BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Studi empiris yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh sumber pendanaan jangka panjang (ekuitas dan utang) yang digunakan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan bisnis terutama yang telah go public pada umumnya mempunyai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB I PENDAHULUAN. rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal salah satunya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk tetap berjalan dengan baik suatu

mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai perusahaan. Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Harahap (2007) debt to equity ratio adalah rasio yang menggunakan hutang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau keuntungan perusahaan. Profitability menggambarkan kemampuan

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investasi (Kasmir, 2012:114). Profitabilitas adalah kemampuaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

Analisa Rasio Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber sumber ekonomi untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Menurut Rusdin (2005:68-74),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. bagaimana keadaan kinerja keuangan perusahaan setelah right issue. Nyoman (2006)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan, diperlukan kemampuan untuk membaca, menganalisa, dan menafsirkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Alex S. Nitisemito (1991:20), modal adalah elemen-elemen dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Populasi penelitiannya adalah perusahaan industri makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive sampling dengan menggunakan perusahaan makanan dan minuman yang go public. Data yang digunakan adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi tahun 2004-2005 dalam bentuk triwulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengujian secara parsial membuktikan variabel Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Longterm Debt to Equity Ratio) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROE). Penelitian yang dilakukan Siagian (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada PT. INTRACO PENTA, Tbk Medan. Data yang digunakan adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba-rugi tahun 2000-2004. Metode penelitian ini menggunakan metode regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Longterm Debt to Equity Ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. B. Pengertian Struktur Modal Struktur modal (capital structure) mempunyai pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan (financial structure). Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan. 14

Menurut Sawir (2005: 10) Struktur keuangan adalah bagaimana cara perusahaan mendanai aktivanya. Aktiva perusahaan didanai dengan hutang jangka pendek, jangka panjang, dan modal pemegang saham, sehingga seluruh sisi aktiva dari neraca memperlihatkan struktur keuangan. Sedangkan struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Menurut Riyanto (2001: 22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dengan unsur-unsur modal sendiri. Menurut Brigham & Weston (2005: 150) struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan ekuitas. Struktur modal yang optimal adalah gabungan dari hutang dan ekuitas yang memaksimalkan harga saham perusahaan. Penggunaan besarnya proporsi hutang dalam struktur modal dapat diamati lewat rasio Leverage. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya. Dengan kata lain bahwa rasio leverage ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua hutang jangka pendek dan jangka panjangnya yang dapat diukur melalui Debt EquityRatio/DER dan Debt Ratio/DR. Debt EquityRatio/DER adalah perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Debt Ratio/DR Rasio adalah proporsi antara kewajiban yang dimiliki seluruh kekayaan yang dimiliki.

Semakin tinggi presentasenya cenderung semakin besar resiko keuangan bagi kreditor maupun pemegang saham.. Menurut Warsono (2003: 236) struktur modal perusahaan secara umum terdiri atas tiga komponen, yaitu: 1. Hutang Jangka Panjang (LongtermDebt) Hutang jangka panjang adalah hutang yang masa jatuh tempo pelunasannya lebih dari 1 (satu) tahun. Komponen modal jangka panjang yang berasal dari hutang biasanya terdiri dari: hutang hipotek (mortgage), obligasi (bond), dan bentuk hutang jangka panjang lainnya. 2. Saham Preferen (Preffered Stock) Saham preferen adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri (saham biasa) dan hutang jangka panjang. Saham preferen biasanya dimasukkan dalam modal sendiri atau ekuitas. 3. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh para investor, yang pemegangnya memiliki klaim atas laba dan kekayaan perusahaan. Pada perusahaan yang berbentuk PT, struktur modal perusahaan dapat dilihat dari sisi pasiva neraca. Untuk lebih jelasnya komponen struktur modal dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Kewajiban-Kewajiban Lancar Hutang jangka panjang: -Hipotek -Obligasi Aktiva-aktiva Struktur Struktur Ekuitas saham biasa: Modal Keuangan - Saham preferen - Ekuitas Saham Biasa Saham Biasa Laba Ditahan Sumber : Warsono (2003: 236) Gamabar 2.1 Struktur Modal Dalam Neraca Perusahaan Pengaruh utama dari perencanaan struktur pendanaan adalah sifat asset yang dimiliki perusahaan, dimana saat menginvestasikan dalam modal, sebagian asset tetap dalam neracanya, harus mendanai asset itu dengan tipe modal keuangan permanen (jangka panjang). Terlebih lagi pos permanen investasi perushaan dalam asset lancar harus didanai dengan modal permanen. Tujuan dari struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara memaksimumkan harga saham, tujuan ini dapat dipandang sebagai pencarian terhadap panduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan (struktur modal optimal). Masalah yang dihadapi dalam hal ini adalah cara menyeimbangkan berbagai sumber dana dengan cara yang tepat demi kinerja perusahaan yang efektif dan efisien.

C. Komponen Struktur Modal 1. Hutang Menurut Kuswadi, (2004: 96) hutang adalah kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan pada saat tertentu di masa mendatang atau dengan kata lain tagihan kreditur kepada perusahaan. Hutang merupakan kewajiban perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Hutang merupakan kewajiban hak tagih atas sejumlah dana. Hutang pada umumnya terbagi menjadi dua bagian yaitu: (1) Hutang jangka pendek dan (2) Hutang jangka panjang. 2. Ekuitas Ekuitas didalam neraca merupakan perbedaan atau selisih antara aktiva dengan kewajiban atau dengan kata lain ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban (Kuswadi, 2004: 97). Terminologi modal, menunjukkan modal jangka panjang pada suatu perusahaan. Modal jangka panjang meliputi semua komponen di sisi pasiva pada neraca perusahaan kecuali hutang lancar. Modal terdiri dari modal hutang dan modal sendiri/ekuitas. Modal sendiri/ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Modal sendiri bersumber dari modal saham preferen dan modal saham biasa.

D. Teori-Teori yang Menyangkut Struktur Modal Menurut Martono & Harjito (2001: 240-246) ada beberapa pendekatandalam analisis struktur modal, yaitu: 1. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income Approach) Pendekatan laba operasi bersih dikemukakan oleh David Durand (1952). Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang perusahaan. Pendekatan ini mengasumsikan, Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan. Biaya modal rata-rata tertimbang bersifat konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan artinya apabila perusahaan menggunakan hutang yang lebih besar, maka pemilik saham akan memperoleh laba yang semakin kecil. Oleh karena itu, tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang akan berubah. 2. Pendekatan Tradisional (Tradisional Approach) Pada pendekatan tradisional diasumsikan terjadi perubahan struktur modal yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan financial leverage (hutang dibagi modal sendiri). Dengan pendekatan tradisional, bisa diperoleh struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang memberikan biaya modal keseluruhan yang terendah dan memberikan harga saham yang tertinggi. Hal ini disebabkan karena berubahnya tingkat kapitalisasi, baik untuk modal sendiri maupun pinjaman setelah perusahaan merubah struktur modalnya (leverage) melewati batas

tertentu. Perubahan tingkat kapitalisasi ini disebabkan karena dirasakannya risiko yang berubah. 3. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM Approach) Franco Modigliani dan MH. Miller (disingkat MM) menentang pendekatan tradisional dengan menawarkan pemberlakuan perilaku tingkat kapitalisasi perusahaan yang konstan. MM berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan mengalami perubahan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi. Nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. Asumsi-asumsi yang digunakan MM adalah: a. Pasar modal adalah sempurna, dan investor bertindak rasional b. Nilai yang diharapkan dari distribusi probabilitas semua investor sama c. Perusahaan mempunyai risiko usaha (business risk) yang sama d. Tidak ada pajak Pendapat MM didukung oleh adanya proses arbitrase, yaitu proses mendapatkan dua aktiva yang pada dasarnya sama dan membelinya dengan harga yang termurah serta menjual lagi dengan harga yang lebih tinggi. E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Dalam menentukan perimbangan antara besarnya hutang dengan jumlah modal sendiri sebagai tambahan analisis yang telas dibahas, berikut ini adalah faktor-faktor

yang umumnya dipertimbangkan oleh perusahaan ketika mengambil keputusan mengenai struktur modal (Brigham dan Weston, 2001:39-41): 1. Stabilitas penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaannya yang tidak stabil. Stabilitas penjualan akan mempengaruhi stabilitas pendapatan, yang pada akhirnya akan digunakan sebagai jaminan bagi pinjaman. 2. Struktur aktiva Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung menggunakan banyak hutang, maka pada akhirnya akan digunakan sebagai jaminan bagi pinjaman. 3. Leverage operasi Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai risiko kecil. 4. Tingkat pertumbuhan Perusahaan yang tumbuh pesat lebih banyak mengandalkan dari modal eksternal. Dalam biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk menerbitkan surat hutang, yang mendorong perusahaan lebih banyak mengandalkan hutang. Namun dalam pertumbuhan yang dialami perusahaan, juga terdapat ketidakpastian yang lebih besar, sehingga ia menghindari risiko yang ditimbulkan hutang.

5. Profitabilitas Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi dari perusahaan yang besar telah membuktikan kenyataan bahwa mereka dapat membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dari dana yang berasal dari internal. 6. Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan dengan tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut akan sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak tinggi. Karena semakin besar manfaat penggunaan hutang apabila makin tinggi tarif pajak. 7. Pengendalian Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak untuk membiayai hak suara untuk mengendalikan perusahaan, tetapi tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih hutang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sudah sangat lemah, sehingga penggunaan hutang dapat menyebabkan adanya risiko kebangkrutan. Tetapi jika jumlah hutangnya kecil manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi perimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki penggunaan hutang dan ekuitas, karena jenis modal yang memberikan perlindungan terbaik bagi manajemen adalah bervariasi dari situasi satu ke situasi lain.

8. Sikap manajemen Sejumlah manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga menggunakan jumlah hutang yang lebih kecil dari pada rata-rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan, sementara manajemen lain cenderung menggunakan hutang lebih besar dalam usaha mengejar laba yang lebih tinggi. 9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Perusahaan seringkali membicarakan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat sangat memberi masukan yang diterima. 10. Kondisi pasar Kondisi dipasar saham dan obligasi memberi perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal. Jika terjadi kekacauan kredit di pasar, pasar obligasi yang bernilai rendah kosong, dan tidak ada pasar dengan tingkat suku bunga yang wajar untuk obligasi jangka panjang yang baru dengan peringkat di bawah. Karena itu perusahaan berperingkat rendah yang membutuhkan modal beralih ke pasar saham atau pasar hutang jangka pendek, tanpa memperlihatkan struktur modal yang ditargetkan.

11. Kondisi Internal Perusahaan Jika suatu litbang perusahaan merancangkan akan meraih laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Namun kenaikan laba tersebut belum terantisipasi oleh investor, karena belum mencerminkan harga saham. F. Faktor-faktor Keputusan Struktur Modal Menurut Brigham & Weston (2001: 6) ada empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu: 1. Risiko bisnis, yaitu tingkat risiko yang terkandung dalam aktiva perusahaan apabila ia tidak menggunakan hutang. Semakin besar resiko bisnis perusahaan, semakin rendah rasio hutang yang optimal. 2. Posisi pajak perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan pajak adalah karena biaya bunga dapat dikurangi dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya. 3. Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang masuk akal dalam keadaan yang kurang menguntungkan. Para manajer dana perusahaan perlu menyediakan modal untuk operasi yang stabil, yang merupakan faktor keberhasilan jangka panjang. 4. Konservatisme atau agresifitas manajemen. Sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, maka sebagian perusahaan cenderung menggunakan hutang untuk meningkatkan laba.

G. Rasio Leverage Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya. Dengan kata lain bahwa rasio leverage ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua hutang jangka pendek dan jangka panjangnya (Brigham & Weston (2005: 150). Rasio Leverage ini mempunyai manfaat yaitu: 1. Agar para pemberi kredit dapat melihat batas keamanan pemberian kredit (margin of safety) yang akan diberikan kepada pemilik perusahaan. 2. Dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh wewenang pengawasan perusahaan hanya dengan investasi kecil. 3. Apabila perusahaan memperoleh laba yang lebih besar dari beban bunga atas pinjamannya, maka keuntungan bagi pemilik modal sendiri menjadi semakin besar. Penggunaan leverage didalam perusahaan tidak selamanya mendapat laba karena jika besar laba perusahaan di bawah beban bunga pinjaman, maka perusahaan tidak dapat melaksanakan kewajibannya atau kekurangan bunga pinjaman yang harus dibayar oleh pemilik modal sendiri. Rasio-rasio leverage yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Debt Equity Ratio/DER Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Total Debt Debt Equity Ratio / DER = Total Equity

b. Debt Ratio/DR Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi presentasenya cenderung semakin besar resiko keuangan bagi kreditor maupun pemegang saham. Total Debt Debt Ratio / DR = Total Assets Menurut Warsono (2003: 204) Leverage adalah setiap penggunaan asset atau dana yang membawa konsekuensi biaya dan beban tetap. Tujuan perusahaan menggunakan leverage keuangan adalah untuk meningkatkan hasil pengembalian (return) bagi para pemegang saham biasa (pemilik) perusahaan. Leverage keuangan didefinisikan sebagai penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per saham (EPS). Secara konseptual, perusahaan mempunyai sejumlah risiko yang melekat pada operasinya. Ini adalah risiko bisnis, yang didefinisikan sebagai ketidakpastian pada proyeksi ROE untuk masa yang akan datang. Dengan menggunakan hutang dan saham preferen (leverage keuangan) perusahaan membebankan seluruh risiko bisnis kepada pemegang saham biasa. Leverage keuangan akan mempengaruhi laba per saham yang diharapkan perusahaan, tingkat risiko dari laba tersebut, dan karena itu juga harga saham perusahaan. Nilai perusahaan yang tidak mempunyai hutang pertama kali akan naik pada saat sebagian ekuitas digantikan dengan hutang dan nilai tersebut kemudian akan mencapai puncaknya dan akhirnya nilai itu akan menurun setelah penggunaan hutang berlebihan.

Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per saham (EPS = Earning Per Share) yang mengakibatkan perubahan harga saham. EPS yang diharapkan akan jauh lebih tinggi jika leverage keuangan digunakan, namun resiko terjadinya sebagai sumber pendanaan. Penggunaan leverage keuangan mempunyai efek yang baik dan buruk. Leverage yang lebih tinggi akan memperbesar laba per saham yang diharapkan, tetapi juga memperbesar risiko perusahaan. EBIT tergantung pada leverage operasi. Jika perusahaan dengan leverage operasi yang tidak optimal dianalisis, maka beban tetap dan beban variabel akan berbeda. Perbedaan EBIT untuk berbagai penjualan akan mengecil. Jika perusahaan menggunakan tingkat leverage operasi yang kecil, tetapi perbedaan tersebut akan lebih besar apabila leverage operasi tinggi. Leverage operasi mempengaruhi laba setelah bunga dan pajak. Leverage keuangan memperbesar pengaruh tingkat penjualan terhadap laba per saham. H. Profitabilitas Profitabilitas adalah merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen (Sawir, 2005: 17). Profitabilitas dimaksudkan adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberikan gambaran tentang efektivitas pengelolaan perusahaan. Riyanto (2001: 331) mengemukakan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. Ada beberapa pengukuran tentang profitabilitas perusahaan dimana masingmasing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva, dan modal

sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini memungkinkan seorang penganilisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan dapat dicapai bila perusahaan berada dalam keadaan menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Adapun rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal perusahaan secara teoritis yaitu ROE. Rasio ini digunakan manajer keuangan dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal maka semakin meningkat ROE suatu perusahaan (Sartono, 2000: 296). Dalam mengukur efektivitas manajemen dalam pengelolaan perusahaan ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering dipakai sebagai berikut: 1. Gross Profit Margin Gross profit margin merupakan persentase dari laba kotor dibandingkan penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik operasi perusahaan. Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasi kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Gross Pr ofit M argin = Laba Kotor Pejualan Bersih

2. Net Profit Margin Net profit margin merupakan rasio yang mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Net Pr ofit M argin = Laba Bersih Penjualan Bersih Net profit margin merupakan ukuran keuntungan penjualan perusahaan setelah menghitung seluruh biaya pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan penghasilan bersih perusahaan per rupiah atas penjualan. 3. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Laba bersih Re turn on Asset ( ROA) = Total asset Return on Asset (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. 4. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. ( ROE) Re turn on Equity = Laba bersih Ekuitas

Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh, semakin baik pemilik perusahaan. 5. Earning Per Share Earning Per Share yaitu ukuran investor dalam menghitung profitabilitas dengan dasar saham yang dimiliki. Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal setiap satu lembar saham. 6. Basic Earning Power Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Earning Per Share = Laba bersih Jumlah SahamYang Beredar Basic Earning Power = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Jumlah Aktiva