BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

Perencanaan Geometrik Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama. Kemacetan

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antar jalan dan perpotongan lintasan kendaraan. Lalulintas pada

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN. Klasifikasi, Spesifikasi, Tingkat Pelayanan dan Cross Section

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

Penempatan marka jalan

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

Spesifikasi geometri teluk bus

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Spesifikasi bukaan pemisah jalur

Persyaratan Teknis jalan

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yang menerus pada sisi manapun, meskipun mungkin terdapat perkembangan

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

BAB III LANDASAN TEORI

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik jalan yang dapat diuraikan sebagai berikut: dapat dilihat pada uraian di bawah ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari sekian banyak kota besar, ternyata transportasi melalui jalan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 19/PRT/M/2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

RSNI-T-XX-2008 RSNI. Standar Nasional Indonesia. Standar geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol. ICS Badan Standarisasi Nasional BSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau

1. Manajemen Pejalan Kaki

PETUNJUK PELAKSANAAN PELAPISAN ULANG JALAN PADA DAERAH KEREB PERKERAS DAN SAMBUNGAN NO. 006/T/BNKT/1990

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat.

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

BAB III LANDASAN TEORI

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

Transkripsi:

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan tegak lurus pada as jalannya yang menggambarkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang bersangkutan pada arah melintang. Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan yang utama dapat dikelompokkan sebagai berikut : A. Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas : jalur lalu lintas, lajur lalu lintas, bahu jalan, trotoar, median. B. Bagian yang berguna untuk drainase jalan : saluran samping, Kemiringan melintang jalur lalu lintas, kemiringan melintang bahu, kemiringan lereng. C. Bangunan pelengkap jalan : kereb, pengaman tepi. D. Bagian konstruksi jalan : lapisan permukaan, lapisan pondasi atas, lapisan pondasi bawah, lapisan tanah dasar. E. Daerah manfaat jalan (damaja) F. Daerah milik jalan (damija) G. Daerah pengawasan jalan (dawasja) 11

Gambar C.1. Penampang Melintang Jalan Tanpa Median Gambar C.2. Penampang Melintang Jalan Dengan Median 12

2.1. Jalur Lalu Lintas A. Jalur dan Jumlah Lajur Jalur lalu lintas (travelled way=carriage way) adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa lajur (lane) kendaraan. Lajur kendaraan yaitu bagian dari jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jadi jumlah lajur minimal untuk jalan 2 arah adalah 2 dan pada umumnya disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah. Jalur lalu lintas untuk satu arah minimal terdiri dari 1 lajur jalan. Banyaknya lajur yang dibutuhkan sangat tergantung dari volume lalu lintas yang akan memakai jalan tersebut dan tingkat pelayanan jalan yang diharapkan. B. Lebar jalur dan Lajur Lebar lajur jalan ditentukan oleh ukuran dan kecepatan kendaraan dengan memperhatikan faktor ekonomi, keamanan dan kenyamanan, meskipun hal ini secara teoritis agak sulit diterapkan karena lintasan kendaraan didepan tidak terlalu sama dengan lintasan kendaraan dibelakangnya. Pada prinsipnya, lebar lajur jalan tidak boleh lebih kecil daripada lebar maksimum kendaraan yang diijinkan melalui jalan tersebut dan sebaliknya tidak boleh terlalu lebar. Lebar lajur lalu lintas yang terlalu lebar (> 3,75 m) tidak baik karena akan menimbulkan kesan jalur jalannya tampak berlajur banyak dan juga memboroskan. Dari segi kenyamanan dan keamanan, lebar jalur lalu lintas merupakan faktor yang paling menentukan. Mengecilkan lebar jalur lalu lintas dan berm/bahu jalan akan mengurangi kapasitas jalan tersebut yang disebabkan waktu pelaksanaan gerakan menyiap menjadi lebih besar dan jarak antara kendaraan juga membesarlebar lajur lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang jalan secara 13

keseluruhan. Besarnya lebar lajur lalu lintas hanya dapat ditentukan dengan pengarnatan langsung di lapangan karena : a. Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapat diikuti oleh lintasan kendaraan lain dengan tepat. b. Lajur lalu lintas tak mungkin tepat sama dengan lebar kendaraan maksimum. Untuk keamanan dan kenyamanan setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antara kendaraan. c. Lintasan kendaraan tak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas, karena kendaraan selarna bergerak akan mengalarni gaya-gaya samping seperti tidak ratanya permukaan, gaya sentrifugal di tikungan, dan gaya angin akibat kendaraan lain yang menyiap. Lebar kendaraan penumpang pada umumnya bervariasi antara 1,50 m - 1,75 m. Bina Marga mengambil lebar kendaraan rencana untuk mobil penumpang adalah 1,70 m, dan 2,50 m untuk kendaraan rencana truk/bis/semitrailer. Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan kenyarnanan yang diharapkan. Jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi, membutuhkan ruang bebas untuk menyiap dan bergerak yang lebih besar dibandingkan dengan jalan untuk kecepatan rendah. Pada jalan lokal (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75 m) cukup memadai untuk jalan 2 lajur dengan 2 arah. Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5 rn pun masih diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan tinggi, mempunyai lebar lajur lalu lintas lebih besar dari 3,25 m, sebaiknya 3,50 m. 14

C. Kemiringan melintang jalur lalu lintas Kemiringan melintang jalur lalu lintas di jalan lurus diperuntukkan terutama untuk kebutuhan drainase jalan. Air yang jatuh di atas permukaan jalan supaya cepat dialirkan ke saluran-saluran pembuangan. Kemiringan melintang bervariasi antara 1,5% - 3%, untuk jenis lapisan permukaan dengan mempergunakan bahan pengikat seperti aspal atau semen. Semakin kedap air lapisan tersebut semakin kecil kemiringan melintang yang dapat dipergunakan. Sedangkan untuk jalan dengan lapisan permukaan belum mempergunakan bahan pengikat seperti jalan berkerikil, kemiringan melintang dibuat sebesar 5%. Kemiringan melintang jalur lalu lintas di tikungan dibuat untuk kebutuhan keseimbangan gaya sentrifugal yang bekerja, di samping kebutuhan akan drainase. 2.2. Bahu Jalan Bahu jalan adalah daerah yang disediakan ditepi luar jalan antara lapis perkerasan dengan kemiringan badan jalan (talud) yang bermanfaat bagi lalu lintas. Bahu jalan mempunyai kemiringan untuk keperluan pengaliran air dari permukaan jalan dan juga untuk memperkokoh konstruksi jalan. penempatan bahu jalan pada sisi kiri dan kanan dalam untuk jalan dengan kelengkapan median. A. Fungsi Bahu jalan dibuat untuk memberikan sokongan samping terhadap konstruksi perkerasan. Bahu jalan dapat juga terdapat ditepi dalam badan jalan khususnya pada jalan yang menggunakan median. Disamping itu bahu jalan juga berfungsi sebagai : 15

1. ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh, atau untuk beristirahat. 2. ruangan untuk menghindarkan diri dari saat-saat darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan. 3. memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan yang bersangkutan. 4. memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping. 5. ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaaan perbaikan atau pemeliharaan jalan (untuk tempat penempatan alat-alat, dan penimbunan bahan material). 6. ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan. B. Macam Bahu jalan Dalam fungsinya, bahu jalan dapat dibedakan atas permukaannya : 1. Bahu Lunak (soft shoulder), yaitu bahu jalan yang tidak diperkeras dan biasanya ditanami rumput dan. Digunakan pada jalan klas rendah. 2. Bahu diperkeras (hard shoulder), yaitu bahu jalan yang diperkeras dan digunakan pada jalan klas menengah dan tinggi. Untuk bahu lunak disarankan agar 0,5 m dari tepi perkerasan dibuat sebagai bahu diperkeras untuk menyokong konstruksi perkerasan. C. Lebar Bahu Lebar bahu ditentukan dengan memperhatikan kepentingan konstruksi maupun lalu lintas. Oleh karena itu bahu jalan diharuskan tidak terlalu sempit, untuk intensitas rendah (1.5-2.0 m) sedangkan untuk intensitas tinggi ( 3.0 16

m). Bilamana talud samping cukup landai, maka bisa dianggap dapat bertindak sebagai bagian dari bahu jalan, sehingga lebar bahu bisa dipersempit (1.50 m). Lebar bahu kiri jalan untuk daerah perkotaan ditentukan oleh ada tidaknya fasilitas pedestrian seperti pada tabel 2.2.1, sedangkan bahu kanan ditentukan oleh ada dan tidaknya median seperti pada tabel 2.2.2. Tabel 2.2.1. Lebar Bahu Kiri Minimum Pedestrian = Pejalan Kaki, DK=Dalam Kota, LK=Luar Kota Tabel 2.2.2. Lebar Bahu Kanan Minimum D. Kemiringan Bahu Kemiringan melintang bahu, seperti halnya pada lapis permukaan, berfungsi menyalurkan air dari permukaan jalan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tergantung pada tipe dan jenis perkerasan dan ada tidaknya kerb. Sebagai 17

pedoman didalam perencanaan, ketentuan tentang kemiringan bahu seperti terdapat pada tabel 2.2.3 Tabel 2.2.3. Kemiringan Bahu. 2.3. Trotoar Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb. Perlu atau tidaknya trotoar disediakan sangat tergantung dari volume pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan tersebut. Lebar trotoar Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5-3,0 m merupakan nilai yang umum dipergunakan. 2.4. Median Median adalah suatu jalur yang memisahkan dua lajur lalu lintas yang berlawanan arah. Untuk jalan yang memiliki 4 lajur atau lebih pada lalu lintas dua arah diperlukan median. A. Fungsi Pemisah jalur Median dibuat untuk: 18

1. Menyediakan daerah netral yang diperlukan bagi kendaraan dalam keadaan bahaya. 2. Menyediakan ruang untuk berputar pada arah yang berlawanan. 3. Menyediakan ruang untuk kanalisasi arus yang berpindah (channelize traffic). 4. Menyediakan ruang perlindungan bagi pejalan kaki. 5. Mengurangi silaunya sinar lampu dari kendaraan yang berlawanan arah. 6. Memberikan kenyamanan bagi pengendara. B. Lebar Minimum Lebar median dinyatakan dengan jarak antara dua lajur yang berlawanan termasuk bahu kanan bilamana ada. Lebar median sangat bervariasi tergantung pada fungsi yang ditekankan, misalnya: 1. 1.50 m untuk perlindungan pejalan kaki. 2. 5.00-7.50 m untuk menyediakan ruang bagi pembuatan jalur pada median untuk perlindungan bagi kendaraan belok kanan. 3. 6.00-9.00 m, untuk melindungi kendaraan yang melintasi jalan dari arah berlawanan. 4. 9.00-21.0 m, untuk digunakan adanya fasilitas putaran (U - turn). Lebar minimum median tergantung pada klasifikasi perencanaan jalan seperti pada tabel 2.4 Tabel 2.4.1 Lebar Minimum Median 19

C. Jenis Permukaan Permukaan median harus terbuat dari bahan/tanaman yang dapat dibedakan. dengan perkerasan jalan agar fungsinya dapat tercapai. Ada dua macam jenis permukaan median : 1. Dibuat dengan memberikan tanaman rumput, untuk lebar > 2.0 m. 2. Diperkeras dengan beton, untuk lebar < 2.0 m didaerah perkotaan D. Bentuk Median Median jalan bentuknya berbeda-beda tergantung pada kondisi dan kebutuhan. serta peruntukannya, terdapat 3 bentuk median: 1. Depressed Median, yaitu median yang bentuknya lebih rendah dari perkerasannya yang juga dapat berfungsi sebagai drainase samping dan biasanya cukup lebar. 2. Elevated/raised Median, yaitu median yang dibentuk mempunyai elevasi lebih tinggi dari permukaan jalan, dan biasanya agak sempit. 3. Flushed Median, yaitu median yang dibentuk dengan tinggi permukaannya setinggi permukaan perkerasan. E. Garis Pembatas Median Untuk membedakan permukaan jalan dengan permukaan median dibuat dengan memberikan garis (marka) memanjang berwarna putih/kuning pada tepi dalam perkerasan atau kerb. Ketentuan tentang lebar garis dari tepi dalam perkerasan dibedakan atas klasifikasi dan typenya seperti pada tabel berikut: Tabel 2.4.2 Lebar Marginal Strip Median 20

2.5. Saluran Samping Saluran samping terutama berguna, untuk mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar jalan. menjaga supaya konstruksi jalan selalu, berada dalam keadaan kering tidak terendam air. Umumnya bentuk saluran samping trapesium, atau empat persegi panjang. Untuk daerah - perkotaan, dimana daerah pembebasan jalan sudah sangat terbatas, maka saluran samping dapat dibuat empat persegi panjang dari konstruksi beton dan ditempatkan di Oawah trotoar. Sedangkan di daerah pedalaman dimana pembebasan jalan bukan menjadi masalah, saluran gamping umumnya dibuat berbentuk trapesium. Dinding saluran dapat dengan mempergunakan pasangan batu kali, atau tanah asli. Lebar clasar saluran disesuaikan dengan besarnya debit yang diperkirakan akan mengalir pada saluran tersebut, minimum sebesar 30 cm. Landai dasar saluran biasanya dibuatkan mengikuti kelandaian dari jalan. Tetapi pada, kelandaian jalan yang cukup besar, dan saluran hanya terbuat dari tanah asli, kelandaian dasar saluran tidak lagi mengikuti kelandaian jalan. Hal ini untuk mencegah pengkikisan oleh aliran air. Kelandaian dasar saluran dibatasi sesuai dengan material dasar saluran. Jika terjadi perbedaan yang cukup besar antara kelandaian dasar saluran dan kelandaian jalan, maka perlu dibuatkan terasering. 21

Talud untuk saluran samping yang berbentuk trapesium dan tidak diperkeras adalah 2H: IV, atau sesuai dengan kemiringan yang memberikan kestabilan lereng yang aman. Untuk saluran samping yang mempergunakan pasangan batu, talud dapat dibuat 1. 1. 2.6. Talud/Kemiringan Lereng Talud samping dimungkinkan bilamana badan jalan terletak pada daerah timbunan. Talud jalan umumnya dibuat 2H : 1V, tetapi untuk tanah yang mudah longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya landai yang aman, yang diperoleh dari perhitungan kestabilan lereng. Berdasarkan keadaan tanah pada lokasi jalan tersebut, mungkin saja dibuat bronjong, tembok penahan tanah, lereng bertingkat ataupun hanya ditutupi rumput saja. 2.7. Kereb Yang dimaksud dengan kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, yang terutama dimaksudkan untuk keperluankeperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasan, dan memberikan ketegasan tepi perkerasan. Pada umumnya kereb digunakan pada jalan-jalan di daerah perkotaan, sedangkan untuk jalan-jalan antar kota kereb hanya dipergunakan jika jalan tersebut direncanakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi atau apabila melintasi perkampungan. Berdasarkan fungsi dari kereb, maka kereb dapat dibedakan atas : 1. Kereb peninggi (mountable curb), adalah kereb yang direncanakan agar dapat didaki kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir jalan/jalur lalu lintas. Untuk kemudahan didaki oleh kendaraan maka 22

kereb harus mempunyai bentuk permukaan lengkung yang baik. Tingginya berkisar antara 10-15 cm. 2. Kereb penghalang (barrier curb), adalah kereb yang direncanakan untuk menghalangi atau mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar, pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar antara 25-30 cm. 3. Kereb Berparit (gutter curb), adalah kereb yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Kereb ini dianjurkan pada jalan yang memerlukan sistem drainase perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus diletakkan di tepi luar dari perkerasan, sedangkan pada tikungan diletakkan pada tepi dalam. Tingginya berkisar antara 10-20 cm. 4. Kereb penghalang berparit (barrier gutter curb), adalah kereb penghalang yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar antara 20-30 cm. 23

2.8. Pengaman Tepi Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika tejadi kecelakaan, dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan. Umumnya dipergunakan di sepanjang jalan yang menyusur jurang, pada tanah timbunan dengan tikungan yang tajam, pada tepi-tepi jalan dengan tinggi timbunan lebih besar dari 2,5 meter, dan pada jalan-jalan dengan kecepatan tinggi. Jenis pengaman tepi Pengaman tepi dapat dibedakan atas : Pengaman tepi Yang besi yang digalvanised (guard rail), Pagar pengaman dari besi dipergunakan jika bertujuan untuk melawan tumbukan (impact) dari kendaraan dan mengembalikan kendaraan ke arah dalam sehingga kendaraan tetap bergerak dengan kecepatan yang makin kecil sepanjang pagar pengaman. Dengan adanya pagar pengaman diharapkan kendaraan tidak dengan tiba-tiba berhenti atau berguling ke luar badan jalan. Pengaman tepi Jalan Dari beton (parapet) Pengaman tepi dari beton dianjurkan untuk dipergunakan pada jalan dengan kecepatan rencana 8O - 100 km/jam. Pengaman tepi dari tanah timbunan Dianjurkan digunakan untuk kecepatan rencana < 80 km/jam. Pengaman tepi dari batu kali Tipe ini dikaitkan terutama untuk keindahan (estetika) dan pada jalan dengan kecepatan rencana < 60 km/jam. Pengaman tepi dari balok kayu Tipe ini dipergunakan untuk kecepatan rencana < 40 km/jam dan pada daerah parkir. 24

2.9. Lapisan Perkerasan Jalan Bagian - bagian perkerasan jalan adalah lapis-lapis material yang dipilih dan di kerjakan menurut persyaratan tertentu sesuai dengan macamnya dan berfungsi untuk menyebarkan beban roda kendaraan sedemikian rupa sehingga dapat di tahan oleh tanah dasar dalam batas daya dukungnya. Guna dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan, maka konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat - syarat berlalu lintas (permukaan yang rata, cukup kaku, cukup kesat dan tidak mengkilap) dan syarat kekuatan/struktural antara lain ketebalan yang cukup, kedap air, perrnukaan yang mudah mengalirkan air, kekuatan untuk memikul beban tanpa menimbuikan deformasi yang berarti. Umumnya bagian perkerasan jalan terdiri dari : Tanah Dasar (sub grade), Lapis Pondasi Bawah (subbase course), Lapis Pondasi (base course), Lapis Permukaan (surface course) 25

Gambar 2. 9.Bagian - bagian perkerasan jalan 2.10. Daerah Manfaat Jalan (damaja) Daerah Manfkat Jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jadan, dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan. 2.11. Daerah Milik Jalan (damija) Daerah Milik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan dengan suatu hak tertentu. Biasanya pada jarak tiap 1 km dipasang patok DMJ berwarna kuning. Sejalur tanah tertentu diluar Daerah Manfaat Jalan tetapi di dalam Daerah Milik Jalan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran Daerah Manfaat Jalan dikemudian hari. 2.12. Daerah Pengawasan Jalan (dawasja) Daerah Pengawasan Jalan adalah sejalur tanah tertentu yang terletak di luar Daerah Milik Jalan, yang penggunaannya diawasi oleh Pembina Jalan, dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi bangunan jalan, dalam hal tidak cukup luasnya Daerah milik Jalan 26