Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-192

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Menggunakan WARP

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4]

Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA dengan Teknik Alamouti-STBC

ANALISIS KINERJA OSTBC (Orthogonal Space Time Block Code) DENGAN RATE ½ DAN ¾ MENGGUNAKAN 4 DAN 3 ANTENA MODULASI M-PSK BERBASIS PERANGKAT LUNAK

Presentasi Tugas Akhir

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

Gambar 2.1 Skema CDMA

Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk Peningkatan Kapasitas Kanal Sistem MIMO-SOFDMA

ESTIMASI KANAL MIMO 2x2 DAN 2x3 MENGGUNAKAN FILTER ADAPTIF KALMAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Simulasi Peningkatan Kemampuan Kode Quasi-Orthogonal melalui Rotasi Konstelasi Sinyal ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) Menggunakan WARP

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX e

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA

PENGARUH ERROR SINKRONISASI TRANSMISI PADA KINERJA BER SISTEM MIMO KOOPERATIF

Estimasi Doppler Spread pada Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan Metode Phase Difference

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :

ABSTRAK (1) Dimana : Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4] Sinyal yang diterima berdasarkan gambar 1. dapat ditulis:

ANALISIS KINERJA SPHERE DECODING PADA SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT

Analisa Kinerja Sistem MIMO-OFDM Pada Estimasi Kanal LS Untuk Modulasi m-qam

Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading

BAB II DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori Teknologi Radio Over Fiber

STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC

ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO. Kukuh Nugroho 1.

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654

Analisis Estimasi Kanal Dengan Menggunakan Metode Invers Matrik Pada Sistem MIMO-OFDM

Implementasi Sistem Komunikasi Kooperatif OFDM pada Wireless Open Access Research Plaform

Analisa Performansi Sistem Komunikasi Single- Input Multiple-Output pada Lingkungan Indoor Menggunakan WARP

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

ANALISIS KINERJA SISTEM MIMO-OFDM PADA KANAL RAYLEIGH DAN AWGN DENGAN MODULASI QPSK

Analisis Kinerja Kombinasi Sistem CDMA-OFDM dengan MIMO

BAB II LANDASAN TEORI

KINERJA SISTEM MULTIUSER DETECTION SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI M-QAM

BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1].

Analisis Kinerja Sistem MIMO-OFDM pada Kanal Rayleigh dan AWGN dengan Modulasi QPSK

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 5 GHz di Lingkungan dalam Gedung

TUGAS AKHIR UNJUK KERJA MIMO-OFDM DENGAN ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL DIAM DAN BERGERAK

STUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM

Kata kunci : Spread spectrum, MIMO, kode penebar. vii

SIMULASI TEKNIK MODULASI OFDM QPSK DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB

PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL


JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

SIMULASI ESTIMASI FREKUENSI UNTUK QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION MENGGUNAKAN DUA SAMPEL TERDEKAT

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

PENGARUH MODULASI M-PSK PADA UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi nirkabel mulai dari generasi 1 yaitu AMPS (Advance Mobile Phone

REDUKSI EFEK INTERFERENSI COCHANNEL PADA DOWNLINK MIMO-OFDM UNTUK SISTEM MOBILE WIMAX

ANALISIS MODEM AKUSTIK OFDM MENGGUNAKAN TMS320C6416 PADA LINGKUNGAN KANAL BAWAH AIR

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Makalah Seminar Tugas akhir EVALUASI KINERJA SISTEM MIMO-OFDMA MENGGUNAKAN ALOKASI SUB-PEMBAWA FDMA BERUPA BLOCK DAN INTERLEAVED

BAB III PEMODELAN SISTEM

Analisis Kinerja Jenis Modulasi pada Sistem SC-FDMA

KINERJA AKSES JAMAK OFDM-CDMA

Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 60 GHz di Lingkungan dalam Gedung HIKMAH MILADIYAH

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

Estimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Unjuk kerja Trellis Code Orthogonal Frequency Division Multiplexing (TCOFDM) pada kanal Multipath Fading (Andreas Ardian Febrianto)

Pemodelan Single-Input Single-Output (SISO) Berbasis OFDM-Cooperative

Analisa Kinerja MIMO 2X2 dengan Full-Rate STC pada Mobile WiMAX

Kata Kunci: ZF-VBLAST dan VBLAST-LLSE.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DAN ANALISA KINERJA SISTEM MIMO OFDM-FDMA BERDASARKAN ALOKASI SUBCARRIER SKRIPSI

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING PADA SISTEM DVB-T (DIGITAL VIDEO BROADCASTING TERRESTRIAL)

SISTEM TRANSMISI MULTICARRIER ORTHOGONAL CDMA Sigit Kusmaryanto

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

SIMULASI PERBANDINGAN KINERJA MODULASI M-PSK DAN M-QAM TERHADAP LAJU KESALAHAN DATA PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

A342 Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing ( OFDM) Menggunakan WARP Galih Permana Putra, Titiek Suryani, dan Suwadi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 e-mail: titiks@ee.its.ac.id, suwadi@ee.its.ac.id, galih13@mhs.ee.its.ac.id Abstrak Teknologi komunikasi nirkabel terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan manusia akan koneksi informasi yang cepat, pengiriman data yang berkapasitas besar dan dapat diandalkan. Di dalam proses tersebut banyak sekali gangguan yang dapat mempengaruhi penurunan kinerja komunikasi diantaranya adalah multipath fading [1]. Multi Input Single Output () merupakan salah satu teknik space diversity yang menggunakan banyak antena dengan tujuan untuk mengatasi multipath fading. Adapun pada proses transmisi digunakan teknik Orthogonal Frequency-Division Multiplexing (OFDM) yang bertujuan memberikan keuntungan dalam hal efisiensi pada saat transmisi data dan mampu menghindari Inter Simbol Interference (ISI). Pada penelitian ini akan dibandingkan kinerja sistem OFDM dan OFDM yang akan disimulasikan dan di implementasikan pada modul Wireless Open Access Penelitian Platform (WARP) untuk mengevaluasi kinerja sebagai fungsi dari daya pancar dan jarak variasi. Parameter yang digunakan di dalam pengukuran berdasarkan IEEE 802.11 a/g karena menggunakan frekuensi 2,4 Ghz. Terdapat dua skema pengukuran yaitu OFDM dan OFDM dengan variasi jarak 4,6 dan 8 meter dengan variasi daya pancar -35 s/d -4 dbm dengan peningkatan gain 5 kali secara berkala. Dari dua skema yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa semakin jauh jarak antara pemancar dan penerima maka dibutuhkan penambahan gain untuk menjaga kualitas data yang dikirimkan. Disamping itu, terdapat perbedaan nilai gain untuk mencapai nilai = 10 3 dibutuhkan penambahan gain = - 33 sedangkan pada OFM dibutuhkan penambahan gain = -18. Kata Kunci,OFDM, WARP, IEEE 802.11g I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi komunikasi nirkabel terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan manusia akan koneksi informasi yang cepat, berkapasitas besar dan dapat diandalkan. Berbagai penelitian telah dilaksanakan untuk menghasilkan pengembangan transmisi yang memiliki efisiensi spectral yang lebih tinggi serta mempunyai kelebihan dalam ketangguhan terhadap berbagai gangguan kanal nirkabel dibandingkan dengan yang telah diaplikasikan pada saat ini. Perkembangan teknologi tersebut dapat dilihat dengan adanya beberapa perubahan dimana pada awalnya hanya menggunakan satu antena pada pengirim dan satu antena pada penerima Single input Single Output (), kemudian teknologi ini berkembang dengan teknik yang memanfaatkan diversitas antena dengan tujuan untuk memperbaiki sistem kekebalan terhadap interferensi dengan resource radio yang sama yang digabungkan dengan teknik OFDM yang memberikan keuntungan dalam hal efisiensi bandwidth dan keunggulan dalam menghadapi gangguan lintasan jamak, serta modulasi adaptif memungkinkan sistem mengubah mode modulasinya untuk mendapatkan bit rate yang optimal sehingga secara teoritis dapat meningkatkan signal to noise ratio (SNR) dan bit rate data yang ditransmisikan. Pada penelitian kali ini bertujuan untuk membandingkan evaluasi kinerja teknik OFDM dan OFDM pada jarak 4, 6 dan 8 m yang akan diimplementasikan dengan perangkat WARP dengan menggunakan standar IEEE 802.11g karena frekuensi kerja yang digunakan 2,4 Ghz dan dalam proses operasionalnya menggunakan software Matlab. II. TEORI PENUNJANG A. Transmit Diversity dengan Metode Alamouti Transmit diversity merupakan salah satu jenis space diversity dengan menggunakan banyak antena pada sisi pemancar. Alamouti telah berhasil menemukan desain kode sederhana dalam transmit diversity yang disebut dengan Space Time Block Code (STBC). Metode ini mampu meningkatkan performansi, data rate atau kapasitas dari sistem komunikasi tanpa kabel dengan tidak membutuhkan bandwith tambahan [2]. Metode ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan jarak atau jangkauan dari sistem tanpa kabel, dengan kata lain metode ini efektif dalam aplikasi yang kapasitas sistemnya dibatasi oleh multipath fading. Pada tahap encoding dan transmission sequence dua buah sinyal ditransmisikan secara bersamaan dari dua antena pemancar yang berbeda [3]. Sinyal yang ditransmisikan dari antena pemancar nol dinotasikan sebagai S 0 dan untuk antena pemancar satu dinotasikan sebagai S 1. Pada periode simbol berikutnyasinyal ( S 1 ) ditransmisikan dari antena pemancar nol, sedangkan simbol (S 0 ) ditransmisikan dari antena pemancar pertama. Tanda * merupakan operasi kompleks conjugate. Sequence ini ditunjukkan dalam tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Encoding dan Transmission Sequence Antena 0 Antena 1 Waktu t S 0 S 1. Waktu t+t S 1 S 0

A343 Kanal pada waktu t dimodelkan dengan complex multicative distortion dan dinotasikan dengan h 0(t) untuk antena pemancar nol dan h 1 (t) untuk antena pemancar satu. Dengan mengasumsikan fading dan bersifat konstan antara dua simbol yang berurutan dapat ditulis: h 0 (t) = h 0 (t) = h 0 = α 0 e jɵ 0 (1) h 1 (t) = h 1 (t+t) = h 1 = α 1 e jɵ 1 (2) dimana T merupakan durasi simbol. Sinyal yang diterima dapat diekspresikan sebagai berikut: r 0 = r(t) = h 0 s 0 + h 1 s 1 + n 0 (3) r 1 = r(t+t) = - h 0 s 1 + h 1 s 0 + n 1 (4) Dimana r 0 dan r 1 masing-masing adalah sinyal yang diterima pada waktu t dan t + T sedangkan n 0 dan n 1 merupakan noise pada penerima. B. Prinsip OFDM Pada OFDM, bandwidth sinyal dibagi menjadi banyak sub channel yang ditransmisikan secara paralel untuk menghilangkan efek delay spread [4]. Sub-channel yang berdekatan saling overlapped dengan menjaga sifat orthogonalitas sehingga bandwidth lebih efisien. Di depan simbol OFDM di tambahkan cyclic prefix untuk menghilangkan InterSimbol Interference[ISI].Standar IEEE 802.11 g digunakan karena menggunakan frekuensi kerja 2,4 Ghz. C. Mapper dan demapper Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Pada penelitian ini proses mapping menggunakan modulasi QPSK atau quadrature-psk dimana informasi yang akan dikirimkan diubah menjadi simbol QPSK. Tujuan dari mapping ini adalah untuk mendapatkan 4 phase output yang berbeda dimana pada prosesnya dibutuhkan 4 kondisi input yang berbeda dengan menggunakan bit input lebih dari 1 bit tunggal. Dalam hal ini, yaitu menggunakan 2 bit, sehingga ada 4 kondisi yang mungkin yaitu: 00, 01, 10 dan 11. Singkatnya dalam modulasi QPSK menghasilkan output berupa simbol dimana dalam 1 simbol mewakili 2 bit. Pada demmaping proses yang terjadi berkebalikan dari mapping, yaitu perubahan dari simbolsimbol menjadi suatu bit. Dimana 1 simbol mewakili 2 bit. D. IFFT dan FFT Proses IFFT dan FFT merupakan inti dalam sistem OFDM dengan konsep multicarrier. Pada proses IFFT berfungsi untuk membangkitkan frekuensi carrier yang saling orthogonal satu sama lain. Jumlah titik IFFT pada implementasi bernilai 2 n, dengan n adalah bilangan bulat positif. Titik IFFT bisa diset sesuai dengan jumlah subcarrier yang digunakan atau lebih besar. Dalam implementasi di WARP nanti, jumlah titik IFFT merupakan jumlah dari subcarrier yang berisi data input dan guard subcarrier yang berisi data dengan nilai 0. Sementara blok FFT berfungsi sebagai osilator lokal pada penerima yang akan memisahkan antara frekuensi carrier dengan simbolsimbol OFDM yang berbeda pada frekuensi tersebut. Jumlah titik FFT sama seperti jumlah titik IFFT. Berdasarkan [5] persamaan untuk proses IFFT pada pemancar untuk sample ken di simbol OFDM ke-m yaitu: s m,n = 1 N 1 A N m,ke j2πkn N k=0, 0 n N 1 (5) Dimana: N = Ukuran IFFT A m,k = Simbol data hasil modulasi pada subcarrier ke-k di simbol OFDM ke-m. III. DESAIN SISTEM OFDM Proses integrasi pada matlab dengan menggunakan modul WARP merupakan tahap awal yang bertujuan untuk menyiapkan perangkat agar sistem OFDM dapat digunakan. Pada tahap ini dibutuhkan beberapa perangkat agar sistem OFDM dapat bekerja dengan baik. Secara Hardware Architecture dapat dilihat pada gambar 1. FPGA Clock Analog ETHERNET GIGABYTE SWITCH Gambar 1. Proses Integrasi Matlab pada WARP Tx ( Kanal ) FPGA Clock Analog Pada konsep desain perancangan sistem OFDM pada tugas akhir ini dibangun dari sistem pemancar dan sistem penerima yang akan diimplementasikan dengan menggunakan modul WARP. Pada sisi pemancar proses OFDM dimulai dengan pembangkitan data acak yang akan di-mapping dengan skema modulasi QPSK. Dalam modulasi tersebut setiap dua bit informasi di mapping menjadi satu simbol, mapping bit informasi menjadi simbol-simbol kemudian ada penambahan pilot dan mengalami STBC encoding sebelum proses IFFT kemudian ada penambahan cyclic prefix dan preamble sebelum ditransmisikan melalui modul WARP dengan menggunakan dua buah antena. Adapun pada sisi penerima proses yang terjadi berkebalikan dengan proses pemancar dimana data tersebut akan diterima oleh satu buah antena yang akan mengalami beberapa proses diantaranya adalah pelepasan preamble dan cyclic prefix serta ada proses estimasi kanal dan estimasi fase error. Kemudian sebelum di demapping terdapat proses STBC decoding sehingga data dapat dihasilkan. A. Proses pada sisi pemancar Seperti yang telah di pelajari diatas pada sisi pemancar terdapat beberapa proses yang di alami oleh sinyal hingga menjadi sebuah data dan kemudian di ubah menjadi sinyal lagi untuk di pancarkan. Adapun proses tersebut antara lain:

A344 1. Pembangkitan sinyal secara acak 2. Modulasi QPSK 3. Penambahan Pilot 4. Perubahan dari serial ke paralel 5. IFFT 6. Penambahan Cyclic prefix 7. Perubahan dari paralel ke seri 8. Interpolasi B. Proses pada sisi penerima Pada sisi penerima terdapat beberapa proses sehingga memperoleh data yang diinginkan, diantaranya antara lain: 1. Proses Desimasi 2. Proses Cross Corelation antara preamble pada penerima dan LTS pada pemancar 3. Proses penghilangan Cyclic prefix 4. Proses FFT 5. Proses Equalizer 6. Proses konversi Paralel ke serial A. Korelasi LTS IV. ANALISA DATA Pada Gambar 2 terlihat terdapat 2 nilai puncak yang dihasilkan dari korelasi LTS. Sementara untuk garis merah menandakan nilai threshold yang diijinkan. Nilai threshold yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu 0.6 dari nilai puncak. Nilai puncak tersebut menandakan lokasi dari 2 buah LTS yang digunakan dalam sistem tersebut. Nilai puncak tersebut berada pada sample ke 593 dan 657, yang memiliki selisih dari kedua nilai tersebut yaitu 64 sesuai dengan banyaknya sample dalam 1 buah LTS. Nilai puncak tersebut akan berbeda-beda pada setiap pengukuran. Selanjutnya dari kedua nilai tersebut dapat diketahui letak simbol OFDM yang pertama. 6 5 4 LTS Correlation and Threshold X: 593 Y: 5.858 X: 657 Y: 5.933 adalah 0,00330. Hal ini menunjukkan bahwa pada modul WARP gain pemancar tidak dikuatkan sama sekali atau dikuatkan 0 kali sehingga memiliki nilai daya pancar yang rendah yaitu -42 dbm. Kemudian dilakukan perubahan terhadap nilai gain dengan kelipatan 5 kali sampai nilai gain maksimal yaitu 60. Terdapat perubahan nilai pada saat gain = 5 db, yaitu menjadi 0,00250. Hasil tersebut menunjukkan perbaikan pada nilai ketika nilai gain ditingkatkan yang sesuai dengan teori yang ada. Selanjutnya pada saat daya pancar -27,5 dbm nilai = 0 hal ini menunjukkan bahwa ketika gain = 20 db atau dikuatkan 20 kali maka nilai yang didapatkan adalah 0. Pengukuran berikutnya dilakukan pada jarak antara WARP TX dan RX sejauh 6 meter. Pada Saat nilai gain = 0 db, maka nilai yang didapat adalah 0,004200. Kemudian dilakukan perubahan nilai gain sebesar 5 db dengan daya pancar sebesar -39 dbm yang menghasilkan nilai sebesar 0,002300. Nilai tersebut menunjukkan penurunan yang cukup besar dari nilai yang sebelumnya sebesar 0,0019. Pada pengukuran ini nilai = 0 didapatkan saat daya pancar -25,25 dbm. Nilai = 0 hal ini menunjukkan bahwa ketika gain = 25 db atau dikuatkan 25 kali. Pengukuran berikutnya dilakukan pada jarak antara WARP TX dan RX sejauh 8 meter. Pada saat gain = 0 db nilai yang didapat adalah 0,00690. Setelah mengalami penguatan gain = 40 atau daya pancar -17 dbm terdapat nilai = 0. Jika dibandingkan dengan jarak sebelumnya perubahan nilai pada jarak 8 m cukup kecil saat penambahan nilai gain, sehingga pada saat nilai gain terbesar tidak mencapai nilai =. Dapat diambil kesimpulan bahwa dari pengambilan data ini bahwa perubahan jarak yang semakin jauh akan menyebabkan nilai semakin naik. Jika nilai noise pada saat pengukuran diasumsikan sama, maka perubahan jarak yang semakin besar akan menyebabkan sinyal mengalami peredaman yang besar pula. Peredaman tersebut akan menyebabkan nilai Signal to Ratio (SNR) mengalami penurunan sehingga menyebabkan nilai naik. OFDM Jarak 4 meter Jarak 6 meter Jarak 8 meter 3 2 1 0 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Sample Index Gambar 2. Hasil korelasi LTS. B. Analisa terhadap variasi jarak pada OFDM Pengukuran yang pertama dilakukan pada jarak antara WARP TX dan RX sejauh 4 meter. Berdasarkan Gambar 3, bisa dilihat pada jarak 4 meter hasil kurva menunjukkan nilai yang semakin kecil dengan semakin meningkatnya nilai gain. Saat nilai gain = 0 db, maka nilai yang didapat Gambar 3. Grafik kurva OFDM

A345 C. Analisa perbandingan OFDM dengan OFDM Pada Gambar 4. dapat dilihat bahwa pengukuran pada OFDM maupun OFDM pada jarak 4 meter hasil yang didapat sesuai dengan teori dimana nilai yang didapatkan akan semakin kecil dengan semakin meningkatnya nilai gain, akan tetapi OFDM memiliki nilai yang lebih baik di bandingkan dengan OFDM di mana pada OFDM nilai = 0 terjadi pada saat daya pancar -27 dbm sedangkan pada OFDM daya pancar -14,5 dbm sehingga dibutuhkan penguatan yang lebih tinggi lagi. 10-1 OFDM dan OFDM JARAK 4 meter OFDM bernilai 0,004200 dan untuk OFDM bernilai 0,0569223. Nilai = 0 terjadi pada saat daya pancar 25 dbm untuk OFDM sedangkan pada OFDM nilai = 0 didapat setelah daya pancar -12 dbm. Jika diamati pada Gambar 5 selisih nilai yang cukup besar terjadi dari nilai penguatan 0 db sampai dengan 60 db. Nilai = pada OFDM didapatkan pada daya pancar -28 dbm sedangkan untuk OFDM terjadi saat daya pancar sebesar -14 dbm. Hasil Gambar 6 terlihat bahwa kinerja pada OFDM maupun OFDM pada jarak 8 meter memiliki selisih nilai yang cukup besar, dimana ketika penguatan 0 db untuk OFDM bernilai 0,006900 dan untuk OFDM bernilai 0,10324156. Sehingga pada Gambar 6 terlihat perbedaan kurva yang cukup jauh saat OFDM dan OFDM. Meskipun nilai berbeda begitu jauh, akan tetapi nilai keduanya tidak bisa mencapai nilai. Sehingga dapat dianalisa bahwa pada jarak 8 meter pada OFDM masih dibutuhkan penguatan daya yang lebih tinggi lagi dan belum bisa mengatasi gangguan yang disebabkan oleh noise. 10 0 OFDM dan OFDM JARAK 8 meter Gambar IV. Kurva dan OFDM jarak 4 meter Dari gambar 4 juga dapat dilihat untuk mencapai nilai =, OFDM membutuhkan daya pancar -16 dbm sedangkan untuk OFDM membutuhkan daya pancar -32 dbm sehingga daya pancar yang dibutuhkan lebih kecil untuk OFDM. 10-1 OFDM dan OFDM JARAK 6 meter 10-1 -5 0 Gambar 6. Kurva dan OFDM jarak 8 meter Gambar 5. Kurva dan OFDM jarak 6 meter Berdasarkan Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa pengukuran pada OFDM maupun OFDM pada jarak 6 meter hasil yang didapat memiliki selisih nilai yang cukup besar, dimana ketika penguatan 0 db untuk A. Kesimpulan V. PENUTUP Berdasarkan hasil pengukuran pada skema OFDM untuk mendapatkan nilai = 0 dibutuhkan daya pancar senilai -12 dbm pada jarak 4 meter, -10,4 dbm pada jarak 6 meter dan pada jarak 8 meter tidak mendapatkan = 0. Sedangkan pada OFDM untuk mendapatkan nilai = 0 dibutuhkan daya pancar senilai -25,25 dbm pada jarak 4 meter, -22,9 dbm pada jarak 6 meter daya pancar senilai -14,5 dbm, sehingga dapat disimpulkan bahwa OFDM lebih baik pada OFDM. Disamping itu nilai juga dipengaruhi oleh nilai daya pancar dan jarak antara sumber dan tujuan.semakin besar nilai daya pancar, nilai semakin kecil sementara semakin besar jarak antara sumber dan tujuan, semakin besar nya nilai.

A346 DAFTAR PUSTAKA [1] Suwadi, Titiek Suryani, dan Ida Anisah, Performance analysis of cooperative communication systems using wireless open access research platform for indoor and outdoor environment, journal of theoretical and applied information technology, 31st January 2016. Vol.83. No.3. [2] Tarokh, V, Jafarkhani,H, dan Calderbank, A.R, Space-Time block codes from orthogonal design, IEEE Trans, inform.theory,vol 45,no 5,pp.1456-1467,July 1999. [3] Alamouti, Siavash M., "A Simple Transmit Diversity Technique for Wireless Communications", IEEE journal on select areas in communications., vol. 16 no 8, hal 1451-1458, oct 1998. [4] Titiek Suryani, Suwadi, Hasan, Implementation and Performance Evaluation of Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) using WARP IEEE International Seminar on Intelligent Technology and Its Applications 2015. [5] Abhayawardhana,V.S.I.J Wassell, Common Phase Error Correction with feedback for OFDM in WirelessCommunication, IEEE Global Telecommunications Conference,2002.