I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas wilayah yang sangat

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

SENSOR DETEKSI GAS AMONIA PADA KANDANG AYAM PEDAGING DENGAN ATEMEGA32 MENGGUNAKAN MQ-135

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DETEKTOR LPG MENGGUNAKAN SENSOR MQ-2 BERBASIS MIKROKONTROLER ATMega 328

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini

RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN POLUTAN GAS H 2 S PADA LOKASI MANIFESTASI GEOTHERMAL GEDUNG SONGO MENGGUNAKAN SENSOR TGS 2602 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Jumlah Populasi Ayam di Indonesia pada Tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PURWARUPA PEMANTAU GAS HIDROGEN SULFIDA DALAM RUANG INDUSTRI KIMIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Ellyas, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Polusi udara adalah salah satu masalah yang sangat meresahkan

ROBOT PENGURAI ASAP DALAM RUANGAN MENGGUNAKAN T-BOX DENGAN METODE BEHAVIOUR BASED CONTROL

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS. Pada bab ini dibahas mengenai pengujian alat. Pengujian dilakukan untuk

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penelitian menggunakan Alat Uji Emisi Gas Buang Rancangan

BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

PURWARUPA BLOWER OTOMATIS UNTUK MENGELUARKAN GAS AMONIA BERBAHAYA PADA KANDANG AYAM BROILER BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi

I. PENDAHULUAN. dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas

Prototipe Pengendali Kualitas (Raden Apriliansyah) 1 PROTOTIPE PENGENDALI KUALITAS UDARA INDOOR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328P

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama, dipelopori oleh penemuan Linus Pauling pada tahun 1971 tentang

Perancangan Sistem Monitoring Gas Hasil Pengolahan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam bab ini dijelaskan beberapa hal dasar yang meliputi latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

3.5 Analisis Multikomponen Biomarker Amonia (NH3) 22 BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dantempat Penelitian Bahan Penelitian 25 4.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan medis pada sarana kesehatan. Jenis Gas Medis yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan

C I N I A. Pengembangan Teknologi Purifikasi Biogas (Kandungan Gas H2S Dan CO2) dengan Mempergunakan Kombinasi Wet Scrubber-Batu Gamping

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat hendaknya dilakukan secara terencana, rasional, optimal,

Identifikasi Penyakit Halitosis dengan Sensor Gas menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Pembelajaran Backpropagation

RANCANG BANGUN ALAT UKUR POLLUTANT STANDARD INDEX YANG TERINTEGRASI DENGAN PENGUKURAN FAKTOR-FAKTOR CUACA SECARA REAL TIME

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi.

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-50/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBAUAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALAT PENDETEKSI OTOMATIS KEBOCORAN GAS LPG BERBASISKAN ATMEGA 8535

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

PERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi mempunyai peran penting dalam meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan Diabetes mellitus atau kencing manis merupakan penyakit yang ditandai oleh meningkatnya kadar gula darah.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Prarancangan Pabrik Metil Merkaptan dari Metanol dan Hidrogen Sulfida dengan Kapasitas ton /tahun BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG BAKU TINGKAT KEBAUAN

PENGEMBANGAN ALAT PEMANTAU MUTU UDARA DENGAN MIKROKONTROLER AT89C51

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap alkohol yang dikonsumsinya. Apabila orang tersebut. penyakit kanker, keracunan, bahkan kematian. Selain berdampak buruk

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rangkaian terdiri dari blok mikrokontroler, blok

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengembangan dan Evaluasi Sistem Peringatan Dini untuk Kebocoran LPG Rumah Tangga

Implementasi Motode Fuzzy Sugeno pada Pengendalian Exhoust Fan Sebagai Pembersih dan Pengatur Udara

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas wilayah yang sangat besar. Indonesia sering disebut juga sebagai negara agraria atau negara yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Selain bertani masyarakat Indonesia banyak yang bekerja di sektor peternakan. Karena banyaknya peternak di Indonesia khususnya ayam, maka kualitas udara disekitar peternakan semakin terkontaminasi. Dampak dari usaha peternakan ayam terhadap lingkungan sekitar terutama berupa bau yang dikeluarkan selama proses dekomposisi kotoran ayam. Bau tersebut berasal dari kandungan gas amonia yang tinggi dan gas hidrogen sulfide (H 2 S), dimetil sulfida, karbon disulfida, dan merkaptan. Senyawa yang menimbulkan bau ini dapat mudah terbentuk dalam kondisi anaerob seperti tumpukan kotoran yang masih basah. Senyawa tersebut tercium dengan mudah walau dalam konsentrasi yang sangat kecil. Untuk H 2 S, kadar 0,47 part per million (ppm) di udara merupakan batas konsentrasi yang masih dapat tercium bau busuk. Amonia memiliki ambang bau yang moderat (5-20 ppm) dan emisi dari amonia ini telah diatur dengan baik karena sudah memprihatinkan (Hattori dkk, 2008). Akan tetapi, kepekaan seseorang terhadap bau ini sangat tidak mutlak, terlebih lagi bau yang disebabkan oleh campuran gas. Pada konsentrasi amonia yang lebih tinggi di udara dapat menyebabkan iritasi

2 mata dan gangguan saluran penapasan pada manusia dan hewan itu sendiri (Charles dan Haryono, 1991). Di bawah ini merupakan tabel konsentrasi kadar amonia di udara dan gejala atau pengaruh yang ditimbulkan pada manusia dan ternak. Tabel 1.1 Tabel kadar amonia dengan gejala dan pengaruh yang ditimbulkan. Kadar amonia Gejala/Pengaruh yang ditimbulkan pada manusia dan (ppm) ternak 5 Kadar paling rendah yang tercium baunya. 6 Mulai timbul iritasi pada mukosa mata dan saluran napas. 11 Penurunan produktivitas ayam. 25 Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 8 jam. 35 Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 10 menit. 40 Mulai menyebabkan sakit kepala, mual, hilang nafsu makan pada manusia. 50 Penurunan drastis produktivitas ayam dan juga terjadi pembengkakan bursa fabricious. Sumber: Charles dan Haryono (1991) Bau kotoran ayam berdampak negatif terhadap kesehatan manusia yang tinggal di lingkungan sekitar peternakan juga berdampak pada ayam itu sendiri, selain itu dapat menyebabkan keuntungan peternak menipis. Oleh karena itu perlu alat yang digunakan untuk memetakan dan mengkontrol emisi amonia di peternakan, pada penelitian apetuley dan peeter menggunakan spektrometer untuk mengukur kadar amonianya (Apituley dan Peeter,2000). Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang deteksi fotoakustik NH 3 menggunakan sel bentuk pisang bersumber laser CO dimana NH 3 dideteksi dengan spektrometer fotoakustik dengan cara mencari panjang gelombang NH 3. Pada penelitian Sutiadi dan mustaqim dipaparkan spektrometer fotoakustik (FA) sel bentuk pisang (banana cell) untuk mendeteksi gas polusi kelumit senyawa

3 NH 3 di udara (Sutiadi dan Muslim, 2003). Selain penelitian Sutiadi ada pula penelitian Mustaqim yang mengukur emisi gas amonia di udara menggunakan tabung detektor gas dengan bantuan kamera, dimana pengukuran gas NH 3 menggunakan tabung detektor gas yang dialiri udara melalui suatu pompa (Mustaqim dkk, 2010). Dari beberapa penelitian tersebut maka berinisiatif membuat alat pengontrol emisi gas amonia di dalam peternakan. Alat pengontrol ini memiliki dua sistem kerja alat yaitu alat pengukur kadar amonia di udara dan alat pengontrol emisi yang berupa kipas atau blower. Alat pendeteksi yang akan dibuat menggunakan bahan semikonduktor pada sensor MQ 137 untuk merasakan emisi gas amonia sehingga elektron pada bahan semikonduktor ini memiliki energi yang lebih dari energi gap sehingga elektron pada pita valensi akan bergerak melewati energi gap kemudian berpindah mengisi hole-hole pada pita konduksi, pergerakan elektron itu yang akan menimbulkan adanya beda potensial yang kemudian akan diteruskan ke mikrokontroler dan ditampilkan melalui LCD sehingga kita dapat mengetahui emisi gas amonia dalam peternakan tersebut. Jika emisi melebihi ambang batas maka kipas atau blower akan berputar sehingga menyebabkan terjadinya sirkulasi udara untuk mengurangi emisi gas amonia dalam kandang. Seperti penelitian sebelumnya tentang Simulasi Alat Sirkulasi Udara Otomatis Berdasarkan Pengukuran Kadar Karbon Dioksida Pada Ruang Bengkel Praktikum Elektronika UNY Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 yang sistem kerjanya sama apabila sensor membaca kadar kontamina di udara melebihi ambang batas maka secara otomatis kipas blower akan berputar (Jamaludin, 2011).

4 Penelitian ini hampir sama dengan penelitian Nur Kasan tetapi berbeda aplikasi, sensor, dan tampilannya. Penelitian kasan yaitu mengukur kadar amonia yang ditimbulkan oleh penguapan urine pasien yang menderita peradangan pada saluran urine menggunakan sensor TGS 2602 kemudian ditampilkan melalui PC berbentuk grafik (Kasan dkk, 2007). Kelebihan dari penelitian yang akan dilakukan yaitu lebih sederhana karena tampilannya menggunakan LCD yang dapat dipasang di dalam kandang dan dapat dilihat langsung oleh karyawan berapa besar emisi gas amonia di dalam kandang tersebut. B. Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian tentang alat pengontrol emisi gas amonia di peternakan ayam menggunakan sensor MQ 137 antara lain: 1. menganalisis sistem kerja sensor MQ 137 yang merupakan sensor gas amonia, sehingga dapat diterapkan pada aplikasi yang akan dibuat; 2. merancang dan merealisasikan alat pendeteksi emisi gas amonia di peternakan ayam dengan memanfaatkan sensor gas amonia MQ 137; 3. melakukan pengendalian gas amonia di peternakan dengan membuat sistem kontrol terhadap tingkat emisi gas dalam ruang. C. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan tersebut, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu tersedianya alat pengukur konsentrasi gas amonia menggunakan sensor gas

5 MQ 137 serta kontrol berupa berputarnya kipas atau blower untuk mengurangi emisi gas amonia dalam kandang. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang penelitian yang dipaparkan di atas, masalah yang akan diteliti dalam merealisasikan alat pengontrol emisi gas amonia di peternakan ayam menggunakan sensor MQ 137, secara lebih rinci dirumuskan sebagai berikut: 1. bagaimana merancang suatu sistem pengontrol emisi gas amonia di peternakan ayam, berikut cara mengurangi kadar emisi gas amonia di peternakan ayam? 2. bagaimana alat pengontrol emisi gas amonia khususnya di peternakan ayam dapat dibuat sesensitif mungkin? E. Batasan Masalah Batasan masalah ini dibuat sehingga penelitian ini fokus dengan apa yang akan dibuat dan tidak melenceng dari yang direncanakan. Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. sensor yang digunakan adalah sensor gas amonia jenis MQ 137; 2. sistem yang digunakan adalah jenis pengendalian tertutup (Close Loop System); 3. mikrokontroler digunakan sebagai pengambilan data, komunikasi data, pengolahan dan pengendali sistem keseluruhan;

6 4. alat ini hanya digunakan untuk kontrol gas amonia dalam kandang di peternakan ayam; 5. umpan balik sehingga aksi terhadap input adalah hidupnya kipas atau blower sebagai pembersih atau penstabil udara ruangan.