31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten Bandung Barat dengan luas wilayah 10.320 ha berupa lahan sawah 1.794 ha dan darat 8.526 ha. Sebelum memasuki Kota Bandung, antara Cianjur-Padalarang terlihat rangkaian perbukitan Karst Citatah. Bentang alam Karst Citatah yang membentang kearah barat mulai dari Tagogapu sebelah utara Padalarang, hingga ke selatan Rajamandala, merupakan bentang alam yang tidak sepenuhnya terbentuk seperti karst tropis, tetapi gejala-gejala pelarutan batu gampingnya termasuk cukup intensif. Perbukitan yang sebenarnya memanjang hingga ke Pelabuhan Ratu tetapi terpotong oleh tutupan endapan gunung api di beberapa tempat antara Cianjur-Sukabumi. Menurut pustaka, geologi rangkaian ini disebut Pegunungan Rajamandala (Brahmantyo 2004). Ujung timur laut jalur perbukitan ini adalah Pasir Kemuning di dekat Kampung Togogapu, kemudian memotong jalan raya di sekitar Situ Ciburuy. Jalur perbukitan ini sebenarnya dibagi menjadi dua oleh jalan raya Padalarang- Cianjur. Disebelah utara jalan raya terdapat rangkaian bukit-bukit terjal berbentuk kerucut yaitu Pasir Parang, Pasir Bangkung, Pasir Bancana, Pasir Pawon, Gunung Masigit, dan Pasir Mawar. Di sebelah selatan jalan raya terdapat perbukitan yang sifatnya menerus dengan puncak-puncak bernama Gunung Hawu, Pasir Pabeasan, Lampengan, Pasir Bande, Pasir btununggal, Pasir Balukbuk, Gunung Guha, Pasir Orayan, Batu Gede, Pasir Sukarame, dan Pasir Sangiang Tikoro (Koesoemadinata 2004). 4.2 Kondisi Masyarakat Berdasarkan data dari Kecamatan Cipatat, jumlah penduduk sampai Juli 2008 berjumlah 114.647 jiwa, terdiri laki-laki 57.787 jiwa dan perempuan 56.860 jiwa, dengan mata pencaharian sebagai petani 11.274 orang, buruh tani 4.160 orang, buruh pabrik 10.036 orang, TNI/POLRI 91 orang, dan PNS 412 orang. Data penduduk yang bekerja sebagai penambang tidak tercatat, namun sudah
17 32 termasuk dalam data buruh pabrik di atas (Kecamatan Cipatat 2007 dalam Yunianto 2008). Kecamatan Cipatat saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, karena didukung oleh infrastruktur perhubungan yang cukup memadai, lokasi wilayah yang dilalui jalan perlintasan dan dekat dengan ibukota kabupaten, serta potensi sumber daya alam yang cukup, seperti bahan tambang, pertanian, perkebunan coklat, karet dan tanaman keras lainnya (Yunianto 2008). 4.3 Pemanfaatan Kawasan Karst Citatah Sumberdaya alam yang diusahakan di Kecamatan Cipatat antara lain; pertambangan bahan galian Golongan C berjumlah 36 usaha, industri besar 15 usaha, dan industri kecil 50 usaha. Pertambangan galian Golongan C yang jumlahnya mencapai 36 usaha adalah kegiatan pertambangan yang berizin bupati dan camat, meliputi bahan galian marmer dengan luas 88,87 ha, pasir 40,9 ha, gamping 9 ha, andesit 1 ha dan kuarsa 7,9 ha. Sedangkan industri besar yang berjumlah 15 usaha dan industri kecil 50 usaha tidak diperoleh data yang rinci, tetapi didalamnya sudah termasuk industri pengolahan gamping yang berkembang pesat seiring dengan kegiatan pertambangan (Kecamatan Cipatat 2007 dalam Yunianto 2008). Keunikan dari bentang alam Karst Citatah adalah merupakan kompleks perbukitan batu gamping tertua di pulau Jawa. Bukti lain yang memiliki keunikan adalah Goa Pawon. Goa Pawon terletak di sisi tebing bukit Karst Gunung Masigit yang oleh penduduk setempat dinamakan Goa Pawon. Dalam bahasa Sunda, pawon artinya dapur. Situs Goa Pawon merupakan situs kepurbakalaan yang berumur sekitar 6.000-10.000 tahun yang lalu. Menurut arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Bandung, sebagai bukti bahwa Goa Pawon pernah dihuni oleh manusia purba secara terus-menerus, goa ini terdiri dari beberapa ruangan yang kemudian diberi nama-nama khusus, seperti ruang utama, ruang makan, ruang dapur, ruang anak, dan lain-lain. Apalagi, di tempat ini kemudian ditemukan peralatan batu berbentuk sederhana sampai pecahan-pecahan gerabah dengan pola hias dalam jumlah yang sangat berlimpah dan bervariasi. Jika kita mengunjungi goa itu sekarang, barang-barang tersebut tidak lagi berada di tempatnya semula,
18 33 melainkan berada di Balar Bandung. Meski demikian, ruang-ruang yang dimaksudkan masih dapat kita lihat. Selain itu juga terdapat Bukit Pawon dan Bukit Gunung Masigit. Kedua bukit ini jika dilihat dari arah Jakarta-Bandung memiliki pesona yang luar biasa ditambah dengan posisinya yang menghadap ke lembah Ci Bukur. Disamping potensi batu gamping, ditemukan juga berbagai jenis batuan lain, seperti batu pasir dan batu lempung yang berumur puluhan juta tahun. Batuan-batuan yang cukup keras ini tersingkap kepermukaan dan pada bagian sungai yang dangkal perlapisan batuan yang berada di bawah aliran sungai jernih itu terlihat indah sekali (Yulianto 2004). 4.4 Kebijakan Daerah terkait Konservasi Karst Citatah Identifikasi kebijakan daerah yang sudah diterapkan terkait konservasi Karst Citatah dapat diketahui dari hasil wawancara stakeholders. Beberapa kebijakan tersebut adalah Peraturan Bupati (Perbup) Bandung Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perlindungan Kawasan Situs Goa Pawon dan Lingkungannya. Beberapa kebijakan daerah yang melatar belakangi Perbup tersebut dibuat yaitu Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 20 Tahun 2006 tentang Perlindungan Karst di Jawa Barat. Secara umum, isi bagaimana kebijakan daerah terkait konservasi Karst Citatah adalah sebagai berikut: 1) Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi. Secara umum isi Perda tersebut meliputi kewenangan pemerintah daerah, ketentuan pengelolaan yang meliputi inventarisasi, pemanfaatan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan serta ketentuan tentang pidana dan penyidikan. Gubernur Jabar memiliki wewenang dalam upaya implementasi Perda tersebut dan dibantu oleh Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM). Perda tersebut belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, salah satunya adalah belum terealisasikannya dalam hal tindak
19 34 pidana. Padahal sebelum dikeluarkannya Perbup Nomor 7 Tahun 2010 terdapat aktifitas pertambangan batu kapur di sekitar Goa Pawon. 2) Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Perda ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut: a. Mewujudkan pencapaian kawasan lindung di Jawa Barat seluas 45% pada tahun 2010, yang meliputi kawasan berfungsi lindung di dalam dan di luar kawasan hutan; b. Mewujudkan keseimbangan ekosistem kawasan dan kelestarian lingkungan yang mencakup sumber daya alam, sumber daya air, sumber daya buatan dan nilai sejarah budaya bangsa; c. Mewujudkan pengelolaan kawasan lindung yang bertumpu pada kewenangan Pemerintah Daerah, Kabupaten/Kota dan kearifan nilai budaya setempat; d. Mengangkat, mengakui dan mengukuhkan hak-hak dasar masyarakat adat di Jawa Barat dalam penyelenggaraan, pelestarian dan pemulihan kawasan lindung; e. Mewujudkan sinergitas dan keterpaduan yang harmonis antar daerah dan antar sektor; f. Mewujudkan sistem informasi pengelolaan kawasan lindung; g. Mewujudkan kelembagaan yang kuat, efektif dan responsif dalam pengelolaan kawasan lindung; h. Memperluas dan menguatkan komitmen untuk membangun kerjasama dan kemitraan dengan dunia usaha, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemangku kepentingan lainnya; i. Menguatkan partisipasi masyarakat dan pengakuan terhadap masyarakat adat. Secara umum isi Perda ini meliputi ruang lingkup dan kriteria kawasan lindung, penetapan kawasan lindung Jabar, pengelolaan, pembiayaan, pengawasan, pemanfaatan, partisipasi masyarakat sekitar, larangan dan sanksi. Menurut Pasal 62 dalam Perda ini menyatakan bahwa kawasan konservasi geologi sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 sampai dengan pasal 44 yaitu Goa Pawon
20 35 termasuk kedalam kawasan cagar alam geologi yang harus dilindungi dan Karst Citatah-Tagog Apu termasuk kedalam kawasan karst yang harus dilindungi. 3) Pergub Nomor 20 Tahun 2006 tentang Perlindungan Karst di Jawa Barat. Tujuan dari Perda ini adalah sebagai berikut: a. Memanfaatkan sumberdaya alam batu gamping berbentang alam karst secara adil dan berimbang, yang sebesar-besarnya unuk kemakmuran rakyat; b. Mewujudkan kesamaan gerak, langkah, dan rencana aksi kegiatan dengan memperhatikan kandungan nilai strategisnya; c. Terciptanya kegiatan yang harmonis, sebagai perwujudan dari azas pemanfaatan dan konservasi. Secara umum isi dari Pergup tersebut meliputi nilai strategis kawasan karst; inventarisasi dan penyelidikan kawasan karst; klasifikasi kawasan karst; dan konservasi dan pemanfaatan kawasan karst. 4) Perbup Bandung Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perlindungan Kawasan Situs Goa Pawon dan Lingkungannya. Tujuan dari Perda ini adalah sebagai berikut: a. Memanfaatkan Kawasan Situs Goa Pawon sebagai kawasan benda cagar budaya dan situs sehingga perlu adanya perlindungan dan pemeliharaan dengan cara penyelamatan, pengamanan, perawatan, dan pemugaran; b. Menjamin kelestarian sumberdaya alam, benda cagar budaya, keanekaragaman hayati dan tata ruang; c. Menjamin ketersdiaan dan keamanan sumberdaya alam, flora dan fauna baik untuk masa kini maupun di masa-masa yang akan datang.