3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang ke Spanyol pada tahun 1493 (Greenleaf 1986). Setelah Colombus membawa dan menyebarkan cabai ke Eropa, kemudian cabai menyebar cepat dari Eropa ke Asia dan Afrika (Kusandriani, 1996). Genus Capsicum terdiri atas 20-30 spesies yang tersebar di daerah tropis dan sub tropis. Berdasarkan pembagian taxonomi modern terdapat 5 spesies utama cabai yaitu: Capsicum annuum L., Capsicum frutescens L., Capsicum chinense Jacquin, Capsicum pendulum Willdenow, dan Capsicum pubescens Ruiz & Pavon. Eshbaugh menemukan bahwa Capsicum pendulum Willdenow dan Capsicum microcarpum Cavanilles termasuk ke dalam spesies yang sama yaitu Capsicum baccatum (Greenleaf, 1986). Kultivar C. annuum antara lain adalah cabai merah, cabai hijau, cabai kuning, dan paprika (George, 1999). Cabai merupakan tanaman setahun (annual) berupa perdu dengan tinggi 0.15-1.5 m (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Struktur perakaran diawali dari akar tunggang yang bercabang ke samping dengan akar-akar rambut dan memiliki batang berkayu dengan warna cokelat kehijauan (Kusandriani, 1996). Tanaman ini memiliki batang tegak dan mempunyai banyak cabang, dengan akar tunggang kuat dan dalam (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Tanaman cabai memiliki helaian daun dengan tangkai yang panjang. Daun tunggal dan tipis, dengan helaian daun lanset dan bulat telur lebar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Tanaman cabai memiliki daun berwarna hijau atau hijau tua, tumbuh pada tunas-tunas samping berurutan, pada batang utama dan tunggal tersusun secara spiral (Kusandriani, 1996). Menurut Greenleaf (1986) bunga cabai biasanya muncul tunggal dan letaknya di ujung (terminal), panjang tangkai hingga 3 cm dan tangkai buah hingga 8 cm. Kusandriani (1996) menambahkan, bunga cabai umumnya bersifat tunggal dan tumbuh pada ujung ruas, serta merupakan bunga sempurna (hermaphrodite). Mahkota bunga berwarna putih atau ungu tergantung
4 kultivarnya, helaian mahkota bunga berjumlah lima atau enam helai. Setiap bunga memiliki satu putik (stigma) dengan kepala putik berbentuk bulat. Posisi benang sari dan putik dalam bunga mempengaruhi penyerbukan. Apabila posisi kepala putik lebih tinggi dari kotak sari akan terjadi penyerbukan silang dan sebaliknya, sedangkan apabila putik lebih rendah dari benang sari maka akan terjadi penyerbukan sendiri. Hal ini yang menyebabkan tanaman cabai pada kultivar tertentu dapat mengadakan penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang. Buah cabai tidak berdaging, sangat beragam dalam bentuk, ukuran, warna dan tingkat kepedasannya (Greenleaf, 1986). Bentuk buah cabai umumnya memanjang, sedangkan ujungnya runcing atau tumpul. Ukuran buah beragam dari pendek hingga panjang. Kedudukan buah yaitu merupakan buah tunggal pada masing-masing ruas (ketiak daun) dan kadang-kadang fasciculate. Buah cabai memiliki rongga yang didalamnya terdapat plasenta yaitu tempat melekatnya biji (Kusandriani, 1996). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997), ketika buah berkembang maka kulit buah tumbuh lebih cepat dibandingkan jaringan plasenta. Hal ini menyebabkan buah memiliki rongga. Bentuk buah cabai sangat bervariasi, diantarantya linier, kerucut, bulat, dan kombinasi bentuk tersebut. Biji cabai terletak di dalam buah yang melekat sepanjang plasenta. Biji cabai berjumlah sekitar 140 butir/g. Biji mempunyai kulit yang keras yang di dalamnya terdapat endosperm dan ovule. Warna dari biji C. annuum yaitu kuning jerami, hanya biji C. pubescens yang berwarna hitam (Kusandriani, 1996). Syarat Tumbuh Cabai Tanaman cabai merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi luas. Tanaman cabai dapat dibudidayakan pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, di lahan sawah ataupun di lahan kering/tegalan (Sumarni, 1996). Di dataran tinggi, tanaman cabai masih dapat tumbuh dengan baik, namun tanaman lebih rentan terhadap serangan penyakit (Prajnanta, 2003). Cabai dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.000-1.250 meter di atas permukaan laut (Tani, 2008). Tanaman cabai memerlukan kisaran suhu udara antara 18-27 0 C untuk tumbuh dengan optimal (Sumarni, 1996). Suhu udara pada siang hari berkisar
5 antara 21-28 0 C, sedangkan untuk malam hari antara 15 20 0 C. Perbedaan antara suhu siang hari dengan suhu malam hari yang terlalu besar dapat mengakibatkan rendahnya pembentukan bunga dan buah. Pada suhu tinggi atau di atas 32 0 C dapat menyebabkan tepung sari tidak berfungsi, sehingga menyebabkan produksi menjadi rendah. Demikian juga pada suhu malam yang tinggi dapat menyebabkan pembuahannya rendah (Tani, 2008). Jenis tanah yang baik untuk bertanam cabai adalah tanah yang mengandung pasir, keadaan tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), sirkulasi udara dan tata air dalam tanah baik. Tanaman cabai dapat tumbuh optimal pada tanah dengan derajat keasaman (ph) 5.5 6.8. Namun, tanaman cabai masih toleran pada derajat keasaman dengan ph 5 7. Sifat biologi tanah yang baik untuk cabai yaitu dapat membantu tersedianya unsur-unsur hara yang tidak larut, dan dapat menyimpan kelebihan unsur hara. Selain itu juga dapat membantu proses nitrifikasi, dapat menekan pertumbuhan organisme tanah yang merugikan (patogen), dapat menyuburkan tanah, dan membantu melancarkan peredaran udara di dalam tanah (Tani, 2008). Tanaman cabai merupakan tanaman yang tidak terlalu tahan terhadap curah hujan tinggi atau iklim yang basah. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tanaman akan mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan (Sumarni, 1996). Sebaliknya, curah hujan yang rendah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi berkurang dan dapat membatasi ukuran buah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Curah hujan yang ideal untuk tanaman cabai yaitu berkisar antara 750 1.250 mm per tahun atau merata sepanjang tahun (Tani, 2008). Cahaya memiliki peranan yang sangat besar dalam proses fisiologi, seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, penutupan dan pembukaan stomata, berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. Menurut Tani (2008) tanaman cabai memerlukan penyinaran matahari minimal 8 jam per hari. Salisbury dan Ross (1992) mengemukakan bahwa intensitas cahaya rendah dapat mempengaruhi orientasi kloroplas tanaman. Tani (2008) menambahkan, kekurangan sinar matahari dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman cabai menjadi lemah, pucat dan memanjang.
6 Pemberian mulsa dapat menurunkan suhu tanah dan suhu udara, meningkatkan kelembaban udara dan tinggi tanaman serta luas daun (Noorhadi, 2003). Mulsa yang dapat digunakan dalam budidaya cabai adalah jerami, plastik putih dan plastik hitam perak. Mulsa plastik hitam perak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan yang lain. Mulsa plastik hitam perak ini dapat memantulkan cahaya serta menjaga kestabilan suhu dan kelembaban tanah sehingga menjamin kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman (Setiadi, 1999). Pemuliaan Tanaman Cabai Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan yang merubah susunan genetik tanaman secara tetap sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dangan tujuan yang diinginkan pelakunya. Menurut Allard (1960) program pemuliaan banyak ditekankan pada usaha mempertinggi produktivitas hasil pertanian, selain pengembangan varietas tanaman yang resisten terhadap hama dan penyakit. Kusandriani dan Permadi (1996) menambahkan bahwa kegiatan pemuliaan cabai juga ditujukan untuk perbaikan terhadap kemampuan tanaman untuk mengatasi cekaman lingkungan tertentu. Tanaman cabai dikelompokkan ke dalam tanaman menyerbuk sendiri, namun penyerbukan silang masih mungkin terjadi dengan bantuan angin atau serangga penyerbuk. Hal ini disebabkan bunga tanaman cabai yang termasuk bunga hermafrodit bersifat chasmogamous. Bunga hermafrodit artinya putik (bunga betina) dan polen (bunga jantan) terdapat dalam satu bunga, sedangakan bersifat chasmogamous artinya waktu penyerbukan terjadi pada saat bunga sudah mekar. Oleh karena itu, kemungkinan masih dapat terjadi penyerbukan silang (Sujiprihati et al., 2008). Penyerbukan silang pada cabai cukup tinggi yaitu dapat mencapai 35% (Syukur et al., 2009). Kegiatan pemuliaan tanaman terdiri atas serangkaian kegiatan yang berkesinambungan, diawali dengan melakukan koleksi berbagai genotipe tanaman sebagai sumber plasma nutfah. Dilanjutkan dengan identifikasi dan karakterisasi plasma nutfah tersebut. Berdasarkan hasil identifikasi dan karakterisasi, dipilih beberapa plasma nutfah sebagai tetua untuk bahan persilangan (hibridisasi) atau
7 langsung diseleksi dengan menggunakan metode pemuliaan yang tepat. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi terhadap hasil pemuliaan tersebut sebelum kultivar dilepas (Sujiprihati et al., 2008). Varietas hibrida merupakan generasi pertama atau F1 dari hasil persilangan antara galur murni (inbred), klon, atau varietas bersari bebas yang memiliki sifat unggul. Menurut Syukur et al. (2009) keunggulan hibrida dikaitkan dengan peristiwa heterosis. Benih varietas hibrida harus selalu disediakan melalui persilangan tetua tersebut. Penanaman benih varietas hibrida pada generasi berikutnya (generasi F2 dan selanjutnya) akan menghasilkan tanaman yang rataratanya tidak unggul lagi, akibat adanya segregasi tanaman F2. Varietas hibrida harus mempunyai keunggulan dibandingkan dengan varietas lainnya. Menurut Aditya (2008), jika varietas hibrida tidak mempunyai sifat unggul maka varietas hibrida tidak menarik lagi. Keunggulan hibrida dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, baik secara morfologi maupun fisiologi. Secara morfologi, keunggulan tersebut dapat ditunjukkan dengan ukuran buah yang lebih besar, bobot buah yang lebih besar, dan umur panen yang lebih genjah. Secara fisiologi keunggulan hibrida dapat ditunjukkan dengan adanya ketahanan terhadap cekaman lingkungan seperti tanah masam dan kekeringan, serta mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pelepasan Varietas Pelepasan varietas adalah pengakuan pemerintah terhadap suatu varietas hasil pemuliaan di dalam negeri dan/atau introduksi yang dinyatakan dalam keputusan Menteri Pertanian bahwa varietas tersebut merupakan suatu varietas unggul yang dapat disebarluaskan. Berdasarkan UU No. 12 tahun 1992 pelepasan varietas merupakan syarat mutlak bagi varietas unggul hasil pemuliaan maupun introduksi yang akan diperjual belikan di wilayah Negara Kesatuan RI. Varietas yang belum dilepas tidak dapat diedarkan atau dikomersialkan. Suatu varietas yang baru akan dilepas harus menunjukkan keunggulan dibandingkan varietas yang telah ada sehingga diperlukan suatu pengujian (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006).
8 Uji adaptasi merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan dalam proses pelepasan varietas. Uji adaptasi merupakan uji lapangan yang dilakukan untuk mengetahui keunggulan calon varietas tanaman semusim terhadap lingkungan tempat produksinya. Pada saat dilakukan uji adaptasi perlu adanya varietas pembanding untuk mengetahui keunggulan galur harapan atau calon varietas yang diuji. Setelah dilakukan uji adaptasi maka dilanjutkan dengan uji multilokasi. Syarat uji multilokasi untuk tanaman buah dan sayuran semusim yaitu dilakukan pada dua kali musim sebanyak tiga unit dan tiga lokasi atau elevasi (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006). Syarat pelepasan varietas menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006) sebagai berikut: (1) silsilah dan cara mendapatkannya jelas, (2) menunjukkan keunggulan terhadap varietas pembanding, (3) tersedia deskripsi yang lengkap dan jelas, (4) menyediakan contoh varietas yang diusulkan pelepasannya pada waktu sidang pelepasan varietas, (5) ketersediaan benih penjenis, (6) surat jaminan akan diproduksi di Indonesia, (7) surat jaminan dari Pemerintah Daerah pengusul. Suatu varietas yang akan dilepas juga harus melewati prosedur pelepasan varietas. Prosedur pelepasan varietas meliputi permohonan dan penilaian oleh Tim Penilai dan Pelepas Varietas. Standar Mutu Cabai Merah Segar Badan Standarisasi Nasional (1998) menyarankan agar cabai yang dipasarkan segar hanya berasal dari mutu yang baik serta sesuai dengan keinginan konsumen. Hal ini dilakukan dalam rangka menciptakan sistem jaminan mutu cabai, termasuk di dalamnya mempermudah upaya pengawasan. Oleh karena itu dilakukan standarisasi cabai merah segar yang merupakan dasar pengujian dan sertifikasi mutu serta dapat digunakan untuk acuan pembinaan petani atau produsen cabai merah segar. Syarat mutu sesuai dengan parameter yang ditentukan dapat dilihat pada Tabel 1.
9 Tabel 1. Persyaratan Mutu Cabai Merah Segar Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu I Mutu II Mutu III Keseragaman Warna Merah > Merah > Merah > % (95) (95) (95) Keseragaman Seragam Seragam Seragam % (98) (96) (95) Keseragaman Bentuk % 98 normal 96 normal 95 normal Keseragaman Ukuran Panjang Buah cm 12-14 11-9 <9 Garis Tengah Pangkal cm 1.5-1.7 1.3-1.5 <1.3 Kadar Kotoran % 1 2 5 Tingkat Kerusakan dan Busuk % 0 1 2 Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1998)