FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRODUSEN DENGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BAKSO SAPI KILOAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN KOTA PONTIANAK

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS DI RW 15 KELURAHAN UMBULMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU BALITA MENIMBANG ANAKNYA KE POSYANDU

1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG TAHUN 2013)

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

HUBUNGAN PENGETAHUAN PELIHARA DIRI KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU DENGAN JUMLAH KARIES PADA ANAK PRA SEKOLAH TK PERTIWI II BANJARNEGARA

JURNAL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program D IV Kebidanan U Budiyah Banda Aceh

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN SAUNG NAGA KECAMATAN BATURAJA BARAT TAHUN 2014.

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tingkat penerapan PHBS

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Pengaruh Penyuluhan Tentang Pemeriksaan Kehamilan Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

Salbiah Kastari Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Pontianak

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

E-Jurnal Obstretika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

Nurin Fauziyah Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri

masyarakat dengan pemanfaatn Puskesmas (α=0,05< ρ=0,508). HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT KELURAHAN TUMINTING DENGAN PEMANFAATAN PUSKESMAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

Fitria.,E, Zulkarnaini, Hamidy.,M.Y 2017 : 11 (1)

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU PURNAMA DI WILAYAH PUSKESMAS RINGINARUM KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Z 2 α P Q n = d 2

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

PENDAHULUAN. Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3. STIKes Prodi IKM Prima Korespondensi penulis :

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

Petronela Bahi ¹, Herawati ², Devillya Puspita Dewi ³. INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

III. METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN Wahyuni, Nurul Amaliyah dan Yulia Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: yuni_ciicute13@yahoo.com Abstrak: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan Sertifikat Laik Sehat pada Rumah Makan di Wilayah Kerjapuskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan. Penelitian bersifat observasional dengan tipe penelitian cross sectional dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (pendidikan, pengetahuan, sikap, dan peran petugas kesehatan) dan variabel terikat (kepemilikan sertifikat laik sehat di wilayah kerja Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan 2016). Jumlah sampel yang digunakan adalah 52 sampel. Hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan sertifikat laik sehat di wilayah kerja Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan 2016 pedidikan, pengetahuan, sikap. Adapun nilai p value yang berhubungan dengan kepemilikan laik sehat adalah pendidikan (p value = 0,022),pengetahuan (p value = 0,009), sikap (p value = 0,042), dan peran petugas (p value = 0,086). Kata Kunci: Rumah makan, Sertifikat Laik sehat Abstract.:The Factors Associated with Acceptance Certificate of Ownership Healthy Eating Houses in The Area Kerjapuskesmas Purnama Southern District of Pontianak. The study was observational type cross-sectional study with a test of hypothesis to determine the relationship between two variables, namely the independent variable (education, knowledge, attitudes, and the role of health workers) and the dependent variable (ownership certificate of acceptance healthy in Puskesmas Purnama District of Pontianak South 2016). The samples used were 52 samples. The survey results revealed that the factors associated with the ownership of a healthy acceptance certificate in Puskesmas Purnama District of South Pontianak 2016 pedidikan, knowledge, attitude. The p value associated with the ownership of a healthy acceptance is education (p value = 0.022), knowledge (p value = 0.009), attitude (p value = 0.042), and the role of the officer (p value = 0.086). Keywords: House Meal, Healthy Eligible Certificate Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia, sehingga makanan memerlukan syarat bergizi, terbuat dari bahan yang bermutu juga aman untuk dikonsumsi. Persyaratan keamanan makanan menjadi salah satu kriteria yang harus dipenuhi karena akan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat(dinkes, 2013). Menurut Perda Pontianak No.4 tahun 2008 tentang sertifikasi laik sehat Dalam upaya pembinaan dan pengawasan higiene sanitasi tempat pengelolaan makanan dan minuman, diperlukan penyelenggaraan sertifikasi laik sehat guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sebagai bagian pelayanan Pemerintah Daerah. Tempat-tempat pengelolaan makanan dan minuman berhak untuk menyelenggarakan usahanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 369

370 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.369-374 undangan serta mendapatkan pembinaan dari pemerintah daerah. Situasi seperti itu kemungkinan terjadi akibat kurangnya pengawasan dari pihak pihak terkait seperti Instansi Kesehatan setempat dan masyarakat terhadap persyaratan kesehatan pada tempat pengolahan makanan (TPM). Pengawasan yang teliti secara periodik dengan sangsi-sangsi hukum adalah cara yang baik agar para pengelola tempat pengolahan makanan dapat mematuhi peraturan-peraturan kesehatan (Depkes, 1993). Salah satu upaya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas kesehatan Kota Pontianak berkaitan dengan upaya pengamanan makanan khusunya yang dikelola di TPM adalah dengan mengeluarkan sertifikat laik sehat untuk tempat pengolahan makanan. Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Kesehatan kota Pontianak pada Tahun 2013 Pengelolaan Makanan (TUPM) yang diperiksa sebesar 1.606 (TUPM) dari 1.606 TUPM yang diperiksa sebanyak 1.317 memenuhi syarat kesehatan (82,00%)sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan 289 (18%). Pada tahun 2014 Pengelolaan Makanan terdapat 1.802 (TUPM) yang diperiksa sebanyak 882 (48,9%) TUPM yang memenuhi syarat kesehatan dan 1.802 TUPM yang diperiksa sebanyak 920 tidak memenuhi syarat kesehatan (51,05%)(Dinkes Kota Pontianak, 2014). Kota Ponianak tahun 2014 proporsi cakupan yang tidak memilikikriteria laik sehat pada rumah makan tiap kecamatan di Kota Pontianak adalah Kecamatan Pontianak Kota sebesar 16,61%, Kecamatan Pontianak Barat rumah makan yang tidak memiliki laik sehat dengan kriteria sebesar 35,17%, Kecamatan Pontianak Selatan rumah makan yang tidak memiliki laik sehat dengan kriteria sebesar 52,95%, Kecamatan Pontianak Tenggara rumah makan yang tidak memiliki laik sehat dengan kriteria sebesar 14,62%, Kecamatan Pontianak Timurrumah makan yang tidak memiliki laik sehat dengan kriteria sebesar 18.053, dan Kecamatan Pontianak Utara rumah makan yang tidak memiliki laik sehat dengan kriteria sebesar 25,61% (Dinkes Kota Pontianak, 2014). Kecamatan Pontianak Selatan terdiri dari 2 wilayah kerja puskesmas yaitu Puskesmas Gang Sehat dan Puskesmas Purnama.Berdasarkan cakupan data yang tidak memliki laik sehat pada rumah makan tiap puskesmas yaitu Puskesmas Purnama dengan jumlah 115 TPM yang tidak memiliki laik sehat 95 (82,6%) sedangkan Puskesmas Gang Sehat dengan jumlah 45 TPM yang tidak memiliki laik sehat 24 (53,3%)(Dinkes Kota Pontianak, 2014). Berdasarkan data dari Puskesmas Purnama persentase pengetahuan rumah makan yang laik sehat terhadap pentingnya memliki sertifikat laik sehat yang dimiliki sebesar 43%, sikap dimiliki 47%, tingkat pendidikan 52% sedangkan peran petugas 65%. Hal ini masih terlihat rendah disebabkan oleh beberapa faktor baik dari individu tersebut maupun dari lingkungannya (Profil Puskesmas Purnama, 2015). Survei awal yang dilakukan pada 5 rumah makan di kelurahan Parit Tokaya semuanya masih belum ada yang memiliki sertifikat laik sehat, hal ini disebabkan karena faktor rendahnya sikap serta pengetahuan persyaratan laik hygiene sanitasi rumah makan tersebut akan pentingnya memiliki sertifikat laik sehat. Responden lebih mengutamakan usaha rumah makannya dibandingkan dengan memiliki sertifikat laik sehat. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka, orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal (Notoatmodjo, 1997). Berdasarkan keadaan tersebut untuk makanan menjadi sehat dan aman serta memenuhi persyaratan kepemilikan laik sehat pada rumah makan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan kepemilikan sertifikat laik sehat pada rumah makan di Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak 2016. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mencari adanya hubungan antara variabel bebas (pendidikan, pengetahuan, sikap dan petugas kesehatan) dengan variabel terikat (kepemilikan sertifikat laik sehat)di Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak (Budiman, 2011).

Wahyuni, dkk, Faktor-Faktor yang Berhubungan... 371 Jumlah sampel yang digunakan adalah 52 sampel. Cara pengambilan sampel di Kecamatan Pontianak Selatan sebanyak 52 Rumah Makan dengan menerapkan sistem proportional random sampling dimana Rumah makan dibagi dalam tiap-tiap Kelurahan dengan proporsi yang sebanding dan mempunyai kesempatan dan kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Pengambilan Sampel dalam tiap-tiap Kelurahan dilakukan dengan menerapkan sampel acak sederhana (simple random sampling) dimana masing-masing Rumah makan dalam tiap-tiap kelurahan mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. HASIL Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pendidikan formal yang pernah ditamatkan responden adalah pendidikan tinggi 48 (92,30%) dan pendidikan dasar 4 (7,70%). Frekuensi pengetahuan responden tentang sertifikat laik sehat 27 (51,9%) kategori kurang dan 24 (48,1%) kategori baik. Frekuensi sikap responden terhadap kepemilikan sertifikat laik sehat terbesar pada kategori baik dengan persentase 25 (48,1%). Frekuensi peran petugas kesehatan dalam memberikan dorongan dan penyuluhan responden mengenai sertifikat laik sehat pada kategori kurang 31 (59,6%) dan kategori baik 21 (40,4%). Frekuensi kepemilikkan sertifikat laik sehat sebagian besar responden memiliki sertifikat laik sehat 31 (59,61%) dan tidak memiliki sertifikat laik sehat 21 (40,39%). Berdasarkan hasil analisis bivariat di dapatkan p value yang berhubungan dengan kepemilikan sertifikat laik sehat adalah pendidikan (p value = 0,022), pengetahuan (p value = 0,009), sikap (p value = 0,042), peran petugas ( p value = 0,086). Nilai OR yang paling tinggi adalah variabel pengetahuan. Hal ini berarti responden yang memiliki pengetahuan kurang cendrung 5,818 kali untuk memiliki kriteria laik sehat tidak memenuhi standar kesehatan. PEMBAHASAN Kepemilikkan Laik Sehat Hasil penelitian mengenai kepemilikan laik sehat menunjukkan bahwa responden di wilayah binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan dengan persentase sebesar 31 (59,61%) rumah makan memiliki sertifikat laik, lebih besar dibandingkan dengan rumah makan yang tidak memiliki sertifikat laik sehat dengan persentase sebesar 21 (40,39%). Hal ini disebabkan karena faktor rendahnya sikap serta pengetahuan persyaratan laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran tersebut akan pentingnya memiliki sertifikat laik sehat. Responden lebih mengutamakan usaha rumah makannya dibandingkan dengan memiliki sertifikat laik sehat. Laik Sehat Menurut Perda Pontianak No.4 Tahun 2008 adalah suatu keadaan yang menandakan kondisi sesuai standar kesehatan. Laik sehat higiene dan sanitasi makanan dan minuman merupakan upaya pengaturan dan pengawasan makanan dan minuman mulai dari pemilihan bahan makanan dan/atau minuman, pengolahan, penyajian sampai dengan penyimpanan harus sesuai dengan standar kesehatan. Sertifikasi Laik Sehat adalah upaya Pemerintah Daerah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi lingkungan tempat pengolahan makanan minuman dan tempat-tempat umum guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menurut (Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003). Hubungan antara Pendidikan dengan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan kepemilikan sertifikat laik sehat sehat di wilayah binaan puskesmas purnama kecamatan pontianak selatan kota pontianak. Analisis pada tabel 4.6 menunjukkan persentase pendidikan dasar cendrung tidak memiliki sertifikat laik sehat sebesar 17 (81,0%) dengan nilai pvalue = 0,022 (dimana α = 0,05) sehingga (p<0,05) maka (Ha diterima) Ho ditolak artinya ada hubungan. Hal ini menunjukkan pemilik rumah makan yang memiliki pendidikan tinggi akan berpartisipasi lebih besar dalam memiliki sertifikat laik sehat. Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Munib, 2004). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam merubah perilaku

372 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.369-374 seseorang, karena dengan pendidikan yang baik orang dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran khususnya dalam kepemilikan laik sehat sehingga seseorang itu sendiri tau, bagaimana menjaga kesehatan. Mengingat bahwa semakin rendahnya pendidikan masyarakat maka berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat untuk tidak memiliki laik sehat berdampak meningkatnya jumlah (TUPM) Tempat Umum Pengelolaan Makanan pada Rumah Makan dan Restoran di wilayah binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak 2016. Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendidikan masyarakat dengan memberikan penyuluhan untuk menambah wawasan kepada masyarakat akan pentingnya memiliki laik sehat. Pendidikan kesehatan dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain dengan media massa maupun elektronik, pendidikan non formal maupun formal. Hubungan antara Pengetahuan dengan Hasil uji statistikterlihat faktor pengetahuan memiliki hubungan dengan kepemilikan sertifikat laik sehat di wilayah Binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak. Analisis pada tabel 4.7 menunjukkan persentase pengetahuan kurang cendrung tidak memiliki sertifikat laik sehat sebesar 11 (35,5%) dengan nilai pvalue = 0,009 (dimana α = 0,05) sehingga (p<0,05) maka (Ha diterima) Ho ditolak artinya ada hubungan. Hal ini menunjukkan masyarakat yang memiliki pengetahuan baik akan berpartisipasi lebih besar dalam memiliki sertifikat laik sehat. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Berdasarkan hasil rekapan lima item pertanyaan yang menggunakan kuisioner, wilayah kerja binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak tahu tentang syaratsyarat rumah makan laik sehat dan memenuhi syarat kesehatan sebesar 37 (71,15%). Pertanyaan cara memperoleh sertifikat laik sehat sebesar 34 (65,39%), berapa bulan sertifikat laik sehat rumah makan berlaku 25 (48,07%), responden pernah mengikuti kursus hygiene sanitasi makanan 17 (32,69%), mengetahui syarat-syarat rumah makan yang laik sehat 37 (71,15%). Hal ini rekapan lima pertanyaan dapat disimpulkan sebagian besar responden tidak mengetahui syarat rumah makan laik sehat serta memenuhi syarat kesehatan, hal ini terlihat dari masih banyaknya pemilik rumah makan lebih mementingkan usaha rumahnya dibandingkan mengetahui syarat rumah makan laik sehat. Pengetahuan akan berpengaruh pada sikap seseorang, sehingga sikap akan membentuk perilaku seseorang memiliki sertifikat laik sehat. Pengetahuan baik tidak akan membentuk perilaku seseorang memiliki sertifikat laik sehat jika tidak dibarengi unsur-unsur lain seperti pendidikan dan peran petugas kesehatan. Melihat kurangnya pengetahuan masyarakat dan syarat rumah makan laik sehat di wilayah kerja binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak, oleh sebab itu perlu dilakukan penyuluhan tentang Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat saja tetapi juga dibantu instansi terkait seperti developer ruko, pemerintah dan petugas kesehatan setempat. Hubungan antara Sikap dengan Hasil uji statistikmenunjukkan faktor sikap memiliki hubungan dengan kepemilikan sertifikat laik sehat di wilayah binaan puskesmas purnama kecamatan pontianak selatan kota pontianak. Analisis pada tabel 4.8 menunjukkan persentase sikap kurang cendrung tidak memiliki sertifikat laik sehat sebesar 16 (28,6%) dengan nilai pvalue = 0,042 (dimana α = 0,05) sehingga (p>0,05) maka (Ha diterima) Ho ditolak artinyaada hubungan. Hal ini menunjukkan pemilik rumah makan yang memiliki sikap baik akan berpartisipasi lebih besar dalam memiliki sertifikat laik sehat. Menurut Berkowitz dalam Azwar (2007), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak. Allport dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

Wahyuni, dkk, Faktor-Faktor yang Berhubungan... 373 komponen pokok yaitu: kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional atau evaluasi dan kecendrungan untuk bertindak. Seseorang yang memiliki sikap positif cendrung mempunyai kepercayaan dan bertindak mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu sedangkan sikap negatif cendrung tidak memiliki kepercayaan dan bertindak menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu. Sikap merupakan salah satu unsur penentu dalam mengetahui perilaku seseorang dalam hal memiliki laik sehat. Berdasarkan pada sikap seseorang, orang akan menduga bagaimana respon atau tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapinya, dalam hal ini adalah kepemilikan laik sehat. Sikap masyarakat akan menentukan kepemilikan laik sehat di wilayah binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak. Berdasarkan hasil rekapan penelitian dengan lima item pertanyaan menggunakan kuesioner tentang sikap diketahui responden di wilayah binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak bersikap baik tentang pengertian laik sehat dengan persentase sebesar 52 (100%), setiap rumah makan harus memiliki laik sehat dengan pesentase 29 (55,77%), setiap rumah makan tempat pengolahan makanan dan minuman harus bersih dan sehat dengan persentase 47 (90,34%), setiap pemilik rumah makan atau penjamah makanan pernah mengikuti kursus/pelatihan dengan persentase 25 (48,07%), setiap pemilik rumah maka tidak harus memiliki sertifikat laik sehat 31 (59,61%). Sikap masyarakat yang baik dapat mengubah perilaku masyarakat dalam hal memiliki laik sehat, akan tetapi harus dibarengi unsur-unsur lain seperti pengetahuan, pendidikan, dan peran petugas kesehatan. Masyarakat di wilayah binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak sebagian besar telah memiliki laik sehat tetapi tidak semua sertifikat laik sehat termasuk dalam kategori laik sehat karna masih ada responden tidak diperpanjang sertifikat laik sehatnya. Hubungan antara Peran Petugas dengan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa peran petugas kesehatan tidak memiliki hubungan dengan kepemilikan sertifikat laik sehat di wilayah Binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak. Analisis pada tabel 4.9 menunjukkan persentase peran petugas kesehatan kurang cendrung tidak memiliki sertifikat laik yaitu 5 (23,8%) dengan nilai pvalue = 0,086 (dimana α = 0,05) sehingga (p>0,05) maka (Ha ditolak) Ho diterima artinya tidak ada hubungan. Hal ini menunjukkan peran petugas kesehatan yang kurang tidak menjadi hambatan pemilik rumah makan untuk memiliki sertifikat laik sehat. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. (UU RI No : 36 tahun 2009 tentang kesehatan bab 1, pasal l ayat 6). Tenaga kesehatan masyarakat merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting perannya guna meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi pada pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Penerapan tenaga terlatih di bidang promosi kesehatan termasuk pakar yang memahami sosiologi, antropologi, perilaku, ilmu penyuluhan dan lain-lain. Di samping itu, tenaga kesehatan masyarakat juga dapat berperan di bidang kuratif dan rehabilitatif. Petugas kesehatan harus memiliki sikap yang baik seperti akrab dengan masyarakat, menunjukan perhatian pada kegiatan masyarakat, maupun mendekati para tokoh masyarakat yang ikut berperan serta dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Karena petugas kesehatan merupakan salah satu penggerak dari suatu kegiatan kesehatan. Sebagian besar masyarakat di wilayah kerja binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak tidak pernah mendapatkan penyuluhan oleh petugas kesehatan, hal ini terlihat dari data lima rekapan pertanyaan menggunakan kuisioner tentang peran peran petugas kesehatan terhadap kepemilikan laik sehat di wilayah kerja binaan Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak, sebanyak 35 (67,30%) petugas kesehatan pernah melakukan penyuluhan tentang laik sehat, dan yang mengikuti penyuluhan tersebut hanya 29 (55,76%), materi apa yang biasa diberikan oleh petugas kesehatan sebesar 23 (44,23%), peran petugas kesehatan dalam melakukan pembinaan/penyuluhan sebesar 23 (44,23%),

374 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.369-374 dan manfaat yang diperoleh dari penyuluhan sebesar 23 (44,23%). Persentase masyarakat yang mendapat penyuluhan tentang pentingnya kepemilikan sertifikat laik sehat terlihat masih kurang. Dalam hal ini masyarakat perlu meningkatkan partisipasinya, sehingga keterbatasan kemampuan Pemerintah (Dinas Kesehatan dan Puskesmas) dapat ditanggulangi. Selain itu hubungan peran petugas kesehatan terhadap kepemilikan sertifikat laik sehat perlu diteliti lebih lanjut, karena diperkirakan ada perbedaan pada pengkategorian dalam hal kepemilikan sertifikat laik sehat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Purnama Kecamatan Pontianak selatan Kota Pontianak dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada hubungan faktor pendidikan dengan kepemilikan sertifikat laik sehat di wilayah binaan puskesmas purnama Kecamatan Pontianak selatan Kota Pontianak dengan nilai p value = 0,022. Ada hubungan faktor pengetahuan dengan kepemilikan sertifikat laik sehat di wilayah binaan puskesmas purnama Kecamatan Pontianak selatan Kota Pontianak dengan nilai p value = 0,009. Ada hubungan faktor sikap dengan kepemilikan sertifikat laik sehat di wilayah binaan puskesmas purnama Kecamatan Pontianak selatan Kota Pontianak dengan nilai p value = 0,042. Tidak ada hubungan faktor peran petugas kesehatan dengan kepemilikan sertifikat laik sehat di wilayah binaan puskesmas purnama Kecamatan Pontianak selatan Kota Pontianak Kota Pontianak dengan nilai p value = 0,086. Peneliti lain diharapkan untuk lebih mendalami faktor faktor tekait kepemilikan sertifikat laik sehat di wilayah binaan puskesmas purnama Kecamatan Pontianak selatan Kota Pontianak. DAFTAR PUSTAKA Dinkes Kota Pontianak, 2012. Profil Kesehatan Dinkes Kota Pontianak. PLPK: Pontianak. Dinkes Kota Pontianak, 2013. Profil Kesehatan Dinkes Kota Pontianak. PLPK: Pontianak. Dinkes Kota Pontianak, 2014. Profil Kesehatan Dinkes Kota Pontianak. PLPK: Pontianak. Depkes RI, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran.DitJenP2MPLP: Jakarta. Munib, Achmad, 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES. Notoatmodjo, S., 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat. Rineke Cipta: Yogyakarta. Notoatmojo, S., 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta: Jakarta. Perda, 2013.Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Sertifikasi Laik Sehat.Depkes: Pontianak. Republik Indonesia, 2009 Undang-undang tentang Kesehatan, Presiden Republik Indonesia: Jakarta.