PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

RANCANGAN KERTAS POSISI SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB ]

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Kerangka Acuan Kegiatan Konferensi Nasional Sekolah Aman 2015 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Versi 27 Februari 2017

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

Deklarasi Dhaka tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SFDRR : Peta Jalan/road map Penerapan Kerangka Sendai untuk PRB. Prof. Sudibyakto Ketua Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI)

SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

REVIEW UPAYA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI TAHUN dan INA DRI

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

Empowerment in disaster risk reduction

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan

+ Latar Belakang. n Indonesia merupakan negara rawan bencana. n Terdapat ruang rusak berat SD/SMP. n Terdapat ruang kelas MI dan MTs.

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

BAB I PENDAHULUAN. kanan Kota Palu terdapat jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro yang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

KERANGKA ACUAN. Front Line Responder Training PENDIDIKAN DALAM SITUASI DARURAT

Finalisasi RENCANA AKSI PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PESISIR SELATAN (PESSEL) TAHUN KALENDER : JANUARY - DECEMBER 2016

Peran Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana di Indonesia. Oleh: Rudi Saprudin Darwis

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI SEKOLAH

Undang-Undang Penanggulangan Bencana No 24/2007 Lembaran Negara No 66, 2007

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

Sosialisasi Dan Lokakarya Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana

KAJIAN KONSEP RESILIENT CITY DI INDONESIA

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA Pemikiran untuk Kabupaten Kediri

PENYUSUNAN PROFIL PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gempa bumi tersebut antara lain terjadi beberapa kali di wilayah Aceh, Nias,

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Bencana alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Bencana alam diakui

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB III LANDASAN TEORI

PELAKSANAAN PROGRAM Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan

PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Click to edit Master title style

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

Penataan Kota dan Permukiman

10/14/14. Peran Forum/Platform PRB dalam Rencana Nasional Penanggulangan Bencana Sugeng Triutomo Tenaga Ahli BNPB/IABI

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

KONDISI TEKTONIK INDONESIA

Transkripsi:

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org

Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan di Indonesia Wilayah Indonesia rentan berbagai jenis ancaman bencana yang mengancam anakanak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas dan berkelanjutan. Ancaman spesifik pada pendidikan*: Sekolah rusak dan tidak dapat diakses Sekolah digunakan sebagai tempat pengungsian Sekolah Hilangnya akses fisik ruang bermain anak Hilangnya peralatan sekolah dan materi pendidikan Guru tidak bisa mengajar karena cidera atau meninggal Peserta didik membantu keluarga mencari nafkah, membantu dalam pemulihan maupun dalam mengasuh adiknya secara purna waktu (Source: COMPREHENSIVE SCHOOL SAFETY: An Imperative for Education Policy-makers. UNESCO, UNICEF and Save the Children.

Kondisi Sekolah di Indonesia Gempa Bumi dan Tsunami di Aceh, 750 Sekolah Rusak Gempa Bumi di Padang, 1606 ruang kelas (241 sekolah rusak); 60 murid meninggal di sekolah SMP : Rusak Sedang: 82.892 Rusak Berat: 42.428 2004 2006 2009 2010 2011 SD : Rusak Sedang: 182.500 Rusak Berat: 110.598 Gempa Bumi di Yogyakarta, 2900 Sekolah Rusak Gempa Bumi dan Tsunami di Mentawai, 7 sekolah rusak

Gempabumi (2011) Kec. Pahae Jae, Kab. Tarutung, Tapanuli Utara Banjir bah (2013)- Wai Ela di Desa Negeri Lima, Kec. Leihitu, Kab. Maluku Tengah Erupsi Sinabung (2014) Kab. Karo, Sumut Banjir (2016) di Kec. Matang Kuli, Aceh Utara

RPJP Indonesia 2005-2025: Lemahnya perlindungan anak Rendahnya partisipasi pemuda dalam pembangunan Pembangunan tanpa konsep tata ruang dan ketahanan terhadap bencana Rendahnya partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya tidak hanya pada saat bencana namun juga saat pencegahan dan pemulihan Diperkirakan 1/3 korban adalah anakanak Jenis bencana di Indonesia Jenis bencana Jumlah kejadian Korban meninggal dan hilang Banjir 442 62 199 Banjir dan tanha longsor 30 41 8 Gelombang pasang dan 10 0 1 abrasi Gempabumi 8 2 10 Kebakaran hutan dan lahan 11 0 0 Letusan gunung berapi 5 7 0 Putting beliung 314 6 30 Tanah longsor 261 111 18 Kecelakaan transportasi 7 31 0 Teror 1 7 0 JUMLAH 1,089 267 266 Kerusakan fasilitas pendidikan Sumber: www.dibi.bnpb.go.id (diakses 31 Juli 2016)

Hyogo Framework for Action (HFA) 2005-2015 Suatu instrumen penting untuk implementasi PRB yang diadopsi oleh lembaga PBB, bertujuan untuk meningkatkan ketangguhan negara dan masyarakat terhadap dampak bencana. 5 aksi prioritas: 1. Menjadikan PRB sebagai program priortas di nasional dan daerah 2. Mengetahui risiko dan mitigasi 3. Membangun pemahaman dan kesadaran 4. Mengurangi risiko bencana 5. Membangun kesiapsiagaan Undang-Undang (UU) No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (PB). Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) 2015-2030 Perlindungan terhadap kelompok rentan dari dampak bencana Instrumen lanjutan untuk meningkatkan ketangguhan negara dan masyarakat terhadap dampak bencana. 4 prioritas aksi: 1. Mengetahui risiko bencana 2. Memperkuat tata kelola bencana 3. Investasi di PRB untuk ketangguhan 4. Membangun kesiapsiagaan bencana untuk respon yang lebih efektif dan build back better pada saat pemulihan pasca bencana

Sekolah aman bencana penting untuk menyelamatkan hidup anakanak di sekolah Comprehensive School Safety Kerangka kerja bersama baik di level lokal, nasional, regional dan global dalam rangka mengurangi risiko bencana di sektor pendidikan. Tujuan: (1) melindungi setiap warga sekolah dari penderitaan dan kematian akibat bencana ketika berada di sekolah; (2) merencanakan keberlangsungan pendidikan pada saat bencana; (3) menjaga investasi pendidikan; (4) memperkuat ketangguhan terhadap bencana melalui pendidikan ASEAN Common Framework for Comprehensive School Safety/ACFCSS

Pembahasan makalah Metode Pertanyaan 1: bagaimana ACFCSS dapat mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan di Indonesia Pertanyaan 2: apa langkah-langkah yang dapat dilakukan Indonesia yang selaras dengan ACFCSS? Pertanyaan 3: siapa saja pihak yang berkepentingan dalam pencapaian ACFCSS? (1) telaah dokumen CSS Framework, ACFCSS, SFDRR dan SDG; (2) brainstorming gagasan dengan staff project ASSI di Indonesia; dan (3) hasil lokakarya ACFCSS yang dilaksanakan ASSI bersama Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) pada Mei 2016.

Tujuan umum ACFCSS: 1. Melindungi anak-anak dan pekerja di sekolah dari bencana ketika berada di sekolah 2. Merencanakan keberlanjutan pendidikan dalam menghadapi ancaman bencana apapun 3. Menjaga investasi pendidikan 4. Memperkuat pendidikan risiko bencana dan ketangguhan melalui pendidikan penggunaan informasi risiko bencana sebagai pertimbangan dalam kebijakan pembangunan

PILAR CSS/ACFCSS Prinsip yang mendasari tercapainya sekolah aman bencana di Indonesia: Sekolah adalah bagian dari komunitas Kebijakan dan kemitraan di tingkat nasional dan daerah Mempertimbangkan ancaman lokal dan risiko sehari-hari Pengaturan kondisi belajar

Intervensi dan dampak Pillar 1 Fasilitas aman bencana (1) Sekolah baru dibangun di wilayah aman bencana (2) Bangunan dan fasilitas sekolah tahan terhadap ancaman bencana (3) Perlengkapan dan peralatan belajar diatur dan ditempatkan dengan benar untuk mengurangi potensi cidera warga sekolah ketika bencana. Input (interventions) Pillar 2 Manajemen bencana di sekolah (4) Sekolah memiliki rencana PB yang aktif. (5) Sekolah menunjuk dan melatih focal point PB dan tim siaga bencana (6) Sekolah memiliki peluang untuk menerima dan menyebarkan informasi peringatan dini bencana. Pillar 3 Pendidikan PRB dan ketangguhan (7) Elemen ancaman bencana masuk dalam silabus atau kurikulum pembelajaran (8) Guru memiliki kapasitas cukup untuk memfasilitasi dan/atau mengajarkan topik kebencanaan dalam silabus atau kurikulum. (9) Sekolah memasukkan kegiatan PRB ke dalam kegiatan ekstrakurikuler. Output (impacts) (10) Jumlah sekolah rusak atau hancur (11) Jumlah ruang kelas rusak atau hancur (12) Jumlah hari KBM hilang karena bencana (13) Jumlah siswa, guru, dan pegawai sekolah meninggal akibat bencana di sekolah (14) Jumlah siswa, guru, dan pegawai sekolah terluka akibat bencana di sekolah

Target ACFCSS Menurunkan jumlah korban luka dan meninggal akibat bencana di sekolah Keberlangsungan pendidikan Menurunkan kerugian investasi pendidikan 7 target sampai 15 tahun ke depan dalam SFDRR (a) Menurunkan angka kematian akibat bencana secara global pada 2030, melalui penurunan rata-rata kematian per 100,000 secara global pada dekade 2020-2030 dibandingkan periode 2005-2015 (b) Menurunkan jumlah korban terdampak bencana secara global pada 2030, melalui penurunan rata-rata korban secara global per 100,000 pada dekade 2020-2030 dibandingkan periode 2005-2015 (c) Menurunkan kerugian ekonomi akibat bencana berdasarkan tingkat gross domestic product (GDP) pada 2030 (d) Menurunkan kerusakan infrastruktur penting dan dasar seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan, melalui peningkatan ketahanan pada 2030 (e) Meningkatkan jumlah negara dan daerahnya yang memiliki rencana strategi pengurangan risiko bencana pada 2030 (f) Mendorong kerjasama internasional pada negara berkembang melalui dukungan yang cukup dan berkelanjutan untuk melaksanakan rencana aksi kerangka sekolah aman pada 2030 (g) Meningkatkan ketersediaan dan akses sistem peringatan dini dan informasi bencana bagi masyarakat pada

Arah pembangunan MISI 6 - Mewujudkan Indonesia asri dan lestari Perlindungan terhadap manusia dan harta benda dari dampak bencana melalui mitigasi, sistem peringatan dini bencana, pemetaan daerah rawan bencana, identifikasi ancaman bencana, dan disiminasi informasi Perencanaan wilayah yang peduli/peka terhadap bencana alam dalam rangka mencegah dampak kerusakan lingkungan hidup dan meminimalkan dampak bencana. meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan hidup pengembangan kelembagaan dan peningkatan kapasitas di setiap tingkatan pemerintahan dalam rangka penanggulangan bencana

Penyelarasan ACFCSS di Indonesia peningkatan kapasitas institusi penanggung jawab program sekolah aman bencana perkuatan koordinasi lintas lembaga melalui pembentukan dan legalisasi Sekretariat Nasional (SEKNAS) sekolah aman bencana disiminasi program dan pembelajaran ke public leading sector yang mengkoordinir program sekolah aman bencana Penyederhanaan dan sosialisasi sistem administrasi sektor pendidikan yang mencantumkan pelaksanaan program sekolah aman bencana Penempatan sumberdaya manusia yang telah terpapar dan terlatih sekolah aman bencana di sektor pendidikan dan PB baik nasional dan lokal mengurangi mutasi sumberdaya manusia yang sudah dilatih ke instansi lain pengadaan pelatihan dan kunjungan belajar

terbatasnya intervensi di level nasional preposisi PRB di dalam area lintas isu Tantangan Umum optimalisasi keterlibatan para pihak perbedaan antara kerangka kerja dan pelaksanaan nyata kurangnya sistem pendukung pengawasan dan evaluasi

PARA AKTOR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berperan sebagai leading sector sekolah aman melalui SEKNAS. Kementerian Agama, Kementerian PU, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Keuangan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bappenas, BNPB