BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) BERBASIS EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Metode konvensional (ceramah) kurang mengena untuk diterapkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. persaingan global. Dengan pendidikan akan lahir generasi-generasi penerus yang

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irwandani, 2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

Pengaruh Metode Brainstroming Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Pembelajaran Wujud Zat Di Kelas VII MTs

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan yang membangun, mempertimbangkan informasi-informasi baru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

Siska Candra Ningsih. FKIP Universitas PGRI Yogyakarta Abstrak

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembangnya bangsa dan negara indonesia sepanjang zaman. menyiratkan bahwa dalam pembelajaran matematika proses Working

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

Kata kunci : kemampuan berpikir kreatif, hasil belajar, Creative Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk sumber daya

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah sangat penting untuk dimiliki, baik oleh ilmuan, karyawan, wirausaha, guru atau profesi lainnya. Keterampilan ini dibutuhkan karena pada setiap profesi tentunya memiliki permasalahannya sendiri yang harus dipecahkan. Tanpa keteramplan berpikir kreatif, seseorang akan menggunakan pemecahan yang sudah usang untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi meskipun terkadang penyelesaian yang ditawarkan tidak sesuai dengan situasi dan kondisi (Kusuma, 2010). Oleh karena itu, keterampilan berpikir kreatif sangat dibutuhkan di zaman globalisasi yang serba komplek dan dinamis ini. Hal ini senada dengan pernyataan Clegg dkk. (2006) yang menyatakan bahwa, keterampilan berpikir kreatif bukan lagi sebagai pelengkap tetapi sudah menjadi faktor utama yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk bertahan hidup di tengah persaingan global yang semakin ketat. Untuk itu, setiap individu hendaknya tidak hanya dibekali keterampilan pemecahan masalah semata melainkan juga harus dilatihkan keterampilan berpikir kreatifnya agar mereka nantinya dapat menyelesaiakan permasalahan dengan cara-cara yang kreatif (Bilal, 2012). Pada abad ke-21, dunia memasuki persaingan global berbasis pengetahuan dan teknologi. Suatu negera akan dapat memenangkan persaingan global apabila bangsanya unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, seseorang harus memiliki keterampilan berpikir kreatif. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Hadzigeorgiou dkk. (2012) yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan produk dari kreativitas karena dalam mengembangkan ilmu pengetahuan selalu melibatkan imajinasi dalam prosesnya. Begitu juga dalam proses mengembangkan teknologi, keterampilan berpikir kreatif dibutuhkan agar dapat menghasilkan teknologiteknologi yang inovatif, baru, dan bermanfaat sehingga dapat bersaing dengan

2 teknologi-teknologi yang dikembangkan oleh bangsa lain. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kreatif perlu kiranya dilatihkan di sekolah karena daya saing global suatu negara sangat berhubungan dengan presentase kelas kreatifnya (Chandra, 2010). Keterampilan berpikir kreatif dalam semua domain, termasuk sains, teknologi, kedokteran, dan seni mucul dari pengoperasian dasar mental terhadap hal-hal berbeda yang konsepnya dibaurkan karena ide-ide kreatif selalu merupakan kombinasi baru dari ide-ide lama (Michalko, 2012). Sebagai contoh, Einstein menemukan teori relativitas dengan tanpa terlebih dahulu menemukan konsep energi, konsep massa ataupun konsep kecepatan cahaya melainkan ia hanya mengombinasikan konsep-konsep tersebut dengan cara baru yang bermanfaat. Namun yang perlu disadari bahawa Einstein tentunya tidak akan bisa membaurkan konsep-konsep tersebut tanpa terlabih dahulu menguasai prinsip dari konsep-konsep yang dibaurkan. Oleh karena itu, kemampuan kognitif yang mencakup penguasaan mengenai konsep-konsep dan fakta-fakta ilmiah dalam pembelajaran Fisika juga perlu dilatihkan karena sebagai dasar untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa (Hadzigeorgiou, dkk. 2012). Selain itu, kurikulum juga mengamanatkan agar siswa dibekali dengan penguasaan mengenai konsep-konsep ilmiah serta keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebegai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (Depdiknas, 2006). Kenyataan di lapangan belum sesuai dengan tujuan pembelajaran seperti yang dipaparkan di atas. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada salah satu SMA yang ada di kabupaten Bandung memperlihatkan bahwa rata-rata kemampuan kognitif siswa untuk matapelajaran Fisika tergolong sangat rendah. Hal ini terlihat dari hasil analisis data terkait nilai Ujian Tengah Semester (UTS) yang diambil dari delapan kelas memperlihatkan bahwa hampir semua siswa memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM=75). Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan memperlihatkan bahwa keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa juga tergolong rendah terutama pada aspek keterampilan dalam menemukan masalah (problem finding), keterampilan

3 dalam menemukan ide (idea finding), dan keterampilan dalam menemukan solusi (solution finding). Hal ini dapat dilihat dari hasil uji coba terbatas dengan menggunakan tes yang diadaptasi dari soal keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah Wang dkk. (2005) memperlihatkan bahwa perolehan skor rata-rata untuk indikator keterampilan dalam menemukan masalah siswa sebesar 1,57. Dengan mengkonsultasikan perolehan ini dengan kriteria yang dibuat oleh Brookhart (2010) memperlihatkan bahwa keterampilan dalam menemukan masalah siswa termasuk pada kategori tidak kreatif. Selain itu, siswa juga lemah dalam memunculkan ide-ide penyelesaian dari suatu kejadian. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor rata-rata untuk indikator keterampilan dalam menemukan ide siswa yaitu sebesar 1,12 termasuk pada kategori tidak kreatif. Begitu juga untuk aspek keterampilan dalam menemukan solusi. Siswa sangat lemah dalam memunculkan beragam solusi dari suatu kejadian yang diberikan. Skor rata-rata siswa terkait keterampilan dalam menemukan solusi ini adalah 0,73 termasuk pada kategori sangat tidak kreatif. Perolehan ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa tidak mampu menemukan lebih dari satu solusi bahkan masih banyak siswa yang samasekali tidak mampu menemukan solusi penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. Rendahnya kemapuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah selama ini belum efektif dalam meningkatkan kemampuan/ keterampilan tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada sekolah tersebut menunjukkan bahwa; (1) pembelajaran Fisika yang dilakukan di sekolah pada umumnya didominasi oleh metode ceramah, dimana pembelajaran cenderung berpusat pada guru dengan prosesnya cenderung bersifat transfer pengetahuan, (2) pembelajaran Fisika di sekolah tidak berlandas konstruktivis (pemahaman dibangun oleh siswa sendiri). (3) guru jarang sekali mengajak siswa untuk memecahkan permasalahan dunia nyata secara kreatif sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa. Soal yang diberikan kepada siswa lebih cenderung kepada soal-soal yang penyelesaiannya langsung pada pemakaian rumus yang sudah ada (soal tutup).

4 Akibatnya, siswa kurang berkesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif khususnya keterapilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah mereka. Pembelajaran yang seperti ini teryata tidak hanya terjadi pada sekolah ini saja melainkan terjadi secara umum disemua sekolah yang ada di Indonesia (Munandar, 2004). Fakta-fakta seperti yang dipaparkan di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran Fisika di sekolah masih perlu diperbaiki. Hal ini mengisyaratkan perlunya reformasi paradigma dalam pembelajaran, yaitu dari peran guru sebagai pemberi informasi (transfer of knowledge) ke peran guru sebagai pendorong belajar (stimulation of learning). Guru dituntut untuk memberi kesempatan pada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari melalui aktivitas-aktivitas pembelajaran seperti berdiskusi dan atau praktikum. Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan siswa terkait suatu materi, maka tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan juga semakin tinggi (Unal, dkk. 2012). Selain itu, sebagai upaya untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan pendekatan pemecahan masalah. Pehkonen dkk. (1997) berpendapat bahwa cara untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif khususnya dalam pemecahan masalah yaitu melalui pendekatan pemecahan masalah. Senada dengan pernyataan tersebut, Mackinon (dalam Isaksen, 2007) menyatakan bahwa proses kreatif selalu dimulai dengan penglihatan atau kepekaan terhadap masalah karena akar dari kreativitas terletak pada seseorang menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, kurang, atau misterius. Selain itu, pembelajaran yang berorientasi pada proses pemecahan masalah juga dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan (Sanjaya, 2006). Proses pemecahan masalah dapat dilakukan secara individu (individual problem solving) dan berkelompok (group problem solving) namun kerja sama dalam kelompok akan menghasilkan pemecahan masalah yang lebih baik daripada pemecahan masalah secara individu (Heller, dkk. 1999). Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Isaksen (2007) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah dapat dilakukan secara individual, namun demikian akan lebih efektif jika

5 dipecahkan secara berkelompok. Pemecahan masalah secara berkelompok menuntut adanya kerjasama antar anggota kelompok, terjadinya tukar pendapat, saling melengkapi dan mengoreksi solusi sehingga pada ahirnya diperoleh solusi terbaik dari beragam solusi yang kelompok tersebut tawarkan. Jadi dalam memecahkan suatu permasalahan akan lebih efektif jika melibatkan interaksi/komunikasi antar siswa (Isaksen, 2007). Berdasarkan permasalahan dan pendapat dari bebedapa ahli seperti yang dipaparkan di atas, dirasa perlu untuk menerapkan suatu strategi pembelajaran yang memberi peluang bagi siswa untuk mengkontruksi kemampuan kognitif mereka secara mandiri dan proses pembelajarannya berorientasi pada proses pemecahan masalah secara kreatif kolaboratif. Salah satu alternatif pembelajaran yang memberikan peluang bagi siswa untuk mengkonstruk pengetahuan mereka serta berorientasi pada proses pemecahan masalah secara kreatif kolaboratif adalah strategi pembelajaran Creative Problem Solving (CPS). Strategi pembelajaran CPS merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang tahapan pembelajarannya berorientasi pada proses pemecahan masalah secara kreatif kolaboratif sehingga mengahasilkan banyak ide, gagasan, pemikiran, kritik, saran yang berbeda dalam rangka untuk memperoleh solusi terbaik (Kandemir, dkk. 2009). Adapun tahapan strategi pembelajaran CPS menurut Osborn-Parnes (dalam Kandemir, dkk. 2009) yaitu; (1) menemukan tujuan (objective finding), (2) menemukan fakta (fact finding), (3) menemukan masalah (problem finding), (4) menemukan ide (idea finding), (5) menemukan solusi (solution finding) dan (6) menemukan penerimaan (acceptance finding). Fakta empiris mengenai penerapan pembelajaran yang berorientasi pada proses pemecahan secara kolaboratif (CPS) dengan teknik sambung saran (brainsstroming) untuk meningkatkan keterampilan berfikir kreatif sebelumnya sudah pernah dilakukan Wang dkk. (2002), Centikaya (2013), dan Leisema (2013). Perbedaannya adalah, penelitian yang dilakukan oleh Wang (2002) dilakukan pada para pekerja, sedangkan penelitin yang dilakukan oleh Centikaya (2013) dan Leisema (2013) dilakukan pada siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wang dkk. (2002), Centikaya (2013), dan Leisema (2013)

6 menunjukkan bahwa, penerapan strategi CPS secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kreatif para pekerja/siswa dibandingkan dengan strategi noncps. Penelitian yang dilakukan oleh Blwi (2006) dan Bilal (2012) mencoba melihat pengaruh dari penggunaan strategi brainstorming dalam meningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berfikir kreatif yang signifikan antara siswa yang menggunakan starategi brainstroming dan siswa yang tanpa menggunakan strategi brainstroming. Penelitian mengenai penerapan strategi brainstroming ini juga pernah dilakukan oleh Harbi (dalam, Bilal, 2002) dan Hamad (2006) yang mencoba melihat pengaruh dari strategi brainstorming terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi brainstroming dan siswa tanpa strategi brainstroming. Hasil penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa proses pemecahan masalah dengan teknik sambung saran (brainstroming) dapat meningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa namun tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitif mereka. Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi di lapangan dan fakta-fakta empiris terkait hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini mencoba menerapkan strategi pembelajaran CPS berbasis eksperimen untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berfikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa. Penggunaan eksperimen dalam pembelajaran CPS bertujuan agar kemampuan kognitif siswa dapat meningkat dalam proses pembelajaran ini. Hal ini penting dilakukan karena kemampuan kognitif merupakan dasar untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa (Hadzigeorgiou, dkk. 2012). Berdasarkan kurikulum Fisika SMA dan rencana tahunan, maka pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah listrik dinamis. Pemilihan materi ini diatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan yaitu; (1) konsep listrik dinamis banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga berpotensi sebagai bahan untuk meningikatkan keterampilan berfikir kreatif dalam pemecahan siswa,

7 (2) hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa peralatan eksperimen yang mendukung kegiatan pembelajaran CPS berbasis eksperimen ini tersedia disekolah tempat akan dilakukannya penelitian (3). Program pemerintah yang mencanangkan pembangunan pembengkit listrik berdaya tinggi dan pembangkit listrik tenaga surya mendorong peneliti untuk memperkenalkan aplikasi-aplikasi dari konsep kelistrikan ini pada siswa. Hal ini penting dilakukan untuk mempersiapkan generasi-generasi pengembang yang kreatif dan inovatif sehingga generasi selanjutnya dapat bersaing di era globalisasi berbasis pengetahuan dan teknologi ini. Bertolak dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Strategi Pembelajaran Creative Problem Solving Berbasis Eksperimen dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Materi Listrik Dinamis. B. Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis?. Rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut. 1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis? 2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis? 3. Apakah penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif siswa bila dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis?

8 4. Apakah penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa bila dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis? 5. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis? 6. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis? 7. Bagaimanakah hubungan antara kemampuan kognitif dengan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa pada materi listrik dinamis? 8. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam pembelajaran Fisika pada materi listrik dinamis? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh gambaran terkait peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dan pembelajaran kovensional. Tujuan umum tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam beberapa tujuan khusus, yakni: 1. Mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis. 2. Mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis. 3. Mengetahui apakah penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif siswa bila

9 dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis 4. Mengetahui apakah penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa bila dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis. 5. Mengetahui efektivitas pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis 6. Mengetahui efektivitas pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis 7. Mengetahui hubungan antara kemampuan kognitif dengan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa pada materi listrik dinamis. 8. Mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam pembelajaran Fisika pada materi listrik dinamis. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah. 1. Ha1: Penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif siswa dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis. Ha1 : µx1 > µx2 (α = 0,05) µx1 = Rata-rata peningkatan kemampuan kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran CPS berbasis eksperimen. µx2 = Rata-rata peningkatan kemampuan kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 2. Ha2: Penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan

10 masalah siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis. Ha2 : µx1 > µx2 (α = 0,05) µx1 = Rata-rata peningkatan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa yang menggunakan pembelajaran CPS berbasis eksperimen. µx2 = Rata-rata peningkatan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti empiris mengenai penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam pembelajaran Fisika untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa SMA pada materi listrik dinamis yang nantinya diharapkan dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan diantaranya yaitu: 1. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas khusunya untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa. 2. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman belajar yang baru dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah mereka khususnya pada mata pelajaran fisika materi listrik dinamis. 3. Bagi Pihak Lain

11 Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan atau referensi bagi calon peneliti selanjutnya yang berencana untuk melakukan penelitian terkait penerapan pembelajaran CPS ini. F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran CPS berbasis eksperimen merupakan salah satu strategi pembelajaran yang tahapan pembelajarannya berorientasi pada proses pemecahan masalah dengan melibatkan kegiatan eksperimen di dalamnya dan dilakukan secara kreatif kolaboratif sehingga mengahasilkan banyak ide, gagasan, pemikiran, kritik, saran yang berbeda dalam rangka untuk memperoleh solusi terbaik. Keterlaksanaan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam penelitian ini diukur melalui observasi ketika proses pembelajaran berlangsung. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran CPS berbasis eksperimen ditentukan dengan mencari persentase keterlaksanaan kegiatan dalam pembelajaran CPS berbasis eksperimen kemudian diinterpretasikan dengan kriteria yang dibuat oleh Ahmad. 2. Pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang biasa digunakan guru di lokasi penelitian dalam pembelajaran Fisika selama ini. Adapun pembelajaran konvensional yang dimaksut dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran ekspositori yaitu sebuh strategi pembelajaran yang prosesnya didominasi dengan metode ceramah serta aktivitas pembelajaran berpusat pada guru (teacher centere). Keterlaksanaan pembelajaran konvensional dalam penelitia ini diukur melalui observasi ketika proses pembelajaran berlangsung. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran konvensional ditentukan dengan mencari persentase keterlaksanaan kegiatan dalam pembelajaran konvensional kemudian diinterpretasikan dengan kriteria yang dibuat oleh Ahmad. 3. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran, kemampuan dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator kemampuan kognitif yang diukur

12 dalam penelitian meliputi; mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), dan mengevaluasi (C5). Kemampuan kognitif siswa dalam penelitian ini dapat dilihat dari tes awal (pretest) dan tes ahir (posttest) yang diukur menggunakan tes kemampuan kognitif dalam bentuk soal pilihan ganda. Peningkatan kemampuan kognitif siswa dapat ditentukan dengan menghitung gain ternormalisasi (N-gain) kemudian diinterpretasikan dengan kriteria Hake. 4. Keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah merupakan keterampilan menyelesaikan masalah dengan cara-cara kreatif dan melibatkan proses berpikir divergen dan konvergen. Indikator keterapilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah yang akan diukur dalam penelitian ini meliputi keterampilan berfikir lancar (fluency), keterampilan berfikir lentur (flexibility), dan keterampilan berfikir asli (originality) dalam tiap-tiap proses pemecahan masalah seperti dalam menemukan fakta (fact finding), dalam menemukan masalah (problem finfing), dalam menemuka ide (idea finding), dan dalam menemukan solusi (solution finding). Keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah pada penelitian ini dapat dilihat dari tes awal (pretest) dan tes ahir (posttest) yang diukur menggunakan tes keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah dalam bentuk soal essay. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa ditentukan dengan menghitung gain ternormalisasi (N-gain) kemudian diinterpretasikan dengan kriteria Hake. G. Organisasi Penulisan Tesis ini terbagi dalam lima (V) bab yang terdiri bab I tentang pendahuluan. Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis. Bab II tentang kajian pustaka. Pada bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan bidang yang dikaji, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, dan posisi teoretis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu ini

13 selanjutnya akan digunakan sebegai pegangan dalam merencanakan, melakukan, dan membahas hasil penelitian. Bab III membahas tentang metode atau cara-cara yang akan ditembuh dalam penelitian. Adapun yang dibahas dalam bab ini mencakup metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian, instrumen-instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini peneliti menganalsis dan membahas temuan penelitian untuk menjawab pertanyaanpertanyaan penelitian yang sudah dibuat sebelumnya dengan berlandas pada teoriteori dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian. Bab V berisikan kesimpulan hasil peneltian disertai dengan saran-saran bagi semua pihak yang berkepentingan.