Prinsip Pembelajaran Adaptif Bagi Anak tunanetra dalam PENDIDIKAN LUAR BIASA. Irham Hosni Jurusan PLB FIP UPI

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF. Oleh : Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

KEMANDIRIAN DAN ADAPTASI ANAK BERKEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS/LUAR BIASA

PRAKTEK BERGERAK DILINGKUNGAN SEKTAR SEKOLAH DAN UMUM

IRHAM HOSNI PLB FIP UPI

MODEL SILABUS. Standar Kompetensi : 1. Memahami gambaran konsep tubuh dengan benar berikut lokasi, dan fungsi serta gerakannya.

LAPORAN KEGIATAN PPM PROGRAM PENERAPAN IPTEK

KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA. Irham Hosni PLB FIP UPI

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

Bagaimana? Apa? Mengapa?

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

ANAK DENGAN KELAINAN MAJEMUK. Oleh: Irham Hosn PLB FIP UPI

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

ORIENTASI DAN MOBILITAS TUNANETRA INSTRUMEN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Oleh Ahmad Nawawi

Implementasi Pendidikan Segregasi

PRINSIP DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI BAGI TUNANETRA Irham Hosni

II. Deskripsi Kondisi Anak

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

PEMANFAATAN HASIL MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SLB-YPAC CABANG MEDAN. M. Wanda Aginta Bangun

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU DAN BERTANGGUNG JAWAB

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

MODIFIKASI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF OLEH : Drs. Mamad Widya, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Inne Yuliani Husen, 2013

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Perkembangan Pendidikan Khusus/Pendidikan Luar Biasa di Indonesia (Development of Special

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SEMINAR TENTANG ABK DISAMPAIKAN DALAM RANGKA KAB. BANDUNG BARAT (10 MEI 2008) OLEH: NIA SUTISNA, DRS. M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan penelitian dan pengembangan serta akan diuraikan juga mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Membaca dan Menulis bagi Anak Low Vision. Irham Hosni PLB FIP UPI Pusat Layanan Terpadu Low Vision

PENGEMBANGAN ALAT DAN MEDIA PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF IRHAM HOSNI PLB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

KETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION. Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUAN KHUSUS. Kuliah 1 Adriatik Ivanti, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WALIKOTA PROBOLINGGO

PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH BERKEBUTUHAN KHUSUS

Pola Interaksi Guru dan Siswa Tunanetra. Rany Widyastuti IAIN Raden Intan; Abstract

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

A. Perspektif Historis

PENDIDIKAN BERKEBUTUHAN KHUSUS Anak-anak Berkelainan

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

Tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Subaverage),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

MELATIH MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME DENGAN METODE PERSIAPAN MENULIS DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan luar biasa

Dari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut:

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP

KONSEP DASAR LOW VISION DAN KEBUTUHAN LAYANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Adhyatman Prabowo, M.Psi

PENGEMBANGAN KONSEP PADA TUNANETRA. Juang Sunanto

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

LAYANAN PSIKOLOGIS UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS. Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Implementasi Program Nawacita dalam Bidang Pendidikan untuk. Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa. Negeri 1 Bantul Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

PENJAS ADAPTIF. Yuyun Ari Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

LAYANAN TERPADU LOW VISION DALAM MENDUKUNG INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

Hakikat Pendidikan Khusus

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

DISERTASI. diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MAKALAH ANALISIS MOBILITAS TUNANETRA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati ABSTRAK

KONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi pada Anak Cerebral Palsy. Musjafak Assjari (PLB-FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial.

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

Transkripsi:

Prinsip Pembelajaran Adaptif Bagi Anak tunanetra dalam PENDIDIKAN LUAR BIASA Irham Hosni Jurusan PLB FIP UPI

Salah pandang masyarakat terhadap 1. ALB (anak luar biasa) Kutukan tuhan/dosa orang tuanya. (tidak benar) 2. Tidak berguna, membebani dan tak perlu dididik. 3. Bisa dihilangkan atau diperkecil jumlahnya. 4. Disimpan dididik dan disekolahkan ditempat terpisah dengan anak lainnya. 5. Anak istimewa, utusan Tuhan

Salah pandang masyarakat terhadap PLB 1. Menganggap PLB sama dengan SLB (tidak benar) 2. PLB hanya diberikan di SLB (tidak benar) 3. PLB hanya kewajiban guru SLB (kurang benar) 4. Pengetahuan PLB hanya diperlukan oleh guru SLB (tidak benar)

Salah pandang tentang SLB 1. SLB bukan yang utama tetapi alternatif. 2. Habitat ALB sama dengan anak pada umumnya. 3. Perkembangan yang baik bila anak hidup dan tumbuh ditengah keluarga (habitatnya). 4. Indonesia telah menandatangani konfensi internasional (Salamanka statement) yang berisi Education for all (EFA)

PEMBELAJARAN TERJADI KALAU ADA: 1. KOMUNIKASI : TERJADI KALAU ADA KESAMAAN PENGALAMAN. KOMUNIKASI YANG BAIK KALAU TERJADI DUA ARAH. 2. PERUBAHAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN SIKAP.

Pembelajaran Adaptif Metodologi PLB Pembelajaran biasa yang dimodifikasi Dirancang Sesuai karakteristik fisik dan psikologis ALB. Penuhi kebutuhan pendidikan ALB

PENDIDIKAN LUAR BIASA PLB KELAS KHUSUS PROGRAM KHUSUS LAYANAN KHUSUS DIRANCANG PENUHI KEBUTUHAN PEND. ALB KELAINAN KEATAS - KEBAWAH POSITIF - NEGATIF FISIK 1. TUNANETRA 2. TUNARUNGU 3. TUNADAKSA 4. TUNAGRAHITA 5. GIFTED-BERBAKAT MENTAL MENGHAMBAT 6. TUNAGANDA 7..LEARNING DISABILITY SOSIAL 7. TUNALARAS / NAKAL MEMBUTUHKAN PLB ALB CAPAI POTENSI SDM OPTIMAL

CIRI GURU YANG BAIK & BERPENGALAMAN Penuh spontanitas Menekankan pada perbuatan belajar Suasana kelas tidak tegang Berfokus pada topik pelajaran Mendengarkan komentar siswa dengan hati- hati Kesalahan siswa direspon dengan baik Menyediakan waktu untuk menulis dan memeriksa pekerjaan siswa Selalu bergerak untuk mengecek siswanya Selalu membuat siswanya tetap dalam tugas pembelajaran

Panggilan Anak Luar Biasa Impairment Disability Handicap

Impairment = Berkelainan Berhubungan dengan penyakit kelainan pada jaringan

Salah pandang masyarakat terhadap 1. ALB (anak luar biasa) Kutukan tuhan/dosa orang tuanya. (tidak benar) 2. Tidak berguna, membebani dan tak perlu dididik. 3. Bisa dihilangkan atau diperkecil jumlahnya. 4. Disimpan dididik dan disekolahkan ditempat terpisah dengan anak lainnya. 5. Anak istimewa, utusan Tuhan

Salah pandang masyarakat terhadap PLB 1. Menganggap PLB sama dengan SLB (tidak benar) 2. PLB hanya diberikan di SLB (tidak benar) 3. PLB hanya kewajiban guru SLB (kurang benar) 4. Pengetahuan PLB hanya diperlukan guru SLB (tidak benar)

Salah pandang masyarakat terhadap 1. ALB (anak luar biasa) Kutukan tuhan/dosa orang tuanya. (tidak benar) 2. Tidak berguna, membebani dan tak perlu dididik. 3. Bisa dihilangkan atau diperkecil jumlahnya. 4. Disimpan dididik dan disekolahkan ditempat terpisah dengan anak lainnya. 5. Anak istimewa, utusan Tuhan

Disability Berhubungan dengan: Pengurangan fungsi Tidak adanya bagian tubuh tertentu

Handicap = Cacat Berhubungan dengan: Kelainan Ketidak mampuan seseorang Nampak bila berinteraksi dengan orang lain

Penggeseran Cara Pandang terhadap Penyandang Cacat Tidak berguna Dikasihani Dapat dididik/dilatih Tidak berbeda dengan yang tidak cacat

Deklarasi Hak Azasi Manusia Penyandang Cacat Setiap Manusia diciptakan sama, dan diberi perlindungan oleh penciptanya sehingga ia berhak untuk hidup, bebas dan bahagia. Berdasarkan potensinya maka penyandang cacat memiliki hak asasi

Deklarasi Hak Azasi Penyandang Cacat Berdasarkan potensinya maka penyandang cacat berhak untuk : 1. The Right to Educated oneself (hak untuk mendidik diri sendiri. 2. The Right to an Occupation or Profession (Hak pekerjaan dan profesi) 3. The Right to Maintain Health and Physical Well Being (Hak mengatur kesehatan dan hidup baik) 4. The Right to Independent Living (Hak Hidup Mandiri) 5. The Right to Love (Hak kasih sayang)

ISU - ISU DALAM PEMBELAJARAN ADAPTIF Labeling Normalization Assessment Individualized Instruction Access to Community Cultural diversity Child Abuse and Neglect Special SUPPORT Education - inclusion

Pengelompokan ALB Problem sensorimotor Perbedaan Individu dalam belajar dan tingkah laku

Pengelompokan ALB Problem Sensori Motor: Hearing disorder Visually Impairments Physically Disabilities Perbedaan Individu dalam belajar dan tingkah laku Mental Retardation's Learning Disabilities Behavior disorders Severe and Profound handicaps Gifted and talented

Penyebab ALB Pre Natal Natal Post Natal

Pendekatan Pembelajaran Klasikal Individual Individualisasi pembelajaran

TUNANETRA 90% JUMLAH TUNANETRA MEMILIKI SISA PENGLIHATAN, 10% BUTA TOTAL Lebih dari 50% tunanetra masih bisa menggunakan matanya untuk membaca dan menulis huruf awas.

Keterbatasan kebutuhan pembelajara tunanetra 1. Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru. 2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan 3. Keterbatasan dalam mobilitas. Pembelajaran: Kebutuhan akan pengalaman kongkrit. Kebutuhan akan pengalaman memadukan Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar.

TUNANETRA BUTA TOTAL yaitu tidak memiliki persepsi cahaya (tidak bisa membedakan terang dan gelap. POPULASINYA 10% PUNYA SISA dari bisa membedakan terang dan gelap sampai bisa membaca huruf cetak standar. POPULASINYA 90% Pada saat ini disebut Low Vision, Lebih 50% bisa baca tulis awas.

PENGELOMPOKAN TUNANETRA Mereka mampu membaca cetakan standart. Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar. Mampu membaca cetakan besar (ukuran Huruf No. 18). Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan regular dan cetakan besar. Membaca cetakan besar dengan menggunakan kaca pembesar. Menggunakan Braille tapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas). Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya.

SIAPA LOW VISION KATAGORI SETELAH KOREKSI WHO DIFINISI DIFINISI KERJA 0 6/6-6/18 NORMAL NORMAL 1 <6/18-6/60 V.I. LV 2 3 4 5 <6/60-3/60 <3/60-1/60 <1/60-PL NPL VI BERAT BUTA BUTA BUTA TOTAL LV LV LV BUTA TOTAL

B. Tunarungu Ciri - ciri Artikulasi bicaranya jelek. Pertanyaan yang mudah kurang tepat jawabannya. Sering mengeluh tentang sakit telinganya Pada situasi bicara biasa anak sering salah dalam merespon dan perhatiannya. Mendengar lebih jelas bila menghadapkan mukanya kepada yang diajak bicara. Sering meminta diulangi apa yang diucapkan pembicara. Bila mendengarkan radio ia sering memutar keras-keras dan untuk orang normal sudah melebihi batas.

Saran untuk guru Dalam berbicara jangan membelakangi anak. Anak hendaknya berada ditengah kelas dan paling depan supaya mudah membaca bibir guru. Bila telinganya hanya satu yang tuli tempatkan anak sehingga telinga yang baik berada dekat dengan guru. Perhatikan posture anak, sering anak meggelengkan kepala untuk mendengarkan. Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru dan guru dalam bicara dengan anak hendaknya berhadapan dan bila memungkinkan sejara dengan kepala anak. Guru bicara dengan volume biasa tetapi gerakan bibirnya harus jelas.

Tunagrahita: Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui tes Inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).

KARAKTERISTIK PEMBELAJAR TUNAGRAHITA 1. Dalam belajar keterampilan membaca, Keterampilan motorik, keterampilan lainnya adalah sama seperti anak normal pada umumnya. 2. Perbedaan Tunagrahita dalam mempelajari keterampilan terletak pada karakterustik belajarnya. Perbedaan Karakteristik belajar anak tunagrahita dalam 3 daerah yaitu: 1. Tingkat kemahirannya dalam keterampilan tersebut. 2. Generalisasi dan tranfer keterampilan yang baru diperoleh. 3. Perhatiannya terhadap tugas tugas.

PENGERTIAN TUNADAKSA Dari segi fungsi fisik, tunandaksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya mengalami masalah sehingga menghasilkan kelainan didalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan layanan khusus.

Yang perlu diketahui guru Segi Medisnya. Bagaimana bepergiannya, Bagaimana komunikasinya. Bagaimana perawatan dirinya. Bagaimana posisnya.

Tunalaras atau behavioral disorders Kelainan tingkah laku ditetapkan bila mengandung unsur: Bila tingkah laku anak menyimpang dari standart yang diterima umum. Derajat penyimpangan tingkah laku dari standart (Exstrim). Lamanya waktu pola tingkahlaku itu dilakukan.

Hal yang perlu diperhatikan guru adalah: Mengingat kelainan tingkah laku ini banyak disebabkan oleh lingkungan maka penataan lingkungan merupakan salah satu pendekatan yang perlu diperhatikan oleh guru. Kita setuju bahwa kelainan tingkah laku disebabkan oleh anak itu sendiri tetapi mungkin disebabkan oleh guru itu sendiri atau hasil interaksi antara guru dan anak. Assessment dari masalah tingkah laku, situasi masalah, lingkungan anak, harus diselesaikan dulu bila ingin mengatasi masalah kelainan tingkah laku pada anak.

Anak gifted Anak gifted ditandai oleh tingginya kemampuan intelektualnya. Tingginya kemampuan intelektuanya ditandai dengan: Mengingat dan menguasai dengan cepat apa yang dipelajari. Dapat membaca diumur yang sangat muda dan pemahaman yang superior. Dapat melihat hubungan antar ide. Memiliki perbendaharaan kata yang tinggi. Anak yang tergolong gifted tidak hanya memiliki kemampuan intelektual yang tinggi tetapi juga harus memiliki kretifitas yang tinggi pula.

Talented Disamping anak tergolong gifted terdapat perbedaan dengan anak talented. Anak talented adalah anak yang memiliki kemapuan yang tinggi dalam bidang tertentu, misalnya hanya dalam bidang matematik, Ilmu pengetahuan alam, bahasa, kepemimpinan, kemampuan psychomotor, penampilan seni.

Pelayanan anak gifted dan talented Horisontal program yaitu: 1. Mengembangkan kemampuan explorasi. 2. Mengembangkan pengayakan dalam arti diperdalam dengan hal-hal yang ada diluar kurikulum biasa. 3. Executiv intensive dalam arti memberikan kesempatan untuk mengikuti program intensif bidang tertentu yang diminati sampai mendalam dalam waktu tertentu. Vertical program yaitu: 1. acceleration, percepatan/ maju berkelanjutan dalam mengikuti program yang sesuai dengan kemampuannya, dan jangan dibatasi oleh jumlah waktu, atau tingkatan kelas. 2. Independent study, biarkan anak untruk belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati. 3. Mentorship, padukan antara yang diminati anak gifted dan talented dengan ahlinya yang ada

Learning Disability. Kurangnya fungsi suatu organ untuk belajar disebut learning disability. Ketidak cocokan antara apa yang seharusnya anak bisa dengan apa yang secara kenyataan dikerjakan. Kecerdasan diatas rata rata dan ada ketidak mampuan mewujutkan tulisan, ucapan atau hitungan. Jumlahnya lebih kurang 5 10% di SD

Modifikasi Pembelajaran Adaptif Kurikulumnya (total/sebagian) Strategi belajarnya (diganti/disesuaikan) Materi dan alatnya (Medianya) Pengaturan Kelasnya (Tehnik pembelajaran) Lingkungan (Arsitektur dan Sarana fisik)

Apa yang dirancang untuk penuhi kebutuhan pendidikan ALB: Kelas / lokasi tempat pembelajaran Program pembelajaran Layanan pembelajaran

Keterbatasan kebutuhan pembelajara tunanetra 1. Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru. 2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan 3. Keterbatasan dalam mobilitas. Pembelajaran: Kebutuhan akan pengalaman kongkrit. Kebutuhan akan pengalaman memadukan Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar.

Layanan plb 1. BIAYA 2. JUMLAH YANG DILAYANI RESIDENTIAL INSTITUTION HOME BOUND INSTRUCTION SEGREGATED DAY SCHOOL FULL TIME SPECIAL CLASS IN REGULAR SCHOOL PART TIME CLASS IN REGULAR SCHOOL REGULAR CLASS PLACEMENT WITH RELATED SERVISES REGULAR CLASS PLACEMENT

Pengembangan sensomotorik bagi tunanetra Irham Hosni PLB FIP UPI Bandung

Pengembangan Sensoris tunanetra yang masih berfungsi

Perabaan sebagai pengganti indera mata Siswa dapat mengetahui: Permukaan yang berbeda yaitu kasar, halus, lembek, panas dan dingin Tempat berbelanja yaitu rumput, aspal, tanah, karpet, kerikil dsb. Berbagai bahan yaitu sutera, katun, dan wol. Ukuran yaitu panjang dan pendek. Bentuk yaitu lingkaran, segitiga, segiempat dsb. Hubungan dua objek atau lebih. Suhu yaitu panas dan dingin.

Latihan Pendengaran Siswa dapat mengenal dan mengatakan: Jenis suara Lokasi suara Membedakan suara Peka terhadap suara

. Latihan Penciuman Siswa dapat mengenal menunjukan: Jenis bau-bauan Membedakan bau-bauan Lokasi bau-bauan Peka terhadap bau-bauan

Gerakan Tidur Siswa dapat melakukan gerakan: Tidur terlentang Tidur miring Tidur Telungkup

Gerakan Berguling Siswa Dapat melakukan gerakan: Berguling ke kiri Berguling ke kanan Berguling dari telentang Berguling lagi Berguling dari posisi telungkup ke telungkup Berguling dari posisi miring ke posisi miring

Gerakan duduk Siswa dapat melakukan: Duduk di lantai Duduk di kursi Duduk dengan posisi bersila Duduk dengan kaki selunjur

Gerakan merangkak Siswa dapat melakukan gerakan: Posisi merangkak Merangkak mundur Merangkak menirukan gerak binatang Merangkak dengan gerakan kedua tangan

Gerakan berdiri Siswea dapat melakukan gerakan: Berdiri sempurna Berdiri dengan satu kaki Berdiri dengan kaki dan tangan di angkat/melayang (posisi pesawat terbang)

Gerakan berjalan Siswa dapat melakukan gerakan: Berjalan sempurna Berjalan dengan tangan dan kaki searah.

Gerakan lari Siswa dapat melakukan gerakan: Lari dengan bimbingan guru Lari tanpa bimbingan guru Lari dengan pengarah Lari tanpa pengarah

Gerakan jongkok Siswa dapat melakukan gerakan: Jongkok sempurna di tempat Jongkok sempurna dan lompat Jongkok sempurna dan lompat ke depan Jongkok sempurna dan melompat ke belakang

Gerakan meloncat Siswa dapat melakukan gerakan: Loncat dari atas ke bawah dengan bimbingan guru Loncat dari atas ke bawah tanpa bimbingan guru Loncat dari bawah ke atas

Gerakan melompat Siswa dapat melakukan gerakan: Melompat sempurna Melompat dengan satu kaki Melompat dengan dua kaki Melompat menirukan katak

Gerakan koordinasi Siswa dapat melakukan gerakan: Menedang Memukul Menarik Mengambil Menangkap

Gerakan Keseimbangan Siswa dapat melakukan gerakan: Berjalan dengan satu kaki Berjalan di atas titian Berjalan dengan satu kaki

Gerakan dengan mengexplorasi Linkungan Siswa dapat melakukan gerakan: Mengelillingi ruangan Mencari objek di ruang atau dilingkungan Mengikuti sumber bunyi Mengambil objek