BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

Oleh: Ernawati SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari Freudenthal Institute, Urecht University di negeri Belanda. kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan

Keaktifan Belajar Matematika Siswa SD dengan Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Alat Peraga

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUICK ON THE DRAW

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

Transkripsi:

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA A. Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep 1. Model Pembelajaran Tujuan utama dari pembelajaran di sekolah adalah agar terjadi perubahan baik secara mental maupun intelektual dari seorang siswa sebagai subjek yang belajar. Di sekolah seorang guru bertugas membimbing siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut secara optimal. Berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran tergantung pada sesuai atau tidaknya model pembelajaran yang digunakan guru terhadap karakteristik mata pelajaran dan siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Akhmad Sudrajat). Jadi model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu bentuk pembelajaran yang di dalamnya terdapat pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran, yang saling berkesinambungan untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut. 11

12 2. Pembelajaran Interaktif Dalam suatu proses pembelajaran di kelas seharusnya terdapat interaksi antar komponen-komponen pembelajaran, baik antara guru dan siswa, siswa dan siswa, maupun siswa dengan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan adanya interaksi antara komponen-komponen pembelajaran tersebut adalah pembelajaran interaktif. Menurut Hake (1998) mengemukakan bahwa: Pembelajaran interaktif adalah lawan dari pembelajaran tradisional yaitu elemen yang disusun untuk meningkatkan pemahaman konsep secara interaktif dari siswa melalui kegiatan berfikir dan bekerja yang menghasilkan umpan balik melalui diskusi dengan petunjuk atau tanpa petunjuk dari pendidik (guru). Menurut Gordon Dryden dan Jean Nette Vos (2001) melalui belajar interaktif siswa akan lebih mudah mendapatkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, dimana belajar dengan gembira akan mencapai hasil yang lebih maksimal. Menurut Hake (Veronica Cahyadi, 2003) pembelajaran interaktif terdiri dari beberapa metode yaitu: a. Peer Instruction (Mazur, 1997). Tujuan metode ini adalah untuk memusatkan perhatian siswa dalam pembelajaran, dengan memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari (tanya jawab). b. Active Learning Problem Sets (ALPS) (Van Heuvelen,1991). ALPS merupakan lembar kerja siswa yang didalamnya terdapat permasalahanpermasalahan berkaitan dengan materi yang diajarkan. c. Constructivist classroom dialogue (Mestre, 1991). Metode ini sama seperti diskusi kelas dimana guru hanya sebagai fasilitator, tujuan metode ini adalah

13 untuk mengetahui apakah konsep yang diberikan telah dikuasai oleh siswa atau belum. d. Demonstration (Sokoloff & Thornton, 1997). Dalam metode ini guru menyajikan fenomena yang berkaitan dengan materi yang diajarkan sambil melakukan tanya jawab dengan siswa. Jadi berdasarkan metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran interaktif siswa akan mendapatkan keceriaan dan kegembiraan dengan terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang maksimal dan penguasaan konsep yang kuat. 3. Pembelajaran Konsep Konsep sangat erat kaitannya dengan pelajaran fisika, karena dalam pelajaran fisika siswa mempelajari konsep baik secara fisis maupun matematis. Salah satu pembelajaran yang menitikberatkan pada belajar konsep yaitu pembelajaran konsep. Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan, untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturanaturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya (Dahar, 1989). Pendekatan konsep adalah suatu pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh (Sagala, 2010). Langkah-langkah dari pembelajaran konsep (desi_na.student.fkip.uns.ac.id) yaitu: a. Guru mulai menyajikan materi beberapa konsep mengenai prinsip, hukum, teori, tentang pembuktian dan pembuktiannya.

14 b. Selanjutnya memberi contoh penerapannya disertai dengan contoh-contoh soal. Jadi pembelajaran konsep lebih memfokuskan pada penguasaan konsep dan sub konsep, sehingga pembelajaran konsep dapat digunakan untuk lebih menguatkan penguasaan konsep fisika siswa. 4. Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep adalah salah satu pembelajaran yang mengutamakan kepada penguasaan konsep pada diri siswa, sekaligus sebagai counter pembelajaran tradisional dan menitikberatkan kepada peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar (Hidayat, 2003). Pembelajaran interaktif berbasis konsep memiliki ciri-ciri utama, yaitu: a. Penanaman konsep Penanaman konsep ini memfokuskan pada peningkatan penguasaan konsep (Hidayat, 2003). Dimana penanaman konsep dilakukan terlebih dahulu melalui studi kasus dengan tanpa melibatkan konsep matematika atau concept first (A.V Heuvelen dalam Hidayat, 2003). Setelah konsep fisika tersebut dipahami dengan baik maka konsep matematika dilibatkan dalam pembahasan (R. Gautreau & L Novemsky: 1997 dalam Hidayat, 2003). Jadi dengan penanaman konsep ini siswa dapat menguasai konsep fisika yang diberikan guru secara utuh, karena setelah siswa menguasai konsep fisika dengan baik baru kemudian dilibatkan konsep matematik. Sehingga siswa bukan hanya dapat menguasai konsep fisika saja tetapi siswa juga dapat menguasai hubungan antara konsep fisika dan konsep matematikanya.

15 b. Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan peragaan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau sekedar tiruan (Trianto, 2007: 152). Dalam pembelajaran ini, proses belajar mengajar selalu dimulai dengan kegiatan demonstrasi dari fenomena fisis yang akan dibahas. Selain itu dalam pembelajaran ini metode demonstrasi yang dilakukan disertai dengan tanya jawab antara siswa dan guru, sehingga selain siswa akan lebih fokus terhadap pembelajaran, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan lisannya khususnya dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Metode demonstrasi dengan menggunakn media yang tepat akan sangat efekif dalam meningkatkan pemahaman konsep (D.R Sokoloff dan R.K Thornton :1997, dalam Hidayat, 2003). c. Kolaborasi dalam Kelompok Kecil Menurut Gokhale (1995) pembelajaran kolaborasi merujuk pada sebuah metode pembelajaran dimana pelajaran dari berbagai tingkat kemampuan saling bekerjasama dalam kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan. Dalam pembelajaran ini metode kolaborasi dilakukan dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelopok kecil yang terdiri dari 4-5 orang setelah siswa menyaksikan demonstrasi dan berinteraksi dengan guru melalui tanya jawab. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat lebih menguasai konsep yang diberikan melalui interaksi dengan temannya. Dalam metode kolaborasi ini siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan dalam sebuah Active Learning Problem Set (ALPS). ALPS ini merupakan semacam LKS dimana didalamnya

16 terdapat permasalahan sehari-hari berkaitan dengan konsep yang telah diberikan. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran, yaitu dengan saling bertukar pendapat untuk memecahkan permasalahan dalam ALPS berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya. Sehingga melalui metode kolaborasi ini siswa dapat mengembangkan kemampuan lisannya khususnya dalam hal mengemukakan pendapat. Selain itu menurut Johnson & Johnson (Hill & Tim Hill, 1993) keuntungan yang dapat dicapai dari penerapan pembelajaran kolaborasi salah satunya adalah pemahaman yang mendalam terhadap materi. Dengan pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi seorang siswa akan dapat bukan hanya sekedar memahami, tetapi juga dapat menguasai materi tersebut dengan menerapkan materi yang telah dipelajari untuk menyelesaikan suatu permasalahan. d. Interaksi kelas (diskusi) Pada sesi interaksi kelas ini perwakilan kelompok mengemukakan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, sehingga melibatkan seluruh siswa dan guru. Dengan demikian manfaat dari diskusi kelas ini adalah seluruh siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga meningkatkan kemampuan lisan siswa khususnya dalam hal menyampaikan hasil diskusi serta dapat menguji pengetahuan dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Selain itu apabila terdapat pandangan-pandangan yang berbeda terhadap pemahaman suatu konsep dapat langsung diselesaikan dalam diskusi kelas ini.

17 Gambar 2.1 berikut ini merupakan skema proses belajar mengajar fisika dengan pembelajaran interaktif berbasis konsep: Pembelajaran suatu konsep Sesi demonstrasi menggunakan alat peraga dinamis dan statis Sesi kegiatan kolaborasi dalam kelompok kecil guna: Menyelesaikan persoalan-persoalan dalam Kit Problem Set guna belajar aktif Diskusi/tanya jawab antara guru dengan siswa Diskusi/tanya jawab antar kelompok, guru sebagai fasilitator Pemahaman konsep jelek Tes kecil guna memantau pemahaman konsep Konsep matematika dilibatkan Pemahaman konsep baik Pembelajaran konsep lain dengan proses yang sama (Hidayat, 2003) Gambar 2.1 Skema Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep Berdasarkan gambar 2.1 di atas terlihat bahwa model pembelajaran interaktif berbasis konsep benar-benar terfokus pada penguasaan konsep siswa yang berbeda dengan model pembelajaran yang lain, dimana setelah pembelajaran suatu konsep dilakukan tes kecil untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa

18 terhadap konsep yang diberikan, apabila penguasaan konsep siswa dirasakan belum baik maka pembelajaran suatu konsep diulangi lagi sampai konsep yang diberikan benar-benar dikuasai siswa, baru kemudian melibatkan persamaan matematis. Jadi berdasrkan pemaparan tentang model pembelajaran interaktif berbasis konsep baik tentang keunggulan dari metode maupun skema langkahlangkah pembelajarannya, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini lebih menitikberatkan pada penguasaan konsep siswa, dan keunggulan lain dari model pembelajaran ini dapat mengembangkan kemampuan lisan siswa. B. Penguasaan Konsep 1. Konsep Konsep merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai siswa dalam pembelajaran khususnya dalam pelajaran fisika, karena dalam pelajaran fisika banyak dipelajari konsep fisika baik fisis maupun matematis. Menurut Ratna Willis Dahar (1989:79), konsep merupakan batu-batu landasan berfikir, yang diperoleh melalui fakta-fakta dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Sedangkan Syaiful Sagala (2006: 71), mengatakan bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan melalui prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Kegunaan konsep adalah untuk menjelaskan dan meramalkan. Maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan hasil pemikiran manusia yang diperoleh melalui fakta-fakta dan peristiwa yang dinyatakan dalam definisi, teori-

19 teori dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam pelajaran fisika, konsep merupakan buah pemikiran manusia (para ahli) berupa teori-teori yang diperoleh melalui suatu proses sistematis dari suatu fenomena fisis dan dapat digunakan dalam pemecahan masalah fisis dalam kehidupan sehari-hari. 2. Penguasaan konsep Dalam pelajaran fisika dituntut bukan hanya sekedar mengetahui konsep fisika yang diberikan, akan tetapi siswa juga harus memiliki kemampuan untuk dapat memahami dan menerapkan konsep fisika yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep fisika yang dipelajari merupakan indikator penguasaan konsep seorang siswa. Benyamin Bloom (1971) menyatakan bahwa penguasaan adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian, seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang dapat dimengerti dan mampu memberikan interpretasi serta mengklasifikasikannya. Maka dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk bukan hanya sekedar memahami tetapi juga bagaimana seorang siswa dapat menerapkan konsep yang diberikan. Dalam proses pembelajaran, seorang siswa yang memiliki penguasaan konsep kuat dapat terlihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar menurut Bloom dibagi ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (Dimyati & Mudjiono, 2006), namun dalam pembahasan ini yang dipaparkan hanya pada ranah kognitf. Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep

20 atau prinsip yang telah dipelajari dan kempuan intelektual (Munaf, 2001). Bloom (Munaf, 2001) membagi ranah kognitif ke dalam enam jenjang kemampuan secara hirarkis, yaitu: a. Hafalan (C 1 ), meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya. Hafalan merupakan hasil belajar yang paling rendah, tapi menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. b. Pemahaman (C 2 ), merupakan salah satu jenjang dalam proses berfikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari beberapa hal. Kemampuan ini termasuk kemampuan untuk mengubah satu bentuk menjadi bentuk lain. c. Penerapan (C 3 ), merupakan kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman. Jenjang penerapan merupakan kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada situasi konkrit. d. Analisis (C 4 ), merupakan kemampuan untuk menganalisa atau merinci suatu situasi atau pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. e. Sintesis (C 5 ), merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, atau menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga terjelma pola yang berkaitan secara

21 logis, atau mengambil kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu dengan lainnya. f. Evaluasi (C 6 ), merupakan kemampuan tertinggi, yaitu apabila seseorang dapat melakukan penilaian terhadap suatu situasi, nilai-nilai, atau ide-ide. Jadi penguasaan konsep siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah dilaksanakan proses pembelajaran, dalam hal ini hasil belajar yang menjadi fokus adalah pada aspek kognitif. C. Aktivitas Lisan (Oral Activities) 1. Aktivitas belajar Dalam suatu proses pembelajaran di kelas pasti ada suatu aktivitas baik yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar maupun oleh siswa sebagai objek yang belajar. Dalam pembelajaran modern saat ini, diharapkan aktivitas pada proses pembelajaran didominasi oleh siswa, sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator. Seorang siswa dalam proses pembelajaran diharapkan bukan hanya sekedar mendapat informasi dari guru akan tetapi diharapkan siswa dapat terlibat langsung dalam suatu pembelajaran, sehingga tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut dapat lebih dipahami oleh siswa. Paul B. Diedrich dalam Hamalik (2005: 172-173) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok sebagai berikut : a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities) Meliputi membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

22 b. Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities) Meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, menyampaikan hasil diskusi dan interupsi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening activities) Meliputi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. d. Kegiatan-kegiatan menulis (Writing activities) Meliputi menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. e. Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing activities) Meliputi menggambar, membuat grafik, chart, peta, diagram, dan pola. f. Kegiatan-kegiatan metrik (Motor activities) Meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental (Mental activities) Meliputi merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktorfaktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. h. Kegiatan-kegiatan emosional (Emotional activities) Meliputi minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Jadi aktivitas belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada

23 saat berlangsungnya proses pembelajaran. 2. Aktivitas lisan (Oral Activities) Dalam pembelajaran modern sekarang ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga terjadi interaksi baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran tersebut berupa interaksi melalui lisan (Oral) yang merupakan aktivitas lisan (Oral activities). Oral activities merupakan salah satu dari aktvitas belajar menurut Paul B. Diedrich, dimana aktivitas ini terdiri dari kegiatankegiatan siswa melalui lisan. Adapun kemampuan oral activities atau kegiatankegiatan menggunakan lisan ini meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. Maka aktivitas lisan (Oral activities) sangat penting dalam proses pembelajaran agar belajar yang dilakukan siswa akan lebih bermakna. D. Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Oral Activities Siswa Model pembelajaran interaktif berbasis konsep merupakan gabungan dari pendekatan dan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat berpastisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih memahami dengan sebaik-baiknya tentang konsep atau materi yang dipelajari. Langkah pertama dalam model pembelajaran interaktif berbasis konsep yaitu pembelajaran konsep melalui penanaman konsep. Penanaman konsep dalam

24 pembelajaran interaktif berbasis konsep dilakukan dengan cara mempelajari konsep terlebih dahulu melalui metode demonstrasi interaktif dengan menampilkan fenomena-fenomena yang berhubungan dengan materi yang diajarkan, kolaborasi kelompok kecil dengan menyelesaikan permasalahan yang diberikan dalam ALPS, dan interaksi kelas dengan mempresentasikan hasil kolaborasi di depan kelas disertai diskusi kelas, dengan metode-metode tersebut siswa dapat lebih dari sekedar memahami konsep yang diberikan yaitu dapat menerapkan konsep tersebut baik dalam menyelesaikan permasalahan dan untuk memahami konsep yang baru, dengan kata lain siswa memiliki penguasaan konsep yang sudah baik, dan konsep yang diberikan dapat tertanam lebih lama dalam pikiran siswa. Selain itu, melalui metode tersebut di atas siswa dapat mengembangkan kemampuan lisannya (oral activities) melalui proses tanya jawab pada saat guru melakukan demonstrasi, melalui proses diskusi dalam menyelesaikan permasalahan dalam ALPS pada saat kolaborasi kelompok kecil, serta melalui diskusi kelas. Langkah berikutnya dalam model pembelajaran interaktif berbasis konsep adalah dengan melakukan tes kecil berupa tanya jawab untuk mengetahui seberapa baik penguasaan siswa siswa. Selanjutnya setelah penguasaan konsep siswa dirasakan sudah baik, langkah berikutnya adalah penguatan yaitu dengan mengulang kembali materi yang diajarkan secara menyeluruh dengan melibatkan persamaan matematis dan disertai tanya jawab, sehingga siswa bukan hanya dapat lebih memiliki penguasaan konsep yang utuh, tetapi juga terjadi interaksi antara siswa dan guru yang dapat mengembangkan aktifitas lisannya (oral activities). Berikut beberapa hasil penelitian-penelitian terdahulu dan sumber yang

25 relevan berkaitan dengan penerapan model pembelajaran interaktif berbasis konsep: a. Ida Sriyanti (2009), dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep pada mahasiswa pendidikan matematika FKIP Universitas Sriwijaya dengan metode tindakan kelas (classroom action research), disimpulkan bahwa model pembelajaran interaktif berbasis konsep dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan fisika dasar dan dapat juga diterapkan pada siswa sekolah menengah umum (SMU). (Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah Menengah). b. Insan Arif Hidayat (2003), dalam tulisannya yang berjudul Pendekatan Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep sebagai Alternatif Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Suatu Model untuk Mengajar SAINS disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran fisika interaktif berbasis konsep meliputi empat komponen yang menitikberatkan kepada peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar. (National Seminar On Science And Mathematics Education). Berdasarkan pemaparan mengenai penerapan model pembelajaran interaktif berbasis konsep dalam meningkatkan penguasaan konsep dan oral activities siswa, serta hasil penelitian-penelitian terdahulu dan sumber yang relevan berkaitan dengan penerapan model pembelajaran interaktif berbasis konsep di atas, secara teori model pembelajaran interaktif berbasis konsep dapat meningkatkan penguasaan konsep dan oral activities siswa. Maka, peneliti mencoba untuk

26 meneliti peningkatan penguasaan konsep dan oral activities siswa SMP dengan menerapkan model pembelajaran interaktif berbasis konsep melalui metode kuasi eksperimen.