BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya pembangunan dan aktifitas produksi pada berbagai sektor industri di Indonesia, menyebabkan semakin besarnya kebutuhan energi yang harus dipenuhi. Pertumbuhan konsumsi energi rata-rata di Indonesia mengalami peningkatan mencapai 7% setiap tahunnya. Hal ini berbanding terbalik dengan cadangan minyak bumi yang semakin menurun. Berikut ini grafik yang menunjukan penurunan produksi minyak bumi di Indonesia pada tahun 1999 hingga tahun 2009. Gambar 1.1 Grafik Penurunan Produksi Minyak Bumi Sumber : BP Migas Dengan adanya penurunan produksi minyak yang merupakan sumber energi terbesar yang selama ini banyak digunakan, maka diperlukan adanya sumber energi lain yang dapat memenuhi kebutuhan energi. Salah satu energi alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah gas bumi. Pemanfaatan gas bumi di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an dan mengalami peningkatan pada tahun 1974. Hingga saat ini eksplorasi gas bumi di Indonesia 1
Bab I Pendahuluan 2 belum optimal. Maka dari itu diperlukan inovasi-inovasi teknologi dan optimasi proses recovery gas bumi untuk meningkatkan kualitas gas bumi yang diproduksi agar gas bumi dapat berkompetitif sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi. Salah satu industri yang memproduksi gas bumi adalah Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau PT Pertamina EP Region Sumatera Field Prabumulih. Gas yang dieksplor dari bumi masih memiliki kandungan pengotor yang dapat menurunkan nilai kalor pembakaran (kualitas dari gas bumi tersebut). Pengotor yang biasanya terdapat pada gas bumi adalah sulfur, air, CO 2, dan sebagainya. Air merupakan salah satu pengotor yang cukup besar di dalam gas bumi. Kandungan air pada gas bumi dapat menyebabkan korosi, pembentukan es dan gas hidrat pada peralatan proses dan perpipaan. Pada industri ini, penghilangan air dilakukan dengan proses absorpsi menggunakan pelarut Triethylene Glycol (TEG) pada Dehydration Gas Unit. Pada proses absorpsi, kondisi operasi dan kondisi umpan mempengaruhi proses perpindahan massa air dari gas bumi ke dalam Triethylene Glycol (TEG). Diperlukan kondisi operasi optimum yang disesuaikan dengan kondisi umpan untuk menghasilkan kondisi proses perpindahan massa air yang optimum. Kenaikan dan penurunan suhu umpan yang berasal dari sumur akan mempengaruhi besarnya kandungan air pada gas bumi. Fenomena ini menyebabkan kandungan air pada gas umpan berfluktuasi. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul Studi Optimasi Dehydration Gas Unit (DHU) Plant di Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau PT Pertamina EP Region Sumatera Field Prabumulih. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : a) Membuat simulasi proses DHU Plant SPG Merbau PT Pertamina EP Region Sumatera Field Prabumulih.
Bab I Pendahuluan 3 b) Mengetahui pengaruh beberapa variabel seperti pengaruh temperatur dan laju alir umpan TEG pada proses absorpsi; pengaruh temperatur Reboiler, refluks rasio, dan laju alir stripping gas pada proses regenerasi; serta pengaruh penurunan tekanan pada proses flashing. c) Mendapatkan temperatur dan laju umpan TEG optimal pada Glycol Contactor. d) Mendapatkan rasio umpan TEG terhadap kandungan air di aliran umpan gas yang optimal pada Glycol Contactor. e) Mendapatkan reflux ratio optimal pada proses regenerasi TEG. f) Mendapatkan temperatur Reboiler optimal pada Glycol Regenerator. g) Mendapatkan beda tekanan optimal di Valve pada proses flashing. 1.3 Ruang Lingkup a) Simulasi DHU Plant SPG Merbau PT Pertamina EP Region Sumatera Field Prabumulih menggunakan Aspen Hysys 7.3. b) Dehidrasi gas menggunakan prinsip proses absorpsi. c) Proses absoprsi air menggunakan pelarut TEG. d) Variabel proses yang dioptimasi adalah laju dan temperatur umpan TEG, rasio umpan TEG terhadap umpan gas, beda tekanan di Valve pada proses flashing, serta temperatur Reboiler dan reflux ratio pada proses regenerasi. e) Validasi model plant dilakukan dengan menggunakan data desain dan data proses DHU Plant SPG Merbau PT Pertamina EP Region Sumatera Field Prabumulih. f) Variabel proses yang diamati adalah laju molar H 2 O (lb/mmscf) pada dry gas, laju molar H 2 O (lb/mmscf) pada feed gas, beda temperatur antara laju TEG dengan feed gas, dan konsentrasi TEG pada feed TEG.
Bab I Pendahuluan 4 1.4 Tahapan Percobaan a) Tahap persiapan : peneliti melakukan studi literatur mengenai proses dehydration. b) Tahap pelaksanaan : peneliti melakukan observasi lapangan, membuat model DHU Plant SPG Merbau dan membandingkan hasil simulasi model dengan data sebenarnya. c) Tahap analisis : peneliti melakukan analisis sensitivitas dan menentukan kondisi optimum DHU Plant di SPG Merbau. d) Tahap akhir : peneliti melakukan penulisan laporan. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini dibagi ke dalam lima bagian dengan urutan sebagai berikut : 1) Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup, tahapan percobaan dan sistematika penulisan. 2) Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisikan landasan teori mengenai proses pemurnian gas, proses dehydration gas di SPG Merbau, larutan TEG, dan pemodelan. 3) Bab III Metodelogi Penelitian Bab ini menguraikan langkah-langkah penelitian mulai dari studi literatur, observasi lapangan, pembuatan model, validasi model, analisa sensitivitas hingga penentuan kondisi optimum. 4) Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab ini menjelaskan hasil validasi model data desain dan data proses; menjelaskan analisa sensitivitas untuk mengetahui pengaruh variabel input terhadap variabel output; serta menentukan kondisi optimum dari beberapa variabel proses.
Bab I Pendahuluan 5 5) Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang kemudian ditutup dengan saran.