BAB II KAJIAN TEORI. dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA Kepuasan Siswa Atas Layanan Bimbingan dan Konseling

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Departemen Agama Kabupaten

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. upaya para pelaku yang terdapat dalam setiap instansi. Pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan prosedur yang telah ditetapkan yaitu pimpinan dapat memberikan. melakukan kinerja didalam suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara dalam mengembangkan sumber

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu instansi pemerintah, pemimpin yaitu seseorang yang. mempengaruhi para bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju. peningkatan sumber daya manusia. Mulyasa (2011:3) mengemukakan:

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masukan selama periode tersebut (Dossett dan Greenberg, 1981). a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. untuk berupaya menjadi yang terbaik dan terdepan. Salah satunya adalah PT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk. salah satunya dengan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun swasta memegang peranan yang sangat dominan. Berhasil atau. sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusianya dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

No.2 Tahun 1989 yang kemudian disusul oleh beberapa Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. segala sumber daya yang ada. Manusia yang bekerja dalam sebuah

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan sentral dari sebuah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS. pengaruh antara variabel bebas (Lingkungan Kerja, Kompetensi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan gaya kepemimpinan..., Eka Prasetiawati, FISIP 1 UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Guru memiliki kedudukan sebagai figur sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis karena diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia hanya akan terselenggara dengan efisien

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. perusahaan sektor publik. Salah satu perusahaan sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi begitu cepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ikhwannul Ikhsan, 2014 Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru Akuntansi Di Smk Se-Kota Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. tahap kedua adalah pengkapasitasan inilah yang sering disebut capasity

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab l. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan generasi muda menjadi Sumber Daya Manusia yang tangguh

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. antara lain melalui pengembangan kemampuan kepala sekolah. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa untuk memajukan sekolah dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, agar individu dapat memuaskan kebutuhannya sendiri walaupun

BAB I PEDAHULUAN. yang sangat penting bagi keefektifan berjalannya kegiatan didalam organisasi. tujuan organisasi maupun tujuan pribadi.

Transkripsi:

1 BAB II KAJIAN TEORI 2.2 Kinerja 2.2.1 Pengertian Kinerja Mangkunegara (2002) menyatakan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan prestasi kerja, kinerja atau persepsi kerja (Performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh kemampuan, sikap keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu (Timotius,dalam Retno, 2008). Sedangkan Steers (dalam Sukono, 2009) menyatakan kinerja adalah fungsi gabungan dari tiga faktor penting yaitu a) Kemampuan, perangi dan minat seorang pekerja b) Kejelasan dan penerimaan atas peranan seorang pekerja c) Tingkat motivasi pekerja Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pencapaian hasil kerja dari segala sesuatu yang diusahakan yang merupakan output dari sebuah proses. Kinerja merupakan kata benda yang abstrak yaitu memiliki pengertian suatu potensi untuk melakukan kinerja. Untuk itu kinerja seseorang tidak dapat diukur secara lahiriah semata akan tetapi juga dilihat dari indikator sebagai hasil 7

2 dari kerja. Mampu tidaknya seseorang melakukan kerja bisa dijadikan ukuran tinggi rendahnya kinerja seseorang. 2.3 Kinerja Guru Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peran yang sangat penting. Selain guru menjadi seorang pengajar, tetapi guru juga sebagai seorang pembimbing yang mendorong potensi siswa, mengembangkan alternatif dan juga memobilisasi siswa dalam belajar. Silberman (dalam Kusmedi, 2003) menyatakan bahwa yang dimaksud kinerja guru adalah kemampuan dan prestasi guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru. Pengertian kinerja guru tersebut diperjelas dengan pendapat Usman (dalam Retno, 2008) yaitu : a) Tugas dalam bidang profesi yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. b ) Tugas guru dalam bidang kemanusiaan dimana guru harus menjadikan dirinya menjadi orang tua kedua, c) Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah suatu kemampuan atau prestasi kerja guru yang meliputi empat dimensi yaitu job knowledge, motivation, interpersonal relation with other, dan supervision required.

3 2.3.1 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru Guru merupakan kunci keberhasilan bagi peserta didiknya. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan yaitu selain hanya sebagai pendidik juga sebagai pembimbing sekaligus sebagai fasilitator bagi para peserta didiknya. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tidak terlepas dari pengaruh faktor ekternal dan internal dalam kehidupannya. Setyowati(2010) menyatakan 8 faktor yang mempengaruhi kinerja guru meliputi: 1. Kepribadian seseorang 2. Pengembangan profesi 3. Kemampuan mengajar 4. Hubungan dan komunikasi dengan rekan kerja 5. Hubungan dengan masyarakat 6. Kedisiplinan 7. Kesejahteraan 8. Iklim kerja Dengan kinerja yang optimal dalam sebuah kelembagaan, maka akan tercapai produktivitas yang tinggi pula dalam lembaga tersebut, dan sebaliknya apabila dalam lembaga tersebut kinerja yang tidak optimal maka produktivitas yang rendah akan terjadi dalam lembaga tersebut.

4 2.3.2 Upaya Peningkatan Kinerja Mulyasa (2004) menyatakan bahwa ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja para tenaga kependidikan, antara lain: a. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan Dalam membina disiplin tenaga kependidikan harus berpedoman pada, dari dan untuk tenaga kependidikan, sedangkan sekolah adalah tutwuri handayani. b. Pemberian Motivasi Keberhasilan sebuah organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang datang dari luar ataupun yang berasal dari dalam organisasi tersebut. Dari berbagai faktor tersebut motivasi merupakan faktor yang paling dominan, hal ini dikarenakan motivasi mampu menggerakkan faktor faktor yang lainnya dan merupakan faktor yang paling utama dalam kinerja. Para tenaga kependidikan akan bekerja dengan sungguh sungguh apabila memiliki motivasi yang sangat tinggi. Begitu pula dengan guru pembimbing, karena guru pembimbing merupakan salah satu dari tenaga kependidikan maka guru pembimbing akan melakukan pekerjaannya dengan baik apabila ada motivasi untuk melakukannya. Salah satu yang menjadi motivator guru pembimbing adalah kepala sekolah. Dengan demikian kepala sekolah dituntut untuk dapat membangkitkan motivasi kepada tenaga kependidikan, supaya kinerja tenaga kependidikan dapat secara optimal. c. Penghargaan (Rewards) Penghargaan tidak kalah pentingnya dengan motivasi. Penghargaan dilakukan dengan maksut untuk memotivasi kinerja tenaga kependidikan. Apabila tenaga kependidikan yang berprestasi diberikan sebuah penghargaan tentunya hal ini akan menjadikan seseorang dalam melaksanakan tanggung jawabnya akan lebih baik lagi, hal ini juga dapat menjadi sebuah tantangan bagi tenaga kependidikan yang tidak memiliki motivasi. Atau tingkat kinerjanya yang rendah. d. Persepsi Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif sekaligus akan meningkatkan produktivitas kerja. Kepala sekolah dituntut untuk menjadikan persepsi tenaga kependidikan yang baik, apabila iklim tenaga kependidikan yang baik tentunya upaya peningkatan atau menciptakan sebuah organisasi yang maju akan semakin mudah, dikarenakan para tenaga kependidikan yang saling membutuhkan dan saling bekerja sama

5 2.3.3 Kinerja Guru Pembimbing Di Sekolah Guru pembimbing merupakan petugas pelaksana utama yang mengkoordinir semua kegiatan yang terkait dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan BK di sekolah (Depdikbud, dalam Retno 2008). Agar guru pembimbing dapat melaksanakan kegiatan BK disekolah dengan optimal maka mereka perlu diberikan penambahan, perluasan dan pendalaman tentang konsep konsep yang berhubungan dengan kinerja. Agar suatu penilaian kinerja secara umum didasarkan pada sifat sifat dan karakteristik dari macam pekerjaan dan orangnya, untuk menentukan parameter ukurnya maka kinerja menurut AS ad (2003) digolongkan kedalam empat dimensi yaitu: a) Job Knowledge Job Knowledge adalah pengetahuan karyawan mengenai prosedur prosedur dan bahan bahan termasuk dalam phase pekerjaan. b) Motivation Dorongan yang kuat untuk bekerja keras pada hari hari kerja c) Interpersonal Relation With Others Adalah kemampuan dari karyawan untuk bekerja dengan rekan sekerja serta dengan atasannya d) Supervision Required Kemampuan dari karyawan untuk memecahkan masalah masalah dengan pengawasan yang terbatas. Dari uraian tentang keempat dimensi di atas maka Yusuf (2005) menyebutkan kompetensi guru pembimbing sebagai berikut: a. Memahami konsep konsep bimbingan dan konseling serta ilmu bantu lainnya. b. Memahami karakteristik pribadi siswa khususnya tugas tugas perkembangan siswa beserta faktor faktor yang mempengaruhinya c. Mensosialisasikan (Memasyarakatkan) program layanan bimbingan dan konseling d. Merumuskan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling e. Melaksanakan program layanan bimbingan yaitu : layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual, layanan dukungan

6 sistem. Dalam hal ini guru pembimbing dituntut untuk memiliki pemahaman dan keterampilan dalam melaksanakan layanan layanan : orientasi, informasi, bimbingan kelompok, konseling individual maupun kelompok, pembelajaran, penempatan maupun referral f. Mengevaluasi program hasil (perubahan sikap dan perilaku siswa baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar maupun karier). g. Menindaklanjuti (follow up) hasil evaluasi. kegiatan tindak lanjut ini mungkin bisa berbentuk: usaha perbaikan/penyempurnaan program, peningkatan kualitas layanan, penambahan fasilitas, dan penyampaian hasil evaluasi kepada pihak terkait disekolah h. Menjadi konsultan bagi guru dan orangtua siswa. sebagai konsultan ia berperan untuk menolong mereka, melalui pemberian informasi, konsultasi, atau dialog tentang hal ihwal siswa. Dengan kegiatan ini guru dan orangtua diharapkan dapat membantu siswa dalam rangka mengembangkan dirinya secara optimal. konsultasi dengan guru, dapat,menyangkut : motivasi belajar siswa, tingkah laku siswa, kebiasaan belajar siswa, dan pengelolaan kelas. i. Bekerjasama dengan pihak pihak lain yang terkait j. Mengadministrasikan program layanan bimbingan k. Menampilkan pribadi secara matang baik menyangkut aspek emosional, sosial maupun moral-spiritual. Berdasarkan temuan penelitian, sifat pribadi konselor atau guru pembimbing yang disenangi siswa adalah : baik hati/ramah, mau membantu memecahkan masalah siswa, bertanggung jawab, tidak pilih kasih/adil, berwawasan luas, memahami psikologi, kreatif, disiplin, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa l. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa mengembangkan model layanan bimbingan seiring dengan kebutuhan dan masalah siswa serta perkembangan masyarakat (sosial budaya atau dunia industri). m. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatanya kepada kepala sekolah. 2.4 Kepemimpinan 2.4.1 Pengertian Kepemimpinan Wirawan (dalam Sukono, 2009) menyatakan kepemimpinan sebagai proses pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat nilai nilai norma dan sebagainya dari pengikut untuk merealisasi visi. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menggerakkan, memotivasi dan mengarahkan

7 suatu tindakan seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu agar berjalan dengan baik. Mulyasa (2004) menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Sementara Supardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci. Karena kepemimpinan seorang manajer berperan sebagai penyelaras dalam proses kerja sama antar manusia dalam organisasinya. Kepemimpinan seorang manajer akan mampu membedakan karakteristik satu organisasi dengan organisasi lainnya, seperti organisasi pendidikan. Kepemimpinan yang dinamik dan efektif merupakan sumber daya yang paling pokok. Seorang pemimpin akan dapat menjalankan kepemimpinannya secara dinamik dan efektif bila memahami teori kepemimpinan sebagaimana dikatakan oleh Sujak (1990). Dengan memahami teori kepemimpinan, manajer akan dapat

8 meningkatkan pemahaman terhadap dirinya sendiri, mengetahui beberapa kelemahan maupun potensi pribadinya, serta akan dapat meningkatkan pemahaman terhadap bagaimana seperlunya memperlakukan bawahan. 2.4.2. Kepemimpinan Pendidikan 2.4.2.1. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan Fungsi utama Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi pendidikan sehingga guru-guru dapat mengajar dan melatih secara inovatif dan siswa dapat belajar dan berlatih dengan baik. Sebagaimana dirumuskan oleh Sarwono Prawirohardjo yang dikutip Rozana dan Sartono (1995), pemimpin adalah orang yang berhasil menimbulkan perasaan ikut serta, ikut bertanggung jawab pada bawahan atas pekerjaan yang sedang diselenggarakan di bawah kepemimpinannya. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Kepala Sekolah memiliki tanggung jawab ganda, yaitu melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi persekolahan yang baik dan menyenangkan. Di samping itu Kepala Sekolah juga melaksanakan supervisi sehingga guru-guru bergairah dan berkembang dalam menjalankan tugas-tugas kependidikan dan membimbing siswa agar berkembang kemampuan siswa sesuai dengan program pembelajaran dan sasaran pendidikan. Dalam menjalankan fungsinya Kepala Sekolah melaksanakan kiat dan strategi yang ditampilkan dalam bentuk perilaku kepemimpinan yang disebut

9 sebagai proses untuk menyatukan pekerjaan dan orang untuk mencapai tujuan organisasi sekolah. 2.4.2.2. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah memiliki fungsi penting dalam kaitan dengan pengembangan profesionalisme guru. Prinsip-prinsip dan praktek kepemimpinan Kepala Sekolah hendaknya dikaitkan dengan peran Kepala Sekolah dan kedudukan pimpinan lainnya yang relevan beserta peran kepemimpinan khusus yang meliputi hubungan dengan staf, siswa, orang tua siswa dan orang-orang lain di lingkungan komunitas sekolah. Sejarah pertumbuhan peradaban manusia banyak menunjukkan bukti bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan organisasi adalah kuat tidaknya kepemimpinan. Kegagalan dan keberhasilan organisasi banyak ditentukan oleh pemimpin karena pemimpin merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi ke tujuan yang ingin dicapai. Hal ini sejalan dengan gagasan Siagian (1994) bahwa arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuan perlu sedemikian rupa hingga mengoptimalkan pemanfaatan segala sarana dan prasarana yang tersedia. Arah yang dimaksud tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi yang bersangkutan. Perumus serta penentu strategi dan taktik adalah pemimpin dalam organisasi.

10 Sutermeister (dalam Umbu Tagela, 2004) mengemukakan ada beberapa faktor penentu produktivitas kerja antara lain iklim kepemimpinan (leadership climate), tipe kepemimpinan (type of leadership), dan pemimpin (leaders). Sager (dalam Mulyasa, 2004) mengemukakan 6 faktor yang ikut menentukan produktivitas, yaitu pendidikan, teknologi, derajat kesehatan dan tingkat upah minimal. Berdasarkan uraian di depan, disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan. Dalam kaitan dengan perilaku kepemimpinan dalam menerapkan Managemen Berbasis Sekolah, perlu dipahami bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi pegawai, guru dan siswa. Pemimpin sendiri perlu berbuat baik, pemimpin juga perlu menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian. 2.4.3. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan (Bahasa Inggris : Leadership Style) diartikan sebagai pola tindak seseorang dari seorang pemimpin sebagai ciri kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan orang-orang yang dipimpinnya (Davis & Newstorm, dalam Umbu Tagela, 2004 ). Hal ini sejalan dengan pendapat (Hersey & Blanchard dalam, Iganatius Onduko,1994) yang menyatakan bahwa : Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang ditampilkan ketika mencoba mempengaruhi tingkah

11 laku orang lain seperti yang dipersepsikan oleh orang yang akan kita pengaruhi tersebut. Menurut Hersey & Kenneth H. Blanchard (dalam Iganatius Onduko, 1994) pada dasarnya gaya kepemimpinan seseorang terbagi pada dua kecenderungan, yaitu : 1. Berorientasi pada tugas (task behavior) Gaya ini ditandai dengan adanya beberapa hal seperti : pemimpin memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahan, selalu mengadakan pengawasan secara ketat, menyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin dan pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan bawahan. 2. Berorientasi pada hubungan (relationship behavior) Sedangkan gaya kepemimpinan ini, sebaliknya ditandai dengan beberapa gejala seperti berikut : pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan terhadap bawahan, pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, pemimpin lebih bersikap penuh kekeluargaan, percaya, hubungan kerjasama yang saling hormat menghormati diantara sesama anggota kelompok. Selanjutnya Hersey dan Blanchard, dalam Umbu Tagela (2004) membedakan dua kecenderungan tersebut ke dalam empat gaya kepemimpinan, yaitu : Telling, Selling, Participating dan Delegating.

12 1. Gaya kepemimpinan Telling Gaya kepemimpinan Telling adalah gaya kepemimpinan yang ditandai perilaku pemimpin yang tidak mempercayai bawahannya dan banyak memberikan instruksi kepada bawahan untuk melakukan segala sesuatu yang harus dilakukan tanpa memperhatikan kualitas hubungan antar pribadi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan ini pemimpin hanya memberikan instruksi dan pengarahan yang jelas tentang sebuah tugas. Ciri dari gaya ini adalah : pemimpin memberikan perintah khusus, pengawasan dilakukan secara ketat, pemimpin menerangkan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakan, kapan harus dilaksanakan pekerjaan itu, dan dimana pekerjaan itu harus dilakukan. 2. Gaya kepemimpinan Selling Gaya kepemimpinan Selling adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin menekankan dua arah serta membantu meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri anggota, tetapi pemimpin tetap memegang tanggung jawab dan mengendalikan pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan ini ditandai dengan tingginya tuntutan menyelesaikan tugas tetapi pemimpin juga sangat memperhatikan kualitas hubungan dengan bawahannya. Ciri dari gaya selling ini adalah: tinggi tugas dan tinggi hubungan, pemimpin menerangkan keputusan, pemimpin memberikan kesempatan untuk penjelasan, pemimpin masih banyak melakukan banyak pengarahan, pemimpin melakukan komunikasi dua arah.

13 3. Gaya kepemimpinan Participating Gaya kepemimpinan Participating, adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin dan anggota berbagi pengambilan keputusan dan pemimpin tidak banyak atau hanya memberikan perintah secara langsung. Gaya ini ditandai dengan perilaku pemimpin yang lebih banyak memfokuskan perhatian pada kualitas hubungan dan kurang memperhatikan penyelesaian tugas-tugas. Gaya ini ditandai dengan ciri tinggi hubungan dan rendah tugas, dimana pemimpin dan bawahan saling memberikan gagasan dan membuat keputusan. 4. Gaya Kepemimpinan Delegating Gaya kepemimpinan Delegating adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin tidak memperhatikan tugas dan hubungan dengan bawahan. Gaya kepemimpinan ini ditandai dengan tingkat kepercayaan yang tinggi dari pemimpin kepada bawahan untuk melakukan tugas sendiri dengan sedikit pengarahan dan sedikit sekali kualitas hubungan antar personalnya. Ciri dari gaya ini adalah mempunyai hubungan dan tugas rendah, pemimpin melimpahkan pembuatan keputusan dan pelaksanaan kepada bawahan, dimana seorang pemimpin membutuhkan visi dan target yang jelas dari apa yang didelegasikan. Kurang intensifnya delegating bisa membuat penafsiran dan pelaksanaan berbeda dari apa yang diinginkan. Karena itu, jika ingin memakai gaya seperti ini, seorang

14 pemimpin harus bisa mengkomukasikan visi dan targetnya secara jelas, sehingga para bawahannya bisa melihat dari hasil kerjanya. Menurut Hersey & Blanchard Gaya kepemimpinan Selling dan Participating, adalah gaya kepemimpinan yang secara teoritis mampu mengembangkan kreativitas bawahan, karena gaya kepemimpinan tersebut lebih berorientasi pada hubungan. Kepala Sekolah yang cenderung menggunakan gaya tersebut akan berusaha memberikan rasa aman secara psikologis kepada guru/siswa dan karyawan, memperhatikan perasaan dan kebutuhan guru, siswa dan karyawan. Gaya kepemimpinan Telling yang dengan ciri banyak memberikan instruksi dan tidak memperhatikan kualitas hubungan kepada orang-orang yang dipimpin secara teoritis akan menghambat perkembangan kreativitas. Demikian juga dengan gaya kepemimpinan Delegating yang digunakan Kepala Sekolah secara teoritis berhubungan secara negatif, karena mempunyai ciri rendah hubungan dan rendah tugas, artinya dalam menerapkan gaya kepemimpinan Delegating Kepala Sekolah sedikit sekali memberikan tuntunan dan arahan kepada guru demikian juga dengan perhatian kepada hubungan antar pribadi tidak terlalu menjadi perhatian.

15 2.4.4. Kriteria Keberhasilan Pemimpin Untuk mengetahui apakah seorang pemimpin berhasil dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, Mulyasa (2004) mengemukakan beberapa kriteria, yaitu: 1) Dinamika organisasi. 2) Pengaruh atau kewibawaan pemimpin. 3) Sikap bawahan terhadap atasan. Dari ketiga hal tersebut penulis uraikan sebagai berikut: 1. Dinamika Organisasi Organisasi berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dalam kaitan dengan kepemimpinan seseorang dalam memimpin oraganisasi dapat dilihat dari berbagai indikasi sebagai berikut (Mulyasa, 2004): 1) Penampilan Kelompok. 2) Pencapaian Tujuan Kelompok. 3) Berlangsungnya Hidup Kelompok. 4) Pertumbuhan Kelompok. 5) Kesiagaan Kelompok. 6) Kemampuan Menyelesaikan Krisis. 2. Pengaruh Pemimpin Pengaruh atau kewibawaan pemimpin sangat menentukan keberhasilan. Seorang pemimpin yang berhasil, dapat dilihat melalui berbagai kriteria (Mulyasa 2004), yaitu: 1) Apakah pemimpin mampu meningkatkan rasa kebersamaan kelompok, kerja sama antar anggota, motivasi bawahan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pemecahan konflik di antara bawahan.

16 2) Apakah pemimpin menaruh perhatian terhadap efisiensi tenaga ahli yang tersedia, pengaturan kegiatan, akumulasi dari berbagai sumber dan kesediaan kelompok untuk menghadapi perubahan dan krisis. 3) Apakah pemimpin mampu meningkatkan kualitas kerja, menciptakan rasa percaya diri bawahan dan menghasilkan kecakapan bawahan dan memberi sumbangan terhadap pertumbuhan kejiwaan dan perkembangan bawahan. 3. Sikap Bawahan Terhadap Atasan Bawahan dalam kehidupan organisasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang pemimpin. Sebab kepemimpinan itu sendiri merupakan proses interaksi antara pemimpin dan bawahan dalam mencapai tujuan. Oleh sebab itu keberhasilan seorang pemimpin dapat diukur dari sikap bawahan terhadap pemimpin itu sendiri, melalui indikasi berikut (Mulyasa, 2004): 1) Apakah bawahan merasa puas terhadap pemimpin dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan hal-hal yang diharapkan bawahan. 2) Apakah bawahan merasa senang terhadap atasan, menghormati dan kagum padanya. 3) Apakah bawahan mempunyai rasa tanggung jawab besar untuk melaksanakan perintah atau sebaliknya melawan, atau bawahan tidak memperhatikan/menyabot perintah atasan. Ada beberapa gejala sikap bawahan terhadap kepemimpinan atasan, yaitu: 1) Ketidak hadiran atau absensi. 2) Perbuatan semaunya. 3) Kesedihan. 4) Keluhan terhadap atasan. 5) Permintaan pindah. 6) Pemogokan. 7) Sikap lambat. 8) Kejadian yang sengaja menyabot peralatan dan fasilitas pelayanan 9) Sikap permusuhan terhadap atasan.

17 2.5 Hasil Hasil Penelitian Yang Relevan Ikha (2010) Meneliti Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di Gugus Diponegoro Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif dan signifikan antara Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru. Berdasarkan analisis distribusi frekuensi sebagian besar (51,9%) Guru SD di Gugus Diponegoro Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung menyatakan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah dalam kategori sedang dan sebagian besar (74,2%) kinerja guru pada kategori tinggi. Dari uji ANOVA dapat diketahui F hitung (7,286) probabilitas 0,000, berarti lebih kecil dari 0,05 jadi HO ditolak dan H1 diterima. Artinya koefisien regresi signifikan, artinya Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) berpengaruh Terhadap Kinerja Guru (Y). Nilai angka Adjusted R square menunjukkan koefisien determinasi sebesar 50,5% yang berarti perubahan variabel kinerja guru (Y) disebabkan oleh dan gaya kepemimpinan kepala sekolah (X), sedangkan sisanya 49,5% dijelaskan oleh faktor faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini, misal jenjang pendidikan dan masa kerja. 2.6 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah Terdapat pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru BK di SMP Sub Rayon 04 Kabupaten Semarang.