Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat 3) Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat. Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat 3) Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat. Abstract

Natalina 1 dan Hardoyo 2. Surel : ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

LAPORAN AKHIR. Oleh : Badi ah Muniaty Syahab NIM

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

Kata Kunci: arang aktif, tempurung kelapa, kayu meranti, COD.

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

LAPORAN AKHIR. Dibuat Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk

LAPORAN AKHIR PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF BERBASIS CANGKANG DAN LUMPUR SAWIT

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp Diterima 26 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016

PENGARUH WAKTU IRADIASI GELOMBANG MIKRO TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KAYU EUCALYPTUS PELLITA SEBAGAI ADSORBEN. Fitri, Rakhmawati Farma

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG BUAH LONTAR (Borassus flabellifer Linn.) SEBAGAI ABSORBEN LIMBAH BATIK KAYU

Oleh: Hernayanti dan Elly Proklamasiningsih Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto (Diterima: 4 Oktober 2004, disetujui: 6 Nopember 2004)

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

telah melakukan pengujian untuk mengetahui konsentrasi bahan-bahan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

ANALISIS SIFAT ADSORPSI KARBON AKTIF KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA PADA LIMBAH CAIR BATIK DI KOTA PEKALONGAN

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PABRIK TAHU DI KELURAHAN MULYOJATI 16 C KOTA METRO

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT (SLUDGE) PABRIK PULP DAN PAPER

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN

TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Diploma III Teknik Kimia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADSORPSI ZAT WARNA DAN ZAT PADAT TERSUSPENSI DALAM LIMBAH CAIR BAIK

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Yudith Rizkia Widyawati, I. B. Putra Manuaba, dan Ni Gst Ayu Made Dwi Adhi Suastuti

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Oleh: ARUM KARTIKA SARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

Jurnal Kependidikan Kimia Hydrogen Vol. 1 Nomor 1, Juli 2013 ISSN:

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-116

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Eries Sejahtera, Pembimbing I : Ignatius Setiawan, drg., MM. Pembimbing II: Dr. Ahmad Soleh Setiyawan, ST., MT.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

LAMPIRAN A DATA HASIL ANALISA

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya

PENGGUNAAN MEDIA FILTRAN DALAM UPAYA MENGURANGI BEBAN CEMARAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KECIL TAPIOKA. Oleh : Johannes Bangun Fernando Sihombing F

PEMANFAATAN ECENG GONDOK SEBAGAI ZAT PENYERAP WARNA PADA LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PENCEMARAN AIR

I Putu Gde Suhartana Kajian Proses Fermentasi Sludge

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. yang disebabkan limbah yang belum diolah secara maksimal.

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

PENELITIAN PENGOLAHAN AIR KOLAM PENAMPUNGAN LINDI DENGAN GRANULAR FILTER KARBON AKTIF PADA TIPE REAKTOR VERTIKAL

POTENSI ARANG AKTIF DARI TULANG SAPI SEBAGAI ADSORBEN ION BESI, TEMBAGA, SULFAT DAN SIANIDA DALAM LARUTAN

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

MAKALAH KIMIA ANALITIK

PENGARUH SUHU, KONSENTRASI ZAT AKTIVATOR DAN WAKTU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KEMIRI

Transkripsi:

EnviroScienteae Vol. 12 No. 3, Nopember 2016 Halaman 225-234 p-issn 1978-8096 e-issn 2302-3708 PENINGKATAN KUALITAS EFLUEN SISTEM LUMPUR AKTIF LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN VARIASI BERAT ARANG AKTIF TERHADAP VOLUME EFLUEN MENGGUNAKAN ARANG AKTIF KAYU ULIN (Eusideroxylon zwageri) Improving The Quality Of The Effluent System Of Activated Sludge Wastewater From Tofu Industry With Active Charcoal Weight Variation Of The Effluent Volume Towards Activated Iron Wood Charcoal (Eusideroxylon zwageri) Handayani 1), Danang Biyatmoko 2), Abdullah 3), Jamzuri Hadie 2) 1) Badan Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat e-mail: handaychem@gmail.com 2) Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat 3) Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Abstract The purpose of this study was to (1) analyze the effect of the activation of iron wood charcoal towards improving the quality of activated charcoal based on moisture content, ash content and adsorption I2, (2) analyze the effect of weight variation activated iron wood charcoal in the activated sludge effluent to temperature parameter, TSS, ph, BOD5, COD and Ammonia, as well as getting the weight ratio of optimum active iron wood charcoal toward activated sludge effluent. The research design used a completely randomized design. The variation of weight variation of active charcoal from 0, 1, 2, 3, 4, 5 and 6 g with 3 (three) repetitions. This Research was done at the laboratory of Badan Lingkungan Hidup Banjarbaru. The conclusion of this study was that the effect of the activation of ironwood charcoal towards improvement of the quality of activated charcoal were moisture content, ash content and adsorption I2 obtained before activation was 3,02%; 2,41% and 609 mg/g, while moisture content, ash contents and adsorption I2 after being activated were 2,88%; 2,02 % and 685 mg/g. The moisture content and ash contents had reached the quality standard of SNI 06 3730-1995, but the adsorption I2 not yet. The eeffect of weight variation activated charcoal ironwood in the effluent sludge to the temperature, TSS, ph, BOD5, COD and ammonia parameter based on F-test results were highly significant (p<0,01). The parameter of temperature and ph increased as the weight of activated charcoal ironwood increased. The parameter of TSS, BOD5, COD and ammonia decreased as the weight of activated ironwood charcoal. The Parameter that did not reach the quality standard were COD and Ammonia. Optimum weight activated charcoal ironwood active against effluent activated sludge of 6 g. Optimum weight activated ironwood charcoal obtained temperature, TSS, ph, BOD5, COD and ammonia. The values of each were 27,7 0 C; 35,7 mg/l; 9,01; 44,2 mg/l; 108 mg/l and 15,2 mg/l. Keywords: ironwood, variation of weight, charcoal activated, wastewater of tofu, sludge effluent PENDAHULUAN Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan adalah pertumbuhan penduduk dan perkembangan industry, termasuk industri tahu. Umumnya industri ini tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah. Proses pengolahan limbah yang 225

EnviroScienteae Vol. 12 No. 3, Nopember 2016 : 225-234 tidak memadai mengakibatkan menurunnya kualitas air. Limbah cair industri tahu memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak dan garam-garam mineral. Menurut Husin (2008), nilai BOD, COD dan TSS pada limbah tahu masing-masing sebesar 4583 mg/l, 7050 mg/l dan 4743 mg/l. Hal tersebut menandakan banyaknya senyawa organik dalam air dapat meningkatkan aktivitas mikroba sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap (Damayanti dkk, 2004). Pencemaran yang berasal dari limbah cair industri tahu dapat diatasi dengan teknologi pengolahan limbah cair. Teknologi pengolahan limbah yang cukup berkembang saat ini adalah metode lumpur aktif.( Sari,2008), pengolahan limbah cair tahu dalam sistem aerob menghasilkan penurunan BOD5 dari 1395,05 mg/l menjadi 202,10 mg/l. Menurut Balantek (2011), penelitian mengenai pengolahan limbah rumah tangga menggunakan lumpur aktif berbahan dasar limbah tahu didapatkan nilai COD sebesar 180,06 dengan efisiensi sebesar 93,53%. Namun nilai BOD yang didapatkan masih belum memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, maka berdasarkan penelitian di atas masih perlu dilakukan treatment lanjutan yaitu metode arang aktif. Metode arang aktif merupakan teknologi yang cukup sederhana dan murah dalam pengolahan limbah cair, dimana pemilihan bahan baku merupakan faktor penting dalam pembuatan arang aktif. Pujiyanto (2010), menjelaskan pemilihan bahan dasar arang aktif sangat berpengaruh terhadap kapasitas adsorpsi dan kinetik. Arang aktif yang berbahan dasar dari kayu mempunyai struktur pori-pori besar yang jauh lebih teratur. Hal tersebut mendasari pemilihan limbah kayu ulin sebagai bahan baku arang aktif. Kayu ulin memiliki tekstur yang kuat dan keras. Kualitas arang aktif juga dipengaruhi oleh aktivator yang digunakan. Penggunaan aktivator Na2CO3 5% menghasilkan kualitas arang aktif yang sesuai dengan standar SNI 06 3730-1995 (Sunardi, 2008). Massa arang aktif dari tempurung kelapa dengan aktivator Na2CO3 digunakan untuk removal fenol sebesar 1 g (Gilar dkk., 2013). Menurut Taib (2014), massa arang aktif optimal yang digunakan dalam 200 ml air limbah tahu sebesar 1,2 g dengan nilai COD sebesar 69,12 mg/l dengan penurunan sebanyak 141,312 mg/l dan BOD sebesar 62,2656 mg/l dengan penurunan sebanyak 124,9920 mg/l, sehingga perlakuan menggunakan arang aktif sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas efluen lumpur aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh aktivasi arang kayu ulin terhadap peningkatan kualitas arang aktif berdasarkan kadar air, kadar abu dan daya serap I2. Menganalisis pengaruh variasi berat arang aktif kayu ulin pada efluen lumpur aktif terhadap parameter temperatur, ph, TSS, BOD5, COD dan Amoniak, serta mendapatkan perbandingan berat arang aktif kayu ulin optimum terhadap efluen lumpur aktif. METODE Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan faktor tunggal dengan 3 (tiga) kali ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah variasi berat arang aktif dengan 7 (tujuh) perlakuan terhadap efluen lumpur aktif. Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel bebas dari penelitian ini adalah variasi berat arang aktif. Variabel Terikat Variabel terikat dari penelitian ini adalah temperatur, TSS, ph, BOD5, COD dan Amoniak. 226

Peningkatan Kualitas Efluen Sistem Lumpur Aktif Limbah Cair (Handayani, et al) Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lakukan di di Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru. Pelaksanaan Penelitian direncanakan selama 6 bulan, mulai bulan Februari 2016 sampai Juli 2016. Alat dan bahan meter merk Horiba, Thermoreaktor Merk Hach, dan Spektrofotometri merk Hach. Bahan yang digunakan adalah sampel limbah cair tahu dari industri tahu Bapak Sujani di Loktabat Banjarbaru, Urea sebagai nutrien lumpur aktif, Limbah kayu ulin dan NaCO3 sebagai aktivator dalam pembuatan arang aktif dan Bahan kimia untuk analisa parameter ph, TSS, BOD5, COD dan Amoniak. Peralatan yang digunakan adalah Bak penampungan, Reaktor aerob, Aerator (Aquila P 3000), Rangkaian alat arang aktif sistem kolom, Seperangkat alat gelas Iwaki terkalibrasi, Corong Buchner dan pompa vakum, Oven merk mammert, Neraca Ohaus, Botol winkler 100 ml, Inkubator Merk Hach, Furnace merk mammert, ph HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Kualitas Arang Aktif Kayu Ulin Analisa kualitas yang diperoleh dari pembuatan arang aktif kayu ulin pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Hasil Pengujian Kualitas Arang Aktif No. Parameter Satuan Standar Hasil Pengujian Arang Aktif Sebelum aktivasi Sesudah Aktivasi 1. Kadar Air % Maks. 15 3,02 2,88 2. Kadar Abu % Maks. 10 2,41 2,02 3. Daya Serap I2 mg/g Min. 750 609 685 Sumber: data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan hasil analisis kualitas arang aktif kayu ulin didapatkan kadar air, kadar abu dan daya serap I2 pada arang yang belum diaktivasi cukup tinggi yaitu sebesar 3,02%; 2,41% dan 60 mg/g, sedangkan nilai kadar air, kadar abu dan daya serap I2 yang diperoleh sesudah aktivasi yaitu masing-masing sebesar 2,88%; 2,02% dan 685mg/g. Menurut Pope (1999), senyawa organik yang mengandung lignin, hemiselulosa dan selulosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan arang aktif. Bahan baku tersebut sangat efektif mengadsorpsi senyawa organik pada limbah cair. Kualitas Efluen Lumpur Aktif Kualitas efluen tersebut didapatkan melalui treatment awal menggunakan metode lumpur aktif. Hasil analisa efluen lumpur aktif dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisa Efluen Lumpur Aktif Parameter Satuan Baku mutu* Limbah Cair Tahu (Kontrol 1) Efluen Lumpur Aktif (Kontrol 2) Efisiensi (%) FISIKA Temperatur o C 38 28,4 27,6 2,8 Total Suspendid Solid (TSS) mg/l 200 918 222 75,8 KIMIA ANORGANIK ph - 6 9 5,66 8,10 30,1 227

EnviroScienteae Vol. 12 No. 3, Nopember 2016 : 225-234 Parameter Satuan Baku mutu* Limbah Cair Tahu (Kontrol 1) Efluen Lumpur Aktif (Kontrol 2) Efisiensi (%) BOD5 mg/l 50 771 226 70,7 COD mg/l 100 2764 646 76,6 Amoniak mg/l 1 64 46,3 27,7 Keterangan: * Peraturan Gubernur KalSel No. 36 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) Bagi Kegiatan Industri. Pengaruh Variasi Berat Arang Aktif Kayu Ulin Pada Efluen Lumpur Aktif Terhadap parameter Temperatur, TSS, ph, BOD5, COD dan Amoniak Hasil Analisis Temperatur Hasil Analisis Temperatur Rataan nilai temperatur dalam pengolahan efluen lumpur aktif menggunakan variasi berat arang aktif kayu ulin disajikan pada Tabel 3 dibawah ini. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa variasi berat arang aktif berpengaruh nyata terhadap nilai temperatur. Nilai temperatur efluen lumpur aktif setelah perlakuan cenderung mengalami penurunan berkisar 27,3 o C sampai 27,7 o C, nilai ini telah memenuhi baku mutu yaitu sebesar 38 o C. Hal ini bisa disebabkan karena lamanya waktu kontak dengan arang aktif selama 5 jam yang secara tidak langsung dapat menurunkan temperatur efluen lumpur aktif. Tabel 3. Hasil analisa temperatur pada pengolahan efluen lumpur aktif Pengulangan Jumlah Arang Aktif (g) R1 27,2 27,5 27,4 27,4 27,5 27,6 27,8 R2 27,3 27,4 27,3 27,5 27,5 27,6 27,8 R3 27,4 27,3 27,4 27,4 27,4 27,7 27,6 Rataan 27,3 a 27,4 ab 27,4 ab 27,4 ab 27,5 bc 27,6 bc 27,7 cd nyata (p<0,05) Hasil Analisis Total Suspendid Solid (TSS) Rataan nilai TSS dalam pengolahan efluen lumpur aktif menggunakan variasi berat arang aktif kayu ulin disajikan pada Tabel 4 dibawah ini. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa variasi berat arang aktif berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap nilai TSS. Hal ini menunjukkan bahwa variasi berat arang aktif kayu ulin mempunyai peran dalam menurunkan nilai TSS. Menurut Sudaryati (2007), penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air limbah. Berdasarkan hasil penelitian nilai TSS terendah sebesar 35,7 mg/l, didapatkan pada perlakuan dengan berat arang aktif sebesar 6 g. Hasil pengolahan dengan metode arang aktif mampu menurunkan nilai TSS mencapai baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar 200 mg/l. Tabel 4. Hasil analisa tss pada pengolahan efluen lumpur aktif Pengulangan Jumlah Arang Aktif (g) R1 205 173 150 128 108 88 35 R2 215 185 145 115 105 78 38 R3 174 150 129 106 118 82 34 228

Peningkatan Kualitas Efluen Sistem Lumpur Aktif Limbah Cair (Handayani, et al) Pengulangan Jumlah Arang Aktif (g) Rata-rata 198 a 169 b 141 c 116 d 110 de 82,7 f 35,7 g Efisiensi (%) 10,9 23,8 36,4 47,7 50,4 62,8 83,9 nyata (p<0,05) Hasil Analisis ph Rataan nilai ph dalam pengolahan efluen lumpur aktif menggunakan variasi berat arang aktif kayu ulin disajikan pada Tabel 5 dibawah ini. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa variasi berat arang aktif berpengaruh nyata terhadap nilai ph. Hal ini menunjukkan bahwa variasi berat arang aktif kayu ulin mempunyai peran dalam menaikkan nilai ph. Nilai ph pada variasi berat arang aktif didapatkan berkisar antara 8,15 sampai 9,01. Hasil pengolahan dengan metode arang aktif mampu menaikkan nilai ph mencapai baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar 6-9. Tabel 5. Hasil analisa ph pada pengolahan efluen lumpur aktif Pengulangan Jumlah Arang Aktif (g) R1 8,47 8,57 8,76 8,65 9,24 8,58 8,74 R2 8,01 8,64 8,73 8,67 8,82 8,55 8,88 R3 7,98 8,43 8,39 8,54 8,94 8,34 9,4 Rata-rata 8,15 a 8,55 ab 8,63 bc 8,62 bc 9,00 bc 8,49 cd 9,01 d Efisiensi (%) 1,00 5,51 6,50 6,42 11,11 4,81 11,19 nyata (p<0,05) Hasil Analisis Biologycal Oxygen Demand (BOD5) Rataan nilai BOD5 menggunakan variasi berat arang aktif kayu ulin disajikan pada Tabel 6 di bawah ini. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa variasi berat arang aktif berpengaruh nyata terhadap nilai BOD5 (p<0,05). Nilai BOD5 terendah hasil pengolahan dengan arang aktif didapatkan sebesar 44,2 mg/l pada perlakuan dengan berat arang aktif sebesar 6 g. Nilai BOD5 telah memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar 50 mg/l. Penurunan nilai BOD5 terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah arang aktif kayu ulin yang digunakan pada pengolahan efluen lumpur aktif. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peristiwa adsorpsi oleh arang aktif kayu ulin terhadap senyawa organik. Adsorpsi yang terjadi adalah terakumulasinya partikel pada permukaan arang aktif. Tabel 6. Hasil analisis BOD5 pada pengolahan efluen lumpur aktif Pengulangan Satuan Berat Arang Aktif (g) R1 mg/l 190,0 123,4 90,4 80,2 60 50,2 47,2 R2 mg/l 210,0 103,2 65,2 80,6 80,8 59,8 45,6 R3 mg/l 160,0 102,4 82 78,4 62,4 61,6 39,8 Rata-rata mg/l 186,7 a 109,7 b 79,2 dc 79,7 c 67,7 c 57,2 cd 44,2 d Efisiensi (%) 17,4 51,5 64,9 64,7 70,0 74,7 80,4 nyata (p<0,05) 229

EnviroScienteae Vol. 12 No. 3, Nopember 2016 : 225-234 Hasil Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) Rataan nilai COD dalam pengolahan efluen lumpur aktif menggunakan variasi berat arang aktif kayu ulin disajikan pada Tabel 7 di bawah ini. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa variasi berat arang aktif berpengaruh sangat nyata terhadap nilai COD (p<0,01). Nilai COD terendah hasil pengolahan dengan arang aktif didapatkan sebesar 108 mg/l pada perlakuan dengan berat arang aktif sebesar 6 g. Berdasarkan hasil tersebut terlihat adanya pengaruh berat arang aktif kayu ulin terhadap perubahan COD yang terjadi pada pengolahan efluen lumpur aktif dengan metode arang aktif. Namun nilai tersebut belum memenuhi baku mutu yaitu sebesar 100 mg/l. Tabel 7. Hasil analisis COD pada pengolahan efluen lumpur aktif Pengulangan Satuan Berat Arang Aktif (g) R1 mg/l 502 455 415 354 267 223 130 R2 mg/l 580 537 485 375 355 245 114 R3 mg/l 576 523 452 339 348 286 107 Rata-rata mg/l 553 a 505 ab 451 b 356 cd 323 d 151 d 108 e Efisiensi (%) 14,4 21,8 30,2 44,9 49,9 61,1 83,3 sangat nyata (p<0,01) Hasil Analisis Amoniak Rataan nilai Amoniak terhadap proses dalam pengolahan efluen lumpur aktif menggunakan variasi berat arang aktif kayu ulin disajikan pada Tabel 8 di bawah ini. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa variasi berat arang aktif berpengaruh sangat nyata terhadap nilai Amoniak (p<0,01). Nilai Amoniak terendah hasil pengolahan dengan arang aktif didapatkan sebesar 15,2 mg/l pada perlakuan dengan berat arang aktif sebesar 6 g. Namun nilai tersebut belum memenuhi baku mutu yaitu sebesar 1 mg/l. Berdasarkan hasil analisis di atas didapatkan grafik hubungan antara berat arang aktif kayu ulin terhadap parameter temperature, TSS, ph, BOD5, COD dan Amoniak sebagai berikut: Tabel 8. Hasil analisis amoniak pada pengolahan efluen lumpur aktif Pengulangan Satuan Berat Arang Aktif (g) R1 mg/l 42,4 38,7 35,8 31,2 27,3 23,5 15 R2 mg/l 41,1 37,9 36,2 31,7 26,6 21,3 16,4 R3 mg/l 44,1 38 35,8 32,8 26,7 24,5 14,1 Rata-rata mg/l 45,5 a 38,2 b 35,9 b 31,9 c 26,9 d 23,1 e 15,2 f Efisiensi (%) 8,1 17,5 22,4 31,1 42 50,1 67,2 sangat nyata (p<0,01) 230

Peningkatan Kualitas Efluen Sistem Lumpur Aktif Limbah Cair (Handayani, et al) (a) (b) (c) (d) (e) (f) Gambar 1. Grafik hubungan antara berat arang aktif kayu ulin terhadap parameter temperature, TSS, ph, BOD5, COD dan Amoniak; (a) Temperatur, (b). TSS, (c). ph, (d) BOD5, (e). COD, (f). Amoniak peningkatan temperatur pada efluen lumpur aktif, namun tidak begitu tajam. Hasil ini ditunjang dengan data statistik menggunakan uji F menunjukkan bahwa variasi berat arang aktif kayu ulin berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap temperatur. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Duncan untuk variasi berat arang aktif kayu ulin didapatkan pada berat arang aktif sebesar 6 g berbeda nyata (p<0,05) terhadap 0, 1, dan 2 g. Hal ini menunjukkan bahwa berat arang aktif kayu ulin sebesar 6 g merupakan berat optimum. penurunan yang tajam terhadap nilai TSS pada efluen lumpur aktif. Semakin banyak 231

EnviroScienteae Vol. 12 No. 3, Nopember 2016 : 225-234 jumlah arang aktif kayu ulin yang digunakan maka semakin rendah nilai TSS yang didapatkan. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Duncan berat arang aktif kayu ulin sebesar 6 g memiliki pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap pasangan perlakuan yang lain pada parameter TSS. kenaikan nilai ph pada efluen lumpur aktif, namun tidak begitu tajam. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak berat arang aktif kayu ulin yang digunakan maka nilai ph mengalami pengingkatan. Hal tersebut terjadi akibat penggunaan aktivator natrium karbonat yang bersifat basa. Berdasarkan uji Duncan untuk berat arang aktif kayu ulin 6 g memiliki pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap 0, 1 dan 5 g pada parameter ph. penurunan yang tajam terhadap nilai BOD5 pada efluen lumpur aktif. Berdasarkan hasil uji Duncan didapatkan berat arang aktif kayu ulin sebesar 5g dan 6 g memiliki pengaruh nyata terhadap kualitas efluen lumpur aktif. Berdasarkan hasil tersebut maka diketahui bahwa berat arang aktif kayu ulin optimum adalah sebesar 6 g. Penurunan nilai BOD5 terjadi seiring dengan meningkatnya berat arang aktif kayu ulin yang digunakan pada pengolahan efluen lumpur aktif. penurunan yang tajam terhadap nilai COD pada efluen lumpur aktif. Semakin berat arang aktif kayu ulin yang digunakan maka semakin rendah nilai COD yang didapatkan. Berdasarkan uji Duncan didapatkan berat arang aktif kayu ulin sebesar 6 g memiliki pengaruh nyata terhadap kualitas efluen lumpur aktif. Berdasarkan hasil tersebut maka diketahui bahwa berat arang aktif kayu ulin optimum adalah sebesar 6 g. penurunan yang tajam terhadap nilai Amoniak pada efluen lumpur aktif. Semakin berat arang aktif kayu ulin yang digunakan maka semakin rendah nilai Amoniak yang didapatkan. Berdasarkan uji Duncan didapatkan berat arang aktif kayu ulin sebesar 6 g memiliki pengaruh nyata terhadap kualitas efluen lumpur aktif. Berdasarkan hasil tersebut maka diketahui bahwa berat arang aktif kayu ulin optimum adalah sebesar 6 g. Analisis Perbandingan Berat Arang Aktif Kayu Ulin Optimum Terhadap Efluen Lumpur Aktif Hasil analisis perbandingan berat arang aktif kayu ulin optimum terhadap efluen lumpur aktif pada parameter temperatur, TSS, ph, BOD5, COD dan Amoniak terbaik diperoleh pada berat arang aktif kayu ulin sebesar 6 g. Kompilasi perbandingan berat arang aktif kayu ulin optimum pada semua parameter di atas disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Kompilasi perbandingan berat arang aktif kayu ulin optimum pada parameter temperatur, TSS, ph, BOD5, COD dan Amoniak. Parameter Satuan Berat Arang Aktif (g) Temperatur o C 27,3 a 27,4 a 27,4 b 27,4 bc 27,5 bc 27,6 bc 27,7 c TSS mg/l 198 a 169 a 141 ab 116 b 110 b 82,7 bc 35,7 d ph - 8,15 c 8,55 b 8,63 ab 8,62 ab 9,00 a 8,49 bc 9,01 a BOD5 mg/l 186,7 a 109,7 b 79,2 dc 79,7 c 67,7 c 57,2 cd 44,2 d COD mg/l 553 a 505 ab 451 b 356 cd 323 d 151 d 108 e Amoniak mg/l 45,5 a 38,2 b 35,9 b 31,9 c 26,9 d 23,1 e 15,2 f nyata (p<0,05) 232

Peningkatan Kualitas Efluen Sistem Lumpur Aktif Limbah Cair (Handayani, et al) Berdasarkan hasil analisis ragam (Anova) menunjukkan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap parameter temperatur, sedangkan uji Duncan didapatkan variasi berat arang aktif kayu ulin didapatkan pada berat arang aktif sebesar 6 g berbeda nyata (p<0,05) terhadap 0, 1 dan 2 g. Hal ini menunjukkan bahwa berat arang aktif kayu ulin sebesar 6 g merupakan berat optimum. Berdasarkan tabel di atas nilai rataan TSS yang didapatkan berkisar 198 mg/l sampai 35,7 mg/lnilai TSS yang didapatkan memiliki rentang yang cukup jauh antara variasi berat arang aktif kayu ulin. Hasil analisis sidik ragam (Anova) menunjukkan memiliki pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap parameter TSS, sedangkan uji Duncan variasi berat arang aktif kayu ulin memiliki pengaruh berbeda nyata (p<0,01) terhadap pasangan perlakuan pada parameter TSS. Perbandingan berat arang aktif kayu ulin optimum terhadap efluen lumpur aktif didapatkan sebesar 6 g. Hasil analisis sidik ragam (Anova) menunjukkan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap parameter ph, berdasarkan uji Duncan berat arang aktif kayu ulin 6 g memiliki pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap 0, 1 dan 5 g pada parameter ph. Nilai rataan BOD5 yang didapatkan berkisar 186,7 mg/l sampai 44,2 mg/l. Hasil analisis sidik ragam (Anova) menunjukkan bahwa variasi jumlah arang aktif kayu ulin berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap parameter BOD5, sedangkan uji Duncan untuk berat arang aktif kayu ulin 6 g memiliki pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap 0, 1, 3 dan 4 g pada parameter BOD5. Analisis perbandingan berat arang aktif kayu ulin terhadap efluen lumpur aktif didapatkan sebesar 6 g. Berat arang aktif kayu ulin optimum adalah sebesar 6 g untuk parameter BOD5. Nilai rataan COD yang didapatkan berkisar 553 mg/l sampai 108 mg/l. Hasil analisis sidik ragam (Anova) menunjukkan variasi berat arang aktif kayu ulin memiliki pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap parameter COD, sedangkan uji Duncan untuk berat arang aktif kayu ulin sebesar 6 g berbeda nyata (p<0,01) terhadap pasangan perlakuan yang lain pada parameter COD. Analisis perbandingan berat arang aktif kayu ulin optimum terhadap efluen lumpur aktif didapatkan sebesar 6 g. Nilai rataan Amoniak yang didapatkan berkisar 45,5 mg/l sampai 15,2 mg/l. Hasil analisis sidik ragam (Anova) menunjukkan variasi berat arang aktif kayu ulin memiliki pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap parameter Amoniak, sedangkan uji Duncan untuk berat arang aktif kayu ulin sebesar 6 g berbeda nyata (p<0,01) terhadap pasangan perlakuan yang lain pada parameter amoniak. Hal ini menunjukkan bahwa variasi berat arang aktif kayu ulin mampu menurunkan nilai Amoniak. Analisis perbandingan berat arang aktif kayu ulin optimum terhadap efluen lumpur aktif sebesar 6 g. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aktivasi arang kayu ulin berpengaruh nyata terhadap peningkatan kualitas arang aktif. Kadar air, kadar abu dan daya serap I2 sebelum diaktivasi arang kayu ulin didapatkan masing-masing sebesar 3,02%; 2,41% dan 6098 mg/g, sedangkan kadar air, kadar abu dan daya serap I2 setelah diaktivasi sebesar 2,88%; 2,02 % dan 685 mg/g. Kadar air dan kadar abu telah memenuhi standar SNI 06 3730-1995, sedangkan daya serap I2 masih belum memenuhi standar. 2. Variasi berat arang aktif kayu ulin pada efluen lumpur aktif berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap temperatur, ph, TSS, BOD5, COD dan Amoniak. Temperatur dan ph meningkat seiring dengan peningkatan berat arang aktif kayu ulin, sedangkan TSS, BOD5, COD dan amoniak mengalami penurunan. Parameter yang memenuhi baku mutu 233

EnviroScienteae Vol. 12 No. 3, Nopember 2016 : 225-234 Peraturan Gubernur Kalsel No. 36 Tahun 2008 adalah temperatur, TSS, ph dan BOD5 sementara yang belum memenuhi baku mutu adalah COD dan Amoniak. 3. Berat arang aktif kayu ulin optimum terhadap efluen lumpur aktif yaitu sebesar 6 g. Pada berat arang aktif kayu ulin 6 g didapatkan kualitas efluen lumpur aktif dengan nilai untuk parameter temperatur, TSS, ph, BOD5, COD dan Amoniak masing-masing sebesar 27,7 0 C; 35,7 mg/l; 9,01; 44,2 mg/l; 108 mg/l dan 15,2 mg/l. DAFTAR PUSTAKA Balantek, A. H. (2011). Pengolahan Limbah Rumah Tangga menggunakan Lumpur Aktif Berbahan Dasar Limbah Tahu. [Tesis]. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru: 42-46. Damayanti, A., H. Joni., M. Ali. (2004). Analisis Resiko Lingkungan Dari Pengolahan Limbah pabrik tahu dengan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.). Program Studi Teknik Lingkungan. ITS. Surabaya. Jurnal Purifikasi. 5(4):153-154. Gilar S. Pambayun, Remigius Y.E. Yulianto, M. Rachimoellah, Endah M.M. Putri. (2013). Pembuatan Karbon Aktif dari Arang Tempurung Kelapa Dengan Aktivator ZnCl2 dan Na2CO3 sebagai Adsorben Untuk Mengurangi Kadar Fenol Dalam Air Limbah. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya. Jurnal Teknik Pomits. 2(1). ISSN 2337-3539. Husin, A. (2008). Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob Dalam Reaktor Fixed-Bed. Universitas Sumatera Utara. Medan. Pope, J. P. (1999). Activated Carbon and Some Aplication for Remediation of Soil and Ground Water Pollution. Civil Enggineering. Departement Virginia Tech. Virginia. Pujiyanto. (2010). Pembuatan Karbon Aktif Super dari Batubara dan Tempurung Kelapa. Faultas Teknik Program Studi Magister Teknik Kimia. Universitas Indonesia. Jakarta. Sari, Y. (2008). Pengaruh Penambahan Biodek Terhadap BOD, ph, dan TSS Limbah Cair Tahu. [Tidak Dipublikasikan]. Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru: 25. Sunardi dan Nurliani. (2008). Pemanfaatan Arang Aktif Sekam Padi Dengan Aktivator Natrium Karbonat (Na2CO3) 5% Untuk Mengurangi Kadar Besi (Fe) Dalam Air Ledeng. Jurnal Hutan Tropis Borneo. 22: 99-104. Taib, Lindawati. (2014). Uji Efektifitas Karbon aktif Kulit Singkong Mentega (manihot escutenta) dalam Menurunkan kadar BOD dan COD Limbah Cair Tahu. Jurusan Kesehatan Masyarakat. Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Gorontalo. 234