BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada

dokumen-dokumen yang mirip
Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

Dalam upaya pemuliaan tanaman, tidak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser varietas lama. Perkembangan pembuatan

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

1.1. Latar Belakang dan Tujuan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PLASMA NUTFAH. OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Bahan Kuliah Ke-10 Undang-undang dan Kebijakan Pembangunan Peternakan KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KARANTINA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

2016, No Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Jenis Invasif; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konse

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. TENTANG

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI. Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PENDAHULUAN. atau gabungan antara sumber daya alam hayati (mikro flora dan mikro fauna

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. NOMOR 112 /M/Kp/X/2009.

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAKALAH KEBIJAKAN POLICY PAPER PENYUSUNAN INVENTARISASI PLASMA NUTFAH/SUMBER DAYA GENETIK DI PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

2016, No pengetahuan dan teknologi tentang keanekaragaman hayati yang harus disosialisasikan kepada masyarakat, perlu membangun Museum Nasiona

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA CIROMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN PADI SEREMPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA CIROMPANG,

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 734/Kpts/OT. 140/12/2006 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI NASIONAL SUMBER DAYA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN PLASMA NUTFAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994).

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

RUU RANCANGAN UNDANG-UNDANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN EKOSISTEM

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

CATATAN ATAS RUU KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (VERSI DPR)

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dan siklus PTK sebagai berikut : Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Untuk pelajaran IPA sebagai

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia yang Berkaitan dan Mendukung Konvensi

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembara Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tidak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunaannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. 1 SDA tidak dapat diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. 2 Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan: 1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan; 2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; 1 http://blogmhariyanto.blogspot.com/2010/06/konservasi-sumber-daya-alam-hayati-dan.html 2 Pasal 1 angka 1 UU Nomor 5 Tahun 1990 1

3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya 3 Pada saat ini tumbuhan sudah mulai berkurang keanekaragamannya. Pengembangan budi daya tanaman untuk menghasilkan jenis-jenis unggul perlu dilakukan dengan identifikasi melalui pengumpulan plasma nutfah. Plasma nutfah merupakan koleksi sumber daya genetik yang berupa keanekaragaman tumbuhan, hewan atau jasad renik untuk tujuan yang luas. Berdasarkan Pasal 1 butir 2 Undang Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang dimaksud dengan Plasma Nutfah adalah substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup, dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Dengan demikian menurut undang-undang tersebut Plasma Nutfah merupakan keseluruhan keanekaragaman genetik yang terdapat dalam mahkluk hidup (tumbuhan, satwa dan mikroorganisme). Diantara berbagai keanekaragaman hayati yang dipengaruhi oleh keragaman dalam lingkungan dan keragaman dalam jenis (plasma nutfah), Plasma Nutfah pertanian (agrobiodiversity) atau juga sering disebut dengan Sumber Daya Genetik (SDG) pertanian merupakan salah satu Plasma Nutfah yang sangat mendesak untuk diamankan dari kepunahan maupun terjadinya erosi potensi genetiknya. Sebab Plasma Nutfah pertanian secara riil telah dan 3 Ibid. 2

terus akan dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Plasma nutfah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting karena tanpa plasma nutfah kita tidak dapat melestarikan tanaman, membentuk kultivar atau ras baru karena itu plasma nutfah harus dikelola secara tepat sehingga dari plasma tersebut dilakukan pelestarian agar dapat mengembangkan kultivar-kultivar unggul, selain itu koleksi plasma nutfah juga mempunyai tujuan lain misalnya untuk pertukaran dengan Negaranegara lain. 4 Di dalam perkembangannya, Plasma Nutfah tidak lain adalah substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dalam rekayasa penciptaan bibit unggul maupun rumpun baru. 5 Dalam kaitannya dengan tanaman, Plasma Nutfah dapat berupa biji, jaringan tanaman, dan tanaman muda/dewasa; sedangkan pada ternak hal tersebut dapat berbentuk jaringan, spermatozoa, telur, embrio dan hewan hidup muda/dewasa. 6 Saat ini, masyarakat dihadapkan pada masalah utama, yaitu hilangnya jenis-jenis tanaman yang sering disebut erosi genetik. 7 Sebagai contoh, FAO telah memperkirakan bahwa dunia sampai saat ini telah kehilangan sekitar 4 Sastrapradja, S.D., S. Adisoemarto & M.A. Rifai. 1992. Khazanah Flora dan Fauna Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm. 15. 5 Komnas Plasma Nutfah. 2000. Draft Rencana Strategis Komisi Nasional Plasma Nutfah. Jakarta: Komisi Nasional Plasma Nutfah, Departemen Pertanian, hlm. 22. 6 National Research Council. 1993. Managing Global Genetic Resources: Livestock. Committee on Managing Global Genetic Resources Agricultural Imperatives. Washington, D.C: National Academy Press, hlm. 11. 7 Kusumo S., dkk. 2002. Pedoman Pembentukan Komisi Daerah dan Pengelolaan Plasma Nutfah. Komisi Nasional Plasma Nutfah. Jakarta: Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, hlm. 4. 3

75% keanekaragaman genetik pertanian, sedangkan untuk jenis ikan air tawar sedikitnya 20% sudah langka dan sudah mengalami penurunan populasi secara serius karena degradasi lingkungan dan pengelolaan sumber daya ikan yang tidak tepat.semua ini disebabkan oleh perbuatan manusia. Perbuatan manusia tersebut diantaranya adalah penebangan pohon yang tidak terkendali di hutan, tidak adanya sistem tebang pilih tanaman dan setelah menebang tidak melakukan upaya penanaman kembali untuk kelestarian lingkungan. Dari sekitar 300 jenis tanaman yang menjadi sumber pangan masyarakat tradisional, saat ini tinggal 100 jenis yang dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Dari 100 jenis tanaman tersebut, hanya sekitar 15 jenis yang menjadi sumber pangan utama penduduk dunia antara lain padi, gandum, jagung, barley, sorgum, kentang, kedelai, dan ketela pohon. 8 Pelestarian plasma nutfah sebagai sumber genetik akan menentukan keberhasilan program pembangunan pangan. Kecukupan pangan yang diidamkan akan tergantung kepada keragaman plasma nutfah yang dimiliki karena pada kenyataannya varietas unggul yang sudah, sedang dan akan dirakit merupakan kumpulan dari keragaman genetik spesifik yang terekspresikan pada sifat-sifat unggul yang diinginkan. Kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan pun turut berperan dalam proses kepunahan plasma nutfah 8 Ibid., hlm. 4. 4

tersebut. Faktor-faktor yang menjadi permasalahan dalam pelestarian plasma nutfah antara lain adalah sebagai berikut: 9 1. Adanya kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan diantaranya adalah lahan pertanian yang dialihfungsikan sebagai lahan perumahan; 2. Berkurangnya lahan pertanian karena pertambahan penduduk Indonesia sehingga menyebabkan perluasan permukiman. Biasanya perluasan lahanlahan tersebut berada di daerah-daerah pertanian yang mengakibatkan terjadinya penyempitan tempat tumbuh plasma nutfah; 3. Terjadinya eksploitasi hutan yang tidak memperhatikan kelestarian plasma nutfah yang ada di hutan tersebut sehingga banyak jenis-jenis pohon yang mengalami erosi genetika seperti penggunaan pestisida berbahaya; 4. Pada saat ini masyarakat sudah cenderung untuk menggunakan bahanbahan sintesis/buatan karena lebih praktis dan mudah didapatkan sehingga tidak ada upaya untuk melestarikan plasma nutfah. Pemerintah berkewajiban untuk menetapkan suatu hukum, dalam hal ini tertuang dalam bentuk peraturan perundang-undangan, untuk mengatur suatu hal guna kesejahteraan bagi masyarakat. Terkait dengan perlindungan plasma nutfah maka pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna memberikan perlindungan agar tidak punah dan tidak disalah gunakan oleh pihak yang tidak berkepentingan dengan adanya penerapan sanksi yang telah diatur. Dengan telah diratifikasinya Convention Biological Diversity (CBD) dimana 9 http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya. 5

diakui hak National Sovereignity Right of Plant Genetic Resources, maka Indonesia wajib melindungi, melestarikan, mengatur dan mendukung pemanfaatan plasma nutfah secara optimal. 10 Oleh karena itu pada tahun 1994, Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati) dengan pertimbangan bahwa keanekaragaman hayati di dunia, khususnya di Indonesia berperan penting untuk berlanjutnya proses evolusi serta terpeliharanya keseimbangan ekosistem dan sistem kehidupan biosfer serta keanekaragaman hayati yang meliputi ekosistem, jenis dan genetik yang mencakup hewan, tumbuhan dan jasad renik (mikro-organism) perlu dijami keberadaan dan keberlanjutannya bagi kehidupan. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam UUD 1945, dinyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Terkait dengan perlindungan terhadap sumber daya alam yang dimiliki, maka telah diatur dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasasi oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Negara juga mempunyai hak untuk menguasai sesuai dengan ketentuan dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria pada Pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa: 10 Sutoro. 2006. Ringkasan Makalah Disajikan pada Forum Kongres I Komisi Daerah (Komda) Plasma Nutfah Tanggal 31 Juli 2 Agustus 2006, di Balikpapan, Kalimantan Timur, diakses melalui http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpmedan/berita-210-peran-plasma-nutfah-sebagaisumber-daya-genetik-dalam-mendukung-program-pemuliaan-tanaman.html. 6

Hak menguasai dari negara memberi wewenang untuk: a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut; b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orangorang dengan bumi, air dan ruang angkasa; c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orangorang dengan bumi, air dan ruang angkasa. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai negara tersebut digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam UUD 1945 dan UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dapat diketahui bahwa negara mempunyai hak untuk menguasai sumber daya alam yang ada untuk kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka negara mempunyai kewajiban untuk mengatur dengan cara membuat suatu peraturan yang terkait dengan perlindungan plasma nutfah. Sampai dengan saat ini ketentuan perlindungan mengenai plasma nutfah belum ada peraturan yang mengatur secara spesifik terkait dengan perlindungan plasma nutfah. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana perlindungan plasma nutfah pertanian di Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 7

1. Apa saja peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan hukum plasma nutfah pertanian di Indonesia? 2. Institusi mana saja yang terlibat dalam perlindungan hukum plasma nutfah pertanian di Indonesia? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan hukum plasma nutfah pertanian di Indonesia 2. Untuk menganalisis institusi yang terlibat dalam perlindungan hukum plasma nutfah pertanian di Indonesia D. Manfaat penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat akademis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai perkembangan ilmu hukum khususnya dalam perlindungan bagi plasma nutfah. 2. Manfaat praktis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait untuk meningkatkan perlindungan bagi plasma nutfah. 8

E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran penulis terhadap penelitian terdahulu yang sudah ada, belum ada penelitian yang terkait dengan pelaksanaan hak kedaulatan negara yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi plasma nutfah. Penelitian yang sudah ada adalah terkait dengan perlindungan hukum bagi varietas tanaman, dimana plasma nutfah termasuk di dalamnya. Penelitian tersebut dilakukan oleh Silitonga pada tahun 2008 dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman. 11 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah telah menetapkan UU Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman secara umum mengatur mengenai pelaksanaan pemberian perlindungan hukum terhadap varietas tanaman. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang sudah ada adalah pada penelitian penulis ini fokus pada pelaksanaan dari hak kedaulatan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum bagi kelestarian plasma nutfah baik secara preventif maupun represif. Secara preventif perlindungan plasma nutfah dapat dilakukan dengan menyediakan payung hukum yang jelas terkait dengan pelestarian plasma nutfah. Secara represif maka dapat dilakukan dengan membentuk lembaga yang berwenang untuk pelestarian plasma nutfah yang mempunyai kewenangan untuk melestarikan plasma nutfah. 11 Novia Silitonga. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. 9