BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Analisis regresi merupakan salah satu metode statistik yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah faktor risiko untuk stroke dan. myocard infarct(mi) (Logmore, 2010).Hipertensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah perkotaan di negara berkembang, seperti halnya di Indonesia. Hipertensi disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggimelebihi normalnya. Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik seperti penyakit lain. Pada umumnya, sebagian penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu sering ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang kedokter untuk memeriksa penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan gejala-gejala yang spesifik. Pengaruh patologik hipertensi sering tidak menunjukkan tanda-tanda selama beberapa tahun setelah terjadi hipertensi.43,9% penderita hipertensi tidak mengetahui bahwamereka menderita hipertensi (Boedhi Darmojo dan Parsudi, 1988). Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dua golongan yaitu hipertensi esensialyang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang diketahui penyebabnya seperti gangguan ginjal, gangguan hormon, dan 1

sebagainya. Jumlah penderita hipertensi esensial sebesar 90-95%, sedangkan jumlah penderita hipertensi sekunder sebesar 5-10%. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor individu seperti umur, jenis kelamin, faktor genetik serta faktor lingkungan seperti obesitas, stres, kualitas tidur, asupan garam, alkohol, dan lain-lain (Kaplan, 1993). Obesitas termasuk salah satu faktor yang meningkatkan resiko hipertensi dan serangan jantung. Berat badan yang berlebihan akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan beban berlebihan dari tubuh tersebut (Kapojos, 2009). Penilaian status gizi dapat dilakukan sebagai langkah awal dalam pendeteksian obesitas dan faktor yang terkait. Terdapat dua cara penilaian status gizi, yaitu secara langsung yang meliputi antropometri, biokimia, klinis, fisik dan tidak langsung yang terdiri dari survei konsumsi makanan dan faktor ekologi. Antropometri merupakan indikator yang telah lama dan sering digunakan dalam penentuan status gizi.selain obesitas, lingkar perut juga merupakan parameter penting untuk menentukan resiko terjadinya penyakit jantung dan hipertensi.semakin besar lingkar perut seseorang, resiko terjadinya penyakit jantung dan hipertensi pada orang tersebut lebih besar. Para ahli menyimpulkan, setiap penambahan 5 centimeter pada pinggang atau perut, resiko kematian dini akan meningkat antara 13% hingga 17% (Misnadiarly, 2007). 2

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 3 gelas ukuran standar setiap harinya.konsumsi alkohol yang berlebihan, 2 ons atau lebih sehari, telah ditemukan berhubungan dengan prevalens hipertensi yang tinggi.pembatasan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 gelas per hari untuk pria dan tidak lebih dari 1 gelas per hari untuk wanita dan orang-orang dengan berat badan lebih ringan, dapat menurunkan tekanan darah sebesar 2 4 mmhg (Depkes RI, 2006). Merokok dapat meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung.pada penderita tekanan darah tinggi, merokok dapat semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. Merokok meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk menggumpal dalam pembuluhnya dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah. Merokok dapat menurunkan jumlah HDL (High Density Lipoprotein) atau kolesterol baik (Anies, 2006). Dari hasil Sussenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2001 menyatakan bahwa 54% penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,2% perempuan yang merokok. Menurut Edward D Frohlich, seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu diantara lima untuk mengidap hipertensi (Lanny Sustrani, 2004). 3

Ketidak aktifan fisik meningkatkan resiko penyakit jantung koromer (CHD) yang setara dengan hiperlipidemia atau merokok, dan seseorang yang tidak aktif secara fisik memiliki resiko 30-50% lebih besar untuk mengalami hipertensi. Selain meningkatnya perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL-c, menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen miokardium (MVO 2 ), dan menurunnya resistensi insulin (Sylvia Price, 2005). Kriteria diagnosis hipertensi menggunakan kriteria klasifikasi dari The update WHO/ISH hypertension guideline, yang merupakan divisi dari National Institute of Health di AS, secara berkala mengeluarkan laporan yang disebut Joint National Committee on Prevention, Detectioan, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure memberikan resensi pembaharuan kepada WHO/ISH bulan Mei 2003 tentang kriteria hipertensi yang dibagi dalam tiga kategori yaitu hipertensi stage I dengan tekanan darah sistolik dan diastolik adalah 140-158 mmhg dan 90-99 mmhg, untuk hipertensi stage II dengan tekanan darah sistolik dan diastolik adalah 160-179 mmhg dan 100-109 mmhg, sedangkan untuk hipertensi stage III dengan tekanan darah sistolik dan diastolik adalah 180 mmhg dan 110 mmhg (Sugiharto, 2006). Hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang banyak diderita manusia. Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan 4

baik (adequately treated cases). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, kematian akibat penyakit hipertensi di Indonesia sebesar 26,3% (Karyadi, 2006). Prevalensi nasional Hipertensi Pada Penduduk Umur > 18 Tahun adalah sebesar 31,7% (berdasarkan pengukuran). Sebanyak 10 provinsi mempunyai prevalensi Hipertensi Pada Penduduk Umur > 18 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Riau, Bangka Belitung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat. Sedangkan prevalensi penyakit hipertensi berdasarkan pengukuran di Pulau Sulawesi cukuptinggi karena melebihi prevalensi Nasional yaitu 32,3% (Laporan Riskesdas 2007). Prevalensi nasional obesitas sentral yang diukur melalui lingkar perut pada penduduk umur 15 tahun adalah 18,8%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi obesitas sentral pada penduduk umur 15 tahun diatas prevalensi nasional yaitu, Sumatra Utara, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Sedangkan prevalensi obesitas sentral di Pulau Sulawesi mencapai 22,5% (Laporan Riskesdas 2007). Prevalensi Nasional Minum Alkohol Selama 12 Bulan Terakhir adalah 3%. Provinsi mempunyai prevalensi minum alkohol selama sebulan terakhir diatas prevalensi nasional antara lain yaitu Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan 5

prevalensi minum alkohol selama sebulan terakhir di Pulau Sulawesi termasuk tinggi yaitu 7,38% (Laporan Riskesdas 2007). Prevalensi nasional perilaku merokok saat ini dan rerata jumlah batang rokok yang dihisap menurut provinsi.perokok saat ini adalah perokok setiap hari dan perokok kadang-kadang. Secara nasional prevalensi perokok saat ini 29,2% dengan rerata jumlah rokok yang dihisap 12 batang per hari. Prevalensi perokok saat ini tertinggi di Provinsi Lampung (34,3%), disusul Bengkulu (34,1%) dan Gorontalo (32,6%). Provinsi-provinsi yang prevalensinya di bawah angka nasional adalah Provinsi Kalimantan Selatan (24,2%),Bali (24,9%), Sulawesi Barat (25,3%), Sulawesi Selatan (25,5%) dan Maluku (25,8%). Sedangkan prevalensi rokok di Pulau Sulawesi cukup tinggi karena hampir mencapai prevalensi Nasional yaitu 28,47%, (Laporan Riskesdas 2007). Prevalensi nasional Kurang Aktivitas Fisik Pada Penduduk Umur > 10 Tahun adalah 48,2%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Kurang Aktivitas Fisik Pada Penduduk Umur > 10 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua Barat. Sedangkan prevalensi kurang aktivitas fisik di Pulau Sulawesi kurang dari prevalesi Nasional yaitu 45,55% (Laporan riskesdas 2007). 6

B. Pembatasan Masalah Karena penyakit hipertensi (variabel dependent) disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, pekerjaan, pendidikan, obesitas, aktivitas fisik, dislipidemia dan gaya hidup tidak sehat maka penelitian ini membatasi variabel independent pada lingkar perut, gaya hidup tidak sehat (konsumsi minuman beralkohol dan kebiasaan merokok) dan aktivitas fisik. Data variabel independent tersebut merupakan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Penyusun memiliki sejumlah keterbatasan, terutama waktu, biaya, tenaga dan kemampuan akademik. Menyadari kondisi tersebut dan terutama sesuai dengan kaidah keilmuan, maka permasalahan penelitian ini dibatasi hanya pada masalah hubungan lingkar perut, minuman beralkohol, kebiasaan merokok dan aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi pada penduduk usia 25-34 tahun di Pulau Sulawesi yang didapatkan dari data Riskesdas 2007. C. Rumusan Masalah Hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius, karena jika tidak terkendali akan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Faktor gaya hidup dan obesitas dapat menyebabkan hipertensi. Kedua hal ini merupakan faktor yang dapat diubah, dengan cara mengubah gaya hidup ke arah gaya hidup sehat. Pulau Sulawesi merupakan provinsi yang memiliki angka kejadian Hipertensi yang cukup tinggi di Indonesia dengan persentasi sebesar 32,3 % (Riskesdas 2007). 7

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas,dapat dirumuskan pertanyaan penelitian adalah Seberapa besar prevalensi lingkar perut, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok dan aktivitas fisik sebagai penyebab penyakit hipertensi? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan lingkar perut, minuman beralkohol, kebiasaan merokok dan aktivitas fisik terhadap kejadian Hipertensi pada pria usia produktif di pulau Sulawesi. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik status tekanan darah normal maupun diatas normal dan faktor-faktor yang berhubungan seperti obesitas yang diukur melalui lingkar perut, minuman beralkohol, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, usia, tipe daerah, dan tingkat pendapatan di Pulau Sulawesi. b. Menganalisis hubungan usia dengan status tekanan darah di Pulau Sulawesi. c. Menganalisis hubungan tingkat pendapatan dengan status tekanan darah di Pulau Sulawesi. d. Menganalisis hubungan tipe daerah dengan status tekanan darah di Pulau Sulawesi. 8

e. Menganalisis hubungan lingkar perut dengan status tekanan darah di Pulau Sulawesi. f. Menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi alkohol dengan status tekanan darah di Pulau Sulawesi. g. Menganalisis hubungan kebiasaan merokok dengan status tekanan darah di Pulau Sulawesi. h. Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan status tekanan darahdi Pulau Sulawesi. i. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap status tekanan darah di Pulau Sulawesi. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Praktisi Memberikan wawasan dan tambahan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi. 2. Manfaat bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan pada upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi pada usia produktif sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan. 3. Manfaat bagi pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan bagi para praktisi kesehatan maupun mahasiswa gizi mengenai hubungan lingkar perut, minuman 9

beralkohol, kebiasaan merokok dan aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi pada pria usia produktif di pulau Sulawesi. 4. Manfaat bagi Peneliti a. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi. 10