BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta perkembangan dunia kesehatan di masa kini dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aspek bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. memerhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu hal atau peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Orang tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 14 persen. Total dokter yang dibutuhkan secara nasional hingga tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini, persaingan dalam dunia industri semakin meningkat. Salah

BAB I PENDAHULUAN I.A.

BAB I. Pendahuluan. lebih kompetitif ( Pemerintah Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. terutama perguruan tinggi mulai sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyiasati persaingan global, Indonesia berusaha membenahi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Salvatore Maddi dan Deborah Khosaba (2005) dalam buku Resilience At

BAB I PENDAHULUAN. Undang Pendidikan Tinggi, 2012). Dijenjang pendidikan tinggi mahasiswa tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat beberapa jenjang pendidikan, mulai dari Play Group

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan.

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan yang teratas dan juga terakhir adalah

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikatakan orang lain. Sarana untuk mendapatkan informasi dapat diperoleh

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

******* Dedicated for God,pap,mum,brother and sister..

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI. Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :...

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

PERATURAN AKADEMIK PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

Bab I. Pendahuluan. yang diberikan semakin besar, termasuk juga di bidang pendidikan. Tekanan yang

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

MINGGU I Senin, 7 Feb Selasa, 8 Feb Rabu, 9 Feb Kamis, 10 Feb Jumat, 11 Feb Sabtu, 12 Feb DNA & RNA, Kuliah pengantar

JADWAL BLOK PENGOBATAN RASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kereta api merupakan sarana transportasi masal yang cukup efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. akan jaminan hidup serta investasi jangka panjang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

CARA BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI. Aty Nurdiana

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis properti adalah salah satu jenis usaha yang benar-benar menjanjikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

Bab I PENDAHULUAN. belajar selama 12 tahun dimanapun mereka berada, baik di desa maupun di kota

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. media yang digunakan oleh manusia dalam bertukar ide dan berbagai informasi. Saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. Francisca, Miss Indonesia 2005 menganggap pendidikan adalah hal yang tidak

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia berada pada kemajuan jaman yang sangat pesat. Karenanya setiap

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum setiap individu membutuhkan pendidikan. Tahapan. pendidikan formal yang ditempuh setiap individu adalah TK-SD-SMP-SMA-

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Atas), dan Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai kebutuhanpun semakin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta perkembangan dunia kesehatan di masa kini dan masa mendatang meningkat dengan pesat. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat di Indonesia. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, semakin meningkat pula tuntutan masyarakat akan kualitas kesehatan. Semua orang ingin memiliki tubuh yang sehat karena kesehatan berharga dan mahal harganya. Untuk mendukung kesehatan bagi setiap orang, pemerintah menyediakan sarana kesehatan bagi setiap masyarakat yaitu rumah sakit. Akan tetapi tanpa adanya dokter yang juga sebagai sarana jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Sebelum menjadi dokter, para calon dokter harus terlebih dahulu mengikuti program pendidikan kedokteran umum kemudian mengikuti program pendidikan profesi dokter. Sarjana kedokteran umum yang melanjutkan ke program profesi dokter harus mengikuti program pendidikan profesi yang meliputi 12 stase atau bagian selama 2 tahun di rumah sakit yang bekerjasama dengan universitas. Dalam stase tersebut terdiri dari 2 stase yaitu stase mayor dan stase minor. Stase mayor terdiri dari; bagian anak, obgyn, bedah, dan ilmu penyakit dalam. Pada stase minor terdiri dari; bagian kulit, forensik, radio, saraf, jiwa, anestesi, THT, dan mata. Tugas utama yang harus dilakukan oleh para koasisten di rumah sakit X Bandung ini adalah membuat status pasien (meliputi identitas, keluhan utama, riwayat penyakit, obat yang pernah dikonsumsi, operasi yang pernah dilakukan), selain itu juga membantu melakukan 1

2 pemeriksaan dan diagnosa awal pasien. Koasisten berada dalam supervisi dokter senior atau yang biasa disebut dokter pembimbing. Tugas yang dilakukan koasisten hanya merupakan pemeriksaan awal yang kemudian ditindaklanjuti oleh dokter pembimbing. Koasisten tidak memiliki kewenangan untuk memberitahukan hasil diagnosis langsung kepada pasien yang bersangkutan, melainkan harus didampingi oleh dokter pembimbing. Koasisten diperbolehkan memberikan resep obat kepada pasien atas persetujuan dokter pembimbing. Hasil pemeriksaan terhadap pasien akan disampaikan kepada dokter pembimbing dalam bentuk morning report dan evening report. Morning report adalah laporan yang diberikan oleh koasisten jaga malam kepada dokter pembimbing. Laporan tersebut diberikan pada pagi hari dan berisi kegiatan permeriksaan atau praktek selama shift malam (14.00-07.00 WIB). Evening report adalah laporan yang diberikan oleh koasisten kepada dokter pembimbing dan berisi kegiatan pemeriksaan atau praktek selama shift pagi (07.00-14.00 WIB). Agar dapat memenuhi praktik ilmu kedokteran secara professional, seorang koasisten harus mampu memahami peran dan fungsi tugas dengan baik, tugas sebagai koasisten tidak hanya diwujudkan dalam bidang akademis namun juga dalam bidang praktek di rumah sakit dan bagaimana koasisten dapat berinteraksi secara positif dengan orang lain di tempat kerja. Dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari di rumah sakit, para koasisten berhubungan dengan banyak orang, yaitu dokter senior atau dokter pembimbing, perawat, sesama koasisten, dan pasienpasien. Sehubungan dengan tugasnya untuk membina relasi dengan orang-orang disekitar itu, dapat membuat koasisten tertekan. Contohnya ada pasien yang rewel dan banyak pertanyaan, terkadang tidak ingin diperiksa oleh koasisten. Selain itu, tekanan dari dokter pembimbing yang mengaharuskan para koasisten menjawab pertanyaan dengan benar saat ditanya mengenai penanganan dan penyakit pasien. Jika koasisten keliru menjawab, dokter pembimbing tidak

3 segan-segan memarahi koasisten dihadapan pasien sehingga para koasisten merasa malu, dan tertekan. Akibatnya, koasisten menjadi tidak fokus pada tugas-tugas selanjutnya. Para koasisten juga seringkali kesulitan memahami keinginan dokter pembimbing. Terkadang koasisten dianggap tidak tahu apa-apa, tidak bisa diandalkan, dan juga kinerja koasisten dianggap mengecewakan para dokter pembimbing, sehingga pada saat berhadapan dengan dokter pembimbing para koasisten akan merasa gugup, jantung berdebar, dan juga keringat dingin. Selain masalah dengan dokter pembimbing para koasisten juga seringkali dihadapkan pada tekanan dari perawat yang bekerjasama dengannya. Ada saja perawat yang kurang bisa bekerjasama, cenderung bersikap kurang ramah, dan adakalanya menganggap remeh para koasisten. Dalam lingkungan sesama koasisten pun seringkali terjadi masalah yang meliputi penyesuaian diri dan pergaulan, tradisi senioritas yang masih kental di lingkungan rumah sakit, sehingga para koasisten harus menuruti dan mendahulukan kepentingan senior. Akibatnya, produktivitas kerja para koasisten junior menjadi terhambat. Selain mengerjakan tugasnya, para koasisten juga harus membuat laporan kepada dokter pembimbing dengan tepat waktu dan kualitas laporan mereka harus baik karena berhubungan dengan dokter pembimbing yang melakukan penilaian. Koasisten juga mengikuti ujian untuk melanjutkan tugasnya ke stase atau ke bagian berikutnya. Status sebagai koasisten mengharuskannya untuk tetap menjalankan tugas di rumah sakit sekalipun hari libur atau hari besar. Selain itu, stres yang dialami oleh koasisten juga berasal dari dirinya sendiri seperti, merasa tidak mampu menyelesaikan tugasnya sebagai koasisten, tidak disiplin dalam belajar, tidak teliti dalam mengerjakan tugas-tugasnya dan tidak inisiatif menanyakan materi yang tidak dimengerti.

4 Keadaan dengan tuntutan akademik yang tidak kalah tingginya juga dialami oleh mahasiswa fakultas kedokteran umum, khususnya angkatan 2015 di Universitas X Bandung (selanjutnya akan disebut mahasiswa). Fakultas Kedokteran Umum Universitas X Bandung memiliki program studi pendidikan dokter yang meliputi Program Pendidikan Kedokteran Umum dan Program Pendidikan Profesi Dokter. Universitas X Bandung ini bekerjasama dengan salah satu rumah sakit swasta di Bandung, sehingga para lulusan sarjana kedokteran umum dari Universitas X Bandung yang akan melanjutkan program pendidikan profesi dokter akan ditempatkan di Rumah Sakit X Bandung. Kurikulum yang digunakan Fakultas Kedokteran Umum Universitas X Bandung yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebanyak 160 SKS dan 28 Blok selama 3,5 tahun. (http://www.pendidikandokter.com/2015/01/mengenal-profilkedokteran.html). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menekankan pada Student Centered Learning yang merupakan metode pembelajaran dengan karakteristik berpusat pada mahasiswa. Dalam Student Centered Learning mahasiswa ikut serta dalam menentukan input materi, metode serta waktu pembelajaran. Dosen berperan sebagai fasilitator, dapat memberikan kritik dan saran untuk para mahasiswanya. Mahasiswa fakultas kedokeran membutuhkan penyesuaian yang ekstra dalam menghadapi tingkat kesulitan studi dari sistem Blok yang semakin meningkat tiap semesternya. Para mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum angkatan 2015 (selanjutnya akan disebut mahasiswa) secara kurikulum akan dibekali dengan ilmu-ilmu eksakta seperti ilmu anatomi, biokimia, biologi, fisiologi, mikrobiologi, patologi anatomi, patologi klinik, farmakologi di jenjang pendidikan S1. Dalam satu semester, mahasiswa akan mengikuti dua hingga empat blok. Contoh, pada semester pertama mahasiswa dihadapkan pada blok 1 hingga blok 4. Blok 1 dan 2

5 terdiri atas Study skills, Critical thinking, Communication, Bioethics humanior. Pada blok 1, mahasiswa mengikuti ujian setiap dua minggu sekali. Setelah mengikuti ujian terakhir pada blok 1, mahasiswa akan melanjutkan ke blok 2 dan mengikuti ujian seperti yang dilakukan saat berada di blok 1. Setelah mengikuti proses pembelajaran pada blok 2, mahasiswa kemudian melanjutkan ke blok 3-4, yang berupa Study skills, Critical thinking, Communication, Basic biology of cells. Apabila mahasiswa tidak lulus pada salah satu atau beberapa blok, mahasiswa diberikan kesempatan untuk memperbaiki nilainya dengan mengikuti remedial. Jika mahasiswa masih mendapatkan nilai dibawah standar kelulusan, mahasiswa boleh mengikuti blok selanjutnya dan megulangi blok yang tertinggal pada saat mahasiswa berada diblok 18. Dalam mengikuti sistem blok ini, mahasiswa diberikan buku panduan mengenai gambaran materi yang akan dipelajari. Mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas dan mempelajari materi dari masing-masing kegiatan pembelajaran dalam waktu yang bersamaan. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari hari senin hingga jumat, dari pukul 07.00 hingga pukul 17.00 dengan diselingi waktu untuk istirahat. Setiap hari kamis mahasiswa melakukan symposium, dimana mahasiswa akan mepresentasikan mengenai hal-hal yang sudah dipelajari dan akan diuji oleh dosen. Saat menghadapi ujian, mahasiswa membutuhkan usaha ekstra untuk memersiapkan ujian karena banyaknya materi yang dipelajari. Mahasiswa harus menguasai materi yang diberikan oleh dosen sekaligus beberapa kasus penyakit, menguasai skill lab, dan menguasai jenis obatobatan. Sistem penilaian yang digunakan meliputi empat kriteria yaitu; MCQ (Multiple Choice Question) merupakan ujian tertulis berupa pilihan ganda dari materi yang telah dipelajari, SOCA (Student Oral Case Analysis) merupakan ujian mengenai kasus klinis untuk dianalisis dan dipresentasikan, OSCE (Objective Structure Clinica Examination) merupakan ujian yang

6 materinya sudah didapatkan di skill lab, OSPE (Objective Structured Practical Examination) merupakan ujian praktikum. Selain itu perilaku dan keaktifan mahasiswa selama kuliah juga akan dinilai. Selama mengikuti proses pembelajaran diprogram pendidikan S1 fakultas kedokteran umum tersebut tidak sedikit mahasiswa yang mengalami tekanan dan menjadi stres karena banyaknya materi dan tugas yang haris diselesaikan. Mahasiswa juga tertekan karena sulitnya mencari bahan materi, sulit mengerti materi, sulit membagi waktu, sulit untuk menyelesaikan tugas dengan baik, dan sulit untuk memperoleh nilai yang memuaskan. Kondisi tersebut sangat berbeda pada saat mereka masih dibangku SMA. Juga dikarenakan banyaknya tugas-tugas dan materi yang diberikan saat masih berada dibangku SMA berbeda dengan di perguruan tinggi. Selain itu, teman-teman saat dibangku SMA berbeda dengan teman-teman di perguruan tinggi sehingga kelompok belajar pun berbeda, jadwal dan pola belajar saat masih dibangku SMA juga akan berbeda dengan jadwal dan pola belajar di perguruan tinggi yang menggunakan sistem blok, cara mengajar guru dibangku SMA berbeda dengan cara mengajar dosen di perguruan tinggi, sehingga hal-hal tersebutlah yang juga dapat membuat mahasiswa merasa tertekan sehingga bisa menjadi stres dalam menjalani program pendidikan S1 fakultas kedokteran umum. Walaupun demikian, mahasiswa dituntut untuk dapat survive dengan keadaan yang ada dan bangkit dalam menghadapi kesulitan dan tekanan yang ada agar mendapatkan gelar sarjana kedokteran. Dalam menghadapi situasi pembelajaran yang sulit dan memiliki banyak tekanan tersebut, mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 diharapkan dapat bertahan menghadapi kesulitan tersebut dengan cara mengembangkan kemampuan dalam menjalin hubungan yang baik dan dalam berkomunikasi satu sama lain baik dengan teman se-angkatan, senior, dosendosen maupun staf-staf fakultas. Bukan hanya itu tetapi juga mahasiswa dituntut memiliki

7 ketekunan, kerajinan, dan kedisiplinan dalam dirinya. Hal-hal tersebut dapat membantu mahasiswa untuk mencapai gelar sarjana kedokteran, namun juga bisa membuat mahasiswa menjadi tertekan karena merasa tidak mampu menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa, tidak disiplin dalam belajar, tidak teliti dalam mengerjakan tugas-tugasnya dan tidak inisiatif menanyakan materi yang tidak dimengerti kepada dokter maupun teman-temannya. Hal tersebut memerlihatkan bahwa tidak hanya tekanan yang berasal dari luar yang membuat mahasiswa stres tetapi juga berasal dari dalam diri mahasiswa.. Setelah menyelesaikan program pendidikan S1 fakultas kedokteran umum dan mendapatkan gelar sarjana kedokteran, maka selanjutnya mahasiswa akan melanjutkan ke program pendidikan profesi dokter. Dalam kapasitas sebagai koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015, kedua kelompok tersebut menghadapi tuntutan akademik yang terbilang tidak mudah namun tetap harus mampu mengubahnya menjadi tantangan dengan target akademik masingmasing. Dalam menghadapi dan menjalani tugas-tugasnya, tidak jarang kedua kelompok responden tersebut menjadi tertekan. Berdasarkan wawancara kepada koasisten dan mahasiswa didapatkan bahwa stres yang dihadapi kedua kelompok, seperti mood yang berubah-ubah, mudah tersinggung, mudah marah, keringat dingin saat menghadapi dokter dan pasien, sering sakit kepala, sulit tidur, sulit makan dan merasa tidak percaya diri. Tuntutan pembelajaran antara koasisten dan mahasiswa memiliki perbedaan, yaitu pada kelompok koasisten mengerjakan tugas-tugasnya dengan praktek merawat pasien secara langsung di rumah sakit menggunakan skill-nya yang sudah didapatkan selama kuliah. Sedangkan pada mahasiswa lebih berfokus kepada teori-teori yang diberikan dibangku kuliah, sehingga mereka memiliki skill yang baik dan matang untuk digunakan pada tahap selanjutnya sebagai seorang koasisten. Koasisten dan mahasiswa juga memiliki kesamaan, yaitu sama-sama

8 berada dalam tahap transisi. Koasisten berada pada tahap transisi dari mahasiswa S1 fakultas kedokteran ke tahap koasisten, sedangkan mahasiswa berada pada tahap transisi dari SMA menjadi mahasiswa. Hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri untuk koasisten dan mahasiswa. Tuntutan pembelajaran yang tinggi dan tugas yang padat yang dialami oleh koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015, diperlukan hardiness untuk membantu para koasisten dan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akademiknya sehingga mampu melangkah ke tahap berikutnya. Hardiness merupakan pola dari sikap (attitudes) yang dapat membantu individu untuk tetap bertahan hidup dan berkembang dibawah situasi stres (Maddi & Khoshaba, 2005). Hardiness terkait dengan bagaimana koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum mengolah sikap yang membantu koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum untuk bangkit dari keadaan stressful saat menghadapi tuntutan di rumah sakit dan tuntutan di kampus bukan membuat koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum terlarut di dalamnya. Sikap (attitudes) tersebut adalah commitment, control, dan challenge. Commitment adalah sejauh mana koasisten dan mahasiswa terlibat dengan tugasnya meskipun berada dalam situasi yang sulit. Koasisten dan mahasiswa akan melibatkan dirinya dengan orang-orang dan peritiwa yang ada disekitarnya meskipun mereka mengalami situasi yang sulit. Sikap komitmen membentuk pemahaman akan berbagai peristiwa di sekitarnya dan menjadi modal dasar untuk mengevaluasi situasi yang akan datang. Ketika koasisten dan mahasiswa berkomitmen, mereka akan memandang tugasnya sebagai sesuatu yang penting dan bermanfaat sehingga membuat mereka lebih memusatkan perhatian dan upayanya dalam mengerjakan tugasnya. Control adalah sejauh mana koasisten dan mahasiswa berusaha mengarahkan tindakannya untuk mencari solusi

9 terhadap tugasnya, guna meningkatkan hasil yang baik ketika menghadapi situasi yang sulit. Koasisten dan mahasiswa percaya bahwa dirinya mampu menghadpi kesulitan yang dialami. Selanjutnya, Challenge adalah sejauh mana koasisten dan mahasiswa memandang situasi sulit atau stressful sebagai kesempatan dengan belajar dari keadaan tersebut untuk mengembangkan dirinya dalam mengerjaka tugasnya. 3C ini mempengaruhi keberanian dan motivasi untuk berusaha keras dalam mengerjakan tugas. Apabila 3C koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum tinggi, akan menggunakan situasi yang stressful tersebut sebagai tantangan. Sebaliknya, apabila 3C koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum rendah, tidak akan menggunakan situasi yang stressful tersebut sebagai sesuatu yang menguntungkan melainkan menyerah terhadap situasi tersebut. Idealnya, para koasisten dan mahasiswa harus memiliki hardiness tinggi agar mereka mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai koasisten dan mahasiswa dengan baik, sehingga mereka bisa melangkah ke tahap selanjutnya untuk menjadi seorang dokter yang berkualitas. Namun kenyataannya tidak semua orang memiliki hardiness yang sama baik dalam kelompok koasisten maupun kelompok mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015. Contohnya, saat kedua kelompok mengikuti stase dan juga blok tidak semua koasisten maupun mahasiswa mampu menghadapi stase ataupun blok yang berlaku di rumah sakit maupun di fakultas. Kedua kelompok tersebut juga tidak mampu mengerjakan tugas dan laporan yang diberikan bersamaan dengan ujian. Peneliti mengambil sampel koasisten di rumah sakit X Bandung dan mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 di universitas X Bandung karena kedua kelompok tersebut membutuhkan hardiness, oleh karena itu peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan atau tidak ada perbedaan antara koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 meskipun situasi kedua kelompok tersebut berbeda. Selain itu tidak hanya tuntuan

10 akademik yang membuat koasisten dan mahasiswa membutuhkan hardiness tetapi faktor usia juga berpengaruh terhadap hardiness seseorang, semakin tua usia seseorang semakin memiliki hardiness yang tinggi. Hal ini dikarenakan seseorang telah memiliki banyak pengalaman. Koasisten dan mahasiswa memiliki usia yang berbeda, sehingga dapat berpengaruh pada hardiness kedua kelompok tersebut. Jenis kelamin juga berkaitan dengan hardiness, laki-laki memiliki penilaian yang lebih positif dalam menghadapi situasi yang menekan dibanding dengan perempuan (Maddi & Khoshaba, 2005). Dari paparan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui hardiness pada Koasisten di Rumah Sakit X Bandung dengan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum angkatan 2015 di Universitas X Bandung. 1.2. Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui apakah terdapat perbedaan hardiness pada Koasisten di Rumah Sakit X Bandung dengan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum angkatan 2015 di Universitas X Bandung. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Memeroleh gambaran tentang hardiness pada Koasisten di Rumah Sakit X Bandung dan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum angkatan 2015 di Universitas X Bandung.

11 1.3.2. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui sejauhmana perbedaan hardiness pada Koasisten di Rumah Sakit X Bandung dengan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum angkatan 2015 di Universitas X Bandung. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis a) Memberikan sumbangan informasi khususnya dibidang Psikologi Pendidikan mengenai hardiness pada Koasisten di Rumah Sakit X Bandung dengan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum angkatan 2015 di Universitas X Bandung. b) Memberi sumbangan informasi kepada peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai hardiness. 1.4.2. Kegunaan Praktis a) Memberikan informasi kepada pihak Rumah Sakit X Bandung, khususnya kepala bidang pelayanan koasisten mengenai hardiness koasisten sebagai umpan balik untuk melakukan pengembangan diri melalui penyuluhan atau pelatihan dalam usaha meningkatkan hardiness pada koasisten. b) Memberikan informasi kepada pihak Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung, khususnya bagian akademik mengenai hardiness Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum angkatan 2015 sebagai umpan balik untuk melakukan pengembangan diri melalui

12 penyuluhan atau pelatihan dalam usaha meningkatkan hardiness pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum. c) Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk koasisten sebagai cara untuk meningkatkan ketahanan dan berkembang dibawah situasi stres saat melakukan tugasnya sebagai koasisten. d) Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 sebagai cara untuk meningkatkan ketahanan dan berkembang dibawah situasi stres saat mengikuti pembelajaran di kampus. 1.5. Kerangka Pemikiran Untuk mencapai gelar dokter seorang calon dokter harus mengikuti program pendidikan profesi dokter yang meliputi 12 stase atau bagian selama 2 tahun di sebuah rumah sakit yang bekerjasama dengan almamaternya. Pada saat menjalani pendidikan di rumah sakit, koasiten merasakan banyak tekanan dari lingkungan di rumah sakit, mulai dari dokter pembimbing, perawat, pasien, dan teman sesama koasisten. Terkadang teman kelompok tidak bias diajak bekerjasma dalam mengerjakan tugas, dokter pembimbing yang sering menegur koasisten di depan umum dan tugas yang diberikan sulit dimengerti sehingga koasisten sulit menyelesaikannya. Tidak hanya itu, para koasisten juga harus membuat laporan dan tugas rumah yang diberikan oleh dokter pembimbing. Hal tersebutlah yang juga sangat menyita waktu, pikiran dan tenaga koasisten dan tugas-tugas yang dihadapi para koasisten saat ini memiliki kesulitan yang berbeda dengan tugas yang diberikan saat masih dibangku kuliah sehingga membuat koasisten tertekan.

13 Tugas para mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 adalah mengikuti pembelajaran yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang menyita banyak waktu dan tenaga. Mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas dan mempelajari materi dari masing-masing kegiatan pembelajaran dalam waktu yang beramaan. Mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti symposium. Tidak hanya itu, mahasiswa juga sering merasa lelah karena kurang istirahat yang bisa berdampak pada kesehatan dan konsentrasi menurun. Tugas-tugas dan kegiatan tersebut berbeda saat mereka masih berada dibangku SMA sehingga membuat mahasiswa mahasiswa tertekan. Tuntutan-tuntutan yang dihadapi oleh kedua kelompok responden dapat membuat mereka stres. Stres yang dialami kedua kelompok responden, seperti mudah marah, mudah tersinggung, keringat dingin saat berhadapan dengan dokter, sulit makan dan sulit tidur. Untuk membantu koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 bertahan dalam menghadapi tekanan maka dibutuhkan hardiness. Hardiness lebih mendalam dibandingkan dengan resilience, karena hardiness merupakan pola attitudes yang membantu koasisten dan mahasiswa untuk menjadi resilience dengan bertahan dan mengembangkan diri di bawah pengaruh situasi stressful (Maddi & Koshaba, 2005). Maddi & Koshaba (2005), koasisten dan mahasiswa yang memiliki hardiness tinggi akan memiliki sikap bertahan dari keadaan stres dan situasi yang menekan, mengubah kesulitan menjadi peluang untuk pertumbuhan pribadi, memecahkan masalah, belajar dari keadaan, menjadi lebih sukses dan mencapai kepuasan di dalam suatu proses. Sikap (attitudes) tersebut adalah 3C yang terdiri atas; commitment, control, dan challenge. Sikap (attitudes) tercermin dari commitment yang mengacu pada sejauhmana keterlibatan koasisten dan mahasiswa dengan tugasnya meskipun berada dalam situasi yang sulit. Para koasisten akan tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di rumah sakit X Bandung

14 sesuai dengan peraturan akademik yang diterapkan di rumah sakit X Bandung. Koasisten juga akan tetap menjalankan tugasnya sebaik mungkin agar tercapai keberhasilan dalam mengerjakan setiap tugas dan tuntutan akademiknya untuk mendapatkan gelar dokter umum, juga dalam memberikan layanan yang baik kepada pasien. Meskipun koasisten merasakan banyak tekanan di rumah sakit yang dapat menghambat koasisten untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Para koasisten yang berkomitmen akan memiliki kekuatan di dalam dirinya untuk tetap bertahan dalam keadaan tertekan. Koasisten juga akan menunjukkan betapa penting tugasnya sebagai koasisten dan menuntut dirinya untuk memberikan perhatian penuh terhadap tugasnya. Pada mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 juga akan menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa sesuai dengan peraturan akademik yang berlaku di Universitas X Bandung. Mahasiswa akan tetap mengerjakan tugasnya sebaik mungkin agar tercapai keberhasilan dalam mencapai gelar sarjana kedokteran umum. Meskipun mahasiswa merasakan banyak tekanan di kampus yang dapat menghambatnya untuk melaksanakan tugasnya sebagai mahasiswa fakultas kedokteran umum. Para mahasiswa yang berkomitmen akan memiliki kekuatan dalam dirinya untuk tetap bertahan dalam keadaan tertekan. Berikutnya control, mengacu pada sejauh mana koasisten dan mahasiswa berusaha mengarahkan tindakannya untuk berpikir positif dan mencari solusi positif terhadap tugasnya, guna meningkatkan hasil yang baik ketika menghadapi situasi yang sulit. Koasisten akan berusaha mencari cara untuk mengatasi setiap kesulitan yang dialaminya daripada terhanyut dalam kepasifan, akan mencoba untuk tetap memberikan pengaruh positif pada setiap situasi stressful. Koasisten akan berusaha memberikan pengarahan, melakukan komunikasi dan pendekatan dengan baik kepada pasien agar pasien mau bekerjasama dan mau diperiksa oleh koasisten.

15 Mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 juga akan berusaha mencari cara untuk mengatasi setiap kesulitan yang dihadapinya daripada terhanyut dalam kepasifan, ia akan mencoba untuk tetap memberikan pengaruh positif pada setiap stressful. Saat mahasiswa kesulitan dalam mengerti dan mendapatkan materi, mahasiswa akan berusaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan teman seangkatan maupun senior agar bisa menanyakan mengenai materi yang tidak dimengerti kepada teman seangkatan dan juga senior, begitupun saat mahasiswa kekurangan materi, ia bisa meminta kepada teman seangkatan ataupun kepada senior. Challenge, mengacu pada sejauh mana koasisten dan mahasiswa memandang situasi sulit atau situasi stressful sebagai kesempatan dengan belajar dari keadaan tersebut untuk mengembangkan dirinya dalam mengerjakan tugasnya. Koasisten yang memiliki challenge yang tinggi, akan mencoba memahami dan menghadapi kesulitan yang terjadi di dalam tugasnya sebagai koasisten di rumah sakit. Para koasisten menganggap peningkatan beban tugas sebagai koasisten dan kesulitan yang dialaminya sebagai sesuatu yang harus dihadapi dan menjadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang harus dihadapi dan menjadikan hal tersebut sebagai pembelajaran dalam dirinya, guna mengembangkan diri dalam tugasnya. Adanya sikap challenge, menjadikan para koasisten termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugasnya meskipun situasinya sulit atau menekan. Mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 menganggap peningkatan beban tugas sebagai mahasiswa fakultas kedokteran umum dan kesulitan yang dialaminya sebagai sesuatu yang harus dihadapi dan menjadikan hal tersebut sebagai pembelajaran dalam dirinya, guna mengembangkan diri dalam tugasnya. Dengan adanya sikap challenge, para mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 akan lebih termotivasi untuk mengerjakan tugasnya sebagai mahasiswa fakultas kedokteran umum meskipun situasinya sulit atau menekan.

16 Hardiness pada setiap individu dapat dipengaruhi oleh faktor sosiodemografis. Faktor sosiodemografis meliputi jenis kelamin, dan usia. Pengalaman koasisten maupun mahasiswa yang lebih tua dapat berpengaruh terhadap hardiness-nya dibanding koasisten maupun mahasiswa yang lebih muda. Selain itu, jenis kelamin juga berkaitan dengan hardiness, laki-laki memiliki penilaian yang lebih positif dalam menghadapi situasi yang menekan dibanding dengan perempuan (Maddi & Khoshaba, 2005). Seberapa besar sikap (attitudes) yang dimiliki oleh koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015 akan menentukan tinggi rendahnya hardiness yang dimiliki koasisten dan mahasiswa sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan atau tidak ada perbedaan hardiness pada koasisten dan mahasiswa. Ada atau tidak adanya perbedaan hardiness antara koasisten dan mahasiswa akan tercermin dari 3Cnya. Apabila ada perbedaan hardiness antara koasisten dan mahasiswa, artinya salah satu dari dua kelompok membutuhkan hardiness yang lebih dibanding dengan kelompok lainnya. Apabila tidak ada perbedaan hardiness antara koasisten dan mahasiswa, artinya kedua kelompok membutuhkan hardiness. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut:

17 Studi Diferensial tentang Hardiness pada Koasisten di Rumah Sakit X Bandung dan Mahasiswa Kedokteran Umum Angkatan 2015 di Universitas X Bandung Koasisten di Rumah Sakit X Bandung Ada perbedaan Stres Hardiness Mahasiswa Kedokteran Umum Angkatan 2015 di Unversitas X Bandung Tidak ada perbedaan Attitudes : Sosio Demografis: - Commitment - Control - Chalange - Usia - Jenis Kelamin Skema 1.1 Skema Kerangka Pikir

18 1.6. Asumsi Penelitian Berdasarkan kerangka pikir yang dikembangkan di atas, maka asumsi yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1. Koasisten di Rumah Sakit X Bandung dan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum angkatan 2015 di Universitas X Bandung menghayati tuntutan tugas yang banyak dan tantangan sebagai situasi yang menekan, maka dibutuhkan hardiness untuk bisa bertahan dan bertumbuh meskipun dalam situasi stressful. 2. Hardiness pada Koasisten di Rumah Sakit X Bandung dan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum angkatan 2015 di Universitas X Bandung dapat diukur melalui komponen sikap (attitudes) yang terdiri atas commitment, control, challenge (3C). 3. Koasisten di Rumah Sakit X Bandung dan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum angkatan 2015 di Universitas X Bandung dengan 3C yang tinggi akan menghasilkan hardiness yang tinggi begitupula sebaliknya. 1.7. Hipotesis Penelitian Tidak terdapat perbedaan hardiness antara koasisten dan mahasiswa fakultas kedokteran umum angkatan 2015.