BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang


BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). tujuh tulang (vertebra) dengan bantalan lunak (cakram) antara masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI KECAMATAN SOKARAJA BANYUMAS

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan industri kreatif

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dan menjamur penggunaannya terutama perkantoran. Penggunaan personal computer (PC) secara global saat ini terus

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan melalui pembelajaran, penyempurnaan, atau temuan baru secara interaktif, berkolaborasi dengan berbagai kajian keilmuan. Demikian halnya dengan ergonomi, sebagai ilmu yang berangkat dari suatu konsep dan suatu ide tentang keterbatasan manusia sebagai komponen dasar dalam suatu sistem kerja, ergonomi terus mengalami perkembangan dan berjalan menuju arah yang tetap, melalui studi-studi ilmuan mengenai perakitan antara orang dengan lingkungan kerjanya. Melalui kolaborasi beberapa bidang keilmuan seperti anatomi, fisiologis, antropometri, psikologi, teknik, dan fisika, ergonomi berupaya mencapai sasaran akhir terciptanya efesiensi yang meningkat dari kegiatan manusia (Santoso, 2013). Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja, baik pada sektor modern, maupun pada sektor informal dan tradisional. Perkembangan dan aplikasi ilmu ergonomi sampai saat ini telah cukup banyak dan bervariatif dalam masyarakat. Hasilnya memberikan konstribusi terhadap upaya peningkatkan kesejahteraan hidup secara luas, bukan hanya pada sektor industri, namun juga menyentuh bidang lain seperti kedokteran, kontruksi, dan sistem kerja perkantoran. Penerapan ergonomi secara signifikan akan meningkatkan produktivitas minimun 10% (Suma mur, 2009) dan penerapan ergonomi juga dapat mengurangi biaya kompensasi pekerja akibat penyakit akibat kerja (PAK) serta mengurangi tingkat kecelakaan. Menurut data The Bureau Labour Statistik (BLS) 55% kecelakaan dan penyakit akibat kerja berkaitan dengan ergonomi (Syaufii, 2009). Ergonomi berkembang dalam peradaban manusia modern setelah Perang Dunia Kedua berupa pengalaman dengan senjata perang, baik beban, ukuran maupun kapan digunakan oleh prajurit dalam melaksanakan suatu misi 1

2 tertentu. The International Ergonomics Association mendefinisikan ergonomi sebagai studi tentang aspek menusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan (Hadipoetro, 2014). Dalam perkembangannya ergonomi dibagi atas ergonomi klasik dan ergonomi kognitif. Ergonomi klasik menitikberatkan pada ergonomi fisik, ergonomi fisik merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang bertujuan untuk menciptakan kenyamanan kerja guna meningkatkan kerja seperti melakukan antisipasi dan pengaturannya terhadap suhu kerja, kebisingan, kelembaban, cahaya, dan polutan. Dalam ergonomi klasik, sistem kerja dipengaruhi oleh postur kerja, peralatan kerja (tata letaknya), metode kerja, arus material, dan ruang kerja. Ergonomi kognitif sebagai studi tentang perilaku manusia yang dimediasi oleh alat dan perlengkapan kognitif baik yang alamiah maupun yang membutuhkan kemampuan manusia untuk memperoses informasi (Hadipoetro, 2014). Gejala yang umum yang terjadi akibat dari sistem kerja yang tidak sesuai dengan prinsip ergonomi adalah keluhan musculuskeletal atau musculoskeletal disorders (MSDs). Keluhan musculuskeletal adalah keluhan pada bagian otototot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan Musculuskeletal Disorders (MSDs) atau cedera pada sisem musculoskeletal (Tawarka, et al., 2004). Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang, dan otot-otot bagian bawah. Para pakar fisiologi kerja dalam beberapa penelitian menemukan bahwa sikap kerja yang tidak alamiah

3 seperti sikap statis dalam waktu yang lama, gerakan memutar dan menunduk yang berulang, bekerja dengan menggunakan kekuatan yang berlebihan, gerakan yang berulang (refetitive), pengangkatan secara manual, bekerja dengan gerakan cepat, getaran pada seluruh tubuh dan sebagainya merupakan pemicu terjadinya MSDs (Pearce, 2009). Sakit leher adalah kejadian umum dengan kejadian seumur hidup mulai dari 22% sampai 70%. Lebih dari sepertiga pekerja dengan komputer akan merasakan gejala kronis selama lebih dari 6 bulan lamanya, 3 di antaranya termasuk masalah kesehatan yang serius. Lebih dari 50% pekerja dengan sakit leher dirujuk untuk fisioterapi. Prevalensi puncak pada usia pertengahan dan faktor risiko meliputi pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama dengan posisi leher fleksi (menekuk ke depan) (Nurmianto, 2004). Nyeri musculoskeletal di leher adalah rasa nyeri yang meliputi kelainan saraf, tendon, otot dan ligamen di sekitar leher. Berbagai jenis pekerjaan dapat mengakibatkan nyeri leher terutama selama bekerja dengan posisi tubuh yang salah sehingga membuat leher berada dalam posisi tertentu dalam jangka waktu lama. Misalkan pekerja yang sepanjang hari hanya duduk bekerja dengan komputer (Rahim, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri leher pada penguna komputer umumnya karena pengguna tidak memperhatikan ergonomi yang baik saat menggunakan komputer, serta berlangsung lama dan terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan ketegangan otot-otot sekitar leher dan pundak yang berkelanjutan menjadi nyeri leher. Standar perilaku ergonomi yang baik seperti jarak layar dan mata tepat sehingga pengguna nyaman tidak terlalu membungkuk (Rahim, 2012).

4 Sebuah studi menunjukkan prevalensi nyeri musculuskeletal karena ergonomi pada leher di masyarakat selama 1 tahun besarnya 40% dan prevalensi ini lebih tinggi pada wanita. Selama 1 tahun, prevalensi nyeri musculoskelatal di daerah leher pada pekerja besarnya berkisar antara 6-76% dan wanita ternyata juga lebih tinggi dibandingkan pria. Di Kanada, sebanyak 54% dari total penduduk pernah mengalami nyeri di daerah leher dalam 6 bulan yang lalu. Sedangkan Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat melaporkan bahwa 34,7% respondennya mengeluhkan keluhan musculoskeletal (Hudaya, 2009). Di Indonesia, setiap tahun sekitar 16,6% populasi dewasa mengeluhkan rasa tidak enak di leher, bahkan 0,6% bermula dari rasa tidak enak di leher menjadi nyeri leher yang berat. Insidensi nyeri leher meningkat dengan bertambahnya usia, dimana lebih sering mengenai wanita daripada laki-laki dengan perbandingan 1,67:1 (Hudaya, 2009). Di kota Tangerang terdapat keluhan yang paling banyak dirasakan yaitu pada leher bagian atas sebesar 90% pekerja yang mengalami keluahan berupa nyeri/sakit, kaku, dan pegal-pegal. Karena postur tubuh atau sikap kerja yang statis atau berulang saat melakukan pekerjaan dengan jangka yang panjang dan pekerja yang tidak pernah melakukan relaksasi saat mempunyai waktu luang (Rahim, 2012). PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Jakarta-Tangerang yang terletak di Plaza Tol Tangerang, Jl. Raya Serpong, Kec. Tangerang, Banten 15001, Indonesia, Jasa Marga Sebagai perusahaan jalan tol pertama di Indonesia, dengan pengalaman lebih dari 37 tahun dalam membangun dan mengoperasikan jalan tol, saat ini Jasa Marga adalah pemimpin dalam mengelola lebih dari 531 km jalan tol atau 76% dari total jalan tol di Indonesia. Sebagai perusahaan infrastruktur penyedia jalan tol, keberadaan Jasa Marga sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Pertumbuhan penjualan kendaraan yang tinggi serta kebijakan otoritas pengatur jalan tol yang semakin

5 kondusif akan membuat posisi Jasa Marga semakin kuat dalam industri jalan tol di Indonesia. Hasil data MCU 2014 yang didapatkan 70 pengumpul tol Tangerang-Karawaci yang mengeluhkan gejala terkait MSDs. Hasil wawancara dengan 4 responden petugas pintu tol dilakukan survey awal didapatkan 4 petugas megeluhkan gejala yang terkait myalgia (nyeri leher). Penurunan produktivitas kerja seseorang, peningkatan tingkat kesalahan dalam bekerja dan penurunan kepuasan kerja. Dampak-dampak tersebut tentunya merugikan karena dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan Faktor Ergonomi Pekerja Dengan Keluhan Myalgia (Nyeri Leher) Pada Petugas Operasional Pengumpul Tol Tangerang- Karawaci di PT Jasa Marga Cabang Jakarta-Tangerang Tahun 2016. 1.2 Identifikasi Masalah Faktor-faktor yang berhubungan dengan myalgia (nyeri leher) adalah faktor personal yang terdiri dari usia, jenis kelamin, masa kerja dan riwayat penyakit. Usia atau penuaan menjadi salah satu faktor resiko terhadap keluhan nyeri leher yang dialami oleh petugas pengumpul tol terutama pada masalah keluhan leher. Banyak beberapa penelitian menyebutkan bahwa usia menengah sampai 40 tahun memiliki keluhan nyeri leher. Jenis kelamin juga mempengaruhi karena secara fisiologis, lapisan servikal pada perempuan rentan untuk rapuh seiring dengan meningkatnya usia. Faktor lainnya adalah faktor ergonomi yang dapat berpengaruh terhadap nyeri leher karena merupakan akumulasi pembebanan pada otot leher akibat aktivitas sehari-hari. Dalam fakor ergonomi terdapat faktor janggal, gerakan berulang yang lebih dapat memicu terjadinya keluhan nyeri leher, dalam faktor ergonomi ini untuk mengukur tingkat risiko ergonomi menggunakan metode Rappid Upper Limb Assessment (RULA).

6 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka ditemukan banyak faktorfaktor yang berhubungan dengan myalgia (nyeri leher). Namun, penelitian ini hanya dibatasi oleh faktor ergonomi yaitu postur janggal, gerakan berulang, dan tingkat risiko ergonomi pada petugas operasional pengumpul tol di PT Jasa Marga Tangerang-Karawaci. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan faktor ergonomi pekerja dengan keluhan myalgia (nyeri leher) pada petugas operasional pengumpul tol Tangerang-Karawaci di PT Jasa Marga Cabang Jakarta-Tangerang Tahun 2016? 1.5 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengetahui hubungan faktor ergonomi pekerja dengan keluhan myalgia (nyeri leher) pada petugas operasional pengumpul tol Tangerang- Karawaci di PT Jasa Marga Tangerang-Karawaci Tahun 2016. b. Tujuan Khusus 1) Mengidentifikasi karakteristik responden pengumpul tol di PT Jasa Marga Tangerang-Karawaci. 2) Mengidentifikasi ergonomi pada pengumpul tol di PT Jasa Marga Tangerang-Karawaci. 3) Mengidentifikasi kejadian keluhan nyeri leher pada pengumpul tol di PT Jasa Marga Tangerang-Karawaci. 4) Menganalisis hubungan antara postur janggal dengan keluhan myalgia (nyeri leher) pada petugas operasional pengumpul tol Tangerang- Karawaci di PT Jasa Marga Cabang Jakarta-Tangerang Tahun 2016.

7 5) Menganalisis hubungan antara gerakan berulang dengan keluhan myalgia (nyeri leher) pada petugas operasional pengumpul tol Tangerang-Karawaci di PT Jasa Marga Cabang Jakarta-Tangerang Tahun 2016. 6) Menganalisis hubungan antara ergonomi pekerja dengan keluhan myalgia (nyeri leher) pada petugas operasional pengumpul tol Tangerang-Karawaci di PT Jasa Marga Cabang Jakarta-Tangerang Tahun 2016. 1.6 Manfaat Penelitian a. Manfaat Untuk Perusahaan 1) Perusahaan dapat mengaplikasikan saran yang diberikan oleh peneliti. 2) Input penelitian dapat membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan terhadap pengaturan dan penyesuaian lingkungan kerja. b. Manfaat Untuk Institusi Pendidikan 1) Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian terkait hal yang sama dengan variabel yang berbeda. 2) Sebagai media informasi tentang hubungan faktor ergonomi pekerja terhadap keluhan myalgia (nyeri leher). c. Manfaat Untuk Peneliti 1) Peneliti dapat mengetahui hubungan faktor ergonomi pekerja dengan keluhan myalgia (nyeri leher) pada petugas operasional pengumpul tol Tangerang-Karawaci di PT Jasa Marga. 2) Peneliti dapat mengaplikasikan materi-materi yang telah didapat selama masa perkuliahan. 3) Peneliti dapat memberikan informasi mengenai keluhan myalgia (nyeri leher) pada petugas operasional pengumpul tol. 4) Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman di lapangan.

8 d. Manfaat untuk masyarakat umum, khususnya yang bekerja di pintu tol Data atau informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai keluhan myalgia (nyeri leher) dalam upaya pencegahan terhadap keluhan tersebut agar tidak menganggu kesehatan dan produktivitas kerja.