Perilaku Mekanika Balok Bambu Susun Menggunakan Penghubung Geser Baut dengan Variasi Kemiringan Baut

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU MEKANIKA BALOK BAMBU TERSUSUN ISIAN MORTAR DENGAN PENGHUBUNG GESER BAMBU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN PENGHUBUNG GESER DARI RANTING BAMBU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN DAN KEKAKUAN BALOK BAMBU SUSUN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

Analisis Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang Tampang T Menggunakan. Response-2000

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

PENGGUNAAN PENGHUBUNG GESER DARI RANTING BAMBU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN DAN KEKAKUAN BALOK BAMBU SUSUN

Bab II STUDI PUSTAKA

ANALISA DAN EKSPERIMENTAL PERILAKU TEKUK KOLOM TUNGGAL KAYU PANGGOH Putri Nurul Hardhanti 1, Sanci Barus 2

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

BAB 1 PENDAHULUAN...1

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

PERBANDINGAN KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN PENGISI MORTAR DENGAN ISIAN UJUNG DAN ISIAN SAMPING

Pengaruh Variasi Tebal Terhadap Kekuatan Lentur Pada Balok Komposit Menggunakan Response 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN DAKTILITAS DAN KEKAKUAN PERKUATAN BALOK T DENGAN KABEL BAJA PADA MOMEN NEGATIF

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN PENGISI MORTAR DENGAN ISIAN UJUNG DAN ISIAN SAMPING. Ida Nugroho Saputro

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

KAJIAN KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN ISIAN MORTAR

ANALISIS LENTUR DAN GESER BALOK PRACETAK DENGAN TULANGAN SENGKANG KHUSUS ABSTRAK

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA dan LENDUTAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK. William Trisina NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir.,M.Sc.

UJI EKSPERIMENTAL PROFIL BAJA HOLLOW YANG DIISI MORTAR FAS 0,4

PERILAKU BALOK KOMPOSIT KAYU PANGGOH BETON DENGAN DIISI KAYU PANGGOH DI DALAM BALOK BETON

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 4, No. 2 : 25-34, September 2017

Pengaruh Dimensi dan Bentuk Lamina Zig-zag pada Kekuatan Geser dan Lentur Balok Laminasi-Vertikal Bambu Petung

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DI SISI DALAM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus - menerus

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

BAB III LANDASAN TEORI

PERILAKU BALOK BETON SANDWICH DALAM MENERIMA BEBAN LENTUR TESIS MAGISTER OLEH FIRDAUS

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. DAFTAR ISI...

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

ANALISIS KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN CARBON FIBER WRAP

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.

ANALISA LENDUTAN BALOK KAYU KELAPA NON PRISMATIS PERLETAKAN SENDI ROL DENGAN METODE PLASTIS (EKSPERIMEN)

STUDI KEKUATAN SAMBUNGAN BATANG TARIK PELAT BAJA DENGAN ALAT SAMBUNG BAUT

ANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PAKU (252M)

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

Tahanan Lateral Bambu Laminasi dengan Konektor Pelat Disisipkan Menggunakan Sambungan Baut

KOMPOSIT BETON-PROFIL LIP CHANNEL UNTUK MENCEGAH TEKUK LATERAL-TORSIONAL

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

1.2 Tujuan Penelitian 2

PERILAKU BALOK KOMPOSIT BAMBU BETUNG - BETON DENGAN BAMBU DIISI DI DALAM BALOK BETON (EKSPERIMEN)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

ANALISA DAN KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BENDRAT (SERAT KAWAT) PADA DAERAH TARIK BALOK BETON BERTULANG

KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M)

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB I. PENDAHULUAN. Garis perekat arah radial lurus. (c)

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

PEMODELAN NUMERIK METODE ELEMEN HINGGA NONLINIER STRUKTUR BALOK TINGGI BETON BERTULANG ABSTRAK

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tension, Compression and Shear

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

Perilaku Lentur pada Keadaan Layan dan Batas Balok Beton Bertulang Berlubang Memanjang

Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur. bangunan berbasis kayu

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

PERILAKU STATIS DAN DINAMIS STRUKTUR BETON PRACETAK DENGAN SISTEM SAMBUNGAN

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

Tegangan Dalam Balok

Transkripsi:

Perilaku Mekanika Balok Bambu Susun Menggunakan Penghubung Geser Baut dengan Variasi Kemiringan Baut 1) 2) 3) Oleh: Noverma 1, Djoko Sulistyo 2, Ashar Saputra 3 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Sipil, FT UGM Yogyakarta Jurusan Teknik Sipil, FT UGM Yogyakarta ABSTRACT Bamboo is known as building material of high tensile and flexural strength but low modulus of elasticity. It causes bamboo structure element has high deflections when load applied, and function of bamboo for building can not be utilized optimally. One of the way is to make a composed bamboo beam use bolt connector in order that deflection does not exceed the recommended limits and achieve high stiffness. The research was conducted to examine the influence of installation bolt connector on the composed bamboo beam with variety of inclination to increase shear plane of the bamboo, so that can increase strength and stiffness of the composed bamboo beam. Specimen is made single bamboo beam and two composed bamboo beam without filler and have 3 meters lenght and also with bolt connector variety of inclination (α) 90⁰, 75⁰, 60⁰, and 45⁰. Each of variety is made 3 specimens. This testing is done by two point loads at 1/3 spans on pinned-roller supported beam. To determine the mechanical properties and physical material, conducted a preliminary testing based on ISO standard. The research results showed that composed bamboo beam with the bolt connector installed in inclination 75⁰ got optimum result. Increasing percentage of composed bamboo beam load with inclination 90⁰, 75⁰ 60⁰, and 45⁰ respectively is 44%, 139%, 58%, and 22% than single bamboo beam while increasing stiffness 3 %, 6.6%, 1%, and 1.7% than stiffness of single bamboo beam. In elastic condition, ratio of theoretical load decreasing to experiment for two composed bamboo beam with assumption that the installed bamboo beam perfectly for inclination varieties of bolt connector 90⁰, 75⁰, 60⁰, and 45⁰respectively is 0.27, 0.40, 0.20, and 0.22.while forcomposed bamboo beam with assumption that the installed bamboo beam is not perfectly (unmonolith) with bolt connector in inclination 90⁰, 75⁰, 60⁰, and 45⁰respectively is 0.95, 1.42, 0.72, and 0.78. In ultimate condition for composed bamboo beam got variety the failure pattern depend on bolt connector inclination. Keyword: Wulung Bamboo, composed bamboo beam, bolt connector. Pendahuluan Salahsatu manfaat material bambu adalah dapat digunakan sebagai elemen struktur balok. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, bambu diketahui mempunyai kuat tarik serta kuat lentur yang tinggi namun memiliki nilai modulus elastisitas E yang rendah. Hal ini menyebabkan elemen struktur bambu jika dikenai beban, terjadi lendutan yang besar sehingga kuat lentur bambu yang tinggi tidak dapat dimanfaatkan secara optimum. Hal ini memberikan ketiknyamanan fungsi struktur. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan membuat balok bambu susun menggunakan alat sambung baut, sehingga diperoleh kekakuan yang lebih baik dan lendutan yang tidak melampaui batas lendutan izin. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh pemasangan penghubung geser baut pada balok bambu susun dengan variasi kemiringan baut yang dapat menambah bidang geser sehingga 115

diharapkan dapat meningkatkan kekuatan dan kekakuan balok bambu susun. Jenis bambu yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis bambuwulung (Gigantochloa atroviolacea Widjaja) yang disusun 2 tanpa bahan pengisi menggunakan penghubung geser baut diameter 10 mm dengan variasi kemiringan (α) 90⁰, 75⁰, 60⁰, dan 45⁰. Benda uji dibuat masing-masing sebanyak 3 sampel untuk setiap kemiringan dengan ukuran panjang balok bambu 3 m dan pengujian dilakukan dengan pembebanan statik pada 1/3 bentang dan tumpuan sendi-rol. Penelitian sebelumnya mengenai balok bambu susun pernah dilakukan oleh Wardhana (2010), yang meneliti tentang perilaku mekanika balok bambu susun dengan isian mortar pada penghubung geser baut dengan menggunakan pipa PVC dan tanpa pipa PVC; oleh Kasyanto (2008) tentang perilaku mekanika balok bambu susun dengan isian mortar pada seluruh bentang balok dengan menggunakan pipa PVC dan tanpa pipa; oleh Tibyani (2007) tentang perilaku mekanika bambu susun dengan isian mortar dan tanpa isian mortar. Jadi penelitian ini merupakan penelitian lanjutan mengenai balok bambu susun yaitu dengan penghubung geser baut dengan variasi kemiringan baut, yang sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan sebelumnya. Landasan Teori 1.Karakteristik Bambu Pemeriksaan karakteristik bambu meliputi sifat fisik dan mekanik, yang sangat penting dipahami untuk mendapatkan manfaat suatu bahan secara optimum. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan, dalam hal ini mengacu pada ISO 22157 1 : 2004, antara lain pemeriksaan kadar air, kuat tarik bambu, kuat tekan bambu, kuat geser bambu, kuat lentur bambu. 1. Defleksi Balok Gere & Timoshenko (2000) menyatakan bahwa defleksi balok secara teoritis dapat diperhitungkan dengan Persamaan 1. M δ (1) E.I Dengan : δ : lendutanbalok (mm) M : momen kapasitas balok bambu susun (Nmm) E : moduluselastisitas (N/mm 2 ) I :momen inersiapenampang bamboo (mm 4 ) Defleksi yang terjadi akan membentuk suatu kelengkungan, dimana besarnya kelengkungan dapat digunakan untuk mengetahui besarnya regangan yang terjadi. Nilai kelengkungan dapat diperoleh dengan metode differensial beda hingga pada persamaan 2. 1 v i 1 2vi v i 1 (2) R Δ 2 Dengan : 1/R :nilai kelengkungan V i-1 : lendutan pada titik i 1 Vi : lendutan pada titik i V i+1 :lendutan pada titik i+1 :jarak antar titik lendutan. 2. Sambungan Baut Balok yang terlentur pada saat bersamaan juga akan menahan gaya geser akibat lenturan. Pemasangan baut sebagai penghubung geser pada balok bamboo susun adalah untuk mendukung tegangan geser yang terjadi. 3. Tegangan pada Balok Akibat Momen Analisistegangan yang detail pada balok bambu, dapat dilakukan dengan membagi tegangan balok bamboo menjadi beberapa pias. Banyaknya jumlah pias akan berpengaruh pada ketelitian hasil hitungan, semakin banyak jumlah pias maka hitungan akan semakin teliti. Diagram aliran alisis metoda pias untuk menghitung momen ditunjukkan pada Gambar 1. 116

Mulai Eksperimen Mulai Persiapan Alat dan Bahan Beban (P) & Regangan (ε) Tegangan (σ) Gaya(F i ) = Tegangan (σ i ) x Luas Momen(M i ) = Gaya(F i ) x Jarak layer ke garis referensi (y i ) Selesai Pembuatan Benda Uji Pendahuluan Pengujian Benda Uji Pendahuluan Analisis Sifat-sifat Mekanis & Fisis Pembuatan Benda Uji Balok Pengujian Balok Pengumpulan Data Experimental Analisis Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Gambar 1. Diagram alir perhitungan momen metoda pias Metode Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian ditunjukkan dalam diagram alir pada Gambar 2. 1. Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dibuat untuk mengetahui sifat-sifat bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Benda uji untuk mengetahui karakteristik bamboo sesuai standar ISO 22157-1:2004 yang meliputi kadar air, kuat tarik sejajar serat, kuat tekan, kuat geser dan kuat lentur bambu. Selain itu juga dilakukan pengujian uji tarik baut sesuai standar ASTM E 8. Dan juga pengujian baut sebagai penghubung geser untuk mengetahui kekuatan baut sebagai penghubung geser dalam menahan beban. Selesai Gambar 2. Diagram alir penelitian 2. Pengujian balok bambu susun Benda uji adalah berupa balok bambu susun 2 tanpa bahan pengisi dengan panjang 3 meter. Benda uji dibuat masingmasing sebanyak 3 buah untuk setiap variasi kemiringan baut sebagai penghubung geser (α) 45⁰, 60⁰, 75 ⁰, 90 ⁰. Bentuk benda uji ditunjukkan pada Gambar 3. Pengujian balok bambu dilakukan dengan memberikan 2 beban terpusat pada 1/3 bentang dan tumpuan sendi rol dengan data yang diperoleh adalah beban dan lendutan serta kerusakan yang terjadi. Set up pengujian ditunjukkan pada Gambar 4. Berdasarkan set u ppengujian, maka besarnya beban yang bekerja pada balok bambu merupakan resultan gaya akibat pengaruh sudut alfa (α) oleh kemiringan penempatan load cell. Besarnya beban yang bekerja dapat dihitung dari pembacaan beban pada data logger sebagai 2 P Cos α, dimana P adalah beban yang terbaca dari load cell pada data logge rdan alfa (α) adalah sudut yang dibentuk oleh kemiringan penempatan load cell pada benda uji balok bambu. 117

a.balok bambu tunggal (3 buah benda uji) b. Balok bambu dengan penghubung geser 90 (3 buah benda uji) d. Balok bambu dengan penghubung geser sudut 60 (3 buah benda uji) c. Balok bambu dengan penghubung geser 75 (3 buah benda ujii) e. Balok bambu dengan penghubung geser sudut 45 (3 buah benda ujii) Gambar 3. Benda uji balok bambu Rel baja Benda uji LVDT Perletakan Load Cell 981 mm Spanner 1250 mm 1250 mm Gambar 4. Set up pengujian Hasil dan Pembahasan 1. Hasilpengujianpendahuluan. Tabel 1. Hasil pengujian pendahuluan No Jenis pengujian Hasil pengujian 1 Kuat tarik bambu (MPa) 131,47 2 Kuat tekan bambu (MPa) 32,09 3 Kuat geser bambu (MPa) 5,46 4 Kuat lentur bambu (MPa) 55,54 5 Modulus elastisitas tarik (MPa) 2717 6 Modulus elasrisitas tekan (MPa) 2206 7 Modulus elastisitas lentur (MPa) 14367,49 Gambar 4. Set up pengujian 8 Kadar (%) 61,66 9 Kuat tarik baut (MPa) 613,26 10 Baut sebagai penghubung geser (KN) 7300 118 1

Benda uji LVDT5,6 Rel baja Pengapit profil baja LVDT3,4 LVDT1,2 bagian ujung. Morisco (2006) menyatakan bahwa bagian terkuat pada bambu adalah kulit, oleh karena itu bambu yang tipis akan mempunyai porsi kulit yang besar, sehingga kekuatan rata-ratanya menjadi tinggi. Perletakan rol 1000mm Load Cell 550mm 550mm Spanner 1000mm Dudukan baja profil Perletakan sendi 1000mm 2. Hasil pengujian balok bambu susun Hasil pengujian akan memberikan hubungan beban dan lendutan untuk tiap tahap pembebanan, beban maksimum, lendutan maksimum, serta letak dan jenis kerusakan yang terjadi pada balok bambu. Data hasil pengujian dan identifikasi kerusakan balok bambu ditunjukkan pada Tabel 2 Hasil pengujian karakteristik bambu dipengaruhi oleh ketebalan bambu yang bervariasi dari bagian pangkal sampai pada Tabel 2. Hasil pengujian Beban Beban Lendutan (mm) Terbaca Aktual Balok Uji Lokasi Kerusakan load cell (P 2P Cosα KN) Vi-1 Vi Vi+1 (KN) BT1 3,40 4,20 84,17 102,40 70,30 Titik beban Tunggal BT2 3,14 3,85 96,89 116,78 94,88 Titik beban BT3 2,70 3,33 88,12 108,90 80,05 Titik beban Rata-rata 3,08 3,80 Susun 2 BSD90-1 3,95 4,88 56,9 67,72 66,1 Titik beban 90⁰ BSD90-2 3,71 4,58 57,47 66,35 60,93 Tumpuan BSD90-3 3,53 4,36 58,37 66,65 57,63 Tumpuan Rata-rata 3,73 4,61 BSD75-1 5,09 6,29 62,78 72,87 63,85 Tumpuan Susun 2 75⁰ Susun 2 60⁰ Susun 2 45⁰ BSD75-2 5,57 6,88 65,12 74,67 66,15 Tumpuan & titik beban BSD75-3 5,25 6,49 44,60 54,07 45,10 Tumpuan Rata-rata 5,30 6,55 BSD60-1 4,29 5,30 80,78 93,76 91,41 Penghubung geser BSD60-2 3,84 4,74 78,15 93,05 77,32 Buckling BSD60-3 3,86 4,76 73,67 93,91 85,20 Penghubung geser Rata-rata 4,00 4,93 BSD45-1 3,58 4,42 57,42 77,51 61,23 Tengah bentang & penghubung geser BSD45-2 3,34 4,12 67,26 87,22 59,85 Tengah bentang & penghubung geser BSD45-3 3,21 3,97 54,15 68,91 60,48 Tengah bentang & penghubung geser Rata-rata 4,17 119 2

Dari hasil hasil pengujian pada Tabel 2 diketahui bahwa balok bambu dengan penghubung geser 45⁰, walaupun mempunyai bidang geser yang besar, namum tidak memberikan kekuatan yang lebih tinggi, hal ini disebabkan jarak penghubung geser yang lebih mendekati titik beban dan rongga yang ada pada bambu, sehingga ketika dibebani kerusakan segera terjadi pada pada penghubung geser dan pada bagian tengah bentang. Untuk balok bambu dengan kemiringan 60⁰, jarak penghubung geser lebih dekat dari titik beban dibandingkan kemiringan 45⁰ sehingga beban yang mampu ditahan lebih tinggi. Dari perilaku kerusakan yang terjadi pada balok mengalami kerusakan.bambu dengan kemiringan 45⁰ dan 60⁰, dapat diketahui bahwa semakin dekat penghubung geser terhadap titik beban maka balok bambu juga akan lebih cepat mengalami kerusakan. Hal ini juga dapat diketahui dari pengujian balok bambu susun dengan kemiringan penghubung geser 75⁰ yang dapat menahan beban lebih tinggi, namun karena bentuk bambu yang berongga maka ketika beban terus ditingkatkan sampai mencapai beban dan lendutan maksimum terjadi kerusakan pada daerah tumpuan. Sebaliknya hasil pengujian dengan penghubung geser yang dipasang tegak 90⁰ memberikan kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan 75⁰. Hal ini dapat disebabkan oleh bidang geser yang lebih kecil dan jarak pemasangan lebih jauh dari titik beban dan tumpuan sehingga terjadi penurunan kekuatan dan kekakuan balok bambu susun 2. Gambar 5. Grafik prosentase peningkatan beban dan kekakuan balok bambu susun pada kondisi elastis 120 1

Pada kondisi elastis dari Gambar 5 dilketahui bahwa peningkatan beban dan kekakuan optimal terjadi pada balok bambu susun dengan kemiringan penghubung geser 75⁰yang dibandingkan terhadap balok bambu tunggal. Adanya perbedaan karakter peningkatan beban dan kekakuan balok bambu susun dua terhadap beban dan kekakuan balok bambu tunggal adalah ini disebabkan bentuk bambu yang tidak prismatis dan dimensi bambu yang tidak seragam sehingga menyebabkan adanya selip antar susunan bambu. 3. Perbandingan lendutan eksperimen dan lendutan teoritis Analisis lendutan secara teoritis dilakukan pada kondisi elastis balok bambu susun dengan menganggap bahwa susunan balok bambu terikat sempurna. Analisis juga dilakukan pada kondisi elastis balok bambu dengan asumsi bahwa susunan balok bambu tidak terikat sempurna atau adanya rongga dan selip. Dari grafik perbandingan lendutan balok bambu susun dengan mengasumsi susunan balok bambu monolit, hasil analisis memberikan rasio penurunan beban yang sangat rendah terhadap teoritik. Hal ini disebabkan karena pemasangan penghubung geser yang lebih sedikit dari yang seharusnya terpasang. Sedangkan balok bambu susun yang dianalisis dengan asumsi balok bambu tidak monolit menunjukkan balok bambu susun dengan kemiringan penghubung geser 75⁰ mengalami peningkatan beban eksperimen mencapai, 5 kali terhadapteoritik. Sedangkan balok bambu susun dua dengan kemiringan penghubung geser 90⁰, 60⁰, dan 45⁰, memberikan rasio penurunan beban eksperimen terhadap teoritik. Hal ini disebabkan oleh batang-batang bambu yang tidak prismatik atau lurus membuat adanya celah antar batang-batang bambu yang disusun sehingga kapasitas balok bambu susun ketika diuji rendah. Selain itu baut penghubung geser yang kurang kaku karena adanya rongga lubang penghubung geser baut yang lebih besar. 4. Perhitungan terhadap gaya dalam Analisis terhadap gaya dalam dilakukan untuk mengetahui besarnya regangantegangan tekan dan tarik yang terjadi, serta ultimit, dengan menghitung nilai kelengkungan untuk mengetahui besarnya regangan dan tegangan yang terjadi. Rasio momen merupakan perbandingan nilai antara momen ultimit hasil pengujian nominal. Tabel3.menunjukkan bahwa rasio rata-rata pengujian balok bambu susun dengan variasi kemiringan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1, yang berarti hasil analisis dan Gambar 6. Grafik perbandingan lendutan teoritis dan eksperimen 1211

Tabel3.Hasil perhitungan gaya dalam balok bambu susun dua Susun 2 sudut 90⁰ Balok Uji Gaya tekan (N) Gaya tarik (N) Momen Nominal (knm) Momen Ultimit (knm) Rasio Momen BSD90-1 19130,02 20151,76 2026587 2438824,62 1,20 BSD90-2 18800,07 19145,01 1926402 2289864,81 1,19 BSD90-3 15757,87 16161,77 1692801 2179958,42 1,29 Rata-rata 1,23 Susun 2 BSD75-1 24999,07 23310,46 2531380 3142616,15 1,24 sudut 75⁰ BSD75-2 25189,43 24644,27 2730504 3440382,25 1,26 BSD75-3 24224,50 24182,99 2817454 3242965,05 1,15 Rata-rata 1,22 Susun 2 BSD60-1 21761,48 23396,29 2344851 2648504,49 1,13 sudut 60⁰ BSD60-2 20957,60 21846,19 1889489 2367936,37 1,25 BSD60-3 19900,18 21821,09 2081082 2382254,69 1,14 Rata-rata 1,18 Susun 2 BSD45-1 16619,65 17645,73 1683702 2209037,01 1,31 sudut 45⁰ BSD45-2 17527,33 19277,07 1803646 2060743,3 1,14 BSD45-3 21933,85 21807,22 2624241 1983665,46 0,76 Rata-rata 1,07 Asumsi yang digunakan belum mewakili sifat balok bambu yang diuji. 5. Letak kerusakan & jenis kerusakan Jenis dan lokasi kerusakan yang terjadi bervariasi sesuai dengan kemiringan baut sebagai penghubung geser. sifat balok bambu yang diuji 6. Letak kerusakan & jenis kerusakan Jenis dan lokasi kerusakan yang terjadi bervariasi sesuai dengan kemiringat baut sebagai penghubung geser. 122 2

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan. Peningkatan beban balok bamboo susun dengan kemiringan penghubung geser 90⁰, 75⁰ 60⁰, dan 45⁰, berturut-turut adalah 44%, 139%, 58%, dan 22% terhadap beban yang mampu dipikul oleh balok bamboo tunggal Kerusakan Titik beban a. Kerusakanbalokbambutunggal Titik beban Titik beban Kerusakan Kerusakan i. KerusakanbalokbambuKemiringan penghubung geser 45⁰ tumpuan Kerusakan tumpuan & tengah bentang e. KerusakanbalokbambuKemiringan penghubung geser 75⁰ Kerusakan Kerusakan Titik beban g. KerusakanbalokbambuKemiringan penghubung geser 60⁰ c. KerusakanbalokbambuKemiringan penghubung geser 90⁰ Gambar 7. Jenis dan lokasi kerusakan Peningkatan kekakuan balok bambu susun dengan kemiringan penghubung geser 90⁰, 75⁰ 60⁰, dan 45⁰, berturut-turuta dalah 3%, 6,6%, 1%, 1,7% terhadap kekakuan balok bambu tunggal Prosentase peningkatan beban dan kekakuan optimum terjadi pada balok bamboo susun dengan kemiringan penghubung geser 75⁰ Hasil teoritis mengalami penurunan kapasitas dibandingkan dengan hasil eksperimen yang disebabkan oleh bentuk bambu yang tidak prismatis dan kurang kakunya penghubung geser karena pengoboran yang lebih besar 2. Saran Kerusakan balok bamboo susun dua bervariasi untuk masingmasing kemiringan penghubung geser. Perlupenelitian lebih lanjut jika balok bamboo diisi dengan material lain. Daftar Pustaka Awaludin, A., 2005, Dasar-dasar perencanaan sambungan kayu, Ed 1, Biro Penerbit KMTS Jurusan Teknik Sipil FT UGM, Yogyakarta Gere, J.M., Timoshenko, S.P 2000, Mekanika Bahan, Jilid 1 & 2, Ed 4, Erlangga Jakarta. ISO 22157-1, (2004), Bamboo Determination of physical and mechanical properties, part 1, Requirements. 1232

Kasyanto, H., 2008, Perilaku mekanika balok bambu tersusun dengan isian mortar pada penghubung geser baut dengan dan tanpa PVC, Tesis S2, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. Morisco, 2006, Teknologi Bambu, Program Magister Teknologi Bahan Bangunan, UGM, Yogyakarta. Wardhana, AB., 2010, Perilaku mekanika balok bambu tersusun dengan isian mortar pada penghubung geser baut, Tesis S2, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. Tibyani, K., 2007, Perilaku mekanika balok bambu tersusun dengan dan tanpa isian mortar, Tesis S2, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. 124 2