampak program SRI terhadap biaya produksi dan peningkatan pendapatan petani? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Mengkaji dampak SRI terhadap penggunaan input, produksi dan pendapatan usaha tani padi sawah di desa Jambenenggang, Sukabumi Jawa Barat. 2. Menghitung pendapatan usahatani padi sawah metode SRI dengan metode Konvensional. 6
3. Mengestimasi nilai ekonomi air yang dipergunakan pada usaha tani padi sawah. 4. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi usaha tani padi metode SRI dan konvensional. `1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan (pemerintah) agar dapat merumuskan kebijakan pengembangan usaha tani metode SRI. 2. Bagi petani, dalam meningkatkan pendapatan usaha tani padi. 3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya yang arah dacakupan penelitian yang lebih luas. 7