BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menyebabkan lebih. dari 36 juta kematian per tahunnya. Data pada tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. masyarakat industri banyak memberikan andil. terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivitas yang didapatkan dari adanya pergerakan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. skeletal dan mengakibatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit tidak menular (PTM) menyebabkan lebih dari 36 juta kematian per tahunnya. Data pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sekitar 80 persen kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan negara berpenghasilan menengah (WHO, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa pola penyakit di negara berpenghasilan rendah dan menengah berubah dari penyakit infeksius menjadi penyakit-penyakit tidak menular. Di Indonesia, berdasarkan data WHO (2011), PTM telah menyebabkan sekitar 64 persen kematian pada tahun 2008. Penyakit tidak menular utama dengan prevalensi tertinggi di dunia adalah penyakit kardiovaskuler, penyakit respiratori kronis, kanker, dan diabetes (Kontis et al., 2014; Srivastava et al., 2013). Beberapa faktor risiko perilaku yang sangat berkontribusi pada kejadian PTM diantaranya adalah inaktivitas fisik, perilaku merokok, pola makan tidak 1

2 sehat, dan konsumsi lemak berlebih (Thankappan et al., 2010). Pada tahun 2002, penelitian di Negara Kanada menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi tentang inaktivitas fisik pada dewasa yaitu 46,4 persen (Statistics Canada, 2013). Di Indonesia, data Kimura (2011) dalam situs WHO menunjukkan angka prevalensi inaktivitas fisik (29,9%) lebih tinggi dibandingkan prevalensi perilaku merokok (28,2%). Melihat data tersebut, dapat kita simpulkan bahwa aktivitas fisik manjadi salah satu faktor kunci terjadinya PTM. Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan otot skelet yang dapat mengeluarkan energi dari dalam tubuh (William, 2001; WHO, 2014a). Aktivitas fisik dapat berupa bersepeda, berjalan-jalan, berenang, berdansa, berlari, dan berbagai kegiatan sehari-hari. Pada tahun 2008, 31 persen penduduk dewasa dunia memiliki kebiasaan aktivitas fisik yang rendah (pria sebanyak 28% dan wanita sebanyak 34%) (WHO, 2014b). Prevalensi aktivitas fisik terrendah di dunia adalah di Asia Tenggara (15% pada pria dan 19% pada wanita) (WHO, 2008). Tampak wanita memang memiliki kecenderungan untuk mengalami inaktivitas fisik. Di sisi lain,

3 aktivitas fisik yang adekuat pada wanita pada usia reproduktif sangatlah penting karena hal tersebut akan mempengaruhi kondisi selama kehamilan dan proses kelahiran (Wojtyła et al., 2011). Aktivitas fisik pada usia reproduktif juga akan menurunkan risiko kanker payudara dengan menurunkan hormon estradiol pada tubuh (Jasienska et al., 2006). Banyak hal yang mempengaruhi kebiasaan aktivitas fisik tersebut. Humbert (2009) telah melakukan penelitian pada remaja dengan status sosial ekonomi rendah dan remaja dengan status sosial ekonomi tinggi. Ternyata faktor lingkungan (fasilitas, keamanan, biaya, jarak dan lain-lain) sangat penting bagi remaja dengan status ekonomi rendah untuk melakukan aktivitas fisik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor intrapersonal (kemampuan, kompetensi, waktu, dan lainlain) serta faktor sosial (teman, dukungan orang tua, dan lain-lain) sebaiknya dipertimbangkan untuk meningkatkan kebiasaan aktivitas fisik pada kedua kelompok remaja. Parks et al.(2003) juga menyatakan bahwa dukungan sosial adalah salah satu komponen yang sangat

4 berpengaruh pada pola aktivitas fisik masyarakat. Melalui kondisi lingkungan, kebiasaan aktivitas fisik seseorang akan terbentuk (Allen dan Morey, 2010). Faktor lingkungan didefinisikan sebagai faktor fisik lingkungan yang bisa dimodifikasi dan berpengaruh secara langsung pada kesempatan seseorang untuk melakukan aktivitas fisik (Gordon-Lansen et al., 2000). Keadaan lingkungan dan sosial tidak dapat dipisahkan dari profil geografis suatu daerah. Telah banyak spekulasi bahwa perbedaan geografis akan mempengaruhi kebiasaan aktivitas fisik. World Health Organization (2007) memperkirakan pada tahun 2015 setengah dari penduduk dunia akan tinggal di area perkotaan. Report of WHO Meeting di Myanmar tahun 2006, menyatakan bahwa urbanisasi, globalisasi, dan industrialisasi akan menurunkan tingkat aktivitas fisik masyarakat. Aktivitas-aktivitas fisik seperti bekerja, bersepeda, berjalan mulai menurun pada komunitas masyarakat industri dan perkotaan (Ezzati dan Riboli, 2013). Sementara itu, survei yang dilakukan oleh International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan Global Physical Activity Questionnaire juga

5 menunjukkan bahwa kurangnya aktivitas fisik adalah permasalahan utama pada negara berpendapatan rendah dan negara berpendapatan menengah, terutama pada area perkotaan (Bull & Bauman, 2011). Adanya berbagai perubahan secara global, seperti globalisasi dan urbanisasi akan mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Saefuloh (2011) menyatakan bahwa UNES-CAP memprediksi tingkat urbanisasi tertinggi di dunia akan terjadi di kawasan Asia Pasifik. Hugo (2003) menyebutkan bahwa penduduk perkotaan sebesar 56,5 persen dari kawasan Asia tersebut akan berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Lima provinsi di Indonesia yang urbanisasinya di atas angka nasional, yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sumatera Utara, dan Jawa Barat (Saefuloh, 2011). Salah satu diantaranya adalah Jawa Barat yang pada tahun 2010 tingkat urbanisasinya telah mencapai 66,2 persen dan diprediksi akan meningkat pada tahun 2015 menjadi 72,4 persen. Sedangkan dari segi aktivitas fisik, berdasarkan data Riskesdas (2008) Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi

6 inaktivitas fisik di atas angka nasional yang mencapai 48,2%. Data-data di atas menunjukkan adanya keterkaitan antara terjadinya perubahan situasi lingkungan dengan perilaku aktivitas fisik masyarakat. Sejauh ini, penelitian mengenai hubungan pola aktivitas fisik terhadap tempat tinggal telah banyak dilakukan dengan berbagai desain, kriteria subjek dan tempat penelitian. Akan tetapi belum ada pembahasan deskriptif mengenai bagaimana pola aktivitas fisik wanita usia reproduktif berdasarkan tempat tinggal di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi promosi kesehatan mengenai pola aktivitas fisik pada wanita reproduktif. 1.2 Perumusan Masalah Dengan melihat paparan di atas, perlu diadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana pola aktivitas fisik wanita berdasarkan tempat tinggal di Provinsi Jawa Barat. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar acuan untuk pembuatan kebijakan dan promosi kesehatan.

7 1.3 Tujuan penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pola aktivitas fisik wanita usia reproduktif berdasarkan tempat tinggal. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pola aktivitas fisik wanita usia reproduktif di area perkotaan di Provinsi Jawa Barat. 2. Mengetahui pola aktivitas fisik wanita usia reproduktif di area perdesaan di Provinsi Jawa Barat. 3. Mengetahui perbedaan dari pola aktivitas fisik wanita usia reproduktif di area perdesaan dan perkotaan di Provinsi Jawa Barat. 1.4 Manfaat penelitian Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi acuan dalam perencanaan promosi kesehatan dan intervensi untuk meningkatkan aktivitas fisik masyarakat. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk mengetahui pola aktivitas fisik wanita usia reproduktif di perkotaan dan perdesaan ataupun sebagai dasar dari penelitian yang

8 berkaitan. Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan menjadi jawaban dari hipotesis dan sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Keaslian penelitian Penelitian ini bertujuan melihat perbedaan antara pola aktivitas fisik masyarakat perkotaan dan perdesaan di Provinsi Jawa Barat. Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan topic serupa adalah sebagai berikut. Tabel 1. Keaslian Penelitian Penulis Metode Hasil Fan et al. Desain: kohort Penduduk perdesaan 2014 Subjek:5056 usia lebih inaktif 20-75 tahun daripada penduduk Pemeriksaan perkotaan pada dilakukan dengan kategori aktivitas pemeriksaan fisik intensitas aktivitas fisik tinggi. Namun, tidak dengan 4 kategori ada perbedaan pada subjektif dan 4 kategori aktivitas kategori objektif fisik intensitas pada sampel rendah. Penduduk representatif perdesaan secara dari National total lebih aktif Health and terutama karena Nutrition aktivitas fisik Examination rumah tangga. Pada Survey (NHANES) daerah perdesaan, sejak 2003-2006. penduduk mikropolitan kurang aktif dibandingkan area perdesaan yang lebih kecil.

9 Hariharan, 2010 Duncan al., 2009 et Desain: kohort Sebanyak 150 kuisioner diberikan pada orang dewasa yang mendatangi klinik deteksi stroke yang berlokasi di dalam Iowa State University Desain: potong lintang Sebanyak 1208 orang dewasa di Queensland telah melengkapi survey CATI tentang aktivitas fisik dan persepsi tentang lingkungan pada bulan Juli- Agustus 2005. Keragaman campuran penggunaan lahan, Aktivitas Fisik untuk efikasi diri, dukungan sosial dari teman dan kompetensi motivasi untuk kegiatan fisik secara signifikan lebih tinggi (p <0,05) pada subyek perkotaan. Meskipun lokasi geografis tidak dikaitkan dengan pencapaian tingkat kecukupan aktivitas fisik atau berjalan, interaksi penting dalam hubungan antara kedua ukuran aktivitas fisik dan adanya jalan setapak di daerah metropolitan dan non-metropolitan diamati.

10 Evenson Wen, 2010 & Desain: deskriptif National Health and Nutrition Examination Survey melakukan interview pada 1.280 wanita hamil dengan usia 16 tahun pada tahun 1999-2006. Dalam satu bulan terakhir, sebanyak 22.8% melakukan aktivitas transportasi, 54.3% melakukan aktivitas rumah tangga sedang hingga berat, dan 56.6% melakukan aktivitas fisik bebas sedang hingga berat. Aktivitas fisik bebas dengan intensitas sedang hingga berat lebih banyak secara signifikan dilakukan pada trimester pertama dibandingkan trimester ketiga diantara ras putih non-hispanic dibandingkan dengan ras lain dan diantara wanita dengan asuransi kesehatan dibandingkan yang tidak memiliki. Sejak tahun 2003-2006, 15.3% dilaporkan menonton televisi lebih dari 5 jam per hari. Pada penelitian pertama, Fan et al. (2014) melakukan penelitian dengan judul Rural Urban Differences in Objective and Subjective Measures of

11 Physical Activity : Findings From the National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). Desain penelitian yang digunakan adalah kohort pada 5056 orang dewasa berusia 20-75 tahun. Aktivitas fisik para responden ini diperiksa berdasarkan 4 kategori subjektif dan 4 kategori objektif. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2003-2006. Hasil dari penelitian ini adalah penduduk perdesaan lebih kurang aktif daripada penduduk perkotaan pada kategori aktivitas fisik intensitas tinggi. Namun, tidak ada perbedaan pada kategori aktivitas fisik intensitas rendah. Penduduk perdesaan secara total lebih aktif terutama karena aktivitas fisik rumah tangga. Pada daerah perdesaan, penduduk mikropolitan kurang aktif dibandingkan dengan area perdesaan yang lebih kecil. Penelitian kedua merupakan penelitian milik Haiharan (2010) diberi judul The correlates of physical activity in rural and urban older adults. Penelitian ini dilakukan dengan desain cohort menggunakan 150 sampel. Sampel adalah orang dewasa yang mendatangi klinik deteksi stroke yang berlokasi di

12 dalam Iowa State University yang kemudian diberikan kuisioner. Hasil dari penelitian kedua ini adalah aktivitas fisik untuk efikasi diri, dukungan sosial dari teman dan kompetensi motivasi untuk kegiatan fisik lebih tinggi secara signifikan (p <0,05) pada subyek perkotaan. Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Duncan et al. (2009) dengan judul Geographic location, physical activity and perceptions of the environment in Queensland adults. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Sampel yang diambil adalah orang dewasa di Queensland. Sebanyak 1208 responden diminta melengkapi survey CATI tentang aktivitas fisik dan persepsi tentang lingkungan pada bulan Juli-Agustus 2005. Hasil penelitian ini menunjukkan lokasi geografis tidak dikaitkan dengan pencapaian tingkat kecukupan aktivitas fisik atau berjalan, interaksi penting dalam hubungan antara kedua ukuran aktivitas fisik dan adanya jalan setapak di daerah metropolitan dan non-metropolitan diamati.

13 Penelitian keempat membahas mengenai aktivitas fisik pada wanita hamil. Judul penelitian tersebut adalah National trends in self-reported physical activity and sedentary behaviors among pregnant women: NHANES 1999 2006. Subjek penelitian adalah wanita hamil berusia 16 tahun dengan metode wawancara. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang sudah ada terletak pada beberapa hal. Penulis menggunakan data sekunder sedangkan ketiga penelitian di atas menggunakan data primer. Desain penelitian yang dilakukan penulis sama dengan penelitian Duncan et al. (2009) yaitu menggunakan desain cross sectional. Subjek dalam penelitian penulis berbeda dengan keempat penelitian sebelumnya, yaitu wanita usia reproduktif. Penulis menggunakan kriteria inklusi umur 15-49 tahun. Variabel independen yang digunakan adalah klasifikasi tempat tinggal. Dalam penelitian ini variabel independen ini terbagi menjadi dua klasifikasi yaitu perdesaan dan perkotaan. Fan et al. (2014) menggunakan klasifikasi yang sama akan tetapi peneliti tersebut juga menggunakan variabel lain. Hariharan (2010) dan Duncan et al. (2009) juga menggunakan klasifikasi yang

14 sama. Keempat penelitian di atas juga memiliki variabel dependen yang sama yaitu pola aktivitas fisik. Akan tetapi, klasifikasi pola tersebut berbeda pada setiap penelitian. Penulis menggunakan klasifikasi WHO dan CDC yaitu kebiasaan aktivitas fisik cukup dan kurang.