BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta, Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo, Jakarta, 1996, hlm

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Bagi Peserta Didik

Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm.5.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin modern apalagi di era globalisasi pada saat sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (citacita)

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari sesuatu, kita akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan

METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SD NEGERI I NGERANGAN

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka

BAB I PENDAHULUAN. lembaga atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta prinsip-prinsip, sehingga membantu memiliki makna bagi subjek didik.

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Sains. Materi pelajaran Sains harus dikuasi dengan baik oleh siswa. Dasar Sains yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

I. PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2012), hlm.7. 1 Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar, dimana kegiatan tersebut sangatlah penting, artinya akan ada. tersebut yang sudah mengalami proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menjadi tantangan bangsa dalam mempersiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. 2010, hlm 2 3 Sulistyorini, Muhammad Fathurrohman, Esensi Manajemen Pendidik Islam Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Diberikannya pelajaran matematika untuk setiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet. 2, hlm. 132.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Manusia dalam memajukan kehidupannya, maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoretikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun citacita demikian tak mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses kependidikan, karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita. 1 Tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang utuh sebagai makhluk individu, sosial, maupun sebagai hamba Allah yang selalu mengabdi dan bertaqwa kepada-nya. Pendidikan juga merupakan kebutuhan primer manusia. Pendidikan pada hakekatnya berlangsung dalam suatu proses yang dinamakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi aktif antara siswa dengan guru, yang mana siswa tersebut menjadi sasaran utama pendidikan. Proses pembelajaran ini dapat berupa penyampaian nilai-nilai pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. Guru dan siswa merupakan pelaksana dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah suatu 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3. 1

2 proses dimana suatu prilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. 2 Selama ini, dalam proses pembelajaran masih banyak yang menggunakan atau menerapkan metode tradisional seperti ceramah, demontrasi dan lain-lain. Cara seperti itu diakui membuat peserta didik tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar. Jika secara psikologis peserta didik kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, maka dengan sendirinya peserta didik akan memberi umpan balik (feedback) psikologis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran, guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai. Karena peserta didik memiliki interest yang sangat heterogen, idealnya seorang guru harus menggunakan multimetode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran didalam kelas. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa dan menghindari terjadinya kejenuhan. 3 Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran, metode harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah mengembangkan keterampilan peserta didik secara individu agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi. Dipilinya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan oprasional pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar 2 Suyono, Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm. 12. 3 Rusman, Model-model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 78.

3 tujuan yang disusun tercapai secara optimal atau cara untuk mencapai sesuatu. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan, dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan impementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. 4 Faktor yang mempengaruhi dan patut dipertimbangakan dalam pemilihan metode, antara lain: a) tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya, b) peserta didik dengan tingkat kematangannya, c) situasi dengan berbagai keadaannya, d) fasilitas dengan berbagai kwalitas dan kwantitasnya, e) pribadi guru serta kemampuan profisinya yang berbeda-beda. Karena banyak mata pelajaran, maka tujuan setiap mata pelajaran pun berbeda pula, hal ini memungkinkan seorang guru untuk memilih metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan metode yang salah akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran, guru tidak sembaranagn memilih metode tetapi harus berpedoman pada tujuan pembelajaran. 5 Selama ini, watak yang masih berkembang dalam pola pikir kita ialah minimnya kreativitas pembelajaran, kurang keberanian dalam berpendapat dari pelajar di kelas, hanya mengikuti buku panduan semata, dan lain sebagainya. 6 Proses belajar diarahkan pada subjek pendidikan menuju dewasa, bersikap kritis, mencari solusi terhadap masalah, dan secara jitu dan serius menuju penciptaan sistem alternatif. Peserta didik diharapkan dapat berfikir reflektif dan terus-menerus akan sesuatu yang lebih benar dan tepat. Karena itu, fokus dari proses pendidikan ini bukan untuk mengumpulkan atau memperoleh informasi semata, tetapi juga untuk menguasai hubunganhubungan antara pelajaran (fakta-fakta mata pelajaran) yang sedang dipelajari 4 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 150. 5 Syaiful Bahri Jamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 184. 6 Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif, Teras, Yogyakarta, 2010, hlm. 152

4 atau diteliti. Dengan demikian, proses pendidikan adalah proses untuk terusmenerus bertanya dan mencari keputusan mengenai fakta-fakta yang ditemukan. 7 Mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran salah satu upaya yang dilakukan guru adalah menerapkan metode Action Silent sehingga pencapaian hasil belajar lebih efektif dan maksimal. Metode action Silent merupakan metode hening dalam melakukan aktifitas, aktifitas yang dimaksud adalah menulis yaitu untuk mengembangkan kemampuan kognitif (berfikir) peserta didik, melalui metode Action Silent ini bertujuan untuk melatih kemampuan menulis dan mengembangkan daya nalar peserta didik dalam berfikir analitis. Selain untuk mengembangkan kemampuan kognitif peserta didik, metode ini juga bertujuan mendorong peserta didik untuk tetap menjaga perhatian dan konsentrasi terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Metode pembelajarn ini lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Seperti halnya di MTs. NU Sabilul Muttaqin yang sudah menerapkan metode Action Silent pada mapel SKI. Dengan adanya metode tersebut pembelajaran SKI lebih variasi, dan tidak membosankan disamping itu tidak hanya dengan guru yang menjadi pusat perhatiannya akan tetapi disini siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran ini. Guru hanya menyampaikan kompetensi dasarnya saja dan yang mengembangkan sepenuhnya adalah siswa itu sendiri. Dengan diterapkankan metode Action Silent dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif, kritis dan analitis. 8 Oleh karena itu, metode Action Silent menjadi salah satu metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk merangsang kecakapan atau kemampuan berfikir analitis peserta didik. Sehingga guru harus berupaya semaksimal mungkin untuk mampu memahami peserta didik dan menggunakan cara yang tepat untuk dapat mendorong peserta didik agar tetap 7 Ibid, hlm. 155-156 8 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-isu Metodis dan Paradigmatis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm. 317

5 menjaga perhatian dan konsentrasi terhadap kegiatan yang sedang diklakukan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul tentang Implementasi Metode Action Silent dalam Mengembangkan Kemampuan Berfikir Analitis Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. NU Sabilul Muttaqin Jepang Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Fokus Penelitian Agar lebih terfokus dalam penelitian maka perlu adanya pembatasan. Penelitian ini lebih memfokuskan pada Implementasi Metode Action Silent untuk mengembangkan kemampuan berfikir analitis siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kajian ini hanya terbatas di MTs. NU Sabilul Muttaqin pada siswa kelas VII A. Secara lugas judul dalam penelitian ini adalah: Implementasi Metode Action Silent untuk mengembangkan kemampuan berfikir analitis siswa dalam mata pelajaran SKI dan kajian ini hanya terbatas di MTs. NU Sabilul Muttaqin. C. Rumusan Masalah Pokok masalah merupakan pokok dari suatu kegiatan penelitian, berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan pokok masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Implementasi Metode Action Silent dalam mengembangkan kemampuan berfikir anlitis siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII A di MTs. NU Sabilul Muttaqin Jepang Mejobo Kudus tahun pelajaran 2015/2016? 2. Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat Implementasi Metode Action Silent dalam mengembangkan kemampuan berfikir analitis siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII A di MTs. NU Sabilul Muttaqin Jepang Mejobo Kudus tahun pelajaran 2015/2016?

6 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah: 1. Untuk mengetahui Implementasi Metode Action Silent dalam mengembangkan kemampuan berfikir analitis siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII A di MTs. NU Sabilul Muttaqin Jepang Mejobo Kudus tahun pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat Implementasi Metode Action Silent dalam mengembangkan kemampuan berfikir analitis siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII A di MTs. NU Sabilul Muttaqin Jepang Mejobo Kudus tahun pelajaran 2015/2016. E. Manfaat Penelitian 1. Secara teoretis Sebagai bahan masukan untuk lebih mngembangkan ilmu guruan, khususnya yang berkaitan dengan implementasi metode Action Silent pada mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam serta dapat menambah khasanah pustaka dalam dunia pendidikan. 2. Secara praktis a. Bagi Madrasah Menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran di MTs. NU Sabilul Muttaqin. b. Bagi Guru Dengan diterapkannya metode pembelajaran tersebut, maka akan meningkatkan kreatifitas dan inovatif dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, Selain itu, guru juga akan lebih variatif dalam menggunakan metode pembelajaran.

7 c. Bagi Siswa Dengan penerapan metode pembelajaran yang sesuai maka diharapkan siswa akan lebih perhatian dan kreatif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat menumbuhkan motivasi terhadap mata pelajaran tersebut dan akan meningkatkan kemampuan siswa.