BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI PUSTAKA

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

Prinsip dasar sistem prategang sebenarnya telah diterapkan di dunia konstruksi sejak berabad-abad yang lalu. Pada tahun 1886, insinyur dari California

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB II STUDI PUSTAKA

pemberian reaksi tekan tersebut, gelagar komposit akan menerima beban kerja

BAB I PENDAHULUAN. memikul tekan pada semua beban bekerja distruktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

TUGAS ARTIKEL BETON PRATEGANG ARIZONA MAHAKAM 3MRK2/

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb.

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DAN PERENCANAAN PELAT BETON PRACETAK SISTEM HOLLOW CORE SLAB (HCS) UNTUK PELAT SATU ARAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Contoh struktur komposit ; balok komposit, balok komposit dengan voute, Pelat komposit,kolom komposit.

Kemajuan Teknologi Teknik Sipil terus mengalami. perkembanqan seiring dengan kemajuan di bidang-bidang. lain. Selain itu kemajuannya juga dikarenakan

Tugas Akhir. Disusun Oleh : Fander Wilson Simanjuntak Dosen Pembimbing : Prof.Dr.-Ing. Johannes Tarigan NIP

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Pre-Elemenary Desain Uraian Kondisi Setempat Alternatif Desain

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

Desain Beton Prategang

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

BAB VI TINJAUAN KHUSUS METODE BETON PRESTRESS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEMINAR TUGAS AKHIR 5 LOADING. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITS SURABAYA

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan yang serius, terutama pada konstruksi yang terbuat

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

KATA PENGANTAR. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diselesaikan pada semester VIII,

MODIFIKASI STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG GEDUNG TECHNO PARK UPN VETERAN JAWA TIMUR MENGGUNAKAN BALOK PRESTRESS TUGAS AKHIR

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian proses analisis dan perhitungan yang didasarkan pada asumsi dan pertimbangan

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

PRODUK PT BETON ELEMENINDO PERKASA

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DEFINISI Plat lantai beton pracetak dengan sistem pre-stress yang menggunakan baja wire, dengan permukaan bagian atas yang di kasarkan berfungsi

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, salah satu dari tahapan itu adalah pemilihan penggunaan alat berat tower

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Seperti diketahui bahwa balok merupakan bagian dari struktur yang berfungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tata Cara Pengujian Beton 1. Pengujian Desak

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

tegangan pada saat beban transfer dan layan. Saat transfer, ketika beton belum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN FLAT SLAB ATAU DROP PANEL. yang dapat dikerjakan secara bersamaan. Pelaksanaan pekerjaan tersebut

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

ANALISIS PERENCANAAN PELAT LANTAI BETON PRATEGANG POST TENSION DIBANDINGKAN DENGAN BETON BIASA

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

KAJIAN STRUKTUR BETON PRATEKAN BENTANG PANJANG DENGAN BEBAN GEMPA LATERAL PADA PROYEK GEDUNG RUMAH SAKIT JASA MEDIKA TUGAS AKHIR

Bab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena

Struktur Baja 2. Kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beton Pracetak Aplikasi teknologi prafabrikasi (pracetak) sudah mulai banyak dimanfaatkan karena produk yang dihasilkan melalui produk masal dan sifatnya berulang. Selain itu dengan sendirinya akan mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja dilokasi proyek yang tentunya akan berpengaruh pada pengurangan biaya produksi. Selain penghematan biaya produksi, hal lain yang menonjol dari penggunaan beton pracetak adalah mutu pekerjaan dalam jumlah yang banyak menjadi lebih baik dan seragam. Adapun keuntungan yang dimiliki oleh beton prcetak antara lain: 1. Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi (waktu pelaksanaan yang cepat). 2. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik 3. Penyelesaian finishing mudah. 4. Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas (ditempat proyeknya). 5. Perencanaan dan pengujian sudah dilaksanakan di pabrik. 6. Mengurangi biaya karena mengurangan beberapa pemakaian alat-alat penunjang.

5 Namun demikian, selain memiliki banyak keuntungan, beton pracetak ini juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang sedikit 2. Panjang dan bentuk elemen pracetak terbatas 3. Hanya dapat dilakasanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan handling dan erection. 4. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi penimbunan (dipabriknya). B. Pelat Hollow Core Penggunaan produk beton pracetak sebagai lantai sudah banyak dijumpai. Dengan menggunakan sistem pracetak maka pemakaian bekisting dan perancah akan berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk beton pracetak untuk lantai adalah pracetak Hollow Core Slab. Sistem pracetak pelat Hollow Core menggunakan sistem prategang dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan produk pracetak ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang dimaksud. Adanya lubang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi pracetak ini relatif ringan dibandingkan dengan solid slab, bahkan karena digunakannya prategang maka kapasitas dukungnya lebih besar. Keberadaan lubang pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada bangunan tinggi, karena mengurangi bobot lantainya.

6 Adapun keuntungan dari pemakaian Hollow Core Slab adalah sebagai berikut: Dibuat dengan mesin di pabrik Kecepatan pemasangan Mengurangi penyanggah Mengurangi pekerja dilapangan Penampang ringan Fleksibilitas perencanaan Durabilitas Bentang panjang Kapasitas beban besar Tahan api Kedap suara Fungsi lubang dapat digunakan untuk ducting AC, plumbing, kabel listrik dan lain-lain. 1. Prategang pada pelat Hollow Core Slab Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik. Kuat tariknya bervariasi dari 8 sampai 14 persen dari kuat tekannya. Karena rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka retak lentur terjadi pada taraf pembebanan yang masih rendah. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut, gaya konsentris atau eksentris diberikan dalam arah longitudinal elemen struktural (Nawy, 2001). Gaya ini yang mencegah berkembangnya retak dengan cara mengeliminasi atau mengurangi tegangan tarik dibagian

7 tumpuan dan daerah kritis pada kondisi beban kerja, sehingga dapat meningkatkan kapasitas kapasitas lentur, geser, dan torsional penampang tersebut. Penampang dapat berperilaku elastis dan hampir semua kapasitas beton dalam memikul tekan dapat secara efektif dimanfaatkan diseluruh tinggi penampang beton pada saat semua beban bekerja di struktur tersebut. Gaya longitudinal yang diterapkan seperti diatas disebut gaya prategang, yaitu gaya tekan yang memberikan prategang pada penampang di sepanjang bentang suatu elemen struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup tranversal. Jenis pemberian gaya prategang ditentukan terutama berdasarkan jenis sistem yang dilaksanakan dan panjang bentang serta kelangsingan yang dikehendaki. Karena gaya prategang diberikan secara longitudinal disepanjang atau sejajar dengan sumbu komponen struktur, maka prinsip-prinsip prategang dikenal sebagai pemberian prategang linear (Nawy, 2001). Sistem prategang pada hollow core slab untuk meningkatkan kapasitas daya dukung pelat hollow core dimana penarikan kabel prategang dilakukan pada suatu dudukan sebelum pengecoran pelat lantai. Perencanaan pelat hollow core slab dimulai pada peraturan ACI 318 (Building Code Requirement for Structural Concret) sebagai struktur prategang pada umumnya pelat hollow core dikontrol terhadap tegangan transfer prategang, tegangan pada waktu pengangkatan, tegangan pada saat layan, lendutan dan perencanaan kekuatan lentur dan geser ultimit. Untuk kasus yang seragam, tabel pembebanan akan dimasukkan nilai

8 kedalam jenis perencanaan dan kapasitas beban sesuai kriteria yang diinginkan. ACI menampilkan ketentuan untuk perencanaan lentur dari struktur prategang. Pembatasan ACI sebagai berikut: a. Tegangan izin pada saat transfer 1) Tegangan tekan di serat terluar 0,6 f ci 2) Tegangan tarik di serat terluar, kecuali yang ditetapkan ( 3) 3 3) Tegangan tarik diserat terluar diujung balok yang ditumpu sederhana 6 b. Tegangan izin pada beban layan 1) Tegangan tekan diserat terluar ditambah beban tetap 0,45 f ci 2) Tegangan tekan diserat terluar ditambah beban total 0,6 f ci 3) Tegangan tarik diserat terluar pada daerah tarik yang semula ditekan 6 4) Tegangan serat ekstrim terhadap tarik pada daerah tarik pratekan dimana lendutan yang dihitung mempunyai hubungan lendutan-momen bilinier 12 c. Kehilangan prategang Perhitungan kehilangan prategang dianggap terjadi pada: 1) Perpendekan elastis beton 2) Rangkak pada beton 3) Susut pada beton

9 4) Relaksasi baja d. Kekuatan rencana ultimit 1) Faktor beban (U = 1.2D +1.6L) 2) Faktor reduksi kekuatan lentur (Ø = 0.9) 3) Kekuatan lentur Ketika gaya prategang pada beton, hanya berat sendiri pelat yang dianggap untuk menahan pengaruh dari eksentris prategang. Suatu kontrol tegangan diperlukan pada titik ini untuk menentukan kekuatan beton yang diizinkan untuk mencegah retak pada pada sisi tarik atau hancur pada sisi tekan. Perhitungan kehilangan prategang mempengaruhi perilaku beban layan dari pelat. Keakuratan perhitungan bergantung pada nilai beton dan sifat material baja juga faktor luar. Perhitungan kehilangan tegangan mempunyai pengaruh yang kecil pada kekuatan struktur ultimit tetapi diperlukan untuk memperkirakan pada perhitungan tegangan pada beban layan. Adapun rumus-rumus kehilangan prategang adalah sebagai berikut: 1) Perpendekan elastis Beton memendek pada saat gaya prategang bekerja padanya. Adapun rumus dari perpendekan elastis adalah sebagai berikut: ES = K ES f cir......(2.1)

10 K ES = 1.0 (untuk batang pratarik) f cir = K cir ( + ) K cir = 0.9 (berat ringan untuk batang pratarik) 2) Rangkak beton Aliran di material terjadi disepanjang waktu apabila ada beban atau tegangan. Deformasi atau aliran lateral akibat tegangan longitudinal disebut rangkak. Rumus dari rangkak beton adalah sebagai berikut: CR = K cr (f cir - f cds )......(2.2) K cir = 2.0 (berat normal untuk batang pratarik) = 0.9 (berat ringan untuk batang pratarik) f cds = 3) Susut beton Besarnya susut beton dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe agregat, proporsi campuran, tipe semen, perawatan, ukuran komponen. Adapun rumus dari susut beton adalah sebagai berikut: SH = 8.2x10-6 K sh E s (1-0.06 )x(100-rh)....(2.3) K sh = 1.0 (untuk batang tarik) RH = kelembapan relative lingkungan

11 4) Relaksasi baja Adapun rumus dari relaksasi baja adalah sebagai berikut: RE = [ K re J (SH + CR + ES)] C...(2.4) 5) Total kehilangan prategang Total kehilangan prategang adalah penjumlahan dari perpendekan elastis, rangkak beton, susut beton, dan relaksasi baja. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: Kehilangan Total = ES+CR+SH+RE...(2.5) Tegangan beton pada beban layan dihitung sebagai pengukuran pencapaian atau kemampuan daya layan. Pelat hollow core secara normal di desain tidak mengalami retak pada beban layan penuh. Batas tegangan tarik berada antara 6 dan 7.5 yang umum digunakan. Pada keadaan khusus dimana lendutan tidak menjadi masalah dan retak tidak dianggap maka kenaikan batas dianggap sampai 12 dapat digunakan. Kapasitas momen batang prategang adalah fungsi dari tegangan ultimit yang meningkat pada kabel prategang. Tulangan yang digunakan untuk meyakinkan bahwa tegangan kabel sesuai dengan tegangan beton pada perilaku daktail. Batas bawah dari penulangan memerlukan syarat : ØM n 1.2 M cr....(2.6)

12 Untuk perencanaan geser pada ACI persyaratan yang harus dipenuhi seperti: V u ØV n......(2.7) Pada perencanaan pelat beton hollow core slab berdasarkan peraturan SNI 2847 terdapat beberapa ketentuan didalam SNI untuk beton pracetak yang prategang sebagai berikut: 1. Perencanaan komponen beton polos pracetak harus mempertimbangkan semua kondisi pembebanan mulai dari saat fabrikasi awal hingga selesainya pelaksanaan struktur, termasuk pembongkaran cetakan, penyimpanan, pengangkutan dan ereksi. 2. Batasan 24.2 tidak hanya berlaku pada komponen struktur beton polos pracetak pada kondisi akhir tetapi juga berlaku pada saat fabrikasi, pengangkutan, ereksi. 3. Komponen-komponen struktur pracetak harus disambung secara aman untuk menyalurkan gaya-gaya lateral ke sistem struktur yang mampu menahan gaya-gaya tersebut. 4. Komponen-komponen pracetak harus diikat dan ditopang secukupnya selama ereksi untuk menjamin kedudukan yang tepat dan integritas struktur hingga sambungan yang permanen dipasang. Tegangan transfer untuk struktur pracetak prategang harus mengikuti peraturan dalam SNI 2847 yaitu tegangn izin beton untuk komponen

13 struktur lentur dan tegangan izin kabel strand prategang. Tegangan izin beton untuk kompnen struktur lentur: a. Tegangan beton sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya kehilangan tegangan sebagai fungsi waktu) tidak boleh melampaui nilai berikut: 1) Tegangan serat terluar (0.6 f ci) 2) Tegangan serat tarik terluar kecuali seperti yang diizinkan dalam syarat ketiga (0.25 ) 3) Tegangan serat tarik terluar pada ujung-ujung komponen struktur diatas perletakan sederhana (0.5 ) Bila tegangan tarik terhitung melampaui nilai diatas maka harus dipasang tulang tambahan dalam daerah tarik untuk memikul gaya tarik total dalam beton yang dihitung berdasarkan asumsi suatu penmpang utuh yang belom retak. b. Tegangan beton pada kondisi beban layan tidak boleh melampaui nilai berikut: 1) Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban hidup tetap (0.45f c) 2) Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban hidup total (0.6f c) 3) Tegangan serat tekan terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya mengalami tekan (0.5 )

14 c. Tegangan izin beton dalam ketentuan (a) syarat (1) dan (2) boleh dilampaui bila dapat ditunjukan dengan pengujian atau analisis bahwa kemampuan struktrurnya tidak berkurang dan lebar retak yang terjadi tidak melebihi nilai yang diisyaratkan. 2. Pemasangan pelat Hollow Core Adapun pemasangan pelat hollow core yang saya dapatkan dari PT. Beton Elemindo Perkasa adalah sebagai berikut: a. Pengangkutan pelat HCS Cara pengangkutan pelat HCS untuk pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan mobile crane, hoist atau tower crane tergantung pada kebutuhan. Untuk gambarannya dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Pemasangan dengan menggunakan mobile crane, hoist atau tower crane

15 b. Pemasangan pada balok Adapun langkah selajutnya adalah meletakkan pelat HCS pada balok. Untuk gambaran mengenai perletakkan HCS diatas balok bisa dilihat pada gambar 2.2. Jika pelat HCS sudah terpasang semua dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.2 Perletakan diatas balok beton atau baja Gambar 2.3 Pelat HCS terpasang semua c. Pemasangan besi shear connector Untuk HCS dengan bentang lebih dari 3 meter akan dihubungkan dengan pelat lainnya dengan besi berdiameter 10 yang berfungsi

16 sebagai shear connector. Pemasangan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Pemasangan shear connector d. Grouting sambungan dan shear connector Grouting pada sambungan dan shear connector dapat dilihat pada gambar 2.5 Gambar 2.5Grouting sambungan dan shear connector

17 e. Alternatif pemasangan dengan topping Adapun alternatif pemasangan dengan topping ketika wiremess diletakkan di atas HCS sebelum dipotong dapat dilihat pada gambar 2.6 Gambar 2.6 Pemasangan dengan topping