BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian masyarakat adalah bercocok tanam. 2. Indonesia disebut sebagai negara yang bercorak agraris. 3

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki daratan luas, tanah subur dengan hasil bumi yang melimpah. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan umum usaha agribisnis di Indonesia, terutama yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran.

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak pemberi pinjaman dan pihak peminjam. Dalam kesehariannya

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat memiliki peran dan posisi yang sangat strategis dalam. kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mengingat pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah. bidang ekonomi. Dalam perekenomian salah satu bidang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tujuan tersebut di cita-citakan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang. Perbankan (UU Perbankan) disebutkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan kegiatan ekonomi regional dan internasional,

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. salah satu di dalamnya adalah usaha memberikan kredit.perkreditan. merupakan usaha utama perbankan (financial depening) yang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebutan tersebut didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah yang subur dengan hasil yang juga melimpah tentunya, juga kaya akan sumber daya alam. Keberadaan tanah yang subur juga didukung dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang memiliki mata pencaharian sebagai petani, sehingga atas daratan luas yang subur tersebut dimanfaatkan secara maksimal untuk dapat menghasilkan produk-produk pertanian. Salah satu bukti dari sebutan negara agraris untuk Indonesia adalah pencapaian Indonesia untuk dapat mencukupi kebutuhan akan pangannya sendiri, tanpa bergantung pada pihak luar, atau dikenal dengan swasembada pangan, sebagaimana yang terjadi di tahun 1984, yang mana atas pencapaian akan kemampuan mencukupi kebutuhan akan beras secara mandiri tersebut, Indonesia memperoleh penghargaan dari Food and Agriculture Organization (FAO) 1. Kemampuan akan menghasilkan produk pertanian dengan jumlah banyak juga seharusnya dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian negara, yakni dengan menjadikan hasil-hasil pertanian sebagai sumber pendapatan bagi negara. 1 Kebijakan Pangan, http://www.suaramerdeka.com/harian/0802/04/nas04.htm diakses pada 25 November 2013, Pukul 21.34 1

2 Kenyataannya di tahun 2013 ini, berdasar pada data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik impor beras dalam kurun waktu Januari-Juni 2013 mencapai 239.000 ton 2, hal tersebut menunjukkan kemunduran akan kemampuan Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan akan pangannya sendiri. Keadaan tersebut seolah-olah bertolak belakang dengan keadaan alam Indonesia, yang mana seharusnya sektor pertanian dapat menjadi sektor yang strategis bagi negara. Memang banyak hal yang harus diperhatikan apabila suatu negara hendak mengembangkan potensi dalam bidang agraris. Pengembangan sektor agraris perlu dukungan berbagai faktor, seperti ilmu pengetahuan, teknologi yang memadai, ketersediaan infrastruktur, juga yang tidak kalah penting yakni modal bagi para pelaku usaha. Faktor-faktor tersebut menjadi bagian dari penentu dapat atau tidaknya sektor agraris berkembang. Seperti halnya yang dikatakan oleh Syahrul R. Sempurnajaya, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sektor komoditi, terutama sektor komoditi pertanian/perkebunan sangat ditentukan oleh kemampuan negara itu sendiri dalam menyediakan akses pembiayaan yang efektif dan cepat bagi pelaku produksi dan perdagangan komoditi tersebut 3. 2 Sarjana Pertanian Terbanyak di Dunia, Indonesia Tetap Hobi Impor, http://www.merdeka.com/uang/sarjana-pertanian-terbanyak-di-dunia-indonesia-tetap-hobi-impor.html diakses pada 25 November 2011, Pukul 22.01 3 Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, 2013, Sistem Resi Gudang Memberdayakan Bangsa, hlm 3.

3 Nyatanya faktor ketersediaan modal menjadi kendala yang umumnya dirasakan oleh para pelaku usaha agribisnis, khususnya para petani kecil. Salah satu gambaran bagaimana modal menjadi permasalahan misalnya keadaan yang terjadi bagi para petani padi. Para petani ini cenderung memiliki pola tanam yang seragam, hal tersebut dilakukan agar semua pertanaman padi mendapat jatah pengairan yang cukup, meminimalkan serangan hama-penyakit, serta untuk mengejar musim tanam yang optimal 4. Masa tanam yang dilakukan secara bersamaan akan membawa konsekuensi dimana masa panen juga akan berlangsung dalam kurun waktu yang hampir bersamaan atau biasa dikenal dengan panen raya. Dengan banyaknya ketersediaan gabah yang dihasilkan dari panen raya menyebabkan para petani selalu dihadapkan dengan turunnya harga jual dari gabah-gabah yang dihasilkannya tersebut. Penundaan penjualan hasil tani tidak dapat menjadi solusi, dikarenakan pada saat yang sama para petani dihadapkan dengan kebutuhan akan biaya untuk masa tanam berikutnya, juga untuk kebutuhan sehari-hari akan rumah tangganya. Maka dari itu petani dihadapkan dengan tidak adanya pilihan selain dari menjual hasil panen walaupun harga di pasaran rendah dan tidak menguntungkan. Faktor lain yang juga turut melatarbelakangi terkait dengan tempat penyimpanan, karena hasil tani membutuhkan tempat yang relatif besar, 4 Iswi Hariyani, R.Serfianto. D.P., 2010, Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit dan Alat Perdagangan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 1.

4 juga yang dapat menjaga kualitas dikarenakan hasil tani merupakan jenis barang yang rentan mengalami kerusakan, misalnya disebabkan oleh hama. Berbicara mengenai akses pembiayaan, tentu tidak akan terlepas dari keberadaan lembaga perbankan. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang paling penting dan besar peranannya dalam kehidupan masyarakat 5. Sebagaimana arti luas dari lembaga keuangan yakni sebagai perantara dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds) 6, hal tersebut sejalan dengan definisi bank dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang menyebutkan : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi tersebut dapat tergambar bagaimana bank diarahkan untuk dapat berperan dalam menunjang kelancaran perkonomian, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 Undang-undang Perbankan, Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat. Salah satu bentuk nyata peranan 5 Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 106. 6 Ibid, hlm 101.

5 bank dalam kaitannya sebagai penunjang perekonomian negara, yakni pemberian kredit sebagai salah satu jasa perbankan yang dapat dilakukan oleh bank umum. Kredit merupakan hal yang sebenarnya tidak asing lagi, baik bagi masyarakat di perkotaan ataupun pedesaan. Dalam Pasal 1 angka 11 Undangundang Nomor 10 Tahun 1998 memberikan definisi kredit sebagai berikut : Kredit adalah penyediaan uang atas tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak yang lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Keberadaan kredit sebagai salah satu jasa perbankan, tentu akan memberikan manfaat tersendiri bagi para pelaku usaha. Dengan kredit para pelaku usaha memiliki peluang untuk mengembangkan usahanya, meskipun secara pribadi dana yang dimilikinya sangat terbatas. Namun akses pembiayaan dari bank selama ini tidak dapat menjadi solusi bagi para pelaku usaha di sektor agribisnis, terlebih lagi bagi pihak yang tidak memiliki aset tetap untuk dijadikan jaminan utang. Rendahnya penyaluran kredit ke sektor pertanian disebabkan karena risiko usaha tani yang masih dianggap tinggi 7, sedangkan pemberian kredit kepada masyarakat harus dilaksanakan dengan hati-hati dikarenakan dana-dana yang disalurkan sebagian besar merupakan dana yang berasal dari pihak ketiga, pihak yang menyimpan dananya di bank. Pihak yang menyimpan dananya di bank memiliki hak apabila sewaktu-waktu hendak 7 Hermas E. Prabowo, 2009, Bank Pertanian : Petani Lebih Butuh Kepastian yang Riil, Koran Kompas, Rabu 13 Mei 2009, hlm 21.

6 mengambil dana yang telah disimpan tanpa terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak bank. Sehingga bank harus memastikan bahwa bank mampu memenuhi keinginan para pihak yang hendak mengambil dana yang sebelumnya dipercayakan kepada pihak bank. Permasalahan mengenai ketersediaan modal tersebut akhirnya menemukan titik terang dengan disahkannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang pada tanggal 14 Juli 2006 melalui Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 59. Keberadaan undang-undang tersebut membuat para petani memiliki kesempatan untuk dapat memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dengan menjadikan bukti kepemilikan hasil panen yang telah disimpan di gudang sebagai jaminan utang. Bukti kepemilikan yang dimaksud itu yang dinamakan Resi Gudang, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Angka 2 UU Nomor 9 Tahun 2006 bahwa Resi Gudang merupakan dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh Pengelola Gudang. Dapat dijadikannya Resi Gudang sebagai jaminan utang mendasar pada ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Sistem Resi Gudang, yang menyebutkan : (1) Resi Gudang dapat dialihkan, dijadikan jaminan utang, atau digunakan sebagai dokumen penyerahan barang. (2) Resi Gudang sebagai dokumen kepemilikan dapat dijadikan jaminan utang sepenuhnya tanpa dipersyaratkan adanya agunan lainnya.

7 Melalui ketentuan tersebut timbul suatu jenis jaminan kebendaan baru yang sebelumnya tidak dikenal di Indonesia. Keberadaan jaminan tersebut ditujukan untuk dapat mengakomodir suatu komoditi pertanian agar dapat dijadikan jaminan utang tanpa mempersyaratkan ada agunan lainnya. Apabila dilihat penggolongan benda yang menjadi obyek jaminan, yakni benda bergerak dan penguasaan benda saat dijadikan jaminan utang yang tidak berada di bawah penguasaan kreditur, tentunya mengingatkan kita pada jenis jaminan kebendaan yang telah ada sebelumnya yakni fidusia. Namun tentu terdapat perbedaan akan keduanya sehingga pada saat resi gudang akan dijadikan jaminan utang tidak dapat dibebankan dengan jaminan kebendaan yang sebelumnya telah ada dalam pengaturan hukum positif Indonesia, sebagaimana hal tersebut juga disebutkan dalam penjelasan Pasal 12 ayat (1) UU Nomor 9 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa dan dengan memperhatikan sifatnya, Resi Gudang tidak dapat dijadikan objek yang dapat dibebani oleh satu di antara bentuk jaminan tersebut. Adanya jaminan kredit memiliki kegunaan salah satunya yakni sebagai upaya terakhir apabila debitur cedera janji, itu berarti harus ada kepastian mengenai kedudukan bank selaku kreditur penerima Hak Jaminan atas Resi Gudang. Sampai saat ini sendiri, memang belum semua bank yang ada di Indonesia dapat menerima Resi Gudang sebagai jaminan utang, mungkin saja hal tersebut dikarenakan bank menganggap dijadikannya Resi Gudang sebagai

8 jaminan utang belum menjadikan bank berada dalam posisi yang aman dari kemungkinan cedera janji debitur atau hanya karena belum ada pemahaman yang baik akan Sistem Resi Gudang sendiri sehingga belum dapat memastikan mengenai resiko yang akan ditanggung pada saat bank memberikan pembiayaan dengan jaminan Resi Gudang tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis jelaskan, uraian tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan hukum, dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LEMBAGA PERBANKAN ATAS PENYALURAN KREDIT DENGAN JAMINAN RESI GUDANG (Studi Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah) B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana perlindungan hukum yang diperoleh oleh bank dalam hal berkedudukan selaku penerima Hak Jaminan atas Resi Gudang? 2. Bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian dalam pelaksanaan penyaluran kredit dengan jaminan resi gudang? 3. Apa saja yang menjadi hambatan lembaga perbankan dalam penyaluran kredit dengan jaminan Resi Gudang

9 C. Tujuan Penelitian Penulisan Hukum ini mempunyai tujuan subyektif dan obyektif, yakni : a. Tujuan Obyektif 1. Untuk dapat mengetahui bagaimana perlindungan hukum yang diperoleh oleh lembaga perbankan dalam kedudukannya sebagai kreditur penerima hak jaminan Resi Gudang; 2. Untuk mengetahui penerapan prinsip kehati-hatian dalam hal dijadikannya Resi Gudang sebagai jaminan utang; 3. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang umumnya dirasakan oleh bank pada saat menyalurkan kredit dengan Resi Gudang sebagai jaminan utang. b. Tujuan Subyektif Penulisan Hukum ini dilakukan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan pencarian yang dilakukan oleh penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulis menemukan beberapa penulisan hukum yang membahas jaminan resi gudang, diantaranya adalah :

10 1. Perjanjian Kredit Modal Kerja dengan Resi Gudang sebagai Jaminan (Analisa Terhadap Collateral Management Agreement dan Perjanjian Hak Jaminan Atas Resi Gudang Study Pada Bank Ekspor Indonesia dengan Bank Rakyat Indonesia), tesis tersebut disusun oleh Naufi Ahmad Naufal, dengan Nomor Induk Mahasiswa 16306/PS/MK/05. Rumusan masalah dari tesis tersebut ialah : a. Bagaimanakah konstruksi yuridis pada perjanjian kredit modal kerja serta perjanjian hak jaminan atas resi gudang pada Bank Ekspor Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia; dan b. Upaya apa yang dilakukan oleh pihak bank apabila debitur dari kredit modal kerja dengan resi gudang sebagai jaminan mengalami macet, sehingga dapat melindungi bank. 2. Pelaksanaan Perjanjian Kredit dengan Jaminan Resi Gudang di PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk. Kantor Cabang Bantul D.I. Yogyakarta, skripsi ini ditulis oleh Alfitria Maharani dengan Nomor Induk Mahasiswa 08/264777/HK/17671. Rumusan masalah di dalam skripsi tersebut adalah : a. Bagaimana pelaksanaan pembebanan jaminan resi gudang di PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk. Kantor Cabang Bantul D.I. Yogyakarta?

11 b. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan resi gudang di PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk. Kantor Cabang Bantul D.I. Yogyakarta? Sehingga dapat disimpulkan bahwa penulisan hukum berjudul Perlindungan Hukum Lembaga Perbankan dalam Penyaluran Kredit dengan Jaminan Resi Gudang (Studi Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah) belum pernah ditulis oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Maka dapat penulis katakan bahwa penulisan hukum ini merupakan asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan Penulisan Hukum yang telah dikemukakan, penulis berharap bahwa Penulisan Hukum ini dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi Penulis Melalui Penulisan Hukum ini, penulis dapat memperoleh manfaat dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya. Khususnya terkait dengan lembaga jaminan kebendaan yang berlaku dalam Hukum Positif Indonesia. Selain itu melalui penulisan hukum ini juga memberikan pengalaman bagi penulis dalam melakukan penelitian hukum.

12 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Melalui Penulisan Hukum ini, penulis berharap dapat memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum, serta dapat dijadikan referensi tambahan untuk penulisan yang membahas mengenai kedudukan bank sebagai kreditur penerima hak jaminan. 3. Bagi Lembaga Perbankan Melalui Penulisan Hukum ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kepastian hukum yang diberikan oleh peraturan perundangundangan, pada saat bank memperoleh Resi Gudang sebagai jaminan utang.