BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pedesaan saat ini menempati bagian paling dominan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KELAYAKAN KAWASAN DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN SISTEM AKTIVITAS DAN KERUANGAN WILAYAH BANDUNGAN DALAM UPAYA PENERAPAN KONSEP AGROPOLITAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR TKP 477

II. TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I - 1 LAPORAN AKHIR D O K U M E N

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pedoman Pengelolaan Ruang Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional dan Daerah (Agropolitan)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia diperuntukan sebagai lahan pertanian, dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian dimasa mendatang masih memegang peran strategis

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

H, 2015 TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN CISURUPAN KABUPATEN GARUT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sektor pertanian di pedesaan merupakan langkah konkrit

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

IX STRATEGI PENGELOLAAN USDT BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

Pengembangan pohon buah-buahan dalaln kerangka pembangunan pedesaan. bagi masyarakat sekitar hutan mempunyai arti penting, terutama dalam ha1

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

sendiri sesuai dengan tujuan otonomi daerah.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

Peranan Sektor Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional Oleh: Iis Turniasih *), Nia Kania Dewi **)

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umar Hadikusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

10 poin arah pengembangan tembakau dan industri hasil tembakau yang direncanakan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INDUSTRIALISASI MADURA: PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN AGROPOLITAN

I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pedesaan saat ini menempati bagian paling dominan dalam mengisi wacana pembangunan daerah. Hal tersebut bukan saja didasarkan atas alasan fisik geografis, sumber daya alam atau sumber daya manusia, tetapi juga dalam menyimpan potensi-potensi ekonomi. Dengan pemberlakuan otonomi daerah No 22 Tahun 1999, dimana suatu wilayah mempunyai wewenang untuk mengurusi dirinya sendiri dengan memanfaatkan segala sumberdaya yang dimiliki. Dengan demikian sektor-sektor yang memberikan andil besar dalam pembangunan daerah harus dipacu untuk terus berusaha mengambil peran yang lebih besar terhadap kemajuan daerah tersebut. Salah satu sektor yang sangat dominan dalam perkonomian pedesaan yaitu sektor pertanian. Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, sudah seharusnya menjadikan pertanian sebagai roda penggerak perekonomian nasional. Desa-desa sebagai penghasil produksi pertanian, harus mendapat perhatian yang lebih serius, agar desa mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Dalam upaya tersebut, maka strategi yang diterapkan dalam pembangunan pertanian saat ini adalah pembangunan sektor agribisnis. Menurut Saragih (1999) mengenai batasan agribisnis yaitu : Sistem yang utuh dan saling terkait diantara seluruh kegiatan ekonomi yaitu subsistem agribisnis hulu, agribisnis budidaya, agribisnis hilir dan subsistem jasa penunjang agribisnis yang terkait langsung dengan

pertanian. Agribsnis ini terdiri dari unsur-unsur kegiatan 1) pra panen, 2) panen, 3) Pasca panen dan 4) Pemasaran. Secara umum sistem agribisnis menyajikan prospek yang baik dalam kemajuan sektor pertanian. Dengan sistem agribisnis ini diharapakan dapat meningkatkan nilai tambah dari sektor pertanian yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah dan juga penduduk setempat. Program pengembangan agrobisnis ini juga sangat relevan dengan pembangunan pedesaan karena pada umumnya sektor pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam memang merupakan mata pencaharian utama dari sebagian masyarakat pedesaan. Pembangunan pedesaan yang berorientasi pada sektor pertanian membutuhkan pusat pertumbuhan dengan pendekatan pengembangan wilayah yang menekankan pada keswadayaan dan kemandirian pada tingkat teritorial kecil. Salah satu bentuk pembangunan yang dapat mensinergikan kedua hal tersebut yaitu dengan pengembangan kawasan agropolitan. Selain untuk mendukung sistem agribisnis, pengembangan agropolitan ini juga dapat meminimalkan ketimpangan antara pembangunan desa dan kota yang selama ini terjadi. Menurut Porter dalam Djakapermana (2003) pentingnya pengembangan kawasan agropolitan di Indonesia diindikasikan oleh beberapa hal yaitu : Ketersediaan lahan pertanian dan tenaga kerja yang murah, telah terbentuknya kemampuan (skills) dan pengetahuan (knowledge) di sebagian besar petani, jaringan (network) terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah terjadi, dan kesiapan pranata (institusi). Kondisi ini menjadikan suatu keuntungan kompetitif (competitive advantage) Indonesia dibandingkan dengan negara lain karena kondisi ini sangat sulit untuk ditiru (coping). 2

Pendekatan agropolitan ini dilakukan pada daerah-daerah pemasok hasil pertanian yang diharapkan dapat mendorong, menarik dan menghela kegiatan pengembangan agribisnis di desa-desa hinterland dan desa sekitarnya. Pendekatan agropolitan menggambarkan bahwa pengembangan atau pembangunan perdesaan (rural development) secara baik dapat dilakukan dengan mengaitkan atau memperhitungkan perdesaan dengan pembangunan wilayah perkotaan. Sebagai langkah awal pada tahun 2002, telah ditetapkan 8 propinsi sebagai program rintisan dalam pengembangan kawasan agropolitan. Sebagai daerahdaerah rintisan dalam pengembangan kawasan agropolitan di Indonesia ke delapan kabupaten atau kota tersebut menjadi pendorong wilayah lainnya untuk mengembangkan daerahnya sebagai kawasan agropolitan. Salah satu dari delapan provinsi yang menjadi pilot project program agropolitan tersebut yaitu Provinsi Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Cianjur. Provinsi Jawa Barat sendiri mempunyai potensi besar dalam bidang pertanian, bahkan beberapa kabupaten di Jawa Barat sudah ditetapkan sebagai kawasan agropolitan. Salah satu diantaranya yaitu Kabupaten Bandung, tepatnya di Kecamatan Pangalengan dengan komoditi unggulan kentang. Kecamatan Pangalengan mempunyai potensi besar dalam bidang pertanian. Wilayah ini merupakan daerah penghasil produksi sayuran terbesar di Kabupaten Bandung. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 mengenai data produksi sayuran Kabupaten Bandung tahun 2006. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa Kecamatan Pangalengan merupakan kecamatan penghasil komoditas 3

sayuran utama di Kabupaten Bandung yaitu menghasilkan sayuran sebanyak 36,59% dengan total produksi 488.265,5 ton. Tabel 1.1 Data Kecamatan Penghasil Sayuran di Kabupaten Bandung No Kecamatan Produksi (ton) Persentase (%) 1. Ciwidey 19.484,3 1,46% 2. Rancabali 16.429 1,23% 3 Pasirjambu 30.282,8 2,27% 4 Pangalengan 488.265,5 36,59% 5 Kertasari 121.626,9 9,12% 6 Pacet 19.738,9 1,48% 7 Cimenyan 21.584,8 1,62% 8 Lembang 50.810,6 3,81% 9 Parongpong 36.292,4 2,72% 10 Cisarua 42.202,2 3,16% Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, 2006 Dengan ditetapkannya kecamatan Pangalengan sebagai kawasan agropolitan di Kabupaten Bandung, tentunya hal ini menjadi potensi tersendiri sekaligus menjadi tantangan bagi semua pihak yang terkait untuk terus mengembangkan wilayah ini, agar sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin sehingga tujuan dari pengembangan kawasan agropolitan dapat tercapai. Keberhasilan program pengembangan agropolitan di suatu wilayah tentunya ditentukan oleh berbagai faktor baik itu faktor fisik ataupun sosial. Begitupun dengan Kecamatan Pangalengan yang telah melaksanakan program agropolitan selama kurang lebih satu tahun, dimana keberhasilannya sangat ditentukan oleh berbagai potensi yang terdapat pada setiap aspek yang ada, yang kemudian hal itu akan berpengaruh terhadap pengembangannya sebagai kawasan agropolitan. 4

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul STUDI POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui berbagai aspek yang ada baik itu yang mendukung ataupun yang menjadi kendala, yang kemudian hal tersebut akan menentukan pengembangan agropolitan di Kecamatan Pangalengan. Sehingga untuk selanjutnya dapat ditemukan solusi atau strategi pengembangan untuk mengatasi permasalahan yang ada sekaligus memaksimalkan potensi kecamatan Pangalengan itu sendiri dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan agropolitan. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah potensi pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Pangalengan? Agar menghindari terjadinya perluasan permasalahan, maka perlu dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai pembatas masalah. Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini yaitu : 1. Kondisi fisik dan sosial apa saja yang berpotensi dalam pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung? 2. Komoditi apa saja yang dapat dikembangkan sebagai komoditi unggulan di Kecamatan Pangalengan dan bagaimanakah sebarannya? 5

3. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap penetapan Kecamatan Pangalengan menjadi kawasan agropolitan? 4. Bagaimanakan strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan agropolitan di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini bertolak dari pertanyaan penelitian yang rumuskan, yaitu : 1. Mengetahui kondisi fisik dan sosial yang berpotensi dalam pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. 2. Mengidentifikasi komoditi yang berpotensi sebagai komoditi unggulan di Kecamatan Pangalengan dan mengetahui sebaran dari komoditi tersebut. 3. Mengetahui respon masyarakat terhadap penetapan kecamatan Pangalengan menjadi kawasan agropolitan 4. Mengetahui strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan agropolitan di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. D. MANFAAT PENELITIAN Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberi manfaat pada berbagai pihak, diantaranya : 1. Diperolehnya gambaran mengenai potensi fisik dan sosial di Kecamatan Pangalengan yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan agropolitan 2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya 6

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan pemerintah daerahj setempat dalam mengembangkan kawasan agropolitan di Kecamatan Pangalengan. E. DEFINISI OPERASIONAL Penelitian ini membahas mengenai STUDI POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran konsep, berikut ini akan di jelaskan mengenai definisi operasional mengenai konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian ini. 1. Studi Potensi, dalam hal ini kajian terhadap adalah sumber-sumber alam dan manusiawi baik yang sudah terwujud maupun belum terwujud dan diharapkan dapat dimanfaatkan pemanfaatannya bagi kelangsungan dan perkembangan wilayah tersebut. Dalam penelitian ini potensi yang dikaji yaitu : a. Potensi fisik yang dimaksud adalah keadaan fisik di daerah penelitian yang dalam hal ini yaitu tipologi kawasan yang meliputi kondisi sumberdaya agroklimat, kondisi tanah, morfologi, keberadaan sumber air dan penggunaan lahan b. Potensi sosial, dalam hal ini potensi-potensi yang berhubungan dengan kondisi masyarat dan kegiatan penduduk. Potensi sosial ini meliputi: 7

Karakteristik petani yaitu ciri-ciri dari kondisi para pengolah lahan berdasarkan usia, lama bertani, tingkat pendidikn, status kepemilikan lahan, luas lahan garapan, dan kepemilikan modal Infrastruktur agribisnis yaitu sarana dan prasaraa yang mendukung untuk kegiatan pertanian dan harus ada di wilayah yang akan dijadikan kawasan agropolitan. Infarstruktur ini meliputi jalan, sistem produksi, pemasaran, pengolahan hasil sistem pengairan, pusat informasi dan penunjang lainya Kelembagaan adalah badan-badan yang menunjang kegiatan pertanian seperti kelompok tani, koperasi, balai pendidikan, balai pelatihan dan perbankan. Respon masyarakat diartikan sebagai penilaian seseorang terhadap sesuatu secara positif atau negatif. Masyarakat dalam penelitian ini adalah penduduk yang berada di Desa Margamekar yang berfungsi sebagai pusat kawasan agropolitan di Kecamatan Pangalengan. Maksud respon masyarakat disni yaitu mengungkapkan sikap mayarakat baik itu persetujuan maupun dukungan masyarakat terhadap penetapan kawasan agropolitan. Keragaman Produksi yaitu seluruh kegiatan yang berkaitan dengan sektor pertanian yang meliputi kegiatan usaha tani primer, agribisnis hulu dan agribisnis hilir setra agrowisata yang terdapat di Kecamatan Pangalengan 8

Komoditi Unggulan adalah jenis tanaman atau hewan yang diproduksi oleh Kecamatan Pangalengan yang unggul dilihat dari berbagai faktor yang ada di Kecamatan Pangalengan Sarana dan Parasarana Umum yaitu semua fasilitas yang ada di Kecamatan Pangalengan, yang berfungsi dalam memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. 2. Kawasan agropolitan adalah suatu kawasan dengan sektor pertanian sebagai basis perekonomiannya dimana sebagian besar masyarakat beraktivitas dalam bidang agribisnis yang meliputi usaha tani primer (on farm), agrisbisnis hulu tercakup didalamnya industri berbagai sarana produksi pertanian dan agribisnis hilir termasuk adanya industri olahan dan kegiatan pemasaran.. Kawasan ini memiliki berbagai fasilitas layaknya perkotaan baik itu fasilitas yang berupa infrastruktur agribisnis juga berbagai sarana dan prasarana umum dan sosial, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan mudah dalam jangkaunnya. Selain itu kawasan ini memiliki potensi untuk dikembangkannya agrowisata untuk menambah keragaman sektor pertanian yang ada. 9