SLOPE STABILITY ANALYSIS BASED ON ROCK MASS CHARACTERIZATION IN OPEN PIT MINE METHOD

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI PENDEKATAN PROBABILISTIK DALAM ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA DAERAH KETIDAKSTABILAN DINDING UTARA DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Gambar 1 Hubungan antara Tegangan Utama Mayor dan Minor pada Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown dan Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb (Wyllie & Mah, 2005)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA

Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta

DAFTAR ISI. RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

PENGARUH BIDANG DISKONTINU TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG STUDI KASUS LERENG PB9S4 TAMBANG TERBUKA GRASBERG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB I PENDAHULUAN. PT Beringin Jaya Abadi merupakan salah satu tambang terbuka

ANALISIS RISIKO KESTABILAN LERENG TAMBANG TERBUKA (STUDI KASUS TAMBANG MINERAL X)

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan

ESTIMASI GEOLOGICAL STRENGTH INDEX (GSI) SYSTEM PADA LAPISAN BATUGAMPING BERONGGA DI TAMBANG KUARI BLOK SAWIR TUBAN JAWA TIMUR

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

BAB I PENDAHULUAN. terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan.

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN TAMBANG BAWAH TANAH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS KESTABILAN LERENG DESAIN DISPOSAL XYZ TAHUN 2016 DI KABUPATEN TABALONG, KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KETIDAKSTABILAN LERENG PADA KUARI TANAH LIAT DI MLIWANG PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TUBAN JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan batuan samping berpotensi jatuh. Keruntuhan (failure) pada batuan di

Gambar 5.20 Bidang gelincir kritis dengan penambahan beban statis lereng keseluruhan Gambar 5.21 Bidang gelincir kritis dengan perubahan kadar

KAJIAN TEKNIK STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI CV. KUSUMA ARGA MUKTI NGAWEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER

Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

UNIVERSITAS DIPONEGORO

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

1) Geometri : Lebar, kekasaran dinding, sketsa lapangan

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Parameter geomekanika yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng didasarkan

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia Telp/fax. (0711) ;

Goodman, R. E., Introduction to Rock Mechanics. John Wiley and Sons: New York, USA. Goodman, R. E., Asce, M., dan Bray, J. W., 1976.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

Analisis Baliklongsoran Lowwall Pit B3 di Tambang Batubara PT BJA menggunakan Metode Probabilistik Monte Carlo

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR

PAPER GEOLOGI TEKNIK

Teguh Samudera Paramesywara1,Budhi Setiawan2

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan

Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar

PREDIKSI UMUR DINDING TAMBANG BERDASARKAN KEJADIAN LONGSORAN YANG PERNAH TERJADI DENGAN BANTUAN PROGRAM MICROSOFT ACCESS

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pemetaan Bidang Diskontinu

ANALISIS TIPE LONGSOR DAN KESTABILAN LERENG BERDASARKAN ORIENTASI STRUKTUR GEOLOGI DI DINDING UTARA TAMBANG BATU HIJAU, SUMBAWA BARAT

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

EVALUASI TEKNIS SISTEM PENYANGGAAN MENGGUNAKAN METODE ROCK MASS RATING

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN

DESAIN BACKFILLING BERDASARKAN RENCANA PASCATAMBANG PADA TAMBANG BATUBARA PT. KARBINDO ABESYAPRADHI COAL SITE TIANG SATU SUNGAI TAMBANG SUMATERA BARAT

BAB III METODE KAJIAN

PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN SOFTWARE ROCSCIENCE SLIDE

Kornelis Bria 1, Ag. Isjudarto 2. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jogjakarta

BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI

STUDI KEKUATAN GESER TERHADAP PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DIAKLAS BATU GAMPING

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

Gambar 1. 1 Peta persebaran longsoran di dinding utara penambangan Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara (Dept. Geoteknik dan Hidrogeologi PT.

BAB 3 METODOLOGI. mencari data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk

UNIVERSITAS DIPONEGORO

4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS

LAPORAN PENELITIAN TESIS 2013 BAB I PENDAHULUAN

TECHNICAL PLAN HOARDING IN POST-MINING AREAS WITH BACKFILLING DIGGING SYSTEM IN PIT KELUANG COAL MINE IN SOUTH SUMATRA, PT BATURONA ADIMULYA

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN PILE DAN SHEET PILE SKRIPSI

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Februari 2012 Penulis. Yudha Prasetya. vii. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

Analisis Kemantapan Lereng Kuari Batugamping di Tuban II PT. United Tractors Semen Gresik Tuban Jawa Timur

PERANGKAT LUNAK ANALISIS GETARAN TANAH AKIBAT PELEDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Nusa Tenggara Barat, mulai berproduksi pada tahun 2000 dan masih

BAB I PENDAHULUAN. Stability Radar (SSR) dan Peg Monitoring WITA, terjadi longsoran besar di low-wall

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i. SARI...iv. ABSTRACT...v. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR TABEL...ix. DAFTAR GAMBAR...x. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum

UNIVERSITAS DIPONEGORO DESAIN LERENG PIT A BLOK 3 DALAM PENAMBANGAN PIT TERBUKA PT. DAYA BAMBU SEJAHTERA (DBS), JAMBI TUGAS AKHIR

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN...1

EVALUASI KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG TERBUKA DI TAMBANG BATUBARA ABSTRAK

REKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGARUH TEBAL TANAH LUNAK DAN GEOMETRI TIMBUNAN TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN

Gambar 4.1 Kompas Geologi Brunton 5008

APLIKASI SLIDE SOFTWARE UNTUK MENGANALISIS STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI DAERAH GUNUNG SUDO KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

SQUEEZING PADA MASSA BATUAN SEKITAR TEROWONGAN DI DAERAH TAMBANG CIKONENG, BANTEN

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN STABILITAS LERENG DENGAN SHEET PILE DAN PERKUATAN GEOGRID MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA. Erin Sebayang 1 dan Rudi Iskandar 2

BAB IV KRITERIA DESAIN

Transkripsi:

ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8, No. 1, Juni 2016 : 1-54 SLOPE STABILITY ANALYSIS BASED ON ROCK MASS CHARACTERIZATION IN OPEN PIT MINE METHOD Eko Santoso 1), Romla Noor Hakim 1), Adip Mustofa 1) eko@unlam.ac.id (1) Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat Ringkasan Kegiatan analisis kestabilan lereng berhadapan dengan beberapa permasalahan, diantaranya adalah permasalahan pada penentuan input properties serta pendekatan model yang akan digunakan.oleh sebab itu, proses evaluasi performa suatu lereng menjadi susah untuk diprediksi secara pasti. Analisis kestabilan lereng pada umumnya menggunakan konsep nilai faktor keamanan (FK) dengan menggunakan inut propetis batuan utuh. Maka pada penelitian ini menawarkan sebuah metode analisis kestabilan lereng pada tambang terbuka berdasarkan karakterisasi massa batuan serta permodelan menggunakan input properties massa batuan dari pendekatan kriteria runtuh Generalized Hoek & Brown seperti yang diusulkan oleh Hoek, Kaiser dan Bawden (1995). Penelitian ini diawali dengan proses pengklasifikasian massa batuan dengan menggunakan sistem klasifikasi massa batuan RMR ( Rock Mass Rating) dan GSI (Geological Strength Index). Proses selanjutnya adalah estimasi kekuatan massa batuan (rock mass strength) pada lereng tambang terbuka (Hoek, Carranza- Torres & Corkum, 2002). Dari hasil analisis stabilitas lereng baik menggunakan metode kesetimbangan batas maupun metode elemen hingga pada daerah penelitian, keduanya memperlihatkan nilai rata-rata FK < 1, hal ini mengindikasikan lokasi tersebut relatif tidak stabil dan kemungkinan besar terjadi keruntuhan. Penelitian ini menunjukan bahwa analisis kestabilan lereng dengan menggunakan pendekatan karakterisasi massa batuan layak untuk dipertimbangkan, mengingat kondisi lereng yang dilakukan analisis saat ini telah mengalami kelongsoran mendekati hasil analisisnya. Kata Kunci: Analisis, Kestabilan Lereng, Karakterisasi Massa Batuan, RMR, GSI Kriteria Runtuh Generalized Hoek & Brown 1. PENDAHULUAN Metode penambangan open pit dicirikan dengan bentuk tambang berupa corong (kerucut terbalik), hal ini terjadi sebagai akibat dari aktivitas pengupasan dan penggalian untuk mendapatkan bijih yang dilakukan dengan membuat jenjang-jenjang penambangan. Karenanya permasalahan kestabilan lereng memerlukan perhatian yang mendalam guna mengoptimalkan penambangan pada metode ini. Analisis kestabilan lereng tambang merupakan suatu kegiatan untuk mengevaluasi kondisi kestabilan serta unjuk kerja atau performa suatu lereng. Metode yang secara umum banyak digunakan adalah pendekatan konsep nilai faktor keamanan (FK) dengan menggunakan inut propetis batuan utuh, mengingat dari segi keekonomisan dan kepraktisan pengaplikasiannya. Namun metode ini juga belum mampu memprediksi performa suatu lereng secara pasti. Menurut A. Karzulovic dan J. Read (2009), model kelongsoran pada lereng batuan tambang terbuka secara garis besar dibagi menjadi tiga. Model kelongsoran yang pertama dikontrol oleh keberadaan struktur geologi sebagai bidang lemah dan ini banyak dijumpai pada skala single slope. Yang kedua adalah model longsor yang dikontrol oleh kombinasi dari adanya keberadaan strusktur geologi dan juga kondisi massa batuan yang lemah. Selanjutnya yang terakhir adalah model kelongsoran yang sepenuhnya dikontrol oleh kondisi massa batuan yang lemah. Model longsoran yang kedua dan yang ketiga bisa terjadi pada skala inter-ramp hingga overall slope. Untuk model longsoran yang dikontrol oleh kondisi massa batuan yang lemah diperlukan suatu pendekatan berdasarkan kekuatan massa batuan dalam analisisnya (Mah, C.W & Willie, D.C. 2004). Lokasi penelitian dilakukan pada lereng tambang terbuka dengan sekala inter-ramp slope (multi-bench) mencakup area bench 90 mrl hingga -120 mrl seperti terlihat pada Gambar 1, yang mengindikasikan adanya ketidakstabilan lereng dengan ditandai kemunculan dan perkembangan tension crack 10

Jurnal POROS TEKNIK Volume 8, No. 1, Juni 2016 :1-54 ISSN 2085-5761 (Print) pada bench 90 mrl. Munculnya ketidakstabilan terdeteksi pula dari data monitoring lereng yang menunjukan adanya pergerakan sebesar 0.6 mm/hari pada area tersebut. Berdasarkan hasil karakterisasi massa batuan diketahui jika pada lokasi penelitian memiliki kelas massa batuan yang lemah (Nilai RMR < 40) dan memungkinkan terjadinya longsoran massa batuan (Hoek et al, 2000). Berdasarkan hipotesa-hipotesa yang telah disebutkan di atas dan menimbang kondisi aktual dilapangan. Oleh sebab itu, maka pada penelitian ini kegiatan analisis kestabilan lereng dilakukan dengan suatu metode pendekatan karakterisasi massa batuan serta permodelan menggunakan input properties massa batuan. Proses estimasi kekuatan massa batuan menggunakan pendekatan seperti yang diusulkan oleh Hoek, Kaiser dan Bawden (1995) serta Hoek, Carranza-Torres & Corkum (2002), yaitu melalui kriteria runtuh Generalized Hoek & Brown untuk massa batuan yang terkekarkan. Kajian pendekatan karakterisasi massa bataun dalam proses analisis kestabilan lereng ini diharapkan mampu menjawab permasalahanpermasalahan geoteknik serta menambah pemahaman seputar mekanisme kelongsoran lereng pada tambang terbuka Karakterisasi massa batuan adalah proses pengklaisifikasian massa batuan dengan cara melakukan observasi yang berhubungan dengan geometri dan kondisi bidang diskontinu ( Saptono, 2012). Pada penelitian ini klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah klasifikasi Rock Mass Rating atau RMR (Bieniawsky, 1989) dan Geological Strength Index atau GSI ( Hoek, 1994). Lokasi penelitian berada pada satuan batuan vulkanik dan berdasarkan RMR blok model (Gambar 2) diketahui memiliki tiga kelas massa batuan yang berbeda, yaitu: kelas massa batuan sedang (RMR=40), Kelas massa batuan buruk (RMR=30) dan kelas massa batuan sangat buruk (RMR=20). Secara garis besar daerah tersebut menandakan berada pada kelas massa batuan lemah dan sangat terkekarkan. Gambar 2. RMR blok model lokasi penelitian Estimasi Propertis Massa Batuan Lokasi penelitian yang berada pada kelas massa batuan yang sedang hingga sangat buruk mengindikasikan bahwa kondisi massa batuan sangat terkekarkan dan memungkinkan terjadinya keruntuhan massa batuan (Mah, C.W and Willie, D. C.,2004). Maka dari itu penelitian ini menggunakan pendekatan estimasi kekuatan massa batuan seperti yang diusulkan oleh Hoek, Kaiser dan Bawden (1995) dengan menggunakan persamaan kriteria runtuh Generalized Hoek & Brown: Gambar 1. Lokasi ketidakstabilan dinding utara pit 2. METODE PENELITIAN Karakterisasi Massa Batuan a σ 3 σ 1 = σ 3 + σ c [m b + s] σ 1 Keterangan : σ 1 = tegangan efektif prinsipal mayor saat runtuh (MPa) σ 3 = tegangan efektif prinsipal mayor saat runtuh (MPa) σ ci = kuat tekan uniaksila batuan utuh (MPa) m b = konstanta massa batuan Gen Hoek & Brown 11

ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8, No. 1, Juni 2016 : 1-54 s dan a = konstanta Gen Hoek & Brown Nilai konstanta mb, s dan a dapat dihitung sebagai fungsi GSI (Geological Strength Index) dan faktor ketergantungan akibat peledakan (D) dapat dilihat pada Hoek (1998), Hoek & Karzulovic (2000) serta Hoek, Carranza-Torres & Corkum (2002). Ekuivalensi parameter Mohr-Coulomb, yaitu parameter kohesi dan sudut gesek dalam massa batuan menggunakan persamaan seperti yang diberikan oleh Hoek, Carranza- Torres & Corkum (2002) adalah sebagai berikut σ c [(1 + 2a)s + (1 a)m b σ 3n ](s + m b σ 3n ) a 1 c = (1 + a)(2 + a) 1 + (6am b (s + m b σ 3n ) a 1 )/(1 + a)(2 + a) Gambar 3. Cross section A-A' dengan litologi kelas massa batuan φ = sin 1 6am b (s + m b σ 3n ) a 1 [ 2(1 + a)(2 + a) + 6am b (s + m b σ 3n ) a 1] dimana berlaku untuk lereng dengan ketinggian (H) adalah sebagai berikut σ 3n = σ 3max σ ci ; dimana berlaku σ 3max σ = 0.72 ( σ 0.91 cm cm γh ) (m b + 4s a(m b 8s))( m b σ cm = σ 4 + s)a 1 ci 2(1 + a)(2 + a) Modulus deformasi massa batuan diberikan didalam persamaan sebagai berikut E m = (1 D 2 ) σ ci 100 10( GSI 10 ) 40 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Properties Massa Batuan Penggunaan kriteria runtuh Generalized Hoek & Brown untuk mengestimasi propertis massa batuan membutuhkan kombinasi input parameter batuan utuh hasil uji lab (parameter bobot isi, kuat tekan batuan utuh serta konstanta mi hasil uji triaksial) dengan parameter massa batuan (parameter RMR atau GSI). Hasil karakterisasi terhadap parameter propertis batuan vulkanik utuh hasil uji laboratorium adalah sebagai berikut Tabel 1. Hasil karakterisai parameter batuan vulkanik intact Pendekatan Model Longsoran Pada tinjauan lapangan sebelum terjadinya longsoran terindikasi terdapat fault pada belakang dan kanan kiri longsoran dan diketahui juga jika lokasi penelitian berada pada kelas massa batuan lemah. Sehingga bisa dikatakan jika mekanisme longsoran yang terjadi pada lokasi penelitian adalah sebuah mekanisme yang kompleks yang mungkin terjadi akibat kombinasi dua mekanisme longsoran sekaligus, yaitu dikontrol oleh struktur geologi dan sekaligus oleh massa batuan yang lemah. Model longsoran seperti ini menurut Hoek et al (2000) dan Sarma (1979) dapat didekati dengan menggunakan input propertis massa batuan dan model longsoran non-circular pada metode kesetimbangan batas. Model lereng diambil pada potongan melintang (cross section) A-A' pada topografi RMR blok model,seperti terlihat pada Gambar. 3 Hasil karakterisasi parameter konstanta mi batuan vulkanik tuff didapatkan nilai mean 13.15 dan standar deviasinya sebesar 3.98, nilai tersebut mendekati nilai yang diberikan oleh Hoek (2000) sebesar (13±5). Input parameter massa batuan RMR atau GSI pada kriteria runtuh Generalized Hoek & Brown menggunakan hubungan seperti yang diusulkan oleh Hoek, Kaiser dan Bawden (1995) yaitu GSI = RMR89-5, dengan faktor penyesuaian orientasi kekar = 0 dan dengan pendekatan kondisi kering ( nilai RMR MAT = 15). Nilai GSI diasumsikan berdistribusi normal pada taraf nyata sebesar 90% pada nilai GSI sebesar = 25±5 (Hoek.1998). Distribusi nilai GSI pada lokasi penelitian dengan tiga kelas massa batuan yang berbeda adalah sebagai berikut: 12

Jurnal POROS TEKNIK Volume 8, No. 1, Juni 2016 :1-54 ISSN 2085-5761 (Print) Tabel 2. Distribusi statistik nilai GSI Perhitungan propertis massa batuan digunakan persamaan 2 sampai dengan persamaan 6, dan hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 3.Hasil karakterisasi estimasi propertis massa bataun Hasil Analisis Kestabilan Lereng Analisis kestabilan lereng pada penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu metode kesetimbangan batas atau Limit Equilibrium Method (LEM) dan metode elemen hingga atau Finite Elemen Method (FEM). Metode kesetimbangan batas dipilih karena kemudahan dan kepraktisan dalam aplikasinya, selain itu metode ini juga menggunakan konsep nilai Faktor Keamanan (FK) dalam mengevalusi performa suatu lereng yang mudah untuk dipahami. Metode elemen hingga merupakan metode numeris yang menggunakan konsep differensial yang mempertimbangkan adanya hubungan tegangan-regangan di dalam material. Evaluasi performa lereng pada metode elemen hingga menggunakan konsep Strength Reduction Factor (SRF) yang pertama kali dikembangkan oleh Zienkiewicz (1975). Baik metode LEM maupun metode FEM, didalam penelitian ini menggunakan pendekatan karakterisasi massa batuan yaitu menggunakan litologi massa batuan dan penggunaan pendekatan input parameter kekuatan massa batuan dalam permodelannya. Hasil analisis kestabilan lereng metode kesetimbangan batas (LEM) didapatkan nilai rata-rata faktor keamanan (FK) sebesar 0.92 sedangkan metode elemen hingga (FEM) didapatkan nilai rata-rata SRF sebesar 0.77. Kedua metode tersebut didapatkan nilai rata-rata < 1, yang berarti bahwa kondisi lereng penelitian mengindikasikan ketidakstabilan dan berpotensi besar mengalami kelongsoran. Kondisi lereng aktual penelitian seperti terlihat pada Gambar. 4 saat ini telah mengalami kelongsoran. Gambar 4.(a) Sebelum terjadi longsoran (b) Sesudah terjadi longsoran pada lokasi penelitian 13

ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8, No. 1, Juni 2016 : 1-54 Terdapat perbedaan nilai hasil analaisis kestabilan lereng antara metode FEM (SLIDE- FK) dan LEM (Phase 2 -SRF), dimana keduanya memiliki selisih sebesar 0.15. Perbedaan antara keduanya menurut Chiwaye dan Stacey (2010) adalah disebabkan oleh: 1. Pada permodelan Phase 2 mempertimbangkan parameter σt, rasio k, E dan ν, dimana semua parameter tersebut tidak terdapat pada SLIDE dan dapat menyumbang terhadap ketidakpastian nilai probabilitas kelongsoran. 2. Terdapat perbedaan geometri dan mekanisme longsoran pada kedua metode analisis kestabilan lereng (Gambar 5), dan hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya perbedaan nilai probabilitas kelongsoran. Gambar 5. Perbandingan geometri longsoran antara SLIDE dan Phase 2 4. KESIMPULAN a. Hasil analisis kestabilan lereng dengan menggunakan pendekatan karakterisasi massa batuan, baik metode kesetimbangan batas (LEM) maupun metode elemen hingga (FEM) keduanya didapatkan nilai rata-rata < 1, yang berarti lereng tidak stabil dan kondisi aktual lereng telah mengalami kelongsoran. b. Pendekatan input propertis massa batuan dan longsoran non-circular pada metode kesetimbangan batas bisa dipertimbangkan pada analisis kestabilan lereng dengan kondisi massa batuan yang lemah 5. DAFTAR PUSTAKA [1] Ang, H.S., Tang, W.H. 1975. Probability Concepts in Engineering Planning and Design. Wiley, New York. [2] Baecher, G.B., And Christian, J.T. 2003. Reliability and Statistics in Geotechnical Engineering. Wiley, Chichester, UK. [3] Hoek, E., Kaiser, P.K., and Bawden, W.F. 1995. Support of Underground Excavations in Hard Rock. Rotterdam, Balkema. [4] Hoek, E. 1998. Faktor of Safety and Probability of Failure (Chapter 8). Course notes, internet edition. [5] Hoek, E. 1998. Reliability of Hoek-Brown Estimate of Rock Mass Properties and their Impact on Design.Int. J. Rock Mech. Min Sci. [6] Hoek, E., Karzulovic, A. 2000. Rock Mass Properties for Surface Mines. Society for Mining, Metallurgical an Exploration (SME), Littleton, Colorado. 14

Jurnal POROS TEKNIK Volume 8, No. 1, Juni 2016 :1-54 ISSN 2085-5761 (Print) [7] Hoek et al. 2000. Rock Slope in Civil and Mining Engineering. International Conference on Geotechnical and Geological Engineering, Melbourne. [8] Hoek, E., Carranza-Torres, C. And Corkum, B.2002. Hoek-Brown Failure Criterion-2002 edition. Proc.North Am. Rock Mech. Soc. Meeting, Toronto, Canada. [9] Hammah, R.E. and Yacoub, T.E. 2009. Probabilistic Slope Analysis with the Finite Element Method. American Rock Mechanics Association. [10] Mah, C.W and Willie, D. C. 2004. Rock Slope Engineering 4th ed.spoon Press, New York. [11] Tapia, A., Contreras, L.F., Jefferies. M.G., and Steffen, O.2007. Risk Evaluation of Slope Failure at ChuquicamataMine. Proc. Int. Symp. Rock Slope Stability in Open Pit Mining and Civil Engineering, Perth. Australia. 15