BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bidang pembangunan yang paling diharapkan dapat memacu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. adalah tricresyl phosphate yang merupakan senyawa organik ( ester) dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai bahan baku maupun bahan penunjang. Benzil alkohol banyak. solvent, dan sebagai bahan untuk industri kimia yang lain.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang industri kimia di Indonesia semakin pesat. perkembangannya. Hal ini dibuktikan dengan telah didirikannya beberapa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 telah menaikkan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan pada saat ini sedang

I. PENDAHULUAN. bahan tambahan yang disebut dengan plasticizer, yaitu bahan yang

I. PENDAHULUAN. memikirkan potensi industrinya. Pertumbuhan industri di Indonesia semakin

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain.

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang banyak berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang mengalami perkembangan di berbagai bidang

I. PENDAHULUAN. Indonesia berpengaruh pada pembangunan di sub-sektor industri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Peningkatan pembangunan pada sektor ini diharapkan dapat. memberikan devisa bagi negara, menambah lapangan pekerjaan dan

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. memberikan manfaat dalam perkembangan industri di Indonesia. Salah satu

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri kimia yang membutuhkan adiponitril sebagai bahan baku di dalam

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

I. PENDAHULUAN. menjadi salah satu tulang punggung perekonomian bangsa kita. Titik berat pembangunan saat ini adalah pembangunan dibidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, bangsa Indonesia memiliki kewajiban untuk

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI ISOBUTANA, UDARA DAN PROPILEN KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. impor produk tertentu dari luar negeri, padahal bahan dasar produk tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, industri di Indonesia berkembang pesat. Di antara subsektor

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYL BENZENE DARI BENZENE DAN OLEFIN KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Awalnya carbon black hanya digunakan sebagai agen penguat dalam ban.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendorong berdirinya suatu industri adalah adanya kesempatan pasar

PENDAHULUAN. industri. Sasaran penting yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang. menghemat devisa, dan meningkatkan ekspor untuk menunjang

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. industrialisasi. Tahap yang sering disebut sebagai era tinggal landas, yaitu suatu

I. PENDAHULUAN. diolah menjadi produk antara berupa aluminium sulfat. Aluminium sulfat termasuk dalam heavy chemical industy yang memegang

I. PENDAHULUAN. kebutuhan bahan - bahan penunjang guna menjamin kelangsungan proses

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dalam bidang industri yang salah satunya adalah

Prarancangan Pabrik Dioctyl Phthalate dari Phthalic Anhydride dan 2-Ethyl Hexanol Kapasitas Ton per Tahun

I. PENDAHULUAN. diolah menjadi produk intermediate atau produk jadi, sehingga mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. menghemat pengeluaran devisa negara. Selain itu juga akan meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

I. PENDAHULUAN. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satunya adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang mengalami perkembangan di berbagai bidang

Prarancangan Pabrik Aluminium Fluorida dari Asam Fluosilikat dan Aluminium Hidroksida Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

I. PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan suatu negara dapat diindikasikan dengan pesatnya. kemudahan dalam pemanfaatan dan pemasokan bahan baku.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Aluminium Fluorida dari Asam Fluosilikat dan Aluminium Hidroksida Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Butil Akrilat dari Asam Akrilat dan Butanol Kapasitas Ton per Tahun. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat-Sodium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya pabrik-pabrik kimia yang didirikan. Hal ini memacu

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

I. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan

VII. TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK. pabrik, karena harus dapat memberikan keuntungan jangka panjang dan

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

VII. TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

VII. TATA LETAK PABRIK

I. PENDAHULUAN. palm oil). Dari 1 kilogram bahan baku CPO bisa menghasilkan sedikitnya 1 liter

I. PENDAHULUAN. Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai

<Pra (Rancangan (pabri^ metil'klorida dari <MetanoCdan asam Florida ton/tafiun PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

Prarancangan Pabrik Monoethylamin dari Ethanol dan Amoniak Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

I. PENDAHULUAN. sangat pesat. Setiap tahunnya berdiri industri-industri baru yang berskala besar.

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

Nabila Dyah Anggraini (11/312797/TK/37649) 1 Devi Swasti Prabasiwi (11/319052/TK/38187)

Prarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, bangsa Indonesia memiliki

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Herbisida Glifosat dari NPMIDA dan Hidrogen Peroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun A.

VII. TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK. Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Industrialisasi adalah salah satu metode untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia sedang menggalakkan

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pra Perancangan Pabrik Kimia Propylene Glycol Kapasitas ton/tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satu bidang pembangunan yang paling diharapkan dapat memacu kemajuan bangsa adalah bidang ekonomi dan salah satu sektor dalam bidang ekonomi adalah sektor industri. (Analisa, 2008). Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia semakin pesat, baik industri yang memproduksi bahan jadi maupun bahan baku antara (intermediate). Kebutuhan bahan baku antara ( intermediate) di Indonesia selama ini sebagian dipenuhi oleh produk dalam negeri sedangkan beberapa bahan lainnya masih di impor dari luar negeri. Oleh karena itu, pembangunan industri dalam negeri yang menyediakan bahan baku antara ( intermediate) perlu dikembangkan lagi. Salah satu bahan baku antara ( intermediet) yang banyak digunakan adalah epichlorohydrin. Epichlorohydrin digunakan untuk pembuatan gliserol, resin dan lainnya. Epichlorohydrin dengan rumus kimia C 3 H 5 ClO ( 1-chloro-2,3- epoxy-propane) adalah cairan tak berwarna yang bersifat mudah terbakar,

2 beracun, larut dalam bahan pelarut organik dan sedikit larut dalam air (Perry, 1984) 1.2 Kegunaan Produk Epichlorohydrin banyak digunakan sebagai : 1. Bahan dasar pembuatan karet 2. Bahan baku intermediate dari produk gliserol antara lain untuk pembuatan obat, kosmetik, sabun dan pasta gigi 3. Sebagai ion-exchanger resins untuk water treatment 4. Sebagai surface active agent pada deterjen 5. Kegunaan lainnya meliputi zat tahan karat dan perekat lapisan, pembasmi serangga, zat aktif permukaan, zat pengering dan pencegah korosi Berdasarkan uraian diatas banyak kegunaan dari epichlorohydrin maka timbul pemikiran untuk mendirikan pabrik epichlorohydrin agar dapat memenuhi kebutuhan epichlorohydrin di Indonesia dan meningkatkan komoditas ekspor untuk memenuhi kebutuhan internasional serta membantu usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan nasional. 1.3 Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku utama dalam memproduksi epichlorohydrin adalah dichlorohydrin dan sodium hidroksida. Sodium hidroksida diperoleh dari PT Pindo Delli, Karawang-Jawa Barat adapun dichlorohydrin dan solvent trichloropropan diperoleh impor dari Solvay, Jepang.

3 Dengan memperhatikan hal diatas maka pra-rancangan pabrik ephichlorohyrin layak untuk didirikan dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Dari aspek bahan baku, kebutuhan akan dichlorohydrin dan sodium hidroksida dapat tercukupi dengan baik. b. Dapat merangsang berdirinya industri-industri kimia yang menggunakan bahan baku epichlorohydrin. c. Dapat memperluas lapangan kerja. 1.4 Kapasitas Rancangan Dalam menentukan kapasitas pabrik epichlorohydrin perlu diperhatikan beberapa pertimbangan yaitu kebutuhan akan epichlorohydrin dan ketersediaan bahan baku. Selama ini epichlorohydrin di Indonesia diperoleh impor dari negara Jepang, Korea, Taiwan, China, Thailand, Singapur, United State, Jerman, Belgia, dan Swedia.

4 1. Data Impor Epichlorohydrin pada Tabel 1.1: Tabel 1.1 Data Impor Epichlorohydrin di Indonesia Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Ton 1.580,41 2.033,39 2.536,88 5.128,08 6.342,55 9.148,15 Sumber: BPS 2007-2012 Gambar 1.1 Grafik Impor Epichlorohydrin di Indonesia

5 Untuk menghitung kebutuhan impor epichlorohydrin tahun berikutnya maka menggunakan persamaan garis lurus : y = ax + b Keterangan : y = kebutuhan impor epichlorohydrin (ton/tahun) x = tahun b = intercept a = gradien garis miring Diperoleh persamaan garis lurus: y = 1513 x 3035982 (ton/tahun) Dari persamaan di atas diketahui bahwa kebutuhan impor epichlorohydrin di Indonesia pada tahun 2020 adalah : y = (1513 x 2020) - 3035982 y = 20.278 ton/tahun a. Data Kebutuhan Epichlorohydrin di Indonesia Untuk menentukan kapasitas pabrik epichlorohydrin, maka dilakukan prediksi kebutuhan epichlorohydrin pada tahun 2020 dengan cara mengregresi kebutuhan pabrik yang menggunakan epichlorohydrin hingga 2020. Adapun pabrik yang menggunakan epichlorohydrin adalah pabrik karet, pabrik resin epoxy, pabrik detergen dan pabrik kosmetik, obat, sabun serta pasta gigi. Kebutuhan pada tiap-tiap jenis pabrik tersebut adalah sebagai berikut:

6 Data kebutuhan epichlorohydrin di pabrik karet pada Tabel 1.2 Tabel 1.2 Data Kebutuhan Epichlorohydrin di Pabrik Karet Tahun Ton 2006 7224 2007 7949 2008 8316 2009 8484 2010 10752 Sumber : https://gatotibnusantosa.files.wordpress.com Grafik 1.2 Grafik Kebutuhan Epichlorohydrin di Pabrik Karet Dari regresi linier pada grafik 1.2 diperoleh persamaan sebagai berikut: y = 759,15x 1515828,30 dimana y adalah kapasitas (ton) dan x adalah tahun

7 Dari persamaan diatas diperoleh data kebutuhan epichlorohydrin pada pabrik karet tahun 2020 adalah 17.655 ton/tahun. Data kebutuhan epichlorohydrin di pabrik resin epoxy pada Tabel 1.3 Tabel 1.3 Data Kebutuhan Epichlorohydrin di Pabrik Resin Epoxy Tahun Ton 2009 6000 2010 6884 2011 8170 2012 11252 2013 11388 Sumber: BPS 2007-2013 Grafik 1.3 Grafik Kebutuhan Epichlorohydrin di Pabrik Resin Epoxy

8 Dari regresi linier pada grafik 1.3 diperoleh persamaan sebagai berikut: y = 1514,4x 3036719,4 dimana y adalah kapasitas (ton) dan x adalah tahun Dari persamaan diatas diperoleh data kebutuhan epichlorohydrin pada pabrik resin epoxy tahun 2020 adalah 22.369 ton/tahun. Data kebutuhan epichlorohydrin di pabrik detergen pada Tabel 1.4 Tabel 1.4 Data kebutuhan epichlorohydrin di pabrik detergen Tahun Ton 2009 11850 2010 14101 2011 16780 2012 19969 Sumber: http://daftarperusahaanindonesia.com/

9 Grafik 1.4 Grafik kebutuhan epichlorohydrin di pabrik detergen Dari regresi linier pada Grafik 1.4 diperoleh persamaan sebagai berikut: y = 2703,6x 5419912,8 dimana y adalah kapasitas (ton) dan x adalah tahun Dari persamaan diatas diperoleh data kebutuhan epichlorohydrin pada pabrik detergen tahun 2020 adalah 41.359 ton/tahun.

10 Data kebutuhan epichlorohydrin di pabrik kosmetik, obat, sabun dan pasta gigi pada Tabel 1.5 Tabel 1.5 Data kebutuhan epichlorohydrin di pabrik kosmetik, obat, sabun dan pasta gigi Tahun Ton 2009 4910 2010 8638 2011 11836 2012 14845 2013 14373 Sumber: BPS 2009-2013 Grafik 1.5 Grafik kebutuhan epichlorohydrin di pabrik kosmetik, obat, sabun dan pasta gigi Dari regresi linier pada Grafik 1.5 diperoleh persamaan sebagai berikut: y = 2513,4x 5043526,78 dimana y adalah kapasitas (ton) dan x adalah tahun

11 Dari persamaan diatas diperoleh data kebutuhan epichlorohydrin pada pabrik kosmetik, obat, sabun dan pasta gigi tahun 2020 adalah 33.541 ton/tahun. Berdasarkan masing masing prediksi jumlah kebutuhan epichlorohydrin, maka diperoleh jumlah kebutuhan epichlorohydrin total tahun 2020 adalah 114.924 ton/tahun. Maka peluang kapasitas pendirian pabrik epichlorohydrin di tahun 2020 dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: KP = JK IMP Ket: KP = Kapasitas Pabrik Epichlorohydrin Tahun 2020 (ton/tahun) JK = Jumlah Kebutuhan Epichlorohydrin Tahun 2020 (ton/tahun) KP= 114.924 ton/tahun 20.278 ton/tahun KP = 94.646 ton/tahun Sehingga diperoleh kapasitas pabrik epichlorohydrin tahun 2020 adalah sebesar 94.646 ton/tahun. Berdasarkan kebutuhan epichlorohydrin yang besar, maka prarancangan pabrik ini layak untuk didirikan.

12 2. Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam pabrik epichlorohydrin ini adalah sodium hidroksida dan dichlorohydrin. Sodium hidroksida diperoleh dari PT.Pindo Delli, Karawang-Jawa Barat dengan kapasitas produksi 50.000 ton/tahun sedangkan dichlorohydrin diperoleh dengan impor dari Solvay Company, Jepang dengan apasitas produksi 150.000 ton/tahun. 3. Kapasitas pabrik yang sudah ada Di Indonesia belum terdapat pabrik epichlorohydrin, sehinga pabrik ini sangat layak untuk didirikan. Dengan memperhatikan ketiga hal di atas, maka dalam pra-rancangan pabrik epichlorohydrin dengan prediksi kebutuhan dalam negeri akan epichlorohydrin pada tahun 2020 adalah sebesar 94.646 ton/tahun sehingga dipilih kapasitas 53% dari kebutuhan dalam negri yaitu sebesar 50.000 ton/tahun.

13 1.5 Lokasi Pabrik Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting dalam perancangan suatu pabrik, karena berhubungan langsung dengan nilai ekonomis dari pabrik yang akan didirikan. Gambar 1.6 Lokasi Pabrik Pertimbangan pemilihan lokasi pada umumnya sebagai berikut: a. Persediaan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam pabrik epichlorohydrin ini adalah sodium hidroksida dan dichlorohydrin. Sodium hidroksida diperoleh dari PT.Pindo Delli, Karawang-Jawa Barat dengan kapasitas produksi NaOH 50.000 ton/tahun sedangkan dichlorohydrin diperoleh dengan impor dari Solvay Company, Jepang dengan kapasitas produksi 150.000 ton/tahun.

14 b. Pemasaran. Produk pabrik ini merupakan produk yang kebutuhannya masih di import, dengan adanya pabrik ini diharapkan pemasarannya dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selama ini masih import. Epichlorohydrin dipasarkan ke pabrik yang menggunakan epichlorohydrin, pabrik karet, detergen, resin epoxy, pabrik kosmetik, obat, sabun dan pasta gigi. Sebagian besar dari pabrik tersebut berada di pulau Jawa, seperti Karawang, Jakarta, Bekasi dan Surabaya sehingga pabrik ini bisa didirikan di Purwakarta. c. Tenaga Listrik Penyediaan tenaga listrik dipenuhi dari PLN dan generator. d. Persediaan air Mengingat lokasi pabrik yang terletak di daerah Purwakarta, maka kebutuhan air dipenuhi dari Bendugan Jatiluhur. e. Transportasi Transportasi sangat dibutuhkan sebagai penunjang utama untuk penyediaan bahan baku dan pemasaran produk. Di lokasi ini terdapat transportasi yang lancar baik darat dan laut, sehingga arus dari bahan baku impor lebih mudah dan lancar serta transportasi darat yang memiliki infrastruktur yang cukup baik. Keadaan tersebut dapat mempermudah pemasaran produk.

15 f. Waste deposal Hal ini merupakan persoalan penting karena pabrik diharuskan tidak membuang sisa-sisa yang membahayakan kesehatan. Sisa-sisa buangan sebelum dibuang diolah dulu di unit pengolahan limbah dan buangan yang tidak berbahaya dan tidak terpakai tersebut dialirkan ke sungai yang letaknya dekat pabrik. g. Tenaga Kerja. Tenaga kerja merupakan hal yang cukup penting untuk menunjang kelancaran proses produksi. Sebagian tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang berpendidikan kejuruan atau menengah kejuruan. Penyediaan tenaga kerja diperoleh dari Purwakarta dan sekitarnya, sehingga dalam perekrutan tenaga kerja tidak akan mengalami kendala. h. Kebijakan pemerintah Pendirian suatu pabrik perlu mempertimbangkan faktor kebijakan pemerintah yang terkait didalamnya, kebijaksanaan pengembangan industri, hubungannya dengan pemerataan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat. Letak pabrik ini di daerah yang memang telah disediakan oleh pemerintah daerah Purwakarta khusus untuk kawasan industri terpadu (jauh dari kepadatan penduduk dan tersedianya cadangan air yang cukup banyak). Oleh karena itu pembangunan dan pengembangan di daerah tersebut tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah.