I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi menurut Sumarto (dalam Safira 2004:17) adalah proses ketika warga

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

METODE PENELITIAN. berdasarkan pada fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen).

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

BAB I PENDAHULUAN. data sosial ekonomi September 2013 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB III LAPORAN PENELITIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Luas lahan sawah saat ini tinggal 7,5 juta hektar (ditambah 9,7 juta hektar lahan kering). Badan Pusat Statistik

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris. Hal itu didasarkan pada luasnya

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

Bab I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB II TINJUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

1 Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tengah dihadapkan pada ancaman serius, yakni luas lahan pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

KESEMPATAN KERJA DI PEDESAAN SULAWESI SELATAN*

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJA NGEDOK DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah trofis dengan luas

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal sebagai lahan

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

THE STRUCTURE OF THE COST AND THE PROFITABILITY OF THE FARMING OF THE FOOD CROP (Paddy, Corn, and Soybeans)

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. Menurut Husodo (2009:23), sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya di sektor pertanian. Sektor pertanian erat kaitannya dengan faktor produksi guna untuk memproduksi tanaman. Salah satu faktor produksi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja dalam pertanian adalah tenaga kerja manusia, tenaga hewan dan tenaga mesin. Tenaga kerja manusia merupakan tenaga kerja pertama sebelum tenaga hewan dan tenaga mesin digunakan untuk membantu petani mengolah lahan atau mengangkut hasil pertanian. Menurut Smith dan Lambert (1990:2-3) pada mulanya semua tanaman budidaya untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga manusia. Lambat laun, munculah ide memanfaatkan tenaga hewan untuk meringankan tenaga kerja manusia sebelum ditemukannya besi. Dengan ditemukannya besi, diciptakanlah peralatan prtanian yang masih

2 sederhana. Menjelang tahun 1920, peralatan pertanian mengalami inovasi yakni dengan menggunakan tenaga mesin. Mesin dan peralatan tersebut diantaranya adalah bajak yang bermanfaat dalam pengolahan tanah, transplanter yang bermanfaat untuk menanam benih padi, kultivator yang bermanfaat untuk pendangiran, dan combine yang bermanfaat untuk memotong tanaman yang berdiri, merontokkan bulir padi dan memisahkan bulir padi dari gabahnya sambil berjalan di lapangan. Meskipun kemajuan teknologi dalam bidang pertanian memudahkan para petani dalam proses produksi pertanian, namun tidak semua petani dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Mesin pertanian yang diciptakan untuk memaksimalkan hasil produksi pertanian tidak serta merta membuat petani antusias untuk memilikinya. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki petani. Menurut Sastraatmadja (2008:7), pertanian di Indonesia didominasi oleh usaha kecil yang dilaksanakan 26 juta KK tani yang merupakan 51% dari penduduk Indonesia berlahan sempit dan bermodal kecil. Saat ini, petani desa yang memiliki lahan di atas 2 hektar sudah jarang ditemui. Hal ini disebabkan sawah yang dimiliki sudah turun temurun atau dikenal dengan sistem waris. Sampai saat ini, sektor pertanian di pedesaan masih menggunakan tenaga kerja manusia dalam proses produksinya. Selain karena keterbatasan modal, sebagian masyarakat desa masih menganut pola perilaku berdasarkan adat istiadat lama. Menurut Setiadi dan Usman Kholip (2011:842) adat istiadat lama merupakan suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi dan sistem budaya yang mengatur tindakan manusia dalam kehidupan sosial. Jadi kehidupan

3 masyarakat pedesaan sebagian masih didasarkan pada cara atau kebiasaan lama yang diwarisi dari nenek moyang. Dalam hal ini, pemilik sawah masih menggunakan jasa buruh tani karena sudah turun temurun sejak dahulu. Kehidupan sosial masyarakat desa mencerminkan masyarakat yang ikatan batinnya masih kuat. Masyarakat desa merasa bagian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Rela berkorban setiap waktu karena merasa sebagai anggota masyarakat yang saling menghormati dan memiliki hak serta tanggung jawab yang sama di dalam masyarakat. Begitu juga dengan sistem pertanian, meskipun peralatan pertanian sudah semakin canggih namun petani masih menggunakan jasa buruh tani di beberapa proses produksi pertanian. Hal ini berkaitan dengan pola kehidupan masyarakat desa yang masih berpegang teguh dengan adat istiadat. Selain itu, tidak semua petani mampu membeli mesin pertanian karena harganya yang cukup mahal. Petani hanya menyewa bajak beserta operatornya dalam proses pengolahan tanah. Proses produksi pertanian yang lain seperti menanam benih, memupuk, menyiangi rumput dan memanen masih menggunakan tenaga kerja manusia yang biasa disebut buruh tani. Buruh tani bekerja dengan sistem borongan maupun harian dengan upah yang telah disepakati antara pemilik sawah dengan buruh tani. Di dalam sektor pertanian, tenaga kerja yang berpartisipasi dalam proses produksi pertanian padi sawah tidak hanya laki-laki, perempuan pun turut berpartisipasi. Sejak dahulu tenaga kerja perempuan dibutuhkan untuk menambah tenaga kerja yang ada yakni tenaga kerja laki-laki. Meskipun hanya untuk membantu tenaga

4 kerja yang sudah ada, bukan berarti partisipasi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Soetirsno (1997:96), menyatakan bahwa dari segi tradisi pertanian di Indonesia, partisipasi golongan perempuan dalam proses produksi pertanian sangatlah dominan. Perempuan mulai berpartisipasi sejak proses produksi yang paling dini yakni penyemaian bibit sampai penuaian padi. Benston (dalam Ollenburger dan Helen, 1996:106), mengemukakan bahwa perempuan merupakan kelompok pekerja cadangan potensial. Perempuan dapat diambil sebagai buruh yang fleksibel bila diperlukan. Hal yang dikemukakan Benston juga berlaku bagi buruh tani perempuan yang bekerja di bidang pertanian. Dalam proses produksi pertanian padi sawah buruh tani perempuan dapat berpartisipasi dalam jenis pekerjaan tertentu yang sudah biasa dilakukan dan telah disepakati dengan pemilik sawah. Selain fleksibel, upah kerja buruh tani perempuan relatif murah sehingga dapat dijangkau bagi petani yang memiliki keterbatasan modal. Sajogyo (1985:154), mengemukakan bahwa upah kerja buruh tani perempuan lebih rendah dibandingkan buruh tani laki-laki. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa buruh tani perempuan masih bisa bertahan di tengah pesatnya kemajuan teknologi. Di pedesaan, buruh tani perempuan bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga terlebih lagi bagi buruh tani perempuan yang menjadi kepala rumah tangga. Bagi keluarga buruh tani yang tidak memiliki sawah, partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi

5 sawah sangatlah membantu perkonomian rumah tangga. Upah yang didapat bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dalam proses produksi pertanian padi sawah, perempuan berpartisipasi dalam bidang yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam mengerjakannya. Selain itu, pekerjaan yang membutuhkan waktu cukup lama dalam proses penyelesaiannya. Menanam benih padi maupun palawija, penyiangan dan pemanenan merupakan pekerjaan yang mayoritas dilakukan oleh buruh tani perempuan. Pada awalnya buruh tani perempuan tidak berkelompok. Masing-masing buruh akan mendapatkan pekerjaan jika diundang oleh pemilik sawah. Lambat laun buruh tani perempuan membentuk kelompok. Hal ini akan lebih memudahkan kedua belah pihak dalam menjalin kerja sama. Pemilik sawah akan lebih mudah dalam mencari pekerja karena tidak perlu mendatangi banyak orang untuk membantu proses produksi pertanian. Buruh tani perempuan pun juga akan mendapatkan pekerjaan secara bersama-sama dan hal ini akan semakin mempererat hubungan mereka baik sebagai sesama buruh maupun sebagai anggota masyarakat. Kelompok buruh tani perempuan terbentuk dari kebiasaan bersama dalam bekerja dan di dalam kehidupan sehari-hari serta adanya kenyamanan antar anggota. Setiap kelompok pada umumnya memiliki rumah yang saling berdekatan dan terdiri dari enam sampai delapan orang dalam kelompok menanam padi serta tiga sampai empat orang dalam kelompok memanen padi. Buruh tani perempuan

6 bekerja secara berkelompok untuk menyelesaikan setiap bagian yang telah menjadi tanggung jawabnya. Di dalam sistem pertanian masyarakat desa, petani pemilik sawah dan buruh tani telah dihubungkan oleh suatu pertukaran antara kerja dan upah. Para petani pemilik sawah membutuhkan bantuan dari para buruh tani dalam proses mengolah sawah, penanaman sampai pemanenan dan buruh tani membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini disebabkan proses produksi pertanian membutuhkan banyak tenaga yang harus dicurahkan sebelum mendapatkan hasil produksi (Scott, 2000:102). Sampai saat ini tenaga kerja buruh tani masih dibutuhkan oleh petani meskipun peralatan pertanian sudah banyak terdapat di pasaran. Teknologi pertanian yang diciptakan dengan tujuan mempermudah para petani dalam memproduksi hasil pertanian tidak membuat buruh tani perempuan kehilangan seluruh pekerjaannya di bidang pertanian. Buruh tani perempuan mampu beradaptasi dengan peralatan pertanian yang sederhana, misalnya peralatan untuk menyiangi rumput yang disebut osrok. Menurut Husken (1998:191) osrok adalah segagang kayu dengan sehelai papan yang berpaku-paku miring disatu ujungnya. Osrok berfungsi untuk membersihkan rumput di sekitar tanaman padi. Menggunakan osrok juga membutuhan ketelitian agar tidak salah dalam melakukan penyiangan karena jarak antar tanaman padi cukup dekat. Selain untuk membersihkan rumput disekitar tanaman padi, osrok juga berfungsi untuk menggemburkan tanah. Menurut Wolf (1985:27), eksistensi kaum tani tidak hanya melibatkan suatu hubungan antara petani dan bukan petani, melainkan suatu tipe penyesuaian

7 (adaptasi), satu komunikasi sikap dan kegiatan yang bertujuan menopang petani dalam upayanya mempertahankan diri dan sesamanya di dalam satu tatanan sosial yang mengancam kelangsungan hidup mereka. Hal yang diungkapkan Wolf merupakan penyebab lain mengapa sampai saat ini buruh tani perempuan masih mendapatkan pekerjaan dalam proses produksi pertanian. Di Desa Batang Harjo yang akan menjadi tempat penelitian ini, mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Termasuk para perempuan yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi pertanian padi sawah sebagai buruh tani. Sejak dahulu, peran perempuan dalam dunia pertanian memang diakui keberadaannya termasuk di Desa Batang Harjo. Proses penanaman, penyiangan, dan pemanenan yang sampai saat ini masih menggunakan tenaga kerja perempuan memang sangat membantu petani dalam menyelesaikan proses produksi pertanian. Hal ini merupakan pertanda bahwa buruh tani perempuan masih memiliki eksistensi dalam proses produksi pertanian. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian mengenai Analisis Peran Wanita dalam Rumah Tangga Petani Mendukung Keberhasilan Program SLPTT-PUAP.yang diteliti oleh Pudji Astuti. Hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa rata-rata sumbangan partisipasi perempuan tani dalam usahatani padi adalah 41,13% dibandingkan pria sebesar 35,96%. Hal ini membuktikan bahwa partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian lebih dominan dibandingkan laki-laki. Perempuan banyak berpartisipai dalam proses penanaman, penyiangan dan pemanenan.

8 Sedangkan laki-laki berpartisipasi dalam proses pengolahan lahan dan pemanenan. Berdasarkan uraian di atas peneliti kemudian bermaksud melakukan penelitian tentang partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada lingkup partisipasi buruh tani perempuan dan motivasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian serta strategi partisipasi yang digunakan buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah. Hal ini menjadi penting untuk diteliti karena setiap buruh tani perempuan memiliki latar belakang alasan dan cara-cara tersendiri dalam mempertahankan eksistensinya di dunia pertanian khususnya dalam proses produksi pertanian padi sawah. Dengan itu peneliti memberi judul penelitian ini: Partisipasi Buruh Tani Perempuan dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah penelitian ini, maka rumusan masalahnya adalah: Bagaimanakah partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah?

9 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi lingkup partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah. 2. Menjelaskan motivasi partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah. 3. Menjelaskan strategi partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah. D. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu sosial khususnya sosiologi pertanian dan pedesaan. b. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada Dinas Pertanian untuk mengambil kebijakan terkait dengan pekerjaan buruh tani perempuan yang hanya bersifat sementara atau musiman.