BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia cenderung bertentangan antara hakikat dengan tujuan hidup.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia. 1. hidup yang memepengaruhi pertumbuhan individu, Sedangkan pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. tetap relevan dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai prioritas utama tertinggal dari segala bidang (terutama sains dan. matematika sebagai subyek yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. menyadarkan diri manusia di dalam menentukan pilihan-pilihan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin besar peluang kemajuan yang akan dicapai. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Mengingat persaingan didunia sangat sengit dalam bidang ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Negara.Namun permasalahannya saat ini ialah banyak peserta didik yang kurang mencintai

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. akhlak maupun pendidikan ilmu umum. Pendidikan telah mengubah manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh peserta didik dapat diterima baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kepribadian seseorang akan dibangun. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan selalu dilaksanakan oleh pemerintah. Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikatakan sebagai makhluk pendidikan karena dia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah tentang aturan masyarakat ekonomi ASEAN. Maka perlulah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berasal dari Bahasa Yunani, yaitu paedagogik. Pais artinya anak,

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa. Pendidikan itu sendiri adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. sains dan biologi), disbanding dengan negara lainnya yang memberikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang. Al-Qur an surah Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: 4

BAB I PENDAHULUAN. dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu interaksi manusiawi (human interaction)

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, persoalan

BAB I PENDAHULUAN. maka manusia akan sulit untuk berkembang dalam hal apapun, akibatnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung. mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok untuk mencapai tujuan kearah yang lebih maju. 3 Pendidikan

- د ر ج ات و ا ل ل ه ب م ا ت ع م ل ىن خ ب يز -١١ BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mendasar dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bertanggungjawab dan mampu mewujudkan masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di masa ini Indonesia sedang dilanda berbagai masalah baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. 2 Matematika adalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagian besar dari proses perkembangan manusia berlangsung

BAB II KAJIAN TEORI. matematika, (B) proses berpikir berdasarkan teori Jean Piaget, (C) tinjauan materi,

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang masa dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Makna pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. orang. Meskipun tidak semua orang mudah dalam mempelajarinya, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembentukan kecakapan-kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, tumbuh dan berkembangnya intelektualitas manusia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Berpikir Siswa SMP Laki-laki Anggota Aeromodelling dalam. Jenis OHLG (Outdoor Hand Launched Glider)

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang dihasilkan agar mampu bersaing dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik yang akan mendatang. 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas kegiatan belajar tersebut bergantung pada tingkat kerumitanan jenis

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam menentukan pilihan-pilihan yang mencerminkan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas sebagai manusia yang hidup di tengah manusia yang lain dan. untuk menjadikan hidupnya lebih bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan tetapi lebih dari itu adalah transfer prilaku.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapakan pendidikan karena manusia mempunyai kelebihan dan titik

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam hidupnya. Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. 2

BAB I PENDAHULUAN. secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. 1 Matematika tidak lepas dari. sebagaimana yang ada dalam QS. Mujadilah ayat 11 :

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran maupun dalam mengatasi kesulitan- kesulitan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan berasal dari bahasa Yunani paedagogie yang terbentuk

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN 5 Komet Banjarbaru yang

BAB I PENDAHULUAN. 31 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sejak PAUD sampai ke Perguruan Tinggi. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 1

BAB I PENDAHULUAN. ini, dipersiapkan sumber daya manusia dengan kualitas yang unggul dan. mampu memanfaatkan pengetahuan dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, perbincangan tentang pendidikan akan tetap eksis di dunia. Eksistensi kehidupan manusia dan pendidikan suatu hal yang tidak pernah terpisahkan. Tanpa pendidikan, perilaku hidup manusia cenderung bertentangan antara hakikat dengan tujuan hidup. Pendidikan memiliki peranan penting dalam setiap kehidupan manusia, yang berlangsung di segala tempat di mana saja, maupun di setiap waktu kapan saja. Dewasa ini pendidikan sekolah semakin dibutuhkan, lebih-lebih dalam aspek perkembangan kognitif, afektif, psikomotorik yang semuanya menyangkut tuntutan masa sekarang ini sebagai masa pembangunan. Kebutuhan akan tenagatenaga pembangun harus dipenuhi, terutama melalui pendidikan sekolah. 1 Termasuk bangsa Indonesia yang juga membutuhkan generasi-generasi yang bisa membangun bangsa menjadi lebih baik. Lewat dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, dituntut mampu memberikan kontribusi nyata berupa peningkatan kualitas pembelajaran, hasil dan pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan tugas negara yang amat 1 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta :P.T Grasindo, 1996), hal.25 1

2 penting serta kunci bagi setiap bangsa atau negara yang ingin maju, dalam rangka membangun dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia. 2 Pendidikan yang sudah dipelajari diharapkan mampu mengatasi masalah sosial yang diselesaikan dengan pemikiran-pemikiran tingkat intelektual yang tinggi melalui analisis akademis. Pendidikan secara sempit yaitu, seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan sekolah. 3 Sedangkan arti pendidikan menurut pandang luas yaitu segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu. 4 Menurut Sri Rumini, pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar, sadar dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya untuk mencapai tujuan ke arah yang lebih maju. 5 Pendidikan juga telah jelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, 2 Asri Budianingsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Renika Cipta, 2012), hal.1 3 Suparlan Suhartono, Wawasan Pendidikan, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2008),hal. 46. 4 Ibid., hal.43 5 Muhammad Irham, Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2013), hal. 19

3 masyarakat, bangsa, dan negara. 6 Pendapat lain mengatakan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilakukan terus menerus oleh manusia untuk menanggulangi atau menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat. Pentingnya pendidikan juga dijelaskan dalam ayat Al- Qur an yang berbunyi : Artinya : Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S. Al Mujadalah: 11). 7 Berdasarkan pernyataan di atas, peranan pendidikan sangatlah penting bagi perkembangan dan kemajuan bangsa. Semua itu didapat dari proses pembelajaran baik formal dan informal. Berpikir merupakan salah satu proses penting dalam kegiatan pembelajaran. Berpikir membantu siswa untuk menghadapi persoalan atau masalah, dalam proses pembelajaran, ujian, dan kegiatan pendidikan lainnya seperti eksperimen, observasi, dan praktik lapangan lainnya. Tujuan akhirnya adalah berharap siswa akan menggunakan keterampilan-keterampilan berpikirnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. 6 Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, (Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan,2006), hal.5 7 Ahmad Hatta, Tafsir Qur an dan Terjemah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2011), hal. 543

4 Berdasarkan pemahaman tentang pentingnya kedudukan proses berpikir dalam pengembangan pribadi dan potensi-potensi siswa, pendidikan dan proses pembelajaran seharusnya menyediakan dan membimbing siswa agar mampu mengembangkan keterampilan berpikir siswa. 8 Menurut Witherington Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. 9 Sedang menurut Sugiyono dan Hariyanto menjelaskan belajar sebagai sebuah aktifitas untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengukukuhkan kepribadian. 10 Setiap proses belajar akan terjadi suatu proses berpikir yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri seseorang, yang mana telah dijelaskan dalam Q.S At-Tahrim ayat 6 yaitu manusia yang beriman itu hendaklah menjaga, memelihara, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas diri atau potensi-potensi yang ada agar tidak terjadi kesengsaraan hidup. Potensi yang dimaksud salah satunya adalah kecerdasan dan kemampuan berpikir. Berpikir adalah merupakan aktifitas psikis yang intensional, dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan. Dengan 8 Muhammad Irham, Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran..., hal. 48 9 Muhammad Thobroni, Arif Mustofa, Belajar Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), hal.20 10 Muhammad Irham, Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran..., hal. 117

5 demikian, dalam berpikir seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Pengertian-pengertian tersebut merupakan bahan atau materi yang digunakan dalam proses berpikir. 11 Menurut Garret berpikir merupakan perilaku yang sering kali tersembunyi atau setengah tersembunyi di dalam lambang atau gambaran, ide, konsep yang dilakukan sesorang, sedangkan menurut Wasty Sumanto pada dasarnya atau kegiatan berpikir merupakan sebuah proses kompleks dan dinamis. Proses dinamis dalam berpikir mencangkup tiga tahapan, yaitu proses pembentukan pengertian, proses pembentukan pendapat dan proses pembentukan keputusan. 12 Jadi pengertian secara umum dilandasi oleh asumsi aktifitas mental atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan subyektifitas individu. Hal ini merujuk ke suatu tindakan pemikiran atau ide-ide atau pengaturan ide. 13 Sebagaimana diterangkan di atas, berpikir selalu berhubungan dengan masalah-masalah, baik masalah yang timbul dari situasi masa kini, masa lampau dan mungkin masalah-masalah yang belum terjadi. Proses pemecahan masalah itu disebut proses berpikir. 14 Zuhri mengelompokkan proses berpikir menjadi tiga yaitu konseptual, semi konseptual, dan komputasional. Proses berpikir konseptual adalah proses berpikir 11 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 81 12 Muhammad Irham, Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran..., hal. 42 hal.2 13 Wowo Sunaryo Kusumo, Taksonomi Berfikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 14 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, hal. 166

6 yang selalu menyelesaikan soal dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki berdasarkan hasil pelajarannya selama ini. Proses semi konseptual adalah proses berpikir yang cenderung menyelesaikan suatu soal dengan menggunakan konsep tetapi mungkin karena pemahamannya terhadap konsep tersebut belum sepenuhnya lengkap maka penyelesaiannya dicampur dengan cara penyelesaian yang menggunakan intuisi. Sedangkan proses berpikir komputasional adalah proses berpikir yang pada umumnya menyelesaikan soal tidak menggunakan konsep tetapi lebih mengandalkan intuisi. Matematika adalah salah satu ilmu yang menggunakan pengembangan berpikir kreatif untuk memformulasikan atau memecahkan masalah, membuat suatu keputusan, memenuhi hasrat keingintahuan. Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktifitas berpikir. 15 Proses belajar matematika juga terjadi proses berpikir, sebab seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu melakukan kegiatan mental, dan orang yang belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental. Seseorang dalam berpikir, pastinya menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah terekam dalam pikirannya sebagai pengertian-pengertian. Pengertian tersebut, terbentuklah pendapat yang pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan. Sehingga kemampuan berpikir seseorang dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan. 15 Tatag Yuli Siswono, Model pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan Dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif..., hal. 13

7 Dengan demikian, terlihat jelas adanya hubungan antara kecerdasan dengan proses dalam belajar matematika. 16 Kenyataan di lapangan, perangkat pembelajaran yang menekankan proses berpikir siswa dalam matematika tidak tersedia. Buku siswa atau LKS yang digunakan di sekolah cenderung menekankan pada penguasaan konsep dengan tidak memberikan kebebasan siswa berpikir secara mandiri. 17 Akibat dari perangkat pembelajaran dan strategi pembelajaran yang tidak menekankan proses berpikir pada siswa, membuat setiap peserta didik memiliki pandangan jika matematika sebagai ilmu yang negatif. Dengan kata lain banyak siswa yang mengikrarkan diri untuk berpisah dengan matematika, karena ia menganggap matematika adalah ilmu yang membuat stress, kepala pusing, tidak ada gunanya, dan sebagainya. 18 Oleh karena telah banyak keluhan dan kesulitan yang berkaitan dengan pelajaran matematika, maka perlu dikembangkan model yang melibatkan kedua aktifitas yaitu pengajuan masalah dan pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Secara biologis laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Selain dilihat dari aspek kemampuan memecahkan soal suku banyak diperhatikan juga aspek perbedaan gender, perbedaan gender sudah menjadi sorotan sejak jaman dahulu. Perbedaan jenis kelamin tidak lagi hanya berkaitan dengan masalah biologis saja 16 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media Group, 2007), hal. 43-44 17 Ibid., hal. 3 18 Abdul Hamid Fathani, Matematika: Hakikat dan Logika, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hal. 9

8 tetapi kemudian berkembang menjadi perbedaan kemampuan antara laki-laki dan perempuan. Meskipun demikian, hasil penelitian yang dilakukan Halpern dan LaMay menunjukkan bahwa kebanyakan studi tentang gender dan kemampuan kognitif menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kognitif. 19 Krutetski menjelaskan perbedaan antara lakilaki dan perempuan dalam belajar matematika, jika laki-laki lebih unggul dalam penalaran, perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian, kecermatan, dan keseksamaan berpikir. Sedangkan laki-laki memiliki kemampuan matematika dan mekanika yang lebih baik dari pada perempuan, perbedaan ini tidak nyata pada tingkat sekolah dasar akan tetapi menjadi tampak lebih jelas pada tingkat yang lebih tinggi. Sementara Maccoby dan Jacklyn mengatakan laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan kemampuan antara bahwa perempuan mempunyai kemampuan verbal lebih tinggi dari pada laki-laki, laki-laki lebih unggul dalam kemampuan visual spatial (penglihatan keruangan) dari pada perempuan dan laki-laki lebih unggul dalam kemampuan matematika. Perbedaan kemampuan berpikir antara laki-laki dan perempuan tersebut juga dijumpai pada siswa kelas XI IPA 1 MAN Kunir Blitar. Berdasarkan penjelasan dari guru bidang studi matematika, bahwasannya siswa perempuan lebih mendominasi, namun siswa laki-laki juga bisa mendapatkan nilai yang lebih unggul asalkan mereka lebih giat belajar matematika dan teliti dalam mengerjakan soal. 19 Muhammad Irham, Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran..., hal. 79

9 Oleh karena itu, untuk mengetahui sejauh mana proses berpikir siswa antara laki-laki dan siswa perempuan dalam mengelesaikan soal, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengambil materi pokok bahasan suku banyak dikarenakan sub pokok bahasan tersebut dianggap sulit bagi siswa. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang proses berpikir antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan dalam menyelesaikan soal suku banyak. Selain itu, dengan penelitian ini guru juga bisa menilai tingkatan pemahaman siswa, sehingga dapat menggunakan strategi yang tepat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SUKU BANYAK BERDASARKAN GENDER PADA SISWA KELAS XI IPA 1 MAN KUNIR BLITAR TAHUN AJARAN 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses berpikir siswa laki-laki dalam menyelesaikan soal suku banyak di kelas XI IPA 1 MAN Kunir Blitar tahun ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana proses berpikir siswa perempuan dalam menyelesaikan soal suku banyak di kelas XI IPA 1 MAN Kunir Blitar tahun ajaran 2015/2016?

10 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa laki-laki dalam menyelesaikan soal suku banyak di kelas XI IPA 1 MAN Kunir Blitar tahun ajaran 2015/2016. 2. Untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa perempuan dalam menyelesaikan soal suku banyak di kelas XI IPA1 MAN Kunir Blitar tahun ajaran 2015/2016. D. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa ilmu pengetahuan, terutama untuk mengetahui proses berpikir siswa lakilaki dan perempuan dalam menyelesaikan soal suku banyak. Dan diharapkan dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain. 2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah Sebagai acuan dalam meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran terutama mata pelajaran matematika dengan mengetahui proses berpikir siswa baik siswa laki-laki maupun perempuan. b. Bagi guru Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referansi atau masukan pada guru agar selalu memperhatikan perkembangan proses berpikir siswa dalam memahami persoalan terutama masalah matematika.

11 c. Bagi siswa Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat sehingga tercipta kebiasaankebiasaan positif seperti: berlatih berpikir kreatif, kritis, inovatif dalam setiap menyelesaikan persoalan matematika. d. Bagi peneliti Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, wawasan dan menambah pengalaman pada pembelajaran yang juga memperhatikan proses berpikir siswa, yang dapat dijadikan bekal untuk menjadi guru yang profesional dan berkualitas. e. Bagi pembaca lain Bahwa hasil penelitian ini dimaksudkan bisa bermanfaat sebagai masukan, petunujuk, maupun acuan serta bahan pertimbangan yang cukup berarti bagi peneliti selanjutnya yang relevan atau sesuai dengan hasil penelitian ini. E. Batasan Penelitian Batasan penelitian perlu dibuat agar ruang lingkup dalam penelitian ini menjadi jelas. Dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah suku banyak yang merupakan materi dari siswa kelas XI SMA/MA. Sehingga yang akan diteliti hanyalah proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal suku banyak berdasarkan gender kelas XI IPA 1 MAN Kunir Blitar.

12 F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap istilah istilah dalam penelitian ini, maka diperlukan pendefinisian istilah secara operasional sebagai berikut: 1. Proses Berpikir Berpikir secara umum dilandasi oleh asumsi aktifitas mental atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan subyektifitas individu yang merujuk pada suatu tindakan pemikiran atau ide-ide. 20 Proses berpikir merupakan peristiwa mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan beberapa konsep, persepsi dan pengalaman sebelumnya. 21 Jadi proses berpikir yang dimaksud oleh peneliti adalah proses pemecahan masalah yang dilandasi dengan berbagai ide serta asumsi aktifitas mental atau intelektual siswa secara mendalam dalam menyelesaikan soal matematika yang terkait dengan suku banyak. Menurut Zuhri dalam proses berpikir terdapat tiga indikator meliputi 22 : a. Proses berpikir konseptional: mampu mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri, mampu mengungkapkan kalimat sendiri dalam soal, dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang sudah dipelajari, dan mampu menyebutkan unsur-unsur konsep diselesaikan. 20 Wowo Sunaryo Kusumo, Taksonomi Berfikir..., hal.2 21 Ibid., hal.3 22 Milda Retna dan Lailatul Barokah, Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika dalam http//eprint.uny.ac,id/jurnal Pendidikan Matematika,diakses pada 21 November 2015.

13 b. Proses berpikir semi konseptual: kurang dapat mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri, kurang mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri yang ditanya dalam soal, dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang sudah dipelajari walaupun tidak lengkap, tidak sepenuhnya mampu menjelaskan langkah yang ditempuh. c. Proses berpikir komputasional: tidak dapat mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri, tidak mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri yang ditanya dalam soal, dalam menjawab cenderung lepas dari konsep yang sudah dipelajari, tidak mampu menjelaskan langkah-langkah yang ditempuh. 2. Suku banyak Suku banyak atau polinomial dalam berderajat dituliskan dalam fungsi sebagai berikut: ( ) Nilai dari suku banyak ( ) untuk adalah ( ). Nilai dari ( ) dapat ditentukan dengan dua strategi, yaitu: 1) Strategi subtitusi. 2) Strategi skema (bagan).

14 c. Pemecahan masalah matematika Pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau tampak jelas. 23 Pemecahan masalah yang dijelaskan Polya terdiri dari: 1. Memahami masalah. 2. Membuat rencana penyelesaian. 3. Menyelesaikan rencana penyelesaian. 4. Memeriksa kembali. d. Gender Istilah gender dibedakan dari istilah seks. Istilah gender merujuk kepada perbedaan karakter laki-laki dan perempuan berdasarkan kontruksi sosial budaya, yang berkaitan dengan sifat, status, posisi, dan perannya dalam masyarakat. 24 Menutut Sugihartono dan Ricard I. Arends menjelaskan bahwa terjadi perbedaan kemampuan matematika antara lakilaki dan perempuan, yaitu laki-laki lebih superior dalam kemampuan spasial, yang berlanjut masa sekolah. 25 23 Tatag Yuli Siswono, Model pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan Dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif, hal.35 24 Amin Abdullah, Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi Islam, (Yogyakarta: Kerjasama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan McGill), hal.11 25 Muhammad Irham, Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran..., hal. 80

15 3. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan penelitian ini terdiri dari 5 bab yaitu: BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari: A. Latar belakang masalah; B. Rumusan masalah ; C. Tujuan penelitian; D. Kegunaan Hasil Penelitian; E. Batasan Penelitian; F. Penegasan Istilah ; G. Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II : Kajian Pustaka, yang terdiri dari: A. Teori matematika; B. Proses Berpikir; C. Berpikir Matematika; D. Pemecahan Masalah Matematika; E. Gender; F. Materi Suku Banyak; G. Hasil Penelitian Terdahulu. BAB III : Metode Penelitian, terdiri dari: A. Pendekatan dan Jenis Penelitian; B. Kehadiran Peneliti; C. Lokasi Dan Subjek Penelitian; D. Data dan Sumber Data; E. Teknik Pengumpulan Data; F. Teknik Analisis Data; G. Pemeriksaan Keabsahan Data; H. Tahap-Tahap Penelitian. Bagian akhir dari skripsi memuat daftar rujukan, lampiran-lampiran dan biografi penulis. Demikian sistematika penulisan dari skripsi yang berjudul : Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Suku Banyak Berdasarkan Gender Pada Siswa Kelas XI IPA 1 MAN Kunir Blitar Tahun Ajaran 2015/2016.