BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menyangkut remaja kian hari kian bertambah, baik itu dari sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresif. untuk melukai objek yang menjadi sasaran agresi (Myers, 2010: 69). Agresif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk tetap dapat bertahan. Sumber daya manusia memegang peranan

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kebaikan dan perilaku yang terpuji. Akan tetapi, banyak kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. seperti menyakiti orang lain baik fisik maupun verbal. menurut Herbert (Aisyah, 2010) agresivitas merupakan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan masalah. Masalahmasalah yang menyangkut remaja kian hari kian bertambah, baik itu dari sosial maupun media cetak semuanya mengupas berbagai segi kehidupan remaja. Masa remaja memiliki peluang yang sangat besar untuk terlibat dalam tindakan yang menyimpang misalnya melakukan perilaku agresif (Ibaniati, 2005: 1). Perilaku agresif juga bisa terjadi pada siapa saja baik itu bayi hingga orang tua. Perilaku agresif pada bayi itu muncul ketika bayi sedang mengalami perasaan tidak tenang, bayi akan menangis bila tidak merasa nyaman dan perilaku itu bertujuan untuk mengurangi ketegangan pada bayi. Berbeda pula dengan perilaku agresif yang dimunculkan pada anak-anak mereka berperilaku dengan bertengkar dan berkelahi untuk memperebutkan mainan. Pada orang dewasa perilaku agresif yang dimunculkan itu lebih berbentuk aktivitas kerja dan olahraga. Pada usia tua perilaku yang dimunculkan itu berupa ejekkan, celaan dan godaan, sedangkan pada remaja perilaku agresif yang dimunculkan itu berupa kemarahan, kejengkelan, rasa iri, tamak, cemburu dan suka mengkritik. Mereka mengarahkannya pada teman sebaya, saudara kandung dan juga pada dirinya sendiri (Dayakisni & Hudaniah, 2009: 211), sehingga dapat dilihat dari beberapa kasus dibawah ini: Di Indonesia khususnya di Jakarta tercatat dari tahun 2010 terdapat 102 kasus tawuran, yang menewaskan 17 orang, 31 luka berat dan 54 luka ringan. 1

2 Sedangkan pada tahun 2011 tercatat 96 kasus, yang menewaskan 12 orang, 22 luka berat dan 62 luka ringan, dan pada tahun 2012 tercatat 103 kasus tawuran yang menewaskan 17 orang, 39 luka berat dan 48 luka ringan (Merdeka.com). Pada tahun 2013 mencatat ada 229 kasus tawuran pelajar sepanjang Januari- Oktober, jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada kasus 229 kasus kekerasan antar pelajar SMP dan SMA menewaskan 19 siswa (www.sp.beritasatu.com diunduh pada tanggal 10 Desember 2014). Kejadian serupa yang terjadi di Jakarta yakni antara murid SMK Kartika Zeni dan SMA Yayasan Karya. Hal ini juga telah menyebabkan meninggalnya seorang siswa SMA Yayasan Karya ( www.koalisikmrt.wordpress.com diunduh pada tanggal 28 Januari 2014). Selain itu tawuran juga terjadi di SMK YKTB Bogor dan SMK Yatek yang menganiaya siswa dari SMK PGRI 2, korban mengalami patah tulang dan luka tusuk, selain itu korban mengalami cedera pada kepala. Alasan para pelaku menganiaya korban karena dendam pada masa lalu (www.megapolitan.kompas.com diunduh pada tanggal 17 November 2013). Sementara di Pekanbaru, menurut data yang berasal dari pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak aksi kekerasan meningkat sebesar 20 kasus, kekerasan itu berupa pencabulan, pemerkosaan dan kekerasan lain yang terjadi di sekolah (Tribunpekanbaru.com diunduh pada tanggal 10 Desember 2014). Salah satunya tindakan kriminal geng motor yang melibatkan tertanggapnya 6 pelajar SMP dan SMA di kota pekanbaru dan tawuran antar SMK Taruna mandiri dengan SMK taruna satria terjadi bentrok fisik dijalan delima pekanbaru (Riauterkini.com diunduh pada tanggal 11 Desember 2013).

3 Data diatas menunjukkan bahwa perilaku agresif pada remaja masih banyak terjadi, terutama dilingkungan sekolah-sekolah, sehingga seringkali dikaitkan dengan problem sosial yang merugikan dan dekat sekali dengan perilaku kejahatan seperti tawuran, pembunuhan, perampokan, perkelahian dan tindakan kriminal lainnya, hal ini merupakan bentuk-bentuk dari perilaku agresif pada remaja (Asra, 2005: 44-45). Perilaku agresif adalah kemarahan yang meluap-luap dengan melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar (Kartono, 2000: 57). Scheneiders (dalam Susantyo, 2011: 189) mengemukakan agresif adalah luapan emosi atas reaksi terhadap kegagalan individu yang ditunjukkan dalam bentuk perusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesenjangan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non-verbal. Perilaku secara verbal seperti berteriak, menangis, membentak, mengeluarkan kata-kata kasar sedangkan perilaku non verbal dapat berupa membanting barang-barang yang ada disekitarnya, melukai diri sendiri (Khamsita, 2007: 10). Secara umum remaja juga masih menjadi titik kunci yang memiliki resiko yang cukup tinggi untuk melakukan tindakan agresif, sehingga perilaku agresif dianggap sebagai tingkah laku yang wajar dan merupakan wujud dari masalah psikologi yang dihadapinya. Karena hal itu remaja menggunakan metode penyelesaian masalah yang kurang tepat untuk mengatasi pergolakan emosinya. Luapan-luapan emosi yang mengebu-gebu membuat remaja tidak terkontrol, hal ini sering berdampak dan berujung pada kekerasan atau tawuran. Hal yang mempelopori terjadi kekerasan, tawuran tersebut dapat dilihat dari faktor-faktor

4 yang mempengaruhi perilaku agresif seperti faktor sosial, kebudayaan, lingkungan/situasional, media massa, dan kepribadian ( Sarwono & Eko, 2009: 152). Salah satu faktor ysng mempengaruhi remaja untuk berperilaku agresif adalah faktor kepribadian. Kepribadian ini sendiri didefinisikan sebagai pola-pola perilaku, tata krama, pemikiran, motif dan emosi yang khas yang memberikan karakter kepada individu sepanjang waktu dan pada berbagai situasi yang berbeda (Wade & Tavris, 2007 : 194). Adapun penelitian yang meneliti tentang perilaku agresif yang terkait dengan kepribadian itu sudah banyak dilakukan, diantaranya penelitian Glass (dalam Baron & Byne, 2005: 34) menyatakan bahwa kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif dapat dilihat dari kepribadiannya, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian A (yang bersifat kompetitif, selalu buru-buru, ambisius, cepat tersinggung dan sebagainya) lebih cepat menjadi agresif daripada orang dengan tipe kepribadian B (ambisinya tidak tinggi, sudah puas dengan keadaannya yang sekarang, cenderung tidak terburu-buru, dan sebagainya). Penelitian lain yang dilakukan oleh Juan J. Barthelemy (2005: 39) mengenai agresifitas dan kepribadian big five yang dihubungkan dengan prestasi belajar siswa, Barthelemy menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara agresivitas dan kepribadian big five dengan prestasi belajar pada siswa SMP. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan teori kepribadian big five (Friedman & Schustack, 2006: 305). Big five personality terdiri dari lima dimensi kepribadian yaitu: Keterbukaan ( Openness to experience),

5 menggambarkan seseorang itu mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasan, pemikiran, dan impulsivitas. Hati nurani ( Conscientiousness), menggambarkan seseorang yang hati-hati dalam bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan, terorganisir, tidak suka menunda. Ekstraversi ( Extraversion), menggambarkan seseorang yang hangat, suka bergaul, memiliki emosi yang positif, suka dengan keramaian, mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Kebaikan ( Agreeableness), menggambarkan sebagai seseorang yang memiliki sikap suka menolong, rendah hati, ikhlas, jujur, memegang kepercayaan, dan memiliki pemikiran yang halus dan lembut. Stabilitas emosional ( Neurotiscm), menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman, secara emosional mereka labil. Mereka juga mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan, seperti kecemasan, permusuhan, depresi, rapuh (Mastuti, 2005: 20). Sementara dalam penelitian ini peneliti menggunakan locus of control internal sebagai variabel moderator, hal ini dikarenakan pentingnya pengendaliaan dalam proses untuk menentukan tindakan dalam menjauhi dan mendekati perilaku agresif. Menurut Baron (dalam Muslimah dan Nurhalimah, 2012: 36) mengemukakan bahwa setiap individu akan berbeda dalam cara menentukan dirinya untuk mendekati dan menjauhi perilaku agresif. Individu yang memiliki kendali yang baik ia akan terlihat jarang dalam berperilaku agresif sementara individu yang tidak memiliki kendali maka perilaku agresif akan

6 mudah dimunculkan, seperti remaja yang memiliki pribadi yang selalu buru-buru, ambisius, dan cepet tersinggung itu lebih cepat menjadi agresif daripada remaja yang memiliki pribadi yang tenang, tidak buru-buru dan sudah puas dengan keadaannya yang sekarang. Hal ini lah sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul hubungan kepribadian big five dengan perilaku agresif pada remaja melalui locus of control internal sebagai variabel pemantau ( moderator). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara kepribadian big five (Openness to experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neurotiscm) dengan perilaku agresif pada remaja melalui locus of control internal sebagai variabel pemantau (moderator). C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian adalah: Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepribadian big five (Openness to experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neurotiscm) dengan perilaku agresif pada remaja melalui locus of control internal sebagai variabel pemantau (moderator).

7 D. Keaslian Penelitian Secara umum penelitian dengan tema terkait sudah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian serupa yang menjadi acuan yaitu penelitian Rahmatillah pada tahun 2011, ia meneliti mengenai pengaruh tipe kepribadian big five dan self control terhadap agresivitas satuan polisi pamong praja kota tangerang. Hasil penelitian ini ada pengaruh yang signifikan antara tipe kepribadian big five, self control terhadap agresivitas satuan polisi pamong praja kota tangerang. Pada penelitian ini melibatkan 168 anggota satpol pp yang bertugas di Kota Tangerang. Teknik pengambilan data menggunakan sampel purposive. Instrument pengumpulan data dengan menggunakan skala Likert dan analisisnya menggunakan Teknik Multipe Regression Analysis. Persamaan dari penelitian Rahmatillah dengan penelitian peneliti adalah sama sama meneliti kepribadian big five dan perilaku agresif dan teknik analisisnya sama sama menggunakan teknik multiple regression analysis. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Alfiana Indah Muslimah dan Nurhalimah pada tahun 2012, meneliti mengenai agresifitas ditinjau dari locus of control internal pada siswa smk negeri 1 bekasi dan siswa di smk patriot 1 bekasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X jurusan teknik pemesinan di SMK Negeri 1 beksi yang berjumlah 116 dan seluruh siswa kelas X jurusan teknik pemesinan di SMK Patriot 1 bekasi yang berjumlah 106 anak. Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling sehingga diambil 30 sampel di SMK Negeri 1 bekasi dan 30 sampel di SMK patriot 1 bekasi.

8 Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi dan menyebar skala. metode analisis menggunakan korelasi sperman dan uji mann whitney. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa ada hubungan yang berlawanan atau negatif antara locus of control internal dengan agresivitas pada siswa SMK Negeri 1 Bekasi dan SMK Patriot 1 Bekasi, atau dengan kata lain jika locus of control internal tinggi maka agresivitas rendah begitu pula sebaliknya jika locus of control internal rendah maka agresivitas tinggi. Persamaan dari penelitian Alfiana Indah Muslimah Dan Nurhalimah dengan penelitian peneliti adalah sama sama meneliti locus of control internal dan perilaku agresif sementara teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Sementara yang membedakan penelitian ini dengan penelitian penelitian sebelumnya adalah peneliti menggunakan variabel moderator dan analisisnya menggunakan analisis analysis moderating regression. Selanjutnya subjek dalam penelitian ini adalah SMK N 1 TAPUNG dengan jumlah siswanya ada 217 orang. Hal yang menjadi ketertarikan peneliti untuk meneliti karena belum pernah ada peneliti yang menghubungkan ketiga variabel tersebut. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran, memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi

9 pendidikan dan perkembangan khususnya mengenai kepribadian big five, locus of control internal dan perilaku agresif. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak sekolah, semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil suatu kebijakan yang tepat terhadap anak didik mengenai perilaku agresif, kemudian kepada pihak orang tua, semoga penelitian ini dapat memberikan informasi sehingga dapat dengan mudah membantu membina anaknya dalam membentuk kepribadian yang baik.