BAB II KAJIAN TEORITIS. Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin discipline yang berarti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatakan kesadaran dan kesediaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Kerja Pegawai. kehidupan kelompok atau organisasi, baik organisasi formal maupun non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan

2.1.2 Faktor-faktor Disiplin Kerja Menurut Singodimenjo dalam Sutrisno (2011:86) bahwa hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. A. Penelitian Terdahulu Evi (2006) melakukan penelitian dengan judul Peran Struktur Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disiplin berasal dari kata disple yang artinya patuh, patuh baik

BAB I PENDAHULUAN. Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin discipline yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Kerja. Disiplin berasal dari bahasa latin "disciple" yang berarti pengikut, atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang dapat menjadi landasan untuk penelitian yang sekarang

PROPOSAL LAPORAN AKHIR

Menurut Rivai dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan (2009;2) menyatakan :

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi.

BAB II LANDASAN TEORI. karyawan itu sendiri yang menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut rivai (2004) bahwa Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sesuai dengan SK 345/KPTS/DIR/2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) kesuksesan suatu organisasi. Banyak organisasi menyadari bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengoptimalkan segenap sumber daya yang mereka miliki guna mempertahankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA RESTORAN DAN ISTANA KUE CITA RASA DIPONTIANAK

PENTINGNYA DISIPLIN PEGAWAI DALAM MENUNJANG AKTIVITAS KERJA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MANADO TUGAS AKHIR.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Sikap disiplin kerja yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. informasi sehingga mempengaruhi orientasi dan nilai hidup di segala bidang;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pertama dari setiap masalah yang terjadi dalam suatu organisasi. Bahkan ada

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Camat, Tugas, dan Fungsinya. Menurut Undang-Undang no 23 Tahun 2014 pasal 224 ayat (1) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tingkat laba tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebaiknya meninjau terlebih dahulu pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen

BAHAN AJAR M S D M. Bagian-4. Menyesuaikan Harapan Karyawan dengan Strategi Perusahaan Melalui Komunikasi dan Disiplin Kerja. Oleh

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, pastinya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK PENGAWASAN DAN KEPUASAN KERJA DALAM MEMPENGARUHI DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi kata disiplin berasal dari bahasa latin disipel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 1, Mei 2016 DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT MALINDO PERSADA KHATULISTIWA KARANGAN ESTATE DI KARANGAN

2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi. mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 3. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. daterwujudnya tujuan perusahaan, pegawai, dan masyarakat.

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 FAKTOR-FAKTOR DISIPLIN KARYAWAN PADA CREDIT UNION MURA KOPA BALAI KARANGAN

BAB II LANDASAN PUSTAKA. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis disiplin berasal dari kata inggris yaitu disciple yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi karena disiplin kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Siagian,

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai. Kesadaran Pegawai diperlukan dengan mematuhi peraturan-peraturan yang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata disiplin itu berasal dari bahasa latin discipline yang berarti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri kerja di dalam sebuah organsasi. (Sulistiyani, 2009:290)

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin kerja merupakan hal penting bagi organisasi, sebab dengan

ANALISIS DISIPLIN KERJA PADA PT. BARAT SEJAHTERA MEDAN. Sri Aprianti Tarigan, SE, ME Dosen Program Studi Manajemen STIE Informasi Teknologi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. akan selalu berusaha meningkatkan kinerja karyawan dengan harapan apa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bukunya Heidjrachman (2002) kompensasi adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, cara atau metode, material, mesin, uang dan beberapa sumberdaya

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BRI Cabang Limboto, samping kiri kantor Urusan Agama

BAB I PENDAHULUAN. ada di daerahnya. Pembangunan daerah sebagai pembangunan yang dilaksanakan

II. LANDASAN TEORI. seluruh faktor yang terdapat di perusahaan. Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management John M. Echols

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA PT. SUKA FAJAR PEKANBARU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di lingkungan perusahaan (Rivai dan Sagala, 2013:547).

Bisma, Vol 1, No. 5, September 2017 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CV JAYA RAYA DI NGABANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seperti yang sudah diketahui bahwa pada umumnya tenaga kerja selalu

PENGARUH KEDISIPLINAN TERHADAP PENILAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada PT Paser Tambang Harmonis Samarinda) Tahun 2010

I. PENDAHULUAN. Unsur terpenting dalam sebuah organisasi ialah manusia. Sumber daya manusia

Transkripsi:

1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin discipline yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Hal ini menekankan pada bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya dan merupakan cara pengawas dalam membuat peranannya dalam hubungannya dengan disiplin. Disiplin merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturanperaturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku. Menurut Keith David dalam Mangkunegara (2001: 129), menyatakan bahwa disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.satrohadiwiryo(2003:291) menjelaskan arti disiplin sebagai suatu sikap menghormati,menghargai patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yangtertulis maupun tidak, serta sanggup menjalankannya, serta tidak mengelak untukmenerima sanksisanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenag yang diberikankepadanya.

2 Disiplin kerja menurut Veithzal Rivai (2005:444) adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan/pegawai agar mereka bersedia mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Rumusan lain menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain, pendisiplinan karyawan/pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan/pegawai sehingga para karyawan/pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan/pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya (Siagian, 2001 : 305 ). Sedangkan pendapat Sastrohadiwiryo (2003: 291) disiplin kerja dapat didefinisikan sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksisanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran disini merupakan sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseoang yang sesuai

3 dengan peraturan perusahaan baik yang tertulus maupun tidak tertulis, (Hasibuan, 2003 : 193). Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan disiplin kerja adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan perorangan maupun kelompok berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang di tetapkan untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.kedisiplinanadalahkesadarandankesediaanseseorangmenaatisemuaperat uransuatuorgaisasidannorma-normasosial yang berlaku.berikutiniadalahaturanaturuan yang harusdilakukanolehbadanpusatstatistikuntukmeningkatkandisiplinkerjapegawain nya 1. Taatterhadapaturanwaktu Dilihatdari jam masukkerja, jam pulang, dan jam istirahat yang tepatwaktusesuaidenganaturan yang berlaku di perusahaan. 2. Taatterhadapperaturanperusahaan Peraturandasartentangcaraberpakaian, danbertingkahlakudalampekerjaan. 3. Taatterhadapaturanperilakudalampekerjaan, Ditunjukandengancara-caramelakukanpekerjaansesuaidenganjabatan, tugasdantanggungjawabsertacaraberhubungandengan unit kerja yang lain. 4. Taatterhadapaturanlainnya di perusahaan Aturantentangapa yang bolehdanapa yang tidakbolehdilakukanolehparapegawaiselamadidalamperusahaan. 2.1.2 Macam-Macam Disiplin Kerja

4 Disiplin kerja terdiri dari beberapa macam. Menurut Tarigan (2010) dapat dikemukakan beberapa macam disiplin kerja antara lain: 1. Disiplin preventif (preventive discipline) Disiplin preventif dalah tindakan yang dilakukan untuk mendorong personil mentaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran. Tujuan pokoknya adalah mendorong personil untuk memiliki disiplin diri dengan cara ini para personil berusaha menegakkan disiplin diri sendiri ketimbang pimpinan memaksakannya dan kelompok yang memilki disiplin diri merupakan sumber kebanggan dalam setiap organisasi/satuan. Pimpinan bertanggung jawab untuk menciptakan iklim organisasi/satuan dalam rangka pendisiplinan preventif. Pendisiplinan preventif adalah suatu sistem yang saling berkaitan, jadi pimpinan perlu bekerjasama dengan semua bagian/satuan untuk mengembangkannya. 2. Disiplin korektif Disiplin korektif (Corrective discipline) adalah tindakan yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran peraturan tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah timbunya pelanggaran lebih lanjut sehingga tindakan di masa yang akan datang akan sesuai dengan standar. Tindakan korektif biasanya berupa hukuman tertentu dan disebut tindakan disipliner dan bertujuan memperbaiki perilaku pelanggar standar, mencegah personil lain melakukan tindakan yang serupa serta mempertahankan standar kelompok yang konsisten dan efektif. Tindakan sanksi korektif seyogyanya dilakukan secara bertahap, mulai dari

5 yang paling ringan hingga yang paling berat. Menurut Davis & Newstrom (1995) dalam (www.psychologymania.com) ada empat pemberian sanksi korektif yaitu: 1. Peringatan lisan (oral warning); berupa teguran dari atasan secara lisan (face to face) 2. Peringatan tulisan (written warning); berupa teguran secara tertulis jika teguran secara lisan tidak diindahkan 3. Disiplin pemberhentian sementara (discipline lay off); dilakukan setelah adanya peringatan lisan dan tulisan diberikan beberapa kali tetapi tidak ada perubahan perilaku. 4. Pemecatan (discharge); langkah terakhir yang diambil jika personil tidak menunjukkan perilaku untuk berubah untuk menuruti peraturan disiplin yang telah ditetapkan 3. Disiplin Diri Disiplin diri merupakan disiplin yang dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggungjawab pribadi, yang berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Melalui disiplin diri, karyawan/pegawai-karyawan/pegawai merasa bertanggungjawab dan dapat mengatur diri sendiri untuk kepentingan organisasi. 4. Disiplin Kelompok Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata. Selain disiplin diri masih diperlukan disiplin kelompok. Hal ini didasarkan atas

6 pandangan bahwa didalam kelompok kerja terdapat standar ukuran prestasi yang telah ditentukan. Disiplin kelompok akan tercapai jika disiplin diri telah tumbuh dalam diri karyawan/pegawai. Artinya, kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota kelompok dapat memberikan andil yang sesuai dengan hak dan tanggungjawabnya. 2.1.3 Pendekatan-Pendekatan Disiplin Kerja Pendekatan pendekatan disiplin kerja menurut Veithzal Rivai (2004) sebagaimana yang dikutip oleh Wilman (2010: 28-30) diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Aturan tungku panas Pendekatan untuk melaksanakan tindakan disipliner disebut sebagaiaturan tungku panas (hot stove rule). Menurut pendekatan ini,tindakan disipliner haruslah memiliki konsekuensi yang analogdengan menyentuh sebuah tungku panas : a. Membakar dengan segera. Jika tindakan disipliner akandiambil, tindakan ini harus dilaksanakan segera sehinggaindividu memahami alasan tindakan tersebut. Denganberlalunya waktu, orang memiliki tendensi meyakinkanmereka sendiri bahwa dirinya tidak salah yang cenderungsebagian menghapuskan efek efek disipliner yang terdahulu. b. Memberi peringatan. Hal ini penting untuk memberikanperingatan sebelumnya bahwa hukuman akan mengikutiperilaku yang tidak dapat diterima. Pada saat seseorangbergerak semakin dekat dengan tungku panas, merekadiperingatkan oleh panasnya tungku tersebut bahwa merekaakan

7 terbakar jika mereka menyentuhnya, dan oleh karena ituada kesempatan menghindari terbakar jika mereka memilih demikian c. Memberikan hukuman yang konsisten. Tindakan disiplinerharuslah konsisten ketika setiap orang yang melakukantindakan yang sama akan dihukum sesuai dengan hukumanyang berlaku. Seperti pada tungku panas, setiap orang yangmenyentuhnya dengan tingkat tekanan yang sama, dan padaperiode waktu yang sama, akan terbakar pada tingkat yangsama pula. Disiplin yang konsisten berarti : 1) Setiap karyawan/pegawai yang terkena hukuman disiplin harus menerimanya/menjalaninya 2) Setiap karyawan/pegawai yang melakukan pelanggaran yang samaakan mendapatkan ganjaran disiplin yang sama. 3) Disiplin diberlakukan dalam cara yang sepadan kepadasegenap karyawan/pegawai. d. Membakar tanpa membeda- bedakan. Tindakan disiplinerseharusnya tidak membeda-bedakan. Tungku panas akanmembakar setiap orang yang menyentuhnya, tanpa memilih- milih. Penyelia menitikberatkan pada perilaku yang tidakmemuaskan, bukan pada karyawan/pegawainya sebagai pribadi yangburuk. Cara yang paling efektif mencapai tujuan ini adalahmelakukan konseling korektif. Penyelia lebih menekankanbagaimana masalah disiplin tersebut dapat dipecahkan. Penyeliamengambil tindakan disiplin dalam lingkungan yang suportif, memusatkan pada perbaikan kinerja daripada penjatuhanhukuman.

8 2. Tindakan disiplin progresif Tindakan disiplin progresif dimaksudkan untuk memastikan bahwaterdapat hukuman minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran. Tujuan tindakan ini adalah membentuk program disiplin yang berkembang mulai dari hukuman yang ringan hingga yang sangat keras. Disiplin progresif dirancang untuk memotivasi karyawan/pegawai agar mengoreksi kekeliruannya secara sukarela. Penggunaan tindakan ini meliputi serangkaian pertanyaan mengenai kerasnya pelanggaran. Manajer hendaknya mengajukan pertanyaan pertanyaan ini secara berurutan untuk menentukan tindakan. 3. Tindakan disiplin positif Tindakan disiplin positif adalah serupa dengan disiplin progresif dalam hal bahwa tindakan ini juga menggunakan serentetan langkahyang akan meningkatkan urgensi dan kerasnya hukuman sampai ke langkah terakhir, yakni pemecatan. Sungguh pun begitu, disiplin positif mengganti hukuman yang digunakan dalam disiplin progresif dengan sesi-sesi konseling antara karyawan/pegawai dan penyelia. Sesi-sesi ini dimaksudkan agar karyawan/pegawai belajar dari kekeliruan- kekeliruansilam dan memulai rencana untuk membuat suatu perubahan positif dalam perilakunya. Alih-alih tergantung pada ancaman- ancaman dan hukuman- hukuman, penyelia memakai keahliankeahlian konseling untuk memotivasi para karyawan/pegawai supaya berubah.

9 Alih- alih menimpakan kesalahan pada karyawan/pegawai, penyelia menekankan pemecahan masalah secara kolaboratif. 2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Saydam dalam Oktaviana (2010) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai dalam suatu organisasi adalah: 1. Besar kecilnya pemberian kompensasi Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para pegawai akan dapat mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal denga jerih payahnya yang telah disumbangkannya bagi organisasi. Bila ia menerima kompensasi yang memadai, ia kan dapat bekerja tenang dan tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi bila ia merasa kompensasi yang diterimanya jauh dari memadai, maka ia akan berusaha untuk mencari tambahan penghasilan lain di luar, sehingga menyebabkan ia sering absen, sering minta izin keluar, dan sebagainya. dalam menegakkan disiplin itu perlu imbangan yaitu tingkat kesejahteraan yang cukupdengan demikian mereka akan lebih disiplin dalam melaksanakan tugasnya. Namun demikian, pemberian kompensasi yang memadai belum tentu pula menjamin tegaknya disiplin. Karena pemberian kompensasi hanyalah merupakan salah satu cara meredam kegelisahan para pegawai, disamping banyak lagi hal-hal diluar kompensasi yang harus mendukung tegaknya disiplin kerja dalam organisasi. Tetapi dalam praktek lapangan, memang dengan pemberian kompensasi yang

10 mencukupi, sedikit banyak akan membantu pegawai untuk bekerja tenang, karena dengan menerima kompensasi yang wajar kebutuhan primer mereka akan dapat terpenuhi. 2. Ada tidaknya keteladan pimpinan Keteladanan pimpinan maksudnya bahwa dalam lingkungan organisasi, semua pegawai akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan. Peranan keteladanan pimpinan amat besar dalam organisasi, bahkan ia amat menentukan dibandingkan dengan semua faktor yang mempengaruhi tegaknya disiplin dalam organisasi itu. Mengapa demikian? Karena pimpinan dalam suatu organisasi masih menjadi panutan pegawai. Pola budaya bangsa kita masih bersifat melihat kepada pimpinan yang diatas. Para bawahan akan selalu meniru yang dilihatnya setiap hari. Apapun yang dibuat oleh pimpinan akan berpengaruh kepada pola pengelolaan disiplin dalm organisasi yang dipimpinnya. Oleh karena itu bila seseorang pimpinan menginginkan tegaknya disiplin dalm organisasi, maka ia harus lebih dulu mempraktekkannya dan mempeloporinya, supaya dapat diikuti dengan baik oleh para pegawai yang lainnya. Dengan demikian bila suatu organisasi ingin menegakkan disiplin hendaknya diusahakan agar pimpinan dapat memberikan teladan yang baik. Bukan hanya sekedar takut, akan tetapi karena segan kepada pimpinannya, sehingga pimpinan dapat dijadikan contoh oleh bawahannya.

11 3. Ada tidaknya aturan yang pasti yang dapat dijadikan pegangan Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam organisasi bila tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak mungkin ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi atau keinginan pimpinan saja. Para pegawai kan mau melakukan disiplin bila ada aturan yang jelas dan diinformasikan kepada mereka. Bila aturan disiplin hanya menurut selera pimpinan saja, atau berlaku hanya untuk orang tertentu saja, jangan diharap bahwa para pegawai akan mematuhi peraturan tersebut. Oleh sebab itu disiplin akan dapat ditegakkan dalam suatu organisasi, bila memang ada peraturan tertulis yang telah disepakati bersama. Dengan demikian para pegawai akan mendapatkan suatu kepastian bahwa siapa saja yang melanggar peraturan bersama itu akan dicap melanggar disiplin dan perlu dikenakan sanksi tanpa pandang bulu. 4. Keberanian pimpinan dalam mengambil keputusan Suatu disiplin akan dapat ditegakkan, bila disamping aturan tertulis yang jadi pegangan bersama, juga perlu ada sanksi. Sanksi ini tentu tidak hanya terrtulis d iatas kertas saja, tetapi benar-benar dilaksanakan dalam praktek sehari-hari. Bila ada seorang pegawai yang melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tidakan pendisiplinan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua karyawan akan merasa terlindungi dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa.

12 pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk mrnghukum setiap pegawai yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar disiplin sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua pegawai akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa. Dalam situasi demikian, maka semua pegawai akan benar-benar terhindar dari sikap-sikap yang melanggar peraturan. 5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh organisasi perlu ada pengawasan, yang akan mengarahkan para pegawai agar dapat melaksanakan pekerjaandengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Namun sudah menjadi tabiat manusia pula bahwa mereka selalu ingin bebas lepas, tanpa teringat atau diikat oleh peraturan apapun juga. Demikian pula dengan pekerjaan, para pegawai cenderung ingin bebas dari segala ikatan atau peraturan yang ada. Dalam keadaan inilah maka selalu diperlukan pengawasan dalam artian pengawas yang berfungsi sebagai pendidik dan pengarah terhadap proses pelaksanaan pekerjaan. Orang yang paling tepat melaksanakan pengawasan adalah atasan langsung pegawai yang bersangkutan. pengawasan yang efektif dapat merangsang kedisiplinan dan moral kerja pegawai sehingga pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dari atasannya. Dengan adanya pengawasan seperti demikian, maka sedikit banyak para pegawai akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja. Mungkin untuk sebagian pegawai yang sudah menyadari arti disiplin, pengawasan seperti ini

13 tidak perlu, tetapi bagi pegawai lainnya, tegaknya disiplin masih perlu agak dipaksakan, agar mereka tidak berbuat semaunya dalam organisasi. 6. Ada tidaknya perhatian kepada para bawahan Perlu dipahami bahwa pegawai adalah SDM, sedangkan SDM merupakan aset organisasi. Mereka adalah manusia yang mempunyai tabiat dan karakter sendiri-sendiri yang satu sama lainnya amat berbeda. Seorang pegawai tidak hanya puas dengan penerimaan kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menantang tetapi juga mereka masih membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan kesulitan mereka ingin didengar, dan dicarikan jalan keluarnya, dan sebagainya. Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada para pegawai akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. karena ia bukan hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak dekat dalam artian jarak batin. Pimpinan demikian akan selalu dihormati dan dihargai oleh para pegawai, sehingga akan berpengaruh besar kepada prestasi, semangat kerja dan moral kerja pegawai. 7. Diciptakan kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin Kebiasaan positif yang perlu dibudayakan untuk mendukung tegaknya disiplin antara lain: a. Saling menghormati, bila bertemu di lingkungan pekerjaan b. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para pegawai akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut

14 c. Sering-sering mengikutsertakan pegawai dalam pertemuan-pertemuan, apalagi pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka d. Tidak sewenang-wenang terhadap pegawai dalam memerintahkan suatu pekerjaan, sehingga pegawai merasa dihormati.