URGENSI PENGUKURAN ULANG BATAS KEPEMILIKAN TANAH DI BPN KAB MAGELANG. Ayu Sari Risnawati 1 Nurwati 2. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

PENDAFTARAN TANAH ADAT. Indah Mahniasari. Abstrak

PENDAFTARAN TANAH ADAT Oleh : Indah Mahniasari, SH. Abstraksi

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

Dewi Hasmawaty Simanjuntak

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENERBITAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG SYARAT ADMINISTRASINYA TIDAK DI TANDA TANGANI OLEH SAKSI BATAS

BAB I PENDAHULUAN. maka semakin banyak manusia menginginkan dan memperoleh sebidang tanah untuk

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB V PEMBAHASAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung. Bupati pada saat itu, Bapak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umat

Upik Hamidah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

PERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) DALAM MENERBITKAN SERTIFIKAT TANAH YANG MEMENUHI AZAZ KEPASTIAN HUKUM. Oleh: ADIATMA POMALINGO

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah merupakan kewajiban pemerintah yang

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

HIBAH TANAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS SERTIFIKAT YANG HILANG (STUDI DI BPN KOTA MATARAM)

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sumber daya

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara

i

I. PENDAHULUAN. memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah, lebih dari itu tanah juga

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Pelaksanaan pemberian Hak Milik dari tanah negara dan. perlindungan hukumnya di Kabupaten Kutai Timur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. penghidupan masyarakat, bukan hanya aspek hubungan sosial-ekonomis, tetapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (Margono Slamet, 1985:15). Sedangkan W.J.S Poerwadarminta

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN

TINJAUAN TENTANG HAMBATAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN. Oleh: Anwar Sulaiman Nasution 1.

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang dimilikinya.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN.

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

Rofi Wahanisa, Suhadi, Arif Hidayat, Nurul Fibrianti. Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

5 Lidung Sarolangun Ladang Panjang Sarolangun Bernai Sarolangun Sungai Abang Sarolangun Panti Sarolangun

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Analisis Yuridis, Pembuatan Sertifikat Tanah,

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 2 PEMBAHASAN. 2.1 Pendaftaran Tanah

Lex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

2017, No dalam huruf b, perlu dibuat dalam bentuk Standar Pelayanan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru

BAB III BAGAIMANA PROSES HUKUM DALAM PENERBITAN SERTIFIKAT ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis,

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1995 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

URGENSI PENGUKURAN ULANG BATAS KEPEMILIKAN TANAH DI BPN KAB MAGELANG Ayu Sari Risnawati 1 Nurwati 2 Abstrak Hak dasar dari setiap orang adalah kepemilikan atas tanah. Jaminan mengenai tanah ini, dipertegas dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang pengesahan International Convenant On Economic, Sosial and Cultural Rights (Konvensi Internasional tentang Hak-Hak ekinomi, sosial dan Baudaya Tanah mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia karena kehidupan manusia itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Masalah tanah dapat menimbulkan persengketaan karena masing-masing manusia mempunyai kepentingan yang berbeda atas tanah tersebut sehingga seringkali menimbulkan bentrokan kepentingan. Sementara itu manusia yang memerlukan tanah terus bertambah dengan pesat sedangkan luas tanah relative tetap. Hal ini menimbulkan benturan kepentingan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya terhadap keberadaan tanah, baik itu yang menyangkut hak atas tanah maupun batas-batasnya. Dimana bergesernya patok atau bahkan patok yang digunakan sebagai tanda batas tanah hilang. Sehingga sering diadakan pengukuran ulang batas tanah kepemilikan oleh pemiliknya. Patok merupakan sebuah alat yang digunakan untuk batas atas sebidang tanah, sehingga menjadi jelas luas tanah yang dimiliki oleh seseorang. Pengukuran ulang batas tanah apabila batas tanah bergeser/hilang. Petugas ukur BPN dalam melakukan tugasnya harus berdasarkan surat tugas dari kepala Kantor Pertanahan. Dalam hal ini pemohon ataupun kuasanya harus mengajukan permohonan ke BPN dengan membayar biaya yang dikenakan baru kemudian pemohon atau kuasanya akan mendapatkan jadwal pengukuran oleh BPN. Pemohon tidak bisa menunjukkan batas-batas tanahnya tidak bisa dilakukan pengukuran ulang.. Selain itu yang menjadi kendala dalam pengukuran ulang batas tanah adalah belum adanya kesepakatan terhadap pemasangan tanda batas diantara para pihak yang bersangkutan di mana mereka yang mempunyai kepentingan dengan tanah tersebut. Tentunya hal tersebut akan menyulitkan bagi petugas ukur BPN dalam melaksanakan tugasnya Kata Kunci : Pengukuran, Tanah, BPN 1 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang 2 Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang 65

A. LATAR BELAKANG Tanah mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia karena kehidupan manusia itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Mereka hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendaya gunakan tanah. Masalah tanah dapat menimbulkan persengketaan karena masing-masing manusia mempunyai kepentingan yang berbeda atas tanah tersebut sehingga seringkali menimbulkan bentrokan kepentingan. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Pada saat manusia meninggal dunia masih memerlukan tanah untuk penguburannya. Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia adalah karena kehidupan manusia itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Mereka hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendaya gunakan tanah. Masalah tanah dapat menimbulkan persengketaan oleh karena itu tentu dalam batas kepemilikan sebidang tanah harus jelas dan tepat tentang batas, luas bidang tanah. Pergeseran atau perubahan batas sering terjadi dikarenakan alam, karena olah manusia yang menginginkan luas tanahnya bertambah luas. Dengan kondisi yang tidak menguntungkan maka dalam memberikan tanda baftas harus sesuai dengan aturan yang berlaku, yaitu dengan suatu benda (patok) yang telah disediakan oleh kantor Pertanahan /BPN. Dalam kenyataan patok/batas sebidang tanah sering timbul adanya alasan bahwa patok hilang, ini sudah tidak asing lagi karena dikembalikan adanya kebutuhan maka sering yang menjdi sasaran di lingkungan masyarakat bahwa patok itu memang sengaja dicabut, supaya mengajukan permohonan ukur ulang. Dalam pengukuran ini kan tidak semudah orang mengajukan permohonan ke kantor Pertanahan tidak seketika dilaksanakan bahkan sampai tunggu beberapa waktu, sehingga dalam hal seperti ini digunakan oleh orang lain yang mempunyai tujuan menggunakan tanah tersebut dan akan mengakibatkan timbulnya permasalahan pertanahan. Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka setiap orang akan selalu berusaha memiliki dan menguasainya. Dengan adanya hal tersebut maka dapat menimbulkan suatu sengketa tanah di dalam masyarakat. Mereka akan hidup 66

tenteram dan damai kalau mereka dapat menggunakan hak dan kewajibannya sesuai dengan batas-batas tertentu dalam hukum yang berlaku, yang mengatur kehidupan manusia itu dalam bermasyarakat. Sementara yang memerlukan tanah terus bertambah dengan pesat sedangkan keterbatasan tanah relatf tetap. Hal ini menimbulkan benturan kepentingan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya terhadap keberadaan tanah, baik itu yang menyangkut hak atas tanah maupun batas-batasnya. Dimana bergesernya patok atau bahkan patok yang digunakan sebagai tanda batas tanah hilang. Sehingga sering diadakan pengukuran ulang batas tanah oleh pemiliknya. Hal tersebut memungkinkan timbulnya permasalahan dibidang pertanahan. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa sebab pengukuran ulang batas tanah kepemilikan 2. Bagaimana rosedur pengukurang ulang, apabila batas tanah hilang C. PEMBAHASAN Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum hak milik atas tanah, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Melalui program pendaftaran tanah tersebut, masyarakat baik perorangan maupun badan hukum dapat memperoleh sertifikat hak atas tanah. Diharapkannya dengan telah didaftarkannya bidang tanah, keadaan administrasi pertanahan dapat menjadi lebih tertib. Masyarakat yang telah memperoleh sertifikat hak atas tanah dapat berpartisipasi secara aktif dalam memanfaatkan tanahnya secara optimal. Selain itu, tanah yang sudah bersertifikat dapat digunakan untuk mengurangi potensi sengketa kepemilikan tanah. Dalam pendaftaran tanah diperlukan kepastian data fisik obyek tanahnya (letak, batas, luas, penggunaan ) maupun kepastian data yuridis subyek tanah (riwayat, penguasaan dan kepemilikannya serta pihak yang memberi keterangan kebenaran penguasaan tanah tersebut ). Pasal 31 ayat (1) PP No 24 tahun 1997 menyatakan, sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur 67

dan buku tanah hak yang bersangkutan. Sertifikat tanah hak milik wajib berisikan 2 bagian utama yaitu Buku Tanah dan Surat Ukur. 3 Gambar ukur adalah dokumen tempat mencantumkan gambar suatu bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil pengukuran bidang tanah. Pengukuran bidang tanah berdasarkan permohonan pemegang haknya atau calon pemegang hak baru yang letaknya saling berbatasan. Pemegang hak adalah orang atau badan hukum yang mempunyai hak atas tanah hak milik atau hak pengelolaan, atau nadzir dalam hal tanah wakaf, baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar. Patok merupakan sebuah alat yang digunakan untuk batas atas sebidang tanah, sehingga menjadi jelas luas tanah yang dimiliki oleh seseorang. Patok sebagai tanda batas sebidang tanah sangat penting adanya, dikarenakan hal ini seringkali menimbulkan permasalahan diranah bidang pertanahan seperti contohnya sering menimbulkan sengketa tanah dikarenakan batas tanah yang melampui milik orang lain atau bergeser. Secara fisik, tanah mengalami perubahan baik karena faktor alam maupun peristiwa yang dilakukan oleh manusia. Contoh : erosi, patok tanah berpindah, tidak ada patok tanah yang jelas, dsb. Bidang tanah dengan dikelilingi pagar bila posisinya berdampingan dan dimanfaatkan pada saat yang sama, maka pagar pembaginya mungkin akan merupakan pagar bersama, batasnya merupakan garis batas terletak di tengah tengah garis pagar, tetapi sudah tentu bidang-bidang tanah berdampingan tidaklah selalu dimanfaatkan pada saat bersamaan. Apabila satu bidang tanah lebih dahulu dimanfaatkan, maka garis pembagi atau garis batas itu seluruhnya mungkin terletak di atas bidang tanah tersebut, dengan sendirinya pemilik tanah tidak mungkin mencatat sendiri letak garis batas. Bila pemilik tanah berdampingan dan memanfaatkan pagar tersebut maka akan jelas siapa memiliki pagar tersebut, tetapi hal ini masih belum dibuat catatannya. Pagar itu hanya akan merupakan suatu masalah persetujuan antar tetangga dan belum diungkapkan dalam surat penyataan tertulis antara pemilik tanah dengan pemilik tanah berbatasan yang dikenal dengan asas kontradiktur. Tidak ada aspek lain dari pendaftaran tanah menimbulkan kontroversi kecuali dari letak batas-batas pemilikan tanah. 3 Hermat Hermit. 2004. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah Negara Dan Tanah Pemda. Bandung : Mandar Maju. hlm 30. 68

Penentuan letak batas dilakukan oleh pemilik tanah dan para pemilik tanah yang berbatasan secara kontradiktur dikenal dengan asas kontradiktur. Penentuan letak batas secara kontradiktur merupakan perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pada kebanyakan permasalahan umumnya, patok tanah hanya berpatokan pada patok alam, seperti pohon, batas tanah tetangga. Sehingga hal ini sering menimbulkan permasalahan di bidang pertanahan karena itu seringkali dilakukan pengukuran ulang atas sebidang tanah. Terjadinya perubahan batas bidang tanah (patok) atau bahkan batas bidang tanah tersebut hilang. Perubahan batas bidang tanah tersebut biasanya terjadi dikarenakan patok yang digunakan oleh pemilik tanah adalah jenis patok yang sementara, misalnya pohon/kayu yang bisa dipindahkanoleh orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga dapat dan mempengaruhi ukuran batas kepemilikan tersebut. Permohonan untuk melakukan pengukuran ulang di Kantor Pertanahan pada kenyataanya banyak dilakukan dengan alasan tanda batas tanah yang dimilikinya hilang atau bergeser. Pengukuran ulang batas tanah muncul dari inisiatif pemiliksebidang tanah dengan mengajukan permohonan secara tertulis ke Kantor Pertanahan dan dilengkapi dengan bukti yang dimiliki yaitu sertifikat asli atau fotokopi yang dilegalisir. 1. Prosedur Pengukuran Ulang : a. Pemohon atau kuasanya datang ke kantor Pertanahan, loket pendaftaran dengan menyerahkan Surat Permohonan dan dilampiri dengan dukumen b. Pemohon atau kuasanya membayar biaya pengukuran ke bendahara khusus penerima dan dicatat dalam daftar isian. Pemohon menyerahkan kwitansi pembayaran ke petugas loket. Kemudian Petugas loket satu mencatat permohonan pengukuran dan memberikan jadwal pengukuran ke pemohon atau kuasanya. c. Petugas ukur menyiapkan surat perintah kerja dan menyerahkan ke koordinator lapangan, selanjutnya diserahkan ke kasubsi Pengukuran Pemetaan dan Konversi untuk di tanda tangani. 69

d. Kasubsi Pengukuran Pemetaan dan Konversi memerintahkan petugas ukur untuk melaksanakan pengukuran dengan membawa surat perintah kerja, bila diperlukan maka koordinator lapangan wajib mendampingi petugas ukur di lapangan. e. Menghadirkan para pihak, antara lain pembeli (jika tanah tersebut dalam suatu proses transaksi jual beli), pihak-pihak lain yang tanahnya berbatasan utara, timur, selatan, barat dengan tanah tersebut, dan menghadirkan perangkat desa. f. Kesepakatan atau persetujuan terkait pemasangan tanda batas sesuai kebijakan BPN berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1997. Pemohon dalam pengajuan pengukuran ulang batas tanah, pemilik tanah harus memenuhi persyaratan yang diberikan oleh pihak Kantor BPN. Apabila bukti tertulis tidak lengkap atau tidak ada lagi, pembuktian pemilikan itu dapat dilakukan dengan keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang dapat dipercaya kebenarannya. Keterangan saksi atau pernyataan yang bersangkutan mengenai pemilikan tanah itu berfungsi menguatkan bukti tertulis yang tidak lengkap itu, atau sebagai ganti bukti tertulis yang sudah tidak ada lagi. Hanya orang yang cakap yang dapat memberikan kesaksian dan mengetahui kepemilikan tanah yang bersangkutan. Terdapat tiga kemungkinan alat pembuktian, yaitu : 1) Jika bukti tertulisnya lengkap maka tidak perlu bukti tambahan lagi. 2) Jika bukti tertulisnya sebagian tidak ada lagi maka diperkuat dengan keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangutan. 3) Jika semua bukti tertulisnya tidak ada lagi maka digantikan dengan menggunakan keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan. 2. Kendala-Kendala dalam Pengukuran Ulang Batas Tanah oleh BPN beserta Solusi Permasalahannya. Kendala dalam pengukuran ulang batas sebidang tanah di Badan Pertanahan : a. Pemberitahuan kepala Desa Sudah dilakukan akan tetapi, tidak adanya penunjukan petugas aparat desa untuk hadir ke lokasi b. Dalam penunjukan batas kepemilikan tanah tidak sesuai dengan kenyataan; 70

c. Tidak hadirnya pemilik tanah yang berbatasan langsung dengan tanah yang akan diukur ulang. Dengan adanya usaha dari kantor Pertanahan, mohon kehadirannya petugas dari desa untuk menyaksikan adanya pemberian batas tanah di lokasi, dan memberitahukan kepada pemilik tanah sebelahnya untuk hadir, akan tetapi pada waktu diadakan kunjungan ke lokasi tidak adanya aparat desa yang hadir sehingga akan mempengaruhi juru ukur dari pihak kantor menunda pelaksanaan pengukuran. Apabila para pihak yang bersangkutan tidak dapat menghadiri, maka petugas ukur akan melakukan penjadwalan ulang untuk melaksanakan pengukuran ulang batas kepemilikan tanah tersebut. Apabila sudah ada penjadwalan ulang akan tetapi para pihak masih tidak hadir maka petugas akan memberi batas waktu maksimal sampai 3 ( tiga) bulan. Kepala Bagian Pengukuran Badan Pertanahan Nasional, memberikan pelayanan pengukuran bidang tanah diantaranya adalah : 1) pengukuran untuk keperluan Pengembalian Batas 2) Pengukuran dalam rangka kegiatan Inventarisasi / Pengadaan Tanah 3) Pengukuran Atas Permintaan Instansi dan / atau masyarakat untuk mengetahui Luas Tanah 4) Pengukuran Dalam Rangka Pembuatan Peta Situasi Lengkap (Topografi) Dalam pemberian pelayanan masyarakat, kantor pertanahan membuka pintu lebar apa yang dikehendaki, akan tetapi bahkan sampai ada pemohon pemohon tidak dapat untuk menujukkan batas-batas yang dikehendaki yang dijadikan dasar pengukuran ulang. Kenyataan yang sering kali terjadi pemohon mengajukan permohonan pengukuran ulang, karena batas tanah hilang namun mereka tidak bisa menunjukkan di mana letak batas-batas tanah mereka atau dalam penunjukan batasbatas tanah yang dimilikinya tidak jelas atau bahkan berbeda dari keterangan tetangga yang berbatasan sehingga BPN dalam melaksanakan pengukuran ulang batas tanah harus menghadirkan pemilik tanah yang tanahnya berbatasan langsung dengan tanah tersebut. Kantor pertanahan tidak dapat melakukan pengukuran ulang 71

batas tanah yang bersangkutan apabila pihak-pihak pemilik tanah yang berbatasan secara langsung dengan tanah tersebut tidak hadir atau belum adanya kesepakatan. Selain kendala tersebut di atas, ada kendala lain yang mengakibatkan tidak dapat dilakukan pengukuran ulang batas tanah yang dimohonkan. Kendala tersebut adalah belum ada kesepakatan terhadap pemasangan tanda batas tanah yang dimohonkan. Belum adanya kesepakatan terhadap pemasangan tanda batas diantara para pihak yang bersangkutan di mana mereka yang mempunyai kepentingan dengan tanah tersebut. Hal ini menyebabkan tidak dapat dilaksanakan pengukuran ulang batas tanah yang bersangkutan oleh BPN. Para pihak diharuskan untuk membuat kesepakatan mengenai pemasangan tanda batas tanah yang bersangkutan, kemudian baru akan dilakukan pengukuran ulang oleh BPN. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik-konflik yang muncul setelah dilakukannya pengukuran ulang oleh BPN. Tanda batas yang hilangpun sering menimbulkan terjadinya sengketa tanda batas tanah sehingga hal itu dapat menghalangi pelaksanaan pengukuran ulang oleh BPN. Birokrasi yang rumit dan tidak praktis, serta perilaku sejumlah oknum yang mengambil keuntungan. Tidak adanya transparansi mengenai biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran ulang, dikhawatirkan dapat merugikan pihak pemohon karena sebagian besar pemohon tidak mengetahui tarif sebenarnya yang dikenakan. Selain itu juga kendala mengenai biaya yang dianggap mahal oleh banyak orang. Kondisi semacam ini berdampak negatif karena masyarakat menjadi apatis dalam mengurus sertifikasi tanah, pendaftaran tanah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pertanahan di Kantor Badan Pertanahan Nasional. Alasan pengembalian batas atau Rekontruksi batas ini, dilakukan karena terjadinya perubahan batas bidang tanah (patok) atau bahkan batas bidang tanah tersebut hilang. Akibatnya batas dan luas tidak sesuai dengan pengumpulan data ukuran awal, sehingga diperlukannya Pengukuran Ulang atau Rekontruksi Batas Ulang berdasarkan Gambar Ukur (GU) Lama. Pengukuran ul ang ini dilakukan dengan pertimbangan kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadap subyek dan obyek hak atas tanah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, kepastian hukum yang dimaksud adalah kepastian hukum mengenai subyek 72

hak atas tanah dan kepastian obyek hak atas tanah. Kepastian hukum mengenai subyek hak atas tanah adalah kepastian haknya (status tanah), siapa yang menjadi pemegang hak atas tanah tersebut. Kepastian hukum mengenai obyek hak atas tanah adalah kepastian mengenai Letak, Batas, dan Luas. Permohonan pengukuran ulang, tidak dapat dilakukan apabila tidak jelas dalam penunjukan batas-batas tanah yang dimiliki. Sehingga dalam pelaksanaannya berdasarkan peraturan yang berlaku, harus menghadirkan pemilik tanah yang bersebelahan, baru dilakukkan pengukuran ulang. Selain kendala di atas ada kendala lain misalnya belum adanya kesepakatan terhadap pemasangan tanda batas. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik-konflik yang muncul setelah dilakukannya pengukuran ulang oleh BPN. Kesepakatan atau persetujuan para pihak yang bersangkutan sangat penting dalam rangka pelaksanaan pengukuran ulang batas tanah kepemilikan. Para pihak tersebut antara lain si pemegang hak atas tanah yang tanahnya berbatasan langsung dengan tanah yang akan dilakukan pengukuran ulang batasnya. Si pemegang hak atas tanah yang tanahnya akan dilakukan pengukuran ulang termasuk di dalamnya ahli waris dan kerabat yang bersangkutan. D. KESIMPULAN 1. Terjadinya perubahan batas bidang tanah (patok) atau bahkan batas bidang tanah tersebut hilang. Mengingat patok merupakan sebuah alat yang digunakan untuk batas atas sebidang tanah, sehingga menjadi jelas luas tanah yang dimiliki oleh seseorang. Patok sebagai tanda batas sebidang tanah sangat penting adanya, dikarenakan hal ini seringkali menimbulkan permasalahan diranah bidang pertanahan seperti contohnya sering menimbulkan sengketa tanah dikarenakan batas tanah yang melampui milik orang lain atau bergeser. Sehingga seringkali dilakukan pengukuran ulang atas sebidang tanah. 2. Pengukuran ulang batas tanah apabila batas tanah bergeser/hilang Petugas ukur BPN dalam melakukan tugasnya harus berdasarkan surat tugas dari kepala Kantor Pertanahan. Dalam hal ini pemohon ataupun kuasanya harus mengajukan permohonan ke BPN dengan membayar biaya yang dikenakan baru kemudian pemohon atau kuasanya akan mendapatkan jadwal pengukuran 73

oleh BPN. Dalam melaksanakan tugasnya, petugas ukur BPN melaksanaan pengukuran ulang itu harus dilakukan sesuai dengan isi buku pedoman petugas ukur BPN. 3. Pemohon tidak bisa menunjukkan batas-batas tanahnya tidak bisa dilakukan pengukuran ulang.. Selain itu yang menjadi kendala dalam pengukuran ulang batas tanah adalah belum adanya kesepakatan terhadap pemasangan tanda batas diantara para pihak yang bersangkutan di mana mereka yang mempunyai kepentingan dengan tanah tersebut. Tentunya hal tersebut akan menyulitkan bagi petugas ukur BPN dalam melaksanakan tugasnya. 74

DAFTAR PUSTAKA Bambang Sunggono. 2012. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : Rajawali Pres. Chandra. 2005. Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah. Jakarta : PT Grafindo. Florianus SP Sangun. 2008. Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah. Jakarta : Transmedia Pustaka. Herman Hermit. 2004. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah Negara, dan Tanah Pemda. Bandung : Mandar Maju. Budi Harsono. 2006. Hukum Agraria, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah. Jakarta : Djambatan Hutomo. 1993. Tata Guna Tanah, Badan Pertanahan Nasional. Bandung : Mandar Maju. Irawan Soerojo. 2002. Kepastian Hukum Atas Tanah di Indonesia. Surabaya : Arkola. Maria S.W. Sumardjono. 2001. Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara. 75