BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Bentukan alam khas geologi beserta warisannya kini, tersebar di

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN BERKELANJUTAN KAWASAN KARST CITATAH RAJAMANDALA. Oleh: Yoga Candra Maulana, S.Pd *) ABSTRAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan

BUPATI KAUR PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA R. SOERJO

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB I PENDAHULUAN. daerah tandus, akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENIMBUNAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur

SIKAP MASYARAKAT DESA GUNUNG MASIGIT TERHADAP PENETAPAN KARST PASIR PAWON SEBAGAI KAWASAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Transkripsi:

31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten Bandung Barat dengan luas wilayah 10.320 ha berupa lahan sawah 1.794 ha dan darat 8.526 ha. Sebelum memasuki Kota Bandung, antara Cianjur-Padalarang terlihat rangkaian perbukitan Karst Citatah. Bentang alam Karst Citatah yang membentang kearah barat mulai dari Tagogapu sebelah utara Padalarang, hingga ke selatan Rajamandala, merupakan bentang alam yang tidak sepenuhnya terbentuk seperti karst tropis, tetapi gejala-gejala pelarutan batu gampingnya termasuk cukup intensif. Perbukitan yang sebenarnya memanjang hingga ke Pelabuhan Ratu tetapi terpotong oleh tutupan endapan gunung api di beberapa tempat antara Cianjur-Sukabumi. Menurut pustaka, geologi rangkaian ini disebut Pegunungan Rajamandala (Brahmantyo 2004). Ujung timur laut jalur perbukitan ini adalah Pasir Kemuning di dekat Kampung Togogapu, kemudian memotong jalan raya di sekitar Situ Ciburuy. Jalur perbukitan ini sebenarnya dibagi menjadi dua oleh jalan raya Padalarang- Cianjur. Disebelah utara jalan raya terdapat rangkaian bukit-bukit terjal berbentuk kerucut yaitu Pasir Parang, Pasir Bangkung, Pasir Bancana, Pasir Pawon, Gunung Masigit, dan Pasir Mawar. Di sebelah selatan jalan raya terdapat perbukitan yang sifatnya menerus dengan puncak-puncak bernama Gunung Hawu, Pasir Pabeasan, Lampengan, Pasir Bande, Pasir btununggal, Pasir Balukbuk, Gunung Guha, Pasir Orayan, Batu Gede, Pasir Sukarame, dan Pasir Sangiang Tikoro (Koesoemadinata 2004). 4.2 Kondisi Masyarakat Berdasarkan data dari Kecamatan Cipatat, jumlah penduduk sampai Juli 2008 berjumlah 114.647 jiwa, terdiri laki-laki 57.787 jiwa dan perempuan 56.860 jiwa, dengan mata pencaharian sebagai petani 11.274 orang, buruh tani 4.160 orang, buruh pabrik 10.036 orang, TNI/POLRI 91 orang, dan PNS 412 orang. Data penduduk yang bekerja sebagai penambang tidak tercatat, namun sudah

17 32 termasuk dalam data buruh pabrik di atas (Kecamatan Cipatat 2007 dalam Yunianto 2008). Kecamatan Cipatat saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, karena didukung oleh infrastruktur perhubungan yang cukup memadai, lokasi wilayah yang dilalui jalan perlintasan dan dekat dengan ibukota kabupaten, serta potensi sumber daya alam yang cukup, seperti bahan tambang, pertanian, perkebunan coklat, karet dan tanaman keras lainnya (Yunianto 2008). 4.3 Pemanfaatan Kawasan Karst Citatah Sumberdaya alam yang diusahakan di Kecamatan Cipatat antara lain; pertambangan bahan galian Golongan C berjumlah 36 usaha, industri besar 15 usaha, dan industri kecil 50 usaha. Pertambangan galian Golongan C yang jumlahnya mencapai 36 usaha adalah kegiatan pertambangan yang berizin bupati dan camat, meliputi bahan galian marmer dengan luas 88,87 ha, pasir 40,9 ha, gamping 9 ha, andesit 1 ha dan kuarsa 7,9 ha. Sedangkan industri besar yang berjumlah 15 usaha dan industri kecil 50 usaha tidak diperoleh data yang rinci, tetapi didalamnya sudah termasuk industri pengolahan gamping yang berkembang pesat seiring dengan kegiatan pertambangan (Kecamatan Cipatat 2007 dalam Yunianto 2008). Keunikan dari bentang alam Karst Citatah adalah merupakan kompleks perbukitan batu gamping tertua di pulau Jawa. Bukti lain yang memiliki keunikan adalah Goa Pawon. Goa Pawon terletak di sisi tebing bukit Karst Gunung Masigit yang oleh penduduk setempat dinamakan Goa Pawon. Dalam bahasa Sunda, pawon artinya dapur. Situs Goa Pawon merupakan situs kepurbakalaan yang berumur sekitar 6.000-10.000 tahun yang lalu. Menurut arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Bandung, sebagai bukti bahwa Goa Pawon pernah dihuni oleh manusia purba secara terus-menerus, goa ini terdiri dari beberapa ruangan yang kemudian diberi nama-nama khusus, seperti ruang utama, ruang makan, ruang dapur, ruang anak, dan lain-lain. Apalagi, di tempat ini kemudian ditemukan peralatan batu berbentuk sederhana sampai pecahan-pecahan gerabah dengan pola hias dalam jumlah yang sangat berlimpah dan bervariasi. Jika kita mengunjungi goa itu sekarang, barang-barang tersebut tidak lagi berada di tempatnya semula,

18 33 melainkan berada di Balar Bandung. Meski demikian, ruang-ruang yang dimaksudkan masih dapat kita lihat. Selain itu juga terdapat Bukit Pawon dan Bukit Gunung Masigit. Kedua bukit ini jika dilihat dari arah Jakarta-Bandung memiliki pesona yang luar biasa ditambah dengan posisinya yang menghadap ke lembah Ci Bukur. Disamping potensi batu gamping, ditemukan juga berbagai jenis batuan lain, seperti batu pasir dan batu lempung yang berumur puluhan juta tahun. Batuan-batuan yang cukup keras ini tersingkap kepermukaan dan pada bagian sungai yang dangkal perlapisan batuan yang berada di bawah aliran sungai jernih itu terlihat indah sekali (Yulianto 2004). 4.4 Kebijakan Daerah terkait Konservasi Karst Citatah Identifikasi kebijakan daerah yang sudah diterapkan terkait konservasi Karst Citatah dapat diketahui dari hasil wawancara stakeholders. Beberapa kebijakan tersebut adalah Peraturan Bupati (Perbup) Bandung Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perlindungan Kawasan Situs Goa Pawon dan Lingkungannya. Beberapa kebijakan daerah yang melatar belakangi Perbup tersebut dibuat yaitu Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 20 Tahun 2006 tentang Perlindungan Karst di Jawa Barat. Secara umum, isi bagaimana kebijakan daerah terkait konservasi Karst Citatah adalah sebagai berikut: 1) Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi. Secara umum isi Perda tersebut meliputi kewenangan pemerintah daerah, ketentuan pengelolaan yang meliputi inventarisasi, pemanfaatan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan serta ketentuan tentang pidana dan penyidikan. Gubernur Jabar memiliki wewenang dalam upaya implementasi Perda tersebut dan dibantu oleh Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM). Perda tersebut belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, salah satunya adalah belum terealisasikannya dalam hal tindak

19 34 pidana. Padahal sebelum dikeluarkannya Perbup Nomor 7 Tahun 2010 terdapat aktifitas pertambangan batu kapur di sekitar Goa Pawon. 2) Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Perda ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut: a. Mewujudkan pencapaian kawasan lindung di Jawa Barat seluas 45% pada tahun 2010, yang meliputi kawasan berfungsi lindung di dalam dan di luar kawasan hutan; b. Mewujudkan keseimbangan ekosistem kawasan dan kelestarian lingkungan yang mencakup sumber daya alam, sumber daya air, sumber daya buatan dan nilai sejarah budaya bangsa; c. Mewujudkan pengelolaan kawasan lindung yang bertumpu pada kewenangan Pemerintah Daerah, Kabupaten/Kota dan kearifan nilai budaya setempat; d. Mengangkat, mengakui dan mengukuhkan hak-hak dasar masyarakat adat di Jawa Barat dalam penyelenggaraan, pelestarian dan pemulihan kawasan lindung; e. Mewujudkan sinergitas dan keterpaduan yang harmonis antar daerah dan antar sektor; f. Mewujudkan sistem informasi pengelolaan kawasan lindung; g. Mewujudkan kelembagaan yang kuat, efektif dan responsif dalam pengelolaan kawasan lindung; h. Memperluas dan menguatkan komitmen untuk membangun kerjasama dan kemitraan dengan dunia usaha, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemangku kepentingan lainnya; i. Menguatkan partisipasi masyarakat dan pengakuan terhadap masyarakat adat. Secara umum isi Perda ini meliputi ruang lingkup dan kriteria kawasan lindung, penetapan kawasan lindung Jabar, pengelolaan, pembiayaan, pengawasan, pemanfaatan, partisipasi masyarakat sekitar, larangan dan sanksi. Menurut Pasal 62 dalam Perda ini menyatakan bahwa kawasan konservasi geologi sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 sampai dengan pasal 44 yaitu Goa Pawon

20 35 termasuk kedalam kawasan cagar alam geologi yang harus dilindungi dan Karst Citatah-Tagog Apu termasuk kedalam kawasan karst yang harus dilindungi. 3) Pergub Nomor 20 Tahun 2006 tentang Perlindungan Karst di Jawa Barat. Tujuan dari Perda ini adalah sebagai berikut: a. Memanfaatkan sumberdaya alam batu gamping berbentang alam karst secara adil dan berimbang, yang sebesar-besarnya unuk kemakmuran rakyat; b. Mewujudkan kesamaan gerak, langkah, dan rencana aksi kegiatan dengan memperhatikan kandungan nilai strategisnya; c. Terciptanya kegiatan yang harmonis, sebagai perwujudan dari azas pemanfaatan dan konservasi. Secara umum isi dari Pergup tersebut meliputi nilai strategis kawasan karst; inventarisasi dan penyelidikan kawasan karst; klasifikasi kawasan karst; dan konservasi dan pemanfaatan kawasan karst. 4) Perbup Bandung Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perlindungan Kawasan Situs Goa Pawon dan Lingkungannya. Tujuan dari Perda ini adalah sebagai berikut: a. Memanfaatkan Kawasan Situs Goa Pawon sebagai kawasan benda cagar budaya dan situs sehingga perlu adanya perlindungan dan pemeliharaan dengan cara penyelamatan, pengamanan, perawatan, dan pemugaran; b. Menjamin kelestarian sumberdaya alam, benda cagar budaya, keanekaragaman hayati dan tata ruang; c. Menjamin ketersdiaan dan keamanan sumberdaya alam, flora dan fauna baik untuk masa kini maupun di masa-masa yang akan datang.