BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia memiliki tiga komponen utama sehingga disebut. makhluk yang utuh dan berbeda dengan mahkluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

keluarga lainnya yang pada akhirnya bisa menimbulkan depresi. Ganguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian (Notoatmojo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. masalah pada kehidupan tidak terkecuali problem sosial. kurangnya adaptasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai berbagai macam tingkat perkembangannya (Asmadi, 2008). Perkembangan berarti serangkaian perubahan-perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman yang dialami seorang individu. Dalam arti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks dari seorang individu (Hurlock, 1980). Manusia tidak pernah statis, semenjak pembuahan sampai ketika ia lahir hingga mengalami kematian selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis. Dalam konteks perkembangan manusia, tentu saja tindakan dari seorang individu perlu dikaji, tidak hanya dari rentang usia namun sejauh mana lingkungan akan 1

2 berpengaruh pada tingkah laku seorang individu. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap perkembangan individu, perlu diketahui terlebih dahulu definisi dari lingkungan. Bronfenbrenner (1979, dalam Agustiani, 2009) memandang lingkungan dari sudut ekologi dan berpendapat bahwasanya lingkungan sebagai suatu rangkaian sistem sosial mempunyai pengaruh langsung yang berbeda terhadap perkembangan individu. Dalam proses perkembangan selama kehidupannya, seorang individu harus menguasai serangkaian tugas-tugas perkembangan yang muncul dari konstelasi-konstelasi khusus yang disebabkan oleh kematangan fisik, pengaruh-pengaruh sosio-kultural, dan kemampuan serta aspirasi dalam diri individu. Terjadinya perang, konflik, dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stres, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, catat dan kelemahan (Siswanto, 2007). Dalam definisi tersebut, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Seseorang yang tidak

3 berpenyakitpun belum tentu dikatakan sehat. Seseorang yang dikatakan sehat semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial/biopsikosoaial (Notosoedirdjo, 2005). Menurut data WHO, masalah gangguan kesehatan jiwa memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) mengatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO Wilayah Asia Tenggara, hampir satu pertiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri. Hal ini dibuktikan melalui data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1000 anggota Rumah Tangga menderita gangguan kesehatan jiwa (Yosep, 2010). Salah satu perkembangan yang ingin peneliti bahas yaitu tentang perkembangan yang berpengaruh pada konsep diri manusia. Sering kali kita mempunyai gagasan yang jernih tentang siapa kita, tetapi kadang-kadang kita bingung dan meragukan diri kita dan merasa tertekan oleh desakan ekternal dan evaluasi orang lain. Persoalan ini dinamakan kejelasan konsep diri. Pemahaman diri yang jelas dan pasti

4 akan memberikan kita arah yang jelas dan padu (Taylor, 2009). Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri, citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar (Perry & Potter, 2005). Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri dari saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika seorang anak mempunyai masa kanakkanak yang aman dan stabil, maka konsep dari masa anak remaja tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil. Melalui aktivitas kelompok dengan teman sebaya remaja dapat mencapai rasa percaya diri yang baik (Perry & Potter, 2005) Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri. Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, keutuhan dan konsistensi pada seseorang. Konsep diri yang sehat mempunyai tingkat kestabilan yang tinggi dan membangkitkan perasaan negatif atau positif yang diajukan pada diri. Orang yang memiliki tingkat penghargaan diri yang tinggi biasanya memiliki pemahaman yang jelas

5 tentang kualitas persoalannya. Mereka menganggap diri mereka baik, punya tujuan yang tepat, menggunakan umpan balik dengan cara yang memperkaya wawasan, dan menikmati pengalaman-pengalaman positif, serta bisa mengatasi situasi sulit. Misalnya, ketika orang yang memiliki harga diri yang tinggi mendapat kabar bahwa dirinya ditolak oleh orang lain, maka orang itu akan merespon dengan meningkatkan dirinya sendiri tentang kualitas positif yang dimilikinya. Baumeister (2002, dalam Taylor, 2009). Orang yang memandang rendah dirinya sendiri kurang memiliki konsep diri yang jelas; sering memilih tujuan yang kurang realistis atau bahkan tidak memiliki tujuan yang pasti, merasa rendah diri, cenderung pesimis dalam menghadapi masa depan, mengikat masa lalu secara negatif, berkubang dalam perasaan negatif, punya reaksi emosional dan behavioral yang lebih buruk dalam merespon tanggapan yang negatif dari orang lain, kurang mampu menunjukkan feedback positif terhadap dirinya sendiri, lebih memperhatikan dampak sosial mereka terhadap orang lain, dan lebih mudah kena depresi atau berpikir terlalu mendalam saat mereka menghadapi stres atau kekalahan (Taylor, 2009). Harga diri seseorang dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam perkembangan fungsi ego, dimana anak-anak

6 yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan internal dan ekternal biasanya memiliki perasaan aman terhadap lingkungan dan menunjukkan harga diri yang positif, Sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah cenderung untuk mempersepsikan lingkungannya yang negatif dan sangat mengancam, yang pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi egonya (Antai Otong 1995, dalam buku Yosep, 2010). Harga diri rendah adalah perasaan yang tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. Keliat (1998, dalam Yosep, 2010). Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah

7 melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti lebih dulu melakukan observasi awal di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Aminogondohutomo Semarang. Data di tahun 2011 dari bulan Maret terdapat 15 klien, April 22 klien, Mei 7 klien, Juni 17 klien, Juli 11 klien, Agustus 7 klien, September 15 klien, Oktober 17 klien, dan November 14 klien, yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa tersebut. Suatu penelitian dalam bidang Harga Diri Rendah Di Afrika Selatan yang melibatkan 11 orang pasien psikoterapi laki-laki dengan harga diri rendah yang diuji menggunakan Grounded Teory dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 orang pasien psikoterapi mengalami harga diri rendah disebabkan oleh pengalaman hidup/masa lalu pasien yang dikaji dengan menggunakan Hypno-terapi (Jakob D. et al. 2006). Berdasarkan hasil observasi awal yang sudah dilakukan penulis selama mengikuti praktik klinik Keperawatan Jiwa dan observasi awal di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang pada bulan September 2010 selama dua minggu, fenomena yang ada bahwa di Rumah Sakit Jiwa tersebut bahwa perawat maupun tenaga

8 kesehatan lainnya telah memberikan pelayanan bagi klien gangguan jiwa yang di rawat di Rumah Sakit jiwa diberikan dengan cukup baik. Adapun tindakan atau kegiatan yang diberikan oleh perawat di Rumah Sakit Jiwa tersebut terhadap klien dengan gangguan jiwa terkhususnya gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah adalah memberikan Strategi Pelaksanaan (SP), medikasi berupa pemberian obat sesuai dengan dosis dan jenis terapi yang ditentukan oleh dokter, terapi aktivitas kelompok (TAK), serta memenuhi Activity of Daily Living (ADL) klien. Namun pada kenyataannya perawat maupun petugas pelayanan kesehatan lainnya tidak melakukan tugas yang seharusnya diberikan. Contohnya rencana keperawatan maupun intervensi yang sudah disusun kepada klien seperti pemberian SP, perawat hanya mengisi implementasi berdasarkan intervensi yang telah disusun sebelumnya namun tidak memberikan SP terhadap klien. Bagi sebagian besar klien dengan harga diri rendah (HDR), kemampuan fungsional merupakan salah satu masalah yang cukup penting dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Terganggunya kapasitas fungsional seluruh organ tubuh akibat dari kurangnya interaksi yang dilakukan dengan orang lain atau kepercayaan diri yang menurun karena merasa dirinya tidak berarti atau tidak

9 berharga sehingga membatasi dirinya dalam melakukan aktivitas normal. Status fungsional pasien dapat dibedakan atas tiga tingkatan: basic activities of daily living (BADLs), instrumental or instrumediate activities of daily living (IADLs), advance activities of daily living (AADLs). ADL dasar (BADLs) merujuk pada kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri (self-care) seperti mandi, memakai baju, mengendalikan rangsang berkemih, mengendalikan rangsang buang air besar, membersihkan diri, makan, pindah/berjalan, menggunakan jamban, dan melakukan aktivitas lainnya. Seperti pada klien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa dengan diagnosa Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah mereka sangat tidak memperdulikan penampilan mereka dan sangat susah untuk membuka diri dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitar mereka. Perlu adanya dorongan yang diberikan oleh perawat yang mampu memotivasi klien dengan Harga Diri Rendah agar mau dan mampu melakukan Activity of Daily Living dengan rutin dan mampu bersosialisai dengan lingkungan sekitar guna untuk menjadikan klien yang mandiri terutama untuk pembentukan konsep diri klien yang lebih baik. Penilaian status fungsional klien memiliki makna dalam memantau respon pengobatan dan memberikan informasi

10 prognosis sehingga dapat membantu tenaga kesehatan dalam perancanaan perawatan yang cukup lama. Status fungsional merupakan tingkat kinerja seseorang untuk melakukan aktivitas atau fungsi hidup sehari-hari yang biasa dilakukan manusia secara rutin dan universal. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti tentang Hubungan Konsep Diri (self-concept) dengan pelaksanaan Activity of Daily Living (ADL) pada Klien Harga Diri Rendah (HDR) di Rumah Sakit Daerah Amino Gondohutomo Semarang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara Konsep Diri (selfconcept) dengan pelaksanaan Activity of Daily Living (ADL) pada Klien Harga Diri Rendah (HDR) di Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo Semarang. C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini

11 pada masalah yang akan di kaji. Pada penelitian ini akan dibatasi pada permasalahan berikut ini: 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian dibatasi pada masalah berikut ini: a. Hubungan Konsep Diri (self-concept) dengan pelaksanaan Activity of Daily Living (ADL) pada klien Harga Diri Rendah (HDR). b. Peningkatan kesehatan khususnya pembentukkan Konsep Diri (self-concept) pada klien Harga Diri Rendah melalui pelaksanaan Activity of Daily Living (ADL). 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian dibatasi pada klien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo Semarang yang mempunyai karakteristik klien Harga Diri Rendah. D. Rumusan Masalah Bagaimana hubungan antara pelaksanaan Activity of Daily Living (ADL) yang secara rutin dan efisien dilakukan oleh klien HDR terhadap pembentukan konsep diri yang lebih baik.

12 E. Tujuan Penelitian Mengetahui adanya hubungan antara konsep diri dengan pelaksanaan Activity of Daily Living (ADL) pada klien harga diri rendah (HDR). F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini merupakan sebagai bahan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan terkhususnya keperawatan jiwa, sehingga dapat meningkatkan ilmu asuhan keperawatan jiwa selanjutnya. b. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai bahan masukan dan informasi bagi profesi keperawatan dan petugas kesehatan lainnya agar melihat sekaligus memberikan Activity of Daily Living untuk mengembangkan konsep diri klien dengan harga diri rendah. 2. Manfaat Teoritis Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu keperawatan khususnya bagi keperawatan jiwa dan juga untuk pengembangan bagi ilmu psikologi.

13