1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan yang penting. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan, dan martabat manusia Indonesia. Upaya meningkatkan SDM dilakukan melalui upaya sadar lewat jalur pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah, salah satunya ditempuh melalui Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai tingkat pendidikan lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Peningkatan mutu pendidikan tersebut juga muncul sebagai tuntutan karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Remaja merupakan salah satu sumberdaya manusia penting sebagai pelaksana dalam transformasi teknologi dan informasi yang akan datang tentunya perlu mendapat perhatian dalam bidang pendidikan yang tidak bisa lepas dari sasaran upaya peningkatan mutu pendidikan. Menurut Semiawan (2002) peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan, perubahan dan pembaharuan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Munculnya program-program belajar yang diselenggarakan sekolah, seperti adanya program kelas SBI dan akselerasi disamping kelas reguler merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan dapat mendorong prestasi dan keberhasilan siswa. Kelas internasional lebih digambarkan pada kelas yang dirintis dengan kurikulum lokal namun dengan taraf internasional, diperuntukkan bagi siswa yang berbakat, mempunyai potensi, dan ditunjang sejumlah fasilitas yang berbeda dibanding kelas reguler. Program akselerasi diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, yang membutuhkan program berdiferensiasi atau pendidikan khusus di luar jangkauan apa yang diberikan dalam program sekolah biasa (Semiun 2006). Adanya kelas akselerasi tersebut dianggap sebagai solusi terbaik untuk memenuhi kebutuhan bagi siswa dengan Intelligence Quotient (IQ) tinggi, karena sesuai pendapat Terman diacu dalam Hawadi (2004) yang menyatakan bahwa
2 siswa dengan IQ diatas normal akan superior dalam kesehatan, penyesuaian sosial, dan sikap moral. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan adalah prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai (Winkel 1989). Menurut Dalyono (2001) prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam manusia yang terdiri dari faktor fisiologis (karena sakit, karena kurang sehat, karena cacat tubuh), dan faktor psikologis (intelegensi, bakat, minat, motivasi dan faktor kesehatan mental). Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat dan mass media. Lingkungan keluarga memang tidak dapat dipungkiri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Selain itu keluarga juga merupakan fondasi primer bagi perkembangan anak, karena keluarga merupakan tempat anak untuk menghabiskan sebagian besar waktu dalam kehidupannya. Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar dari pendidikan di sekolah. Bloom (1976) menyatakan bahwa lingkungan keluarga dan faktor luar sekolah telah secara luas berpengaruh terhadap siswa. Siswa hidup di kelas pada suatu sekolah relatif singkat, sebagian besar waktunya dipergunakan siswa untuk bertempat tinggal di rumah. Keluarga telah mengajarkan anak berbahasa, kemampuan untuk belajar dari orang dewasa dan beberapa kualitas dan kebutuhan berprestasi, kebiasaan bekerja dan perhatian terhadap tugas yang merupakan dasar terhadap pekerjaan di sekolah. Sebagai unit terkecil masyarakat, keluarga melalui pola asuh orang tua secara kuat sangat mempengaruhi tingkat perkembangan individu dalam pencapaian kesuksesan atau kegagalan dalam pergaulan dalam masyarakat. Keadaan keluarga yang harmonis akan menimbulkan rasa nyaman dan aman. Perasaan nyaman tersebut meningkatkan motivasi atau menjadikan anak
3 bersemangat melakukan sesuatu untuk dirinya dan orang lain, tidak terkecuali dalam hal belajar. Rasa aman muncul pada saat orang tua dapat menghargai keberadaan anak dan paham tentang bagaimana pengasuhan yang tepat untuk anak. Rasa aman yang tertanam tersebut akan menimbulkan suatu kepercayaan pada diri sendiri dan mampu memandang keadaan diri sendiri (konsep diri). Pada masa remaja yang kondisi perkembangannya masih labil memungkinkan terbentuknya konsep diri positif bila didukung oleh lingkungan sosial dan keluarga. Dalam pencarian identitas diri diharapkan remaja dapat membentuk konsep dirinya yang positif karena akan berpengaruh terhadap pemikirannya, perilakunya, serta pendidikan dalam pencapaian prestasi belajar (Santrock 2007). Dalam melakukan sesuatu, bersikap serta bertindak motivasi diperlukan untuk memaksimalkan tujuan individu. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004) motivasi adalah dorongan atau kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang itu berbuat atau bertindak, dengan kata lain bertingkah laku. Tumbuhnya motivasi dalam diri seseorang senantiasa dilandasi oleh adanya kesadaran diri berkenaan dengan hakikat dan keberadaan kehidupannya masingmasing. Selain adanya motivasi, konsep diri yang ada pada remaja juga menentukan prestasi belajarnya. Hal ini berpengaruh terhadap pendidikan yang dilakukan oleh remaja. Perumusan Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita adalah masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. Banyak hal yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, salah satunya adalah pelaksanaan program akselerasi dan kelas internasional dari sekolah yang bertaraf internasional. Upaya tersebut dilatarbelakangi oleh penyediaan fasilitas bagi siswa yang memiliki kemampuan akademik diatas rata-rata agar potensi dapat berkembang secara maksimal dan tidak terjadi underachiever (suatu kondisi kemampuan intelektual tinggi/luar biasa yang tidak terlayani secara makasimal, berakibat pada penurunan kinerja intelektual) (Farmer 1993). Hasil penelitian Departemen Pendidikan Nasional tahun 2001 menemukan bahwa pada 20 SMA
4 unggulan di Indonesia terdapat 21,75 persen siswa dengan kecerdasan umum prestasinya di bawah rerata sedangkan para siswa yang tergolong berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa sebesar 9,7 persen. Pada hasil temuan sebelumnya juga diungkapkan bahwa masih tinggi siswa yang dikategorikan berbakat istimewa mengalami underachiever pada SD dan SMP (2-5%) dan SMA sebesar delapan persen (Depdikbud 1997). Namun apakah dengan adanya program akselerasi dan SBI benar-benar dapat meminimalisasi underachiever dan dapat memotivasi siswa sehingga mereka menjadi lulusan dengan prestasi yang tinggi? Menurut Southern dan Jones (1991) disamping memiliki kelebihan, program akselerasi juga memiliki sejumlah dampak negatif yang merugikan, diantaranya di bidang akademis, penyesuaian emosional, dan penyesuaian sosial. Pada bidang akademis, siswa dimungkinkan tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan baru, tertinggal dari teman sebayanya, dan menjadi siswa yang gagal. Hal tersebut dikarenakan isi pelajaran yang diberikan terlalu jauh atau terlalu tinggi untuk siswa. Selain itu juga siswa akan kekurangan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan berfikirnya. Pada bidang penyesuaian emosional, dengan adanya dorongan untuk berprestasi secara konstan menjadikan siswa akselerasi frustasi dan pada penyesuaian sosialnya frekuensi hubungan siswa akaselerasi dengan teman sebayanya akan berkurang. Hasil penelitian Ary (2005) menyebutkan bahwa siswa akselerasi cenderung mendapat labelling dari masyarakat sebagai anak pintar, hal tersebut dapat membentuk konsep diri yang positif dan negatif, tergantung siswa mempersepsikan labelling tersebut. Siswa yang mempersepsikannya sebagai sesuatu yang positif akan terbentuk menjadi konsep diri yang positif untuk selanjutnya dapat meningkatkan motivasi untuk meraih prestasi dan sebaliknya. Penelitian Kusumawardhani (2000) terhadap siswa SMA kelas akselerasi dan reguler, menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tentang konsep belajar dan motivasi belajar antara siswa kelas akselerasi dengan siswa kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa siswa akselerasi memiliki konsep belajar dan motivasi yang efektif lebih tinggi mempengaruhi proses belajar mereka dibandingkan dengan siswa kelas reguler.
5 Permasalahan lain yang muncul adalah masih banyaknya siswa yang berpotensi dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata di kelas akselerasi (IQ minimal 130) dan internasional namun tidak berprestasi (underachiever) (Munandar 2004). Padahal tujuan dari dilaksanakannya program akselerasi dan kelas SBI juga untuk meningkatkan mutu pendidikan serta prestasi siswa. Permasalahan tersebut mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar seperi gaya pengasuhan orangtua, konsep diri, dan motivasi belajar siswa. Setiap orangtua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlak. Akan tetapi banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa caranya mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya. Menurut Slameto (2003) bahwa salah satu yang mempengaruhi prestasi belajar anak adalah lingkungan keluarga termasuk didalamnya pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua kepada anak. Hal ini berkaitan dengan peran orangtua dalam memikul tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, guru dan pemimpin bagi anak-anaknya. Interaksi anak dengan orangtua atau lingkungannya akan membentuk konsep diri. Konsep diri tersebut dapat berhubungan atau bahkan mempengaruhi prestasi karena dengan adanya konsep diri yang positif atau tinggi maka siswa akan mampu mengarahkan tindakannya dengan tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Menurut hasil penelitian Gunawan (2010), siswa yang memandang dan mempersepsikan bahwa dirinya memiliki kemampuan yang baik, percaya diri untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki kemungkinan tidak akan mengalami kesulitan untuk meraih prestasi belajar. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa pencapaian prestasi seorang siswa tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah faktor internal (dalam diri siswa) dan faktor ekternal (dari luar diri siswa). Berdasarkan paparan tersebut, maka yang menjadi pertanyaan peneliti adalah: 1. Bagaimana karakteristik siswa dan karakteristik keluarga pada kelas akselerasi, SBI dan reguler? 2. Bagaimana gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi dan prestasi belajar siswa pada kelas akselerasi, SBI dan reguler?
6 3. Bagaimana hubungan karakteristik keluarga dan karakteristik contoh dengan gaya pengasuhan orangtua? 4. Adakah hubungan antara gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi, dan prestasi belajar siswa? Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada kelas akselerasi, SBI, dan reguler. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan karakteristik keluarga pada kelas akselerasi, SBI, dan reguler. 2. Mengidentifikasi gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi, dan prestasi belajar siswa pada kelas akselerasi, SBI, dan reguler. 3. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga dan karakteristik contoh dengan gaya pengasuhan. 4. Menganalisis hubungan antara gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi, dan prestasi belajar siswa. Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terkait. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan pemikiran dan keilmuan yang telah diterima di bangku kuliah terutama dalam bidang perkembangan anak. Bagi institusi IPB, penelitian ini diharapkan dapat menyumbang referensi baru bagi civitas akademika khususnya di bidang perkembangan anak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak sekolah, dan orang tua mengenai hubungan antara gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi belajar dan prestasi belajar, Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa atau peneliti yang tertarik dengan topik penelitian sejenis.