BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik Konservasi Waduk

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

Erosi. Rekayasa Hidrologi

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG

EROSI DAN SEDIMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan

: Curah hujan rata-rata (mm) : Curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) : Banyaknya stasiun hujan

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai Asahan. harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air

VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

MENENTUKAN LAJU EROSI

METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI EROSI LAHAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KEJADIAN HUJAN TUNGGAL

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung (intangible). Selain itu,

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR

Yeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

1/3/2017 PROSES EROSI

Dela Risnain Tarigan Djati Mardiatno

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

2.1.1 Pengertian Erosi Tanah

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan

ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

PENDUGAAN NILAI EROSI DI KAWASAN SUB DAS BRANTAS MIKRO COBAN TALUN (Studi di Coban Talun Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu) Skripsi

KAJIAN EROSI DAN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI SISTEM TANAM DI TANAH TERDEGRADASI SKRIPSI. Vivin Alviyanti NIM

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

DASAR-DASAR ILMU TANAH

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

PETA SATUAN LAHAN. Tabel 1. Besarnya Indeks LS menurut sudut lereng Klas lereng Indeks LS 0-8% 0,4 8-15% 1, % 3, % 6,8 >40% 9,5

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

DASAR-DASAR ILMU TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Pengertian Geografi. Armin K. Lobeck mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

PENINGKATAN EROSI TANAH PADA LERENG TIMBUNAN OVERBURDEN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN DI DAERAH CLERENG, PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

Identifikasi Daerah Rawan Longsor

PENANGANAN MASALAH EROSI DAN SEDIMENTASI DI KAWASAN KELURAHAN PERKAMIL

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

KAJIAN PERHITUNGAN SEDIMEN EMBUNG TAMBAKBOYO DI SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan

STUDI TINGKAT EROSIVITAS DAN ERODIBILITAS DAS AIR HAJI KECAMATAN SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT. Oleh:

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan. VI = = = 11 m

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang ilmu tersebut diantaranya adalah hidrolika, mekanika tanah, geologi dan hidrologi. Di waduk-waduk, pengendapan sedimen akan mengurangi volume efektifnya. Sebagian besar jumlah sedimen dialirkan oleh sungai-sungai yang mengalir ke waduk, hanya sebagian kecil saja yang berasal dari longsoran tebing waduk, atau berasal dari longsoran tebing-tebingnya oleh limpasan permukaan (Soemarto, 1987). Penumpukan sedimen dapat seringkali terjadi pada embung. Guna mengetahui seberapa besar sedimen yang terdapat pada embung diperlukan analisis sedimen. Dalam menganalisa sedimen, perlu diketahui erosi lahan terhadap embung dan perkiraan umur embung. Dalam mengelola suatu DAS harus memperhatikan komponen-komponen yang terdapat di dalam DAS sehingga dapat diketahui tingkat kemampuan DAS terhadap bahaya erosi. Erosi merupakan peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami (Arsyad, 1989). Faktorfaktor yang mempengaruhi erosi adalah hujan, tanah, kemiringan, vegetasi dan manusia (Utomo, 1994). 6

7 Gambar 2.1 Embung Tambakboyo tampak atas 2.2 Erosi Lahan Wayer dan Wischemeier (1969) dalam Hardjowigeno (2003) meninjau proses terjadinya erosi di suatu lereng tanah harus dihancurkan dahulu oleh curah hujan dan aliran permukaan. Setelah tanah hancur baru siap untuk diangkut ke tempat lain oleh curah hujan dan aliran permukaan yang akan mengendap di suatu tempat lain. Di alam erosi selalu dan akan tetap terjadi. Bentuk permukaan bumi selalu berubah sepanjang masa. Pada suatu tempat terjadi pengikisan dan di tempat lain terjadi penimbunan. Proses ini terjadi secara alami dan sangat lambat tanpa disadari oleh manusia dan hasilnya baru terlihat setelah berpuluh-puluh tahun.

8 2.2.1 Faktor Penyebab Erosi Menurut Hudson (1976), faktor penyebab erosi dinyatakan dalam erosivitas yang merupakan manifestasi hujan dipengaruhi oleh adanya vegetasi dan kemiringan serta faktor tanah dinyatakan dalam erodibilitas yang juga dipengaruhi oleh adanya vegetasi. Erosi juga ditentukan oleh sifat hujan, sifat tanah, derajat dan panjang lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan aktifitas manusia dalam hubungannya dengan pemakaian dan pengolahan tanah. Erosivitas merupakan sifat yang menentukan energi (R), erodibilitas merupakan sifat tanah K, faktor yang mempengaruhi besarnya energi (panjang lereng, L dan kemiringan lereng, S) serta faktor yang memodifikasi yaitu tanaman (C) dan pengelolaan tanah (P). Topografi atau rupa muka tanah menentukan kecepatan aliran permukaan yang membawa partikel-partikel tanah. Peranan vegetasi penutup adalah melindungi tanah dari pukulan langsung air hujan dan memperbaiki struktur tanah melalui penyebaran akar-akarnya. Faktor kegiatan manusia memegang peranan penting terutama dalam usaha pencegahan erosi karena manusia dapat memperlakukan faktor-faktor penyebab erosi lainnya kecuali faktor iklim. 2.2.2 Iklim Faktor iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi adalah hujan dan temperatur. Hujan melalui tenaga kinetiknya dapat melepaskan butiran-butiran partikel tanah dan sebagian melalui kontribusinya terhadap aliran permukaan. Karakteristik hujan yang mempengaruhi erosi tanah yaitu jumlah atau kedalaman hujan, intensitas dan lamanya hujan.

9 2.2.3 Tanah Secara fisik terdiri dari partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran. Partikel-partikel tanah tersusun dalam bentuk matriks yang pori-porinya kurang lebih 50%, sebagian lagi terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara. Sifat fisik tanah yang berpengaruh meliputi; tekstur tanah, struktur tanah, permeabilitas dan kandungan organik. 2.2.4 Relief Lahan Derajat kemiringan dan panjang lereng mempengaruhi besarnya erosi. Makin curam dan makin panjang lereng maka semakin besar pula kecepatan aliran air permukaan dan bahaya erosi. Pada tanah yang datar (landai) kecepatan aliran lebih kecil dibandingkan dengan tanah yang miring karena; (1) pada topografi miring memperbesar erosi, (2) pada topografi dan kebanyakan air hujan meresap ke dalam tanah. 2.2.5 Topografi Secara umum erosi akan meningkat dengan meningkatnya kemiringan dan panjang lereng. Pada lahan datar, percikan butir air hujan melemparkan partikel-partikel tanah ke udara ke segala arah. 2.2.6 Erosivitas Hujan (R) Indeks erosivitas hujan adalah daya erosi pada suatu tempat dengan satuan MJ/ha/jam/tahun. Data hujan yang dikumpulkan meliputi data banyak hujan, jumlah hari hujan dan hujan maksimum rata-rata per bulan selama 10 tahun.

10 2.2.7 Erodibilitas Tanah (K) Nilai erodibilitas tanah menggambarkan kepekaan jenis tanah terhadap erosi yang dipengaruhi oleh tenaga kinetis hujan dan limpasan permukaan tanah. 2.2.8 Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng (LS) Panjang dan kemiringan lereng merupakan sumber terjadinya kesalahan terbesar dalam penerapan rumus USLE. Panjang lereng adalah batas atas lapangan ke titik dimana aliran air terkonsentrasi pada saluran di lapangan, jurang atau sungai titik dimana mulai terjadinya disposisi. 2.2.9 Indeks Pengelolaan Tanaman (C) Indeks pengelolaan tanaman (C) dapat diartikan sebagai rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis pengolahan tanaman sebidang lahan terhadap tanah yang tererosi pada lahan yang sama tanpa ada tanaman. Nilai C untuk suatu jenis pengolahan tanaman dengan tergantung dari jenis, kerapatan, panen dan rotasi tanaman. 2.2.10 Indeks Pengelolaan Lahan, Konservasi Praktis (P) Indeks pengolahan lahan merupakan rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis pengelolaan lahan terhadap tanah yang tererosi pada lahan yang sama tanpa pengolahan lahan atau konservasi apapun. Nilai P sangat dipengaruhi oleh campur tangan manusia terhadap lahan yang bersangkutan seperti misalnya teras, pengolahan tanah dan sebagainya.

11 2.2.11 Keterbatasan dan Modifikasi USLE Persamaan A = R x K x LS x C x P, menampilkan lima faktor yang dianggap memainkan peranan penting untuk terjadinya erosi. Faktor-faktor R dan K umumnya diasumsikan tidak berubah untuk tempat-tempat dengan intensitas curah hujan tahunan dan jenis tanah yang kurang lebih sama. Sementara faktor LS, C dan P akan memberikan angka berbeda sesuai kemiringan lereng, tingkat konservasi dan tata guna lahan yang diusahakan. Rumus USLE terdapat beberapa keterbatasan yang diketahui sehingga diperoleh hasil prakiraan erosi yang memadai.