BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic. nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2010). Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang. disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue. hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit virus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB I PENDAHULUAN. (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada tahun 2001, wabah demam

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus)

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

BAB I PENDAHULUAN. organisme termasuk manusia. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan pada WHO setiap tahun, akan tetapi WHO mengestimasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan dunia kesehatan. Dimana Nyamuk adalah ektoparasit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

Ani Hartati Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia. Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009 (Kemenkes RI, 2010). Kasus DBD di Provinsi Gorontalo sampai dengan saat ini masih menjadi masalah kesehatan. Jumlah kasus DBD di Provinsi Gorontalo dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi oleh sebab itu dibutuhkan penanganan untuk menanggulangi masalah penyakit DBD tersebut (Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2013). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini, jumlah kasus DBD di Provinsi Gorontalo dalam 5 (Lima) tahun terakhir : 1

2 Tabel 1.1 Kejadian penyakit DBD di Provinsi Gorontalo tahun 2008 2013 Jumlah Pasien CFR No Tahun Prevalensi Kasus Meninggal (%) 2008 172 3 18.20 2,32 1 2009 109 2 11.00 1,83 2 2010 467 8 46.13 1,71 3 2011 23 2 2.27 8,69 4 2012 212 5 20.94 2,35 5 2013 198 3 19.56 1,51 6 Sumber : Data sekunder Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2013. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa angka kejadian DBD di Provinsi Gorontalo masih cukup tinggi dengan presentase tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 467 orang dan penderita DBD yang meninggal sebanyak 8 0rang dengan prevalensi 46,13 dan Case - fatality rate (CFR) sebesar 1,71 % sedangkan presentase terendah didapatkan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 23 orang dan penderita DBD yang meninggal sebanyak 2 orang dengan prevalensi 2,27 dan Case - fatality rate (CFR) sebesar 8,69 %. Penyebab penyakit ini adalah virus Dengue, termasuk dalam kelompok Flavivirus dari famili Togaviridae. Virus ini ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk Aedes spesies sub genus Stegomya. Cara penularan penyakit Demam Berdarah Dengue yang terjadi secara propagatif (virus penyebabnya berkembang biak dalam badan vektor), berkaitan dengan gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang merupakan vektor utama dan vektor sekunder Demam Berdarah Dengue di Indonesia (Fahmi, 2006).

3 Aedes adalah salah satu genus nyamuk yang mempunyai peranan penting dalam penyebaran berbagai penyakit, diantaranya adalah Demam Berdarah Dengue, Filariasis, Yellow Fever dan lain-lain. Nyamuk yang tergolong dalam genus Aedes mempunyai beberapa sifat penting antara lain menggigit pada pagi dan sore hari, berkembang biak pada tempat yang tergenang air jernih, dan nyamuk betinanya mempunyai kebiasaan menggigit berulang-ulang dalam waktu yang singkat. Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit dengan vektor aedes sp. yang setiap tahunnya selalu menimbulkan masalah kesehatan yang besar di Indonesia (Huda 2005 dalam sudjari, karsum dan prasetya, 2005). Untuk mengatasi masalah penyakit Demam Berdarah di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan berbagai upaya pemberantasan vektor, tetapi hasilya belum optimal. Secara teoritis ada empat cara untuk memutuskan rantai penularan DBD ialah melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk (vektor) dan pengendalian vektor. Pengendalian vektor demam berdarah dengue dapat dilakukan dengan secara kimia (penggunaan insektisida), dan pengololaan lingkungan. Penggunaan insektisida sintesis ternyata menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran lingkungan, biological magnification pada rantai makanan dengan segala akibatnya, serta penyakit degenerasi dan keganasan yang semakin banyak dilaporkan kemungkinan peran dari pestisida. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan penggunaan insektisida alternatif dari bahan alami yang lebih aman bagi lingkungan (Utama 2003 dalam sudjari, karsum dan prasetya, 2005). Untuk mengurangi pemakaian insektisida sintetik, maka dilakukan pengendalian dengan penggunaan insektisida nabati. Penggunaan insektisida alami yang berasal dari

4 ekstrak tanaman terbukti lebih aman karena mempunyai umur residu pendek. Setelah aplikasi, insektisida alami akan terurai menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan (Desi 2007 dalam Tenrirawe 2011) Insektisida nabati merupakan insektisida yang berbahan baku tumbuhan yang mengandung senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik pengaruh pada aspek fisiologis maupun tingkah laku dari hama tanaman serta memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama.tanaman (Dadang dan Prijono,2008 dalam Ambarningrum, 2013) Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor penyakit (Sundari, Wulandari, 2005 dalam Haditomo 2010). Penelitian tentang insektisida alamiah dalam upaya mengendalikan serangga, khususnya pada stadium jentik, pertama kali dirintis oleh Campbell dan Sulivan tahun 1933. Selanjutnya berturut-turut Harzel tahun 1948; Amongkas dan Reaves tahun 1970; Pirayat Suparvann, Roy Sifagus, dan Fred W.K (1974) di University of Kentucky, Lexington telah menghasilkan penelitian bahwa ekstrak daun kemangi (Olium basikicum) pada dosis 100 ppm (bagian per sejuta) dapat menghambat pertumbuhan jentik Aedes aegypti (kumalasari 2009 dalam fahmi, 2006). Indonesia memilik sumber keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terutama di daerah Gorontalo seperti tanaman jambu biji dan sirsak. Tanaman tersebut merupakan tanaman yang banyak dijumpai di daerah Gorontalo, namun pada kenyataannya tanaman ini hanya menjadi sampah untuk lingkungan karena tidak dimanfaatkan oleh masyarakat.

5 Menurut Dalimartaha (2000), daun jambu biji (Psidium guajava) juga ternyata memiliki zat beracun bagi serangga, seperti tanin, zat samak, saponin, triterpenoid, asam malat, minyak atsiri (Triyadi, 2012). Annona muricata L. (sirsak) merupakan tanaman yang tersebar di daerah subtropik dan tropik, berbentuk pohon, perdu, tergolong ke dalam famili Annonaceae. Bahan aktif yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah alkaloid, annonine, muricine dan muricinine serta saponin yang dapat berperan sebagai anti makan dan insektisida (Grainge & Ahmed, 1998 dalam Yus, 1996). Pada sirsak ditemukan juga senyawa bersifat bioaktif yang dikenal dengan nama acetogenin (Naria, 2005). Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain, saponin, flavonoid, tanin. Selain itu, bijinya mengandung minyak antara 42-45%. Daun dan bijinya dapat berperan sebagai insektisida, larvasida repellent (penolak serangga) dan anti feedant (penghambat makan) (Kardinan, 2004 dalam Alfiah, 2008) Tanaman jambu biji dan tanaman sirsak merupakan jenis tanaman yang berasal dari kelas dikotil. Kedua tanaman ini memiliki kandungan yang sama, dimana kandungan tersebut mempunyai fungsi sebagai larvasida. Sehubungan uraian-uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian guna mengetahui efektifitasi ekstrak daun jambu biji dan ekstrak daun sirsak dalam mumbunuh larva Aedes aegypti dengan membandingkan kedua ekstrak tersebut. Dimana daun jambu biji dan daun sirsak diolah dalam bentuk ekstrak kemudian membandingkan jumlah larva yang mati dalam satu konsentrasi yang sama. Dengan demikian judul dalam penelitian ini adalah Perbandingan Efektifitas Ekstrak Daun

6 Jambu Biji (Psidium guajava) Dan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L) Sebagai Larvasida Terhadap Larva Aedes Aegypti 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yakni; 1. Jumlah kasus DBD di provinsi Gorontalo pada tahun terakhir (2013) mencapai 198 kasus dengan CFR sebesar 1.51 % 2. Sebagian besar masyarakat belum mengetahui manfaat dari kandungan daun jambu biji dan daun sirsak dalam membunuh larva Aedes aegypti penyebab penyakit demam berdarah. 3. Sebagian besar masyarakat belum mengetahui cara mengelolah daun jambu biji dan daun sirsak menjadi ekstrak yang dapat digunakan sebagai larvasida. 1.3. Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan efektifitas ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dengan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L) sebagai larvasida Aedes aegypti instar IV? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbandingan efektifitas ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dengan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L) sebagai larvasida Aedes aegypti instar IV 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Untuk menganalisis efektifitas ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) sebagai larvasida Aedes aegypti.

7 2. Untuk menganalisis efektifitas ekstrak daun Sirsak (Annona muricata L) sebagai larvasida Aedes aegypti 3. Untuk menganalisis perbandingan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dan ekstrak daun Sirsak (Annona muricata L) sebagai larvasida Aedes aegypti 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Teoritis 1. Menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan lingkungan 2. Menambah data khusus tentang potensi larvasida ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L) terhadap larva Aedes aegypti. 1.5.2. Aplikatif 1. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang manfaat ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L) 2. Membuka peluang kemungkinan pembuatan preparat larvasida dari ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L).