BAB I PENDAHULUAN. manusia dan sangat menentukan perilaku diri seorang individu, karena melalui

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diharapkan mampu membentuk individu-individu yang. pendidikan masih rendah terutama pada pendidikan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Masrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tentang Sistem Pendidikan nasional. Edgar Dalle ( Reigeluth, 2013 : 7 )

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peran yang amat

I. PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, pendidikan sangatlah penting. Melalui pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea IV yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan. formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan negara-negara maju di dunia, oleh karena itu ditiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan melangsungkan kehidupan, sehingga menjadi seorang yang

BAB I. PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Maylani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2013 PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sangat menentukan perilaku diri seorang individu, karena melalui pendidikan berlangsung informasi peradaban dan perubahan ke arah yang lebih baik sepanjang sejarah manusia. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat (1) yang menyatakan, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada pendidikan dasar, Matematika tergolong matapelajaran yang dirasakan sulit bagi peserta didik, karena Matematika ditinjau dari segi objeknya bukanlah merupakan objek kongkrit, tetapi merupakan benda pikiran atau abstrak. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah sekarang ini cenderung berpusat pada guru, guru lebih banyak menerangkan, memberikan pengetahuan yang sudah jadi, siswa hanya menerima, mencatat, dan mendengar. Oleh karena itu, suasana pembelajaran seperti tersebut di atas tidak membentuk siswa menjadi kreatif dan tidak mau bekerjasama dengan teman lain. Pembelajaran matematika, selama ini masih cenderung menggunakan pembelajaran konvensional, metode yang digunakan adalah ekspositori atau 1

2 ceramah. Proses pembelajaran seperti ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti di atas tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan aktifitas siswa seperti yang diharapkan. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif, ditambah dengan adanya anggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sukar dan tidak disukai oleh kebanyakan siswa. Ruseffendi, E.T. (Yuningsih 2010) berpendapat, Matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan sebagai pelajaran yang dibenci. Selama ini pembelajaran matematika di SD Negeri Blok Sawah Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung masih menggunakan pembelajaran konvensional, metode yang digunakan lebih banyak menggunakan metode ekspositori atau ceramah. Guru selama ini lebih dominan di dalam kelas, sehingga siswa hanya menunggu perintah dari guru. Guru menyampaikan materi pelajaran, siswa hanya memperhatikan saja dan mencatat, kemudian guru memberi soal-soal latihan sebagai tugas. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa pasif, karena proses tanya jawab kurang berlangsung dengan baik. Alasan guru menggunakan metode ekspositori hampir sama yaitu pertama guru kurang mengenal dan belum dapat melaksanakan pembelajaran dengan metode atau pendekatan yang lain dan biasanya guru tidak mempersiapkan skenario pembelajaran dengan baik untuk tanya jawab misalnya agar siswa aktif.

3 Hal tersebut di atas menimbulkan prestasi siswa yang beranekaragam, ada yang mencapai prestasi tinggi, ada yang mencapai prestasi sedang dan rendah. Hal tersebut di atas terlihat dari nilai rata-rata hasil ulangan umum semester I kelas IV SD Negeri Blok Sawah Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung untuk mata pelajaran matematika hanya mencapai rata-rata sebesar 57. Perolehan nilai ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan, karena nilai tersebut kurang dari KKM, yaitu KKM untuk mata pelajaran matematika dikelas IV SD Negeri Blok Sawah yaitu 65. Fakta di kelas IV SD Negeri Blok Sawah Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung, semakin tinggi kelas,maka siswa akan kesulitan belajar atau kemampuan dalam pemahaman matematikanya semakin menurun. Mata pelajaran matematika terdiri dari beberapa materi pokok, salah satunya adalah materi pokok Kubus. Bentuk kubus agak sama dengan bentuk balok, sehingga siswa sering salah pengertian tentang kubus dan balok, padahal kubus dan balok itu berbeda. Kubus semua sisinya berukuran sama panjang, sedangkan balok hanya sisi yang berhadapan yang sama panjang. Kelas IV sebenarnya materi kubus sudah dipelajari, tetapi di kelas V sebagian siswa sering salah pengerian tentang kubus dan balok, berdasarkan pengalaman sebelumnya, peserta didik lemah dalam membuat jaring-jaring bangun ruang kubus, agar kejadian tersebut tidak terulang, maka perlu diupayakan cara baru dalam pembelajaran. Salah satu faktor penyebab masih rendahnya kemampuan siswa dalam matematika karena suasana pembelajaran kurang bervariasi, metode atau pendekatan yang digunakan tidak sesuai dengan materi yang disampaikan.

4 Untuk menjawab semua permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika, maka upaya inovasi harus segera diketahui pemecahannya. Salah satunya adalah dengan menerapkan berbagai strategi, metode dan pendekatan yang tepat dengan kondisi siswa ataupun materi. Strategi pembelajaran diharapkan membuat siswa tertarik, yang menjadikan motivasi dan minat siswa akan meningkat, sehingga siswa menjadi senang untuk belajar lebih lanjut. Agar siswa dapat tertarik dengan proses pembelajaran yang sedang diikuti maka pembelajaran matematika harus menggunakan pendekatan dan metode yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berargumentasi, menanggapi, mengemukakan pendapat, berfikir, bernalar, memecahkan masalah dan menerapkan konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika banyak kesulitan yang dihadapi siswa diataranya: a. pada saat mengerjakan tugas kubus, siswa tidak dapat membuat rangka kubus sesuai dengan perintah. b. siswa tidak dapat membentuk jaring-jaring kubus sesuai dengan rangkanya. c. siswa cenderung menyukai gambar kubus tanpa memperhatikan bidang geometris nya. d. guru memiliki keterbatasan waktu dalam membimbing siswa membuat rangka kubus. e. guru lebih konsentrasi mengejar target pencapaian kurikulum, sehingga jumlah pembelajaran yang dilakukan hanya bertumpu pada pencapaian

5 target kurikulum yang akhirnya pencapaian daya serap siswa terabaikan, dikarenakan banyaknya materi yang harus disampaikan. f. interaksi belajar mengajar yang tidak variatif dan kurang melibatkan siswa, sehingga siswa menjadi pasif. g. guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika dalam hasil kerja yang diperolehnya. Salah satu alternatif solusi yang dapat diterapkan adalah dengan memilih model strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika dengan menekankan aktivitas siswa dalam membuat jaring-jaring bangun ruang kubus. Berdasarkan pandangan di atas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan strategi atau pendekatan belajar yang tepat. Pengertian pendekatan menurut Ruseffendi, E.T. (Yuningsih 2010) Suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa adalah pendekatan Konstruktivisme. Karena dengan pendekatan Konstruktivisme, siswa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan dan mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan tersebut dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran matematika dalam keterampilan membuat jaring-jaring bangun ruang kubus melalui pendekatan konstruktivisme di SDN Blok Sawah Kec.Bandung kulon Kota Bandung? b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika melalui keterampilan membuat jaring-jaring bangun ruang kubus melalui pendekatan konstruktivisme di SDN Blok Sawah Kec.Bandungkulon Kota Bandung? c. Bagaimana hasil belajar siswa di SDN Blok Sawah Kec.Bandungkulon Kota Bandung setelah menggunakan pendekatan konstruktivisme dalam membuat jaring jaring bangun kubus? C. Hipotesis Penggunaan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas IV SDN.Blok Sawah dalam membuat jaringjaring bangun ruang kubus D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan halhal yang berkaitan dengan pelaksaaan pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme di kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung.

7 Adapun tujuan penelitiannya sebagai berikut : a. Tujuan Umum 1. Dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan memberikan solusi yang jelas dalam upaya memberikan perbaikan proses pembelajaran melalui pendekatan konstruktivisme untuk siswa kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung. 2. Dengan penelitian tindakan kelas (PTK) ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat jaring-jaring ruang bangun kubus dan minat siswa dalam pembelajaran matematika dengan mengunakan pendekatan konstrutivisme untuk siswa kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung. b. Tujuan Khusus 1. Untuk mendeskripsikan tentang perencanaan kemampuan siswa kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung dalam membuat bangun ruang kubus yang telah ditentukan jaring-jaringnya lelalui media kertas karton. 2. Untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan siswa membuat jaring jaring ruang bangun kubus pada pembelajaran matematika dengan metode pendekatan konstruktivisme untuk Siswa Kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung. 3. Untuk memperoleh gambaran tentang hasil siswa terhadap pembelajaran matematika tentang jaring-jaring bangun ruang

8 kubus dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme untuk Siswa Kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung. E. Manfaat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : a. Bagi siswa Dengan mengunakan pendekatan konstruktivisme untuk siswa kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung. - Siswa akan lebih menguasai ruang bangun kubus. - Membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran matematika. - Meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata dalam matapelajaran matematika. b. Bagi Guru - Penggunaan pendekatan konstruktivisme untuk siswa kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung, dapat mempermudah guru dalam menanamkan pemahaman mengenai jaring-jaring ruang bangun kubus. - Pengunaan pendekatan konstruktivisme untuk siswa kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung dapat memberikan variasi dalam kegiatan belajar-mengajar, sehingga diharapkan siswa tidak merasa jenuh dalam belajar matematika. - Guru dapat mengetahui secara langsung tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

9 c. Bagi Peneliti - Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang penggunaan pendekatan konstruktivisme untuk siswa kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung dalam meningkatkan pemahaman mengenai jaringjaring ruang bangun kubus pada pembelajaran matamatika di kelas IV SDN Blok Sawah Kota Bandung. d. Bagi Lembaga - Sebagai masukan bagi sekolah dalam usaha untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan pembelajaran. F. Definisi Oprasional Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, perlu dilakukan adanya penafsiran yang sama terhadap istilah-istilah yang digunakan. Oleh karena itu penulis akan mendefinikan secara operasional istilah-istilah tersebut sebagai berikut : a. Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika. b. Pengertian pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya guru agar siswa belajar. c. Matematika adalah suatu pelajaran yang ada si Sekolah Dasar tentang bilangan,geometri dan pengelolaan data. d. Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh 6 buah sisi berbentuk persegi yang kongruen (sama persis).

10 Gambar 1.1. Kubus e. Pendekatan Konstruktivisme merupakan pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk berfikir dan mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.