BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERAGAAN Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang penuh).

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENYUSUNAN ALAT PERAGA UNTUK MATAKULIAH ELEKTRONIKA DAYA. oleh Robby Wijaya Wiminto NIM :

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TUJUAN 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH. Membuat alat peragaan praktikum mata kuliah Elektronika Daya.

Mekatronika Modul 8 Praktikum Komponen Elektronika

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

BAB II LANDASAN TEORI

PRAKTIKAN : NIM.. PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB II LANDASAN SISTEM

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB III PERANCANGAN ALAT

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

SOLUSI PR-08 (Thyristor dan UJT)

TUJUAN ALAT DAN BAHAN

NAMA : VICTOR WELLYATER NPM : : DR. SETIYONO,ST,.MT : BAMBANG DWINANTO,ST,.MT

Politeknik Negeri Bandung

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555

BAB III METODE PENELITIAN

Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :...

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

Herlambang Sigit Pramono Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

BAB III METODE PENELITIAN

Elektronika Daya ALMTDRS 2014

Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas

BAHAN PERKULIAHAN. Disusun Oleh : Istanto W. Djatmiko

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

KENDALI FASA THYRISTOR DAN TRIAC TANPA TEGANGAN EKSTERNAL UNTUK PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA. Oleh: Drs. S u n o m o, M.T.

KENDALI FASA THYRISTOR SEBAGAI SISTEM PENYEARAH TIGA FASA DENGAN PENYINKRON DISKRIT UNTUK PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB II LANDASAN TEORI

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER)

BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI

Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC)

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR)

Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator

Penyusun: Isdawimah,ST.,MT dan Ismujianto,ST.,MT Prodi D-IV Teknik Otomasi Listrik Industri

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA)

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH)

LAB SHEET ILMU BAHAN DAN PIRANTI

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC

Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :...

BAB III PERANCANGAN ALAT

Adaptor/catu daya/ Power Supply

Politeknik Gunakarya Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

PENYEARAH ARUS S1 INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO

Materi 2: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

MODUL 03 RANGKAIAN DIODA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 10 ELEKTRONIKA DAYA

PENGERTIAN THYRISTOR

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

BAB III PERANCANGAN ALAT

PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

Adaptor. Rate This PRINSIP DASAR POWER SUPPLY UMUM

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus.

RANGKAIAN PENYEARAH ARUS OLEH : DANNY KURNIANTO,ST ST3 TELKOM PURWOKERTO

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

semiconductor devices

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

[LAPORAN PENGUAT DAYA KELAS A] BAB I PENDAHULUAN

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Pengkonversi DC-DC (Pemotong) Mengubah masukan DC tidak teratur ke keluaran DC terkendali dengan level tegangan yang diinginkan.

Transkripsi:

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar 4.1. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Minimum (Penyearah Setengah Gelombang). 21

22 Gambar 4.2. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Tengah (Penyearah Setengah Gelombang). Gambar 4.3. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Maksimum (Penyearah Setengah Gelombang).

23 Gambar 4.4. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Minimum (Penyearah Setengah Gelombang). Gambar 4.5. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Tengah (Penyearah Setengah Gelombang).

24 Gambar 4.6. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Maksimum (Penyearah Setengah Gelombang). Percobaan ini menghasilkan bentuk penyearah setengah gelombang dengan sudut picu tertentu yang dikarenakan efek thyristor. Bentuk tegangan keluaran pada resistor beban dan tegangan thyristor yang diharapkan terlihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.7. Tegangan Keluaran Resistor Beban dan Tegangan Thyristor. Hasil percobaan yang didapat sesuai dengan yang diharapkan dengan analisis berikut. Dari Gambar 3.1 tegangan masukan berupa tegangan AC 220 volt. Tegangan ini diperlemah dengan menggunakan Trafo menjadi 12 Vpp pada keluarannya.

25 Thyristor dapat diaktifkan dengan cara memicu kaki gerbang dengan pulsa pada saat kaki anoda Thyristor lebih positif dari kaki katoda. Pada rangkaian Gambar 3.1 tersebut, saat t=0 yang terjadi adalah kaki anoda Thyristor lebih positif dari kaki katoda. Tetapi Thyristor belum aktif karena belum dipicu. Jalan pemicuannya adalah arus yang mengalir melalui resistor 100 ohm 20 watt, mengalir juga menuju resistor 100 ohm lalu ke potensiometer dan mulai mengisi kapasitor. Setelah kapasitor penuh, maka arus menuju ke dioda. Dioda mengalami bias maju yang memberikan tegangan pada kaki gerbang sehingga Thyristor mulai terpicu. Thyristor yang dalam kondisi aktif ini menyebab rangkaian menjadi hubung singkat sehingga tegangan thyristor sama dengan nol. Untuk grafik tegangan Thyristor dapat dilihat pada Gambar 4.4, ini saat kondisi potensiometer bernilai minimum. Tetapi pada resistor beban (100 ohm 20 watt) berupa tegangan masukan mulai dari thyristor terpicu sampai kondisi tidak aktifnya yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. Jika nilai potensiometer diubah, maka saat pemicuan pun juga akan berubah. Perubahan waktu pemicuan dengan besarnya potensiometer berbanding lurus, yaitu jika nilai potensiometer diperbesar maka pemicuan menjadi lama. Pada percobaan ini, pemicuan berada diantara 0 dan 90 derajat (Gambar 4.2), dikarenakan jika lebih dari 90 derajat tegangan kaki gerbang thyristor kecil dan tidak mampu membuat thyristor aktif (Gambar 4.3). Ini terjadi saat tegangan masukan pada siklus positif. Pada siklus negatif, Thyristor mengalami kondisi tidak aktif dengan sendirinya dikarenakan arus pada kaki katoda lebih positif daripada kaki anoda. Thyristor yang tidak aktif dapat dianalogikan sebagai hubung buka sehingga tegangan thyristor sama dengan tegangan masukan (Gambar 4.6) dan tegangan pada resistor beban sama dengan nol (Gambar 4.3).

26 B. Penyearah Gelombang Penuh Gambar 4.8. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Minimum (Penyearah Gelombang Penuh). Gambar 4.9. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Tengah (Penyearah Gelombang Penuh).

27 Gambar 4.10. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Maksimum (Penyearah Gelombang Penuh). Gambar 4.11. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Minimum (Penyearah Gelombang Penuh).

28 Gambar 4.12. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Tengah (Penyearah Gelombang Penuh). Gambar 4.13. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Maksimum (Penyearah Gelombang Penuh).

29 Pada percobaan ini, hasil yang diharapkan berbentuk penyearah gelombang penuh dengan sudut picu tertentu. Bentuk gelombangnya dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut. Gambar 4.14. Tegangan Keluaran Resistor Beban dan Tegangan Thyristor. Hasil percobaan sesuai dengan yang diharapkan dengan analisis berikut. Baik saat siklus positif maupun negatif tegangan masukan, arus tetap mengalir melalui rangkaian dioda-dioda 1N4007 yang dapat juga disebut rangkaian diode-bridge penyearah. Sehingga untuk kedua siklus ini, kaki anoda thyristor selalu lebih positif dari kaki katodanya tiap pergantian siklus. Tegangan keluaran (tegangan resistor beban) berbentuk sinus yang sudah disearahkan (Gambar 4.8, Gambar 4.9, Gambar 4.10). Thyristor akan aktif saat pemicuan terjadi. Namun tidak sepenuhnya thyristor berada pada kondisi aktif secara terus menerus. Pada saat terjadi pergantian siklus sesaat (saat beda tegangan anoda dan katoda thyristor bernilai 0 V), menyebabkan thyristor tidak aktif sesaat. Setelah itu kaki anoda bernilai lebih positif dari kaki katoda pada siklus selanjutnya (siklus negatif tegangan masukan) dan hanya menunggu pemicuan untuk membuat thyristor aktif. Tegangan yang dapat memicu kaki gerbang bergantung pada nilai potensiometer. Untuk Gambar 4.8 didapatkan bila nilai potensiometer diambil minimum. Gambar 4.9 didapat saat potensiometer bernilai sekitar 14 kilo ohm. Dan Gambar 4.10 didapat saat potensiometer bernilai lebih dari 14 kilo ohm. Tegangan Thyristor membentuk grafik kebalikan dari

30 tegangan resistor beban. Ini terlihat pada Gambar 4.11, dimana tegangan thyristor bernilai nol yang menunjukkan kondisi Thyristor aktif atau bisa dianggap sebagai hubung singkat. Begitu juga dengan analisis grafik tegangan Thyristor pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13. 4.2. Topik 2. Rangkaian Osilasi Pencuplik. Percobaan ini menghasilkan gelombang DC yang berosilasi atau dapat juga dikatakan sebagai gelombang kotak seperti keluaran timer. Bentuk gelombang DC dan gelombang keluaran yang diharapkan terlihat pada Gambar 4.15. Gambar 4.15. Tegangan DC dan Tegangan Resistor Beban. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tegangan resistor beban berosilasi dan membentuk gelombang kotak dengan analisis berikut. Pada rangkaian Gambar 3.3 dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu rangkaian yang berfungsi sebagai pembangkit pulsa dan rangkaian yang berfungsi sebagai penghasil gelombang kotak.

31 Gambar 4.16. Rangkaian Pembangkit Pulsa. Dari Gambar 4.16 dapat dianalisis bahwa saat pertama (t = 0s) UJT tidak aktif. Arus tidak mengalir dari kaki E menuju kaki B1 pada UJT. Arus mengalir dari sumber tegangan V bb menuju resistor 100 ohm menuju potensiometer kemudian mengisi kapasitor C1. Lama pengisian kapasitor dapat dilihat pada rumus 4.1. Pengisian Pengisian RC ( 100 R )(0.1uF) Potensiometer (4.1) Beda tegangan pada kaki B1 UJT terhadap bidang bumi menghasilkan tegangan 0 Volt (tidak ada tegangan). Setelah kapasitor C1 penuh, kapasitor C1 mengosongkan muatannya. Arus kemudian mengalir melalui kaki E menuju kaki B1 (UJT). Kondisi UJT menjadi aktif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan kapasitor C1 dapat dilihat pada rumus 4.2. Pengosongan Pengosongan RC (4.2) RB 1(0.1uF) Nilai hambatan pada kaki B1 (R B1 ) dapat dihitung melalui lebar pulsa yang keluar dari UJT (tegangan V B1g ) terhadap bidang bumi. Rumus 4.2 yang merupakan waktu untuk membuat 1 pulsa V B1g sama dengan juga waktu pengosongan kapasitor

32 C1. Beda tegangan kaki B1 (UJT) terhadap bidang bumi memiliki nilai walaupun kecil. Dari rangkaian Gambar 3.3, variabel resitor (potensiometer) berfungsi sebagai pengatur lamanya pengisian kapasitor C1. Jika nilai variabel resistor tersebut diperbesar maka pengisian kapasitor berlangsung secara lama. Begitu pula sebaliknya, jika nilai variabel resistor diubah minimum, maka pengisian kapasitor berlangsung secara lebih cepat. Oleh karena itu, perubahan nilai potensiometer akan mengubah lebar sempitnya pulsa (waktu). Rangkaian pada Gambar 4.16 dapat dianalogikan dengan rangkaian timer yang menghasilkan nilai 1 (V cc ) dan nilai 0 (0 Volt). Namun yang membedakan dengan rangkaian timer adalah fasanya. Perbedaan ini akan dibahas pada topik peragaan selanjutnya. Bentuk gelombangnya dapat dilihat pada Gambar 4.17. Gambar 4.17. Gelombang pulsa yang merupakan keluaran rangkaian Gambar 4.16.

33 Gambar 4.18. Rangkaian Penghasil Gelombang Kotak. Gambar 4.18 menunjukkan rangkaian penghasil gelombang kotak. Ini dikarenakan adanya thyristor yang berfungsi sebagai saklar. Saat kaki gerbang dipicu yang membuat thyristor aktif, maka tegangan keluaran (tegangan pada resistor beban) menjadi sama dengan Va. Tegangan ini dipertahankan sampai saat pengosongan induktor (dengan arus balik) dan kapasitor. Hal ini membuat thyristor tidak aktif dan nilai tegangan thyristor menjadi 0 Volt. Pengosongan induktor (dengan arus balik) dan kapasitor menyebabkan tegangan pada kaki anoda thyristor menjadi negatif daripada kaki katodanya. Kondisi ini dinamakan komutasi sendiri. Bentuk tegangan keluaran saat thyristor tidak aktif menjadi negatif karena tegangan pengosongan kapasitor dijumlahkan dengan tegangan pengosongan induktor lebih besar daripada tegangan supply. Duty-cycle Gambar 4.18 dapat diubah lebar sempitnya dengan cara mengubah nilai kapasitor atau induktor. Namun nilai kapasitor dan induktor pada peraga tetap karena tujuan dari percobaan ini adalah untuk menunjukkan osilasi Pencuplik. Agar membuat thyristor aktif, kaki gerbang membutuhkan suatu tegangan yang cukup. Namun keluaran dari rangkaian pulsa masih belum dapat mampu membuat thyristor on. Oleh karena itu, dibutuhkan transformator yang membuat tegangan pulsa menjadi lebih besar. Selain itu, fungsi dari transformator ini juga untuk membedakan bidang bumi dengan tujuan menyelamatkan komponen yang membutuhkan ground yang berbeda nilainya. Sedangkan dioda pada Gambar 3.3 berfungsi melindungi UJT

34 karena efek dari pengisian dan pengosongan arus balik induktor. Gambar 4.19 merupakan gelombang pada resistor beban. Gambar 4.19. Gelombang keluaran pada resistor beban. 4.3. Topik 3. Rangkaian Pemicu Thyristor dengan Menggunakan UJT. Gambar 3.4 dan 3.5 dapat dibagi menjadi 2 bagian rangkaian, yaitu rangkaian penghasil pulsa dan rangkaian pemicuan thyristor. Gambar 4.20. Rangkaian Penghasil Pulsa.

35 Tegangan Vin (220 Volt AC) pada Gambar 4.20 dikecilkan dengan menggunakan trafo. Kemudian sinyal AC yang telah diperkecil tersebut disearahkan menggunakan rangkaian diode-bridge. Itulah yang menjadi keluaran grafik tegangan V 1g. Gambar 4.21. Tegangan V 1g. Setelah disearahkan, sinyal tersebut dibatasi sampai nilai puncak tegangan hanya 24 Volt. Seandainya nilai puncak tegangan lebih dari 24 Volt maka sinyal tersebut akan dipotong. Inilah fungsi dari dioda zener. Namun pada percobaan grafik tegangan V 1g tidak memiliki puncak lebih atau sama dengan 24 Volt, jadi tidak ada sinyal yang terpotong. Sinyal keluaran tersebut kemudian memasuki bagian terakhir yang menghasilkan pulsa dengan menggunakan komponen UJT. Awalnya UJT belum dapat diaktifkan karena arus mengalir untuk mengisi kapasitor. Setelah kapasitor penuh, kapasitor akan mengosongkan muatan. Inilah yang membuat UJT aktif. Kemudian sinyal keluaran V B1g menjadi berbentuk pulsa-pulsa. Grafik tegangan V 2g berbentuk sinyal gigi gergaji ini dikarenakan dampak pengisian pengosongan

36 kapasitor. Cara perhitungan lamanya pengisian dan pengosongan kapasitor dapat dilihat pada Persamaan 4.1 dan 4.2. Dari Persamaan 4.1 didapatkan waktu pengisian minimum 0.01 ms (saat potensiometer 0 ohm) dan waktu pengisian maksimum 50 ms (saat potensiometer 500 kilo ohm). Untuk pengosongan kapasitor karena nilai hambatan dalam UJT begitu kecil maka jika dijumlahkan dengan pengisian kapasitor dapat diabaikan. Perhitungan ini sesuai dengan hasil pada Gambar 4.22 dimana proses pengisian dan pengosongan kapasitor diperkirakan diantara 0.01 ms dan 50 ms. Pada Gambar 4.22 proses pengisian dan pengosongan kapasitor berlangsung selama 10 ms. Gambar 4.22. Tegangan V 2g.

37 Gambar 4.23. Tegangan V B1g. Kemudian grafik tegangan V B1g ini akan diperkuat dengan menggunakan transformer yang nantinya masuk melalui kaki gerbang thyristor. Tujuan perlu adanya transformer ini adalah untuk menguatkan tegangan V B1g dikarenakan adanya tegangan minimal yang harus dipenuhi kaki gerbang. Selain itu juga untuk membedakan bidang bumi atau tegangan minimum antara rangkaian penghasil pulsa dengan rangkaian pemicu thyristor. Dimana rangkaian penghasil pulsa memiliki tegangan minimum 0 Volt, sedangkan rangkaian pemicu thyristor memiliki tegangan minimum lebih kecil dari 0 Volt. Jika tidak menggunakan transformer ini maka rangkaian penghasil pulsa akan mengalami gangguan yang dapat merusak komponen. Dioda disebelah transformer bertujuan untuk mengantisipasi arus balik yang datang menuju UJT. Jika tidak ada dioda ini menyebabkan UJT menjadi panas, dan kelamaan UJT akan meledak karena arus berlebih. Rangkaian pemicu thyristor pada topik ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh. Ini bergantung

38 pada masukan tegangan awalnya. Walaupun memiliki bentuk gelombang yang berbeda, tetapi rangkaian pemicu thyristornya sama. Hal ini berarti bukan rangkaian tersebut yang mempengaruhi tetapi bergantung pada masukan yang disearahkan terlebih dahulu atau tidaknya. Gambar 4.24. Rangkaian Pemicuan Thyristor. Pada penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh dengan menggunakan UJT untuk memicu thyristor mendapatkan hasil yang sama dengan menggunakan rangkaian RC. Bentuk gelombang keluaran berupa penyearah setengah gelombang dengan sudut pemicuan tertentu. Bentuk gelombang keluaran resistor beban dan thyristor yang diharapkan dapat dilihat pada Gambar 4.25.

39 Gambar 4.25. Tegangan Keluaran Resistor Beban dan Tegangan Thyristor Penyearah Gelombang Penuh dan Penyearah Setengah Gelombang. Pada percobaan ini hasilnya sama dengan yang diinginkan. Untuk analisisnya masing-masing antara penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh dapat dilihat berikut. A. Penyearah Setengah Gelombang Penyearah setengah gelombang terjadi karena grafik tegangan keluaran mempunyai setengah siklus dari gelombang masukan. Ini dikarenakan siklus negatif tegangan masukan menghasilkan tegangan keluaran bernilai 0 Volt. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.4, dimana sinyal tegangan masukan yang belum disearahkan masuk kedalam rangkaian pemicu thyristor melalui resistor beban 100 ohm 20 watt. Nilai 0 Volt ini karena thyristor tidak dapat aktif karena nilai tegangan pada kaki katodanya lebih besar daripada kaki anoda. Sehingga thyristor mendapat arus bias balik. Oleh karena itu, thyristor dapat dianggap hilang. Pada kondisi ini tegangan

40 keluaran (tegangan pada resistor beban) menjadi 0 Volt karena dapat dianggap hubung singkat. Sedangkan tegangan thyristor sama dengan tegangan masukan. Pada siklus positif, thyristor dapat aktif karena kaki anoda lebih positif daripada kaki katodanya. Sehingga thyristor mendapat arus bias maju dan thyristor dapat dianggap sebagai hubung singkat. Sementara itu grafik tegangan resistor beban sama dengan tegangan masukan. Tegangan thyristor sama dengan 0 Volt. Sudut picu ini bergantung dari letak pulsa yang diatur oleh variabel resistor atau potensiometer. Dimana variabel resistor ini menentukan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian ataupun pengosongan. Berikut ini adalah gambar grafik tegangan thyristor dan tegangan resistor beban untuk 3 kondisi nilai variabel resistor. Sudut picu pada percobaan ini berada pada 0 derajat sampai dengan 180 derajat. Ini disebabkan efek dari UJT. Jika tanpa UJT hasil yang sama dengan Topik 1 akan didapatkan. Gambar 4.26. Tegangan resistor beban saat potensiometer minimum.

41 Gambar 4.27. Tegangan resistor beban saat potensiometer ditengah-tengah. Gambar 4.28. Tegangan resistor beban saat potensiometer maksimum.

42 Gambar 4.29. Tegangan thyristor saat potensiometer minimum. Gambar 4.30. Tegangan thyristor saat potensiometer ditengah-tengah.

43 Gambar 4.31. Tegangan thyristor saat potensiometer maksimum. B. Penyearah Gelombang Penuh Penyearah gelombang penuh memiliki bentuk gelombang positif baik dalam siklus positif maupun siklus negatif dari tegangan masukan. Ini dapat dilihat pada Gambar 3.5, dimana sinyal masukan yang berbentuk sinusoidal disearahkan terlebih dahulu sebelum masuk pada rangkaian pemicuan thyristor. Baik siklus positif maupun negatif tegangan pada kaki anoda lebih besar daripada kaki katoda sehingga thyristor mengalami bias maju yang membuat thyristor aktif. Saat tegangan thyristor bernilai 0 Volt, maka thyristor menjadi tidak aktif. Pada penyearah gelombang penuh ini juga memiliki sudut picu yang sama dengan penyearah setengah gelombang yaitu antara 0 derajat sampai dengan 180 derajat. Ini dikarenakan peranan UJT. Untuk memperbesar atau memperkecil sudut picu dilakukan dengan mengubah nilai variabel resistor. Berikut gambar grafik tegangan keluaran dan tegangan thyristor untuk 3 nilai variabel resistor yang berbeda.

44 Gambar 4.32. Tegangan resistor beban saat potensiometer minimum. Gambar 4.33. Tegangan resistor beban saat potensiometer ditengah-tengah.

45 Gambar 4.34. Tegangan resistor beban saat potensiometer maksimum. Gambar 4.35. Tegangan thyristor saat potensiometer minimum.

46 Gambar 4.36. Tegangan thyristor saat potensiometer ditengah-tengah. Gambar 4.37. Tegangan thyristor saat potensiometer maksimum.

47 4.4. Topik 4. Rangkaian Pemicuan Digital. Pada percobaan ini, thyristor dapat dipicu dengan menggunakan suatu rangkaian digital dengan bentuk tegangan thyristor yang diharapkan terlihat pada Gambar 4.38. Gambar 4.38. Tegangan Thyristor. Hasil yang didapat saat percobaan hampir sama bergantung dengan frekuensi yang diberikan akibat keluaran rangkaian timer. Untuk analisisnya dapat dilihat berikut. Dari Gambar 3.6, dapat dilihat bahwa pemicu thyristor berupa rangkaian digital. Rangkaian digital yang dipakai adalah rangkaian timer yang menggunakan IC NE555. Tegangan keluaran yang dihasilkan dari rangkaian timer berupa sinyal kotak. Tegangan yang digunakan pada rangkaian timer tersebut diantara 5 Volt dan 10 Volt. Batas minimum ini digunakan dengan tujuan agar keluaran rangkaian timer tersebut dapat membuat thyristor aktif. Sedangkan batas maksimum 10 Volt dengan tujuan agar tidak merusak IC NE555. Grafik tegangan SCR yang dihasilkan berupa grafik sinusoidal yang terkadang nilai positifnya terpotong. Ini karena frekuensi antara sinyal masukan dan sinyal timer tidak sama. Gambar 4.39. Rangkaian Timer.

48 Pada Gambar 4.39, resistor RA berupa potensiometer dengan nilai batas 0-500 kω, resistor RB 51 kω, dan kapasitor C bernilai 0.1uF. Dari ketiga nilai tersebut dapat digunakan untuk menghitung frekuensi gelombang kotak yang akan dikerluarkan dengan menggunakan Persamaan 4.3. f 1 ln 2*( RA 2RB)* C (4.3) Dari Persamaan 4.3 dapat diketahui frekuensi minimum dan maksimum yang bekerja pada rangkaian timer Gambar 4.39 secara teoritis yaitu sebagai berikut. f min ln 2*(500000 1 2*51000)*10 7 f min 23.97Hz f f max max 1 ln 2*(0 2*51000)*10 141.44Hz 7 Namun pada praktek frekuensi maksimum melebihi teori dikarenakan toleransi komponen yang digunakan.

49 Gambar 4.40. Tegangan keluaran timer dengan frekuensi 200 Hz. Gambar 4.41. Tegangan SCR dengan frekuensi timer 200 Hz. Gambar 4.42. Tegangan keluaran timer dengan frekuensi 100 Hz.

50 Gambar 4.43. Tegangan SCR dengan frekuensi timer 100 Hz. Dari rangkaian Gambar 3.6 dapat dianalisis saat siklus positif, SCR aktif (tergantung dengan frekuensi timer) sehingga SCR dapat dianggap hubung singkat. Sehingga tegangan SCR (V SCR ) bernilai 0 Volt. Saat masukan berada pada siklus negatif maka SCR berada pada kondisi tidak aktif dan SCR dianggap sebagai hubung buka. Ini memberikan nilai tegangan SCR sama dengan tegangan masukan. Dutycycle pada percobaan ini tidak berpengaruh pada bentuk gelombang yang dikeluarkan. 4.5. Topik 5. Rangkaian Pengendali Tegangan AC dengan Menggunakan Kombinasi TRIAC-DIAC. Percobaan ini menghasilkan gelombang sinusoidal dengan sudut picu tertentu. Ini dikarenakan untuk kedua siklus yaitu positif dan negatif dari gelombang masukan dilanjutkan atau disearahkan pada siklus masing-masing dengan sudut picu yang sama. Gelombang keluaran resistor beban dan TRIAC yang diinginkan pada percobaan ini dapat dilihat pada Gambar 4.44.

51 Gambar 4.44. Tegangan Keluaran Resistor Beban dan Tegangan TRIAC. Hasil yang didapat dari percobaan sesuai dengan yang diharapkan dengan analisis berikut. Rangkaian pada Gambar 3.7 menghasilkan grafik tegangan penyearah gelombang penuh yang dikendalikan dengan sebuah sudut picu TRIAC. Baik siklus positif maupun siklus negatif sinyal masukan yang melewati DIAC akan disearahkan menjadi berada pada siklus positif sebelum masuk menuju kaki gerbang TRIAC. Dengan kata lain sinyal masukan yang tadinya berbentuk sinusoidal disearahkan oleh DIAC. Saat kaki gerbang TRIAC terpicu maka TRIAC dapat dianggap sebagai hubung singkat. Jadi tegangan keluaran (tegangan resistor beban) sama dengan tegangan masukan. Di sini juga TRIAC selalu aktif baik pada siklus masukan positif maupun negatif setelah kaki gerbangnya terpicu. Bentuk tegangan keluaran juga berada sama dengan siklus tegangan masukan. Besar sudut picu dipengaruhi oleh lamanya pengisian dan pengosongan kapasitor yang dikendalikan oleh besarnya variabel resistor. Sudut picu yang dapat ditempuh pada percobaan ini 0 derajat sampai dengan 180 derajat. Terlebih dari itu tegangan gerbang TRIAC tidak memenuhi syarat untuk membuat TRIAC aktif. Sehingga TRIAC pada kondisi ini dapat dianggap sebagai hubung buka. Nilai tegangan keluaran menjadi 0 Volt. Sedangkan tegangan TRIAC sama dengan tegangan masukan.

52 Gambar 4.45. Tegangan resistor beban saat potensiometer minimum. Gambar 4.46. Tegangan resistor beban saat potensiometer ditengah-tengah.

53 Gambar 4.47. Tegangan resistor beban saat potensiometer maksimum. Gambar 4.48. Tegangan TRIAC saat potensiometer minimum.

54 Gambar 4.49. Tegangan TRIAC saat potensiometer ditengah-tengah. Gambar 4.50. Tegangan TRIAC saat potensiometer maksimum.

55 4.6. Topik 6. Penyearah Kendali Gelombang Penuh Fasa Tunggal. Penyearah kendali gelombang penuh fasa tunggal merupakan gabungan dari 2 penyearah setengah gelombang yang berbeda 180 derajat sehingga mendapatkan bentuk penyearah gelombang penuh. Hasil keluarannya sama dengan penyearah gelombang penuh murni. Bentuk gelombang tegangan keluaran resistor beban yang diharapkan terlihat pada Gambar 4.51. Gambar 4.51. Tegangan Keluaran Resistor Beban. Hasil percobaan ini sesuai dengan yang diharapkan Gambar 4.51 dengan analisis berikut. Pada rangkaian Gambar 3.8 dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu rangkaian penghasil pulsa dan rangkaian penyearah gelombang seperti Gambar 4.20 dan 4.24. Pada percobaan ini ada 2 buah rangkaian penyearah setengah gelombang. Karena pada percobaan ini menggunakan 2 buah thyristor yang berjalan secara berkebalikan. Thyristor yang pertama berfungsi untuk menyearahkan siklus positif sinyal masukan dan memblokir siklus negatif. Sedangkan thyristor ke-2 memiliki peranan yang berkebalikan yaitu menyearahkan siklus negatif sinyal masukan dan memblokir siklus positifnya. Rangkaian penghasil pulsa terdiri dari penyearah gelombang, pemotong gelombang, dan pembentuk pulsa dengan menggunakan UJT. Pertama sinyal masukan yang berupa sinusoidal disearahkan terlebih dahulu. Dengan tujuan untuk membangkitkan 2 pulsa dalam 1 periodik. Pulsa inilah yang digunakan untuk memicu kaki gerbang pada thyristor agar dapat menghasilkan rangkaian penyearah gelombang penuh. Namun untuk memicu thyristor, kaki gerbang diberi sinyal impuls bukan sinyal sinusoidal yang telah disearahkan. Agar mendapatkan sinyal impuls tersebut maka sinyal sinusoidal yang telah disearahkan tersebut dibatasi nilai puncaknya. Dengan tujuan UJT yang digunakan tidak mendapatkan daya besar karena dapat membahayakan UJT tersebut. Sebagai

56 pengaman dipakai dioda zener 24 Volt. Jadi jika grafik tegangan masukan yang telah disearahkan melebihi 24 Volt akan dipotong sampai bernilai 24 Volt. Jika tegangan tersebut dibawah 24 Volt maka akan diloloskan. Kemudian barulah diproses untuk mendapatkan sinyal impuls atau dalam percobaan ini menyerupai impuls untuk memicu thyristor. Awalnya karena kapasitor baru memulai pengisian sehingga kapasitor dapat dianggap sebagai hubung singkat, maka arus mengalir menuju kapasitor dan mengisi kapasitor. Setelah batas pengisian kapasitor, kapasitor akan mengosongkan sehingga UJT mengalami bias maju. Ini membuat UJT menjadi aktif dan kapasitor mengalami pengosongan muatan. UJT yang aktif ini membuat tegangan yang masuk transformer menjadi ada (tidak 0). Namun karena bernilai kecil maka harus diperkuat agar kaki gerbang thyristor menjadi terpicu. Selain itu transformer ini juga berfungsi untuk membedakan bidang bumi atau nilai minimum yang berbeda antara rangkaian penghasil pulsa dan rangkaian penyearah gelombang. Dengan tujuan untuk melindungi UJT dari arus balik. Gambar 4.52. Tegangan kapasitor.

57 Gambar 4.53. Tegangan resistor beban saat potensiometer minimum. Karena tujuan dari percobaan topik ini adalah untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh maka tidak cukup dengan menggunakan 1 thyristor saja. 1 thyristor hanya mengambil peranan pada setengah gelombangnya saja. Sedangkan thyristor yang lain berperan dalam setengah gelombang yang lainnya. Masukan thyristor ini juga berbeda karena yang satu berfungsi untuk menyearahkan siklus positif sinyal masukan dan yang lain menyearahkan siklus negatif masukan. Namun pulsa yang diberikan pada tiap kaki gerbang sama. Bila potensiometer diubah nilainya maka yang berubah hanya 1 buah thyristor saja karena kedua thyristor tersebut tidak sinkron.

58 Gambar 4.54. Tegangan resistor beban saat potensiometer minimum. Gambar 4.55. Tegangan resistor beban saat potensiometer ditengah-tengah.

59 Gambar 4.56. Tegangan resistor beban saat potensiometer maksimum. 4.7. Topik 7. Tugas Rancang : Step-Down Chopper. Step-Down Chopper berfungsi mengubah tegangan masukan DC menjadi tegangan keluaran DC yang lebih kecil. Rangkaian Step-Down Chopper dapat direalisasikan dengan menggunakan IC MC34063. Dengan gambar rangkaian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.57.

60 Gambar 4.57. Rangkaian Step-Down Chopper. MC34063 berfungsi sebagai pengatur dengan memvariasikan waktu t on dan siklus waktu switching keseluruhan. Analisis rangkaian Gambar 4.57 sebagai berikut. Awalnya transistor Q 1 dianggap tidak aktif, arus induktor I L menjadi 0, dan tegangan keluaran sama dengan tegangan keluaran yang seharusnya. Tegangan keluaran yang melalui kapasitor C o akan menurun dibawah nilai seharusnya karena arus itu adalah komponen yang satu-satunya menyuplai arus ke beban R L. Penurunan tegangan dipantau oleh rangkaian pengendali switching dan menyebabkan Q 1 saturasi. Arus induktor akan mengalir dari V in melalui Q 1 lalu induktor L kemudian menuju C o yang paralel dengan R L. Saat transistor Q 1 tidak aktif, medan magnet pada induktor mulai mengosongkan muatan sehingga membangkitkan tegangan balik yang membuat

61 dioda Schotkey menjadi bias maju. Arus puncak akan menurun seiring dengan energi yang disuplai untuk C o dan R L. Untuk merancang sebuah step-down yang dapat menghasilkan tegangan keluaran sebesar 15 V dari tegangan masukan 30 V, harus menentukan nilai-nilai resistor ( R 1, R 2, dan R SC ), kapasitor ( C T dan C O ), dan induktor ( L ). Sebelum menentukan nilai-nilai komponen tersebut, terlebih dahulu menentukan lama waktu siklus on ( t on menggunakan persamaan-persamaan berikut. ) dan siklus off ( t off ) berlangsung dengan t t on off V V in(min) out V V sat F V out (4.4) t on t off 1 f (4.5) ton toff t off (4.6) ton 1 t off t t t t (4.7) on on off off Nilai-nilai komponen dapat dihitung dengan menggunakan persamaanpersamaan berikut. I (4.8) pk 2 I out(max) R sc 0,3 I pk (4.9)

62 5 C T 4 10 t on (4.10) I PK ( ton toff ) C O (4.11) 8 V ripple ( Vpp) L V V V in(min) sat out min ton (4.12) I pk Nilai resistor R 1 dan R 2 ditentukan sendiri agar dapat menghasilkan tegangan keluaran yang sesuai dengan yang dikehendaki. Nilai tegangan keluaran dihitung dengan Persamaan (4.13) berikut. R R 2 V out 1,25 1 (4.13) 1 Dengan menggunakan Persamaan 4.4 hingga Persamaan 4.13 tersebut, diperoleh penghitungan dengan hasil sebagai berikut.

63 V V I V t t t t t C I R L C V in out 30V out( maz) ripple on off on off on T pk sc min O out t 15V V off t t t t 4 2 0,3 I I 100mV on on off pk V on PK 250mA I V in(min) 1 f t t 10 out off off in(min) ( t 1,25 1 V on V V I 1 20KHz t out(max) 8 10% 1 5 0,3 0,5 V sat R R 0,05ms 1,3391 1 t on pk ripple 2 1 off sat t 27V F 2 off V 4 0,6 ) 250mA V out 33V 0,05ms 0,05ms 10 out t on 0,021ms 0,5A 0,5 0,05ms 8 0,1 1,25 1 15 0,4 27 0,5 15 5 21,376 28,624 27 110K 10K 10 10 0,5 0,5 6 15,4 11,5 s 0,028624ms 6 15 0,03125mF 1,25 0,021376ms 1144,96 0,028624ms 12 1,3391 15V 10 12 F 1,1 nf 0,6325904mH Karena nilai-nilai komponen yang diperoleh dari hasil penghitungan tidak tersedia di pasaran dengan nilai yang sama persis, maka nilainya disesuaikan dengan yang ada di pasaran. Nilai-nilai komponen yang digunakan: R sc 0,5 C T 1, 1nF

64 C O 33 uf Lmin 0, 625mH Hasil tugas rancang dengan tegangan masukan (V in ) bernilai 28.6 Volt dapat membuat tegangan keluaran (V out ) bernilai 15 Volt. Begitu tegangan masukan diturunkan sampai diatas 15 Volt, tegangan keluaran masih bernilai 15 Volt. Setelah tegangan masukan berada kurang dari 15 Volt, maka tegangan keluaran juga akan turun dibawah 15 Volt. Bila diberi beban resistif, tidak ada dampak pada tegangan keluaran. Hal ini berarti tegangan keluaran berubah bila tegangan masukan berada dibawah spesifikasi tegangan keluaran yang diharapkan.