BAB I PENDAHULUAN. tubuh secara biologis maupun psikologis sehat, dalam arti bahwa tubuh dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh umur, psikis dan keadaan lingkungan sosial individu. Banyak. terhadap gerak dan fungsi tubuh. (Depkes RI, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut mempengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering jumpai seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam melakukan aktivitasnya sehari hari manusia harus bergerak,

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya untuk memajukan bangsa dan negara didukung oleh. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. fungsional. Banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas

BAB l PENDAHULUAN. gerakannya, dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan aktifitas atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perilaku hidup sehat, sehingga tuntunan masyarakat akan layanan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk hidup, salah satu ciri makhluk hidup. dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya.

Penambahan Traksi Maximaly Lose Pack Position Glenohumeral Pada Intervensi Micro Wave Diathermy Dan Ultrasound Mengurangi Nyeri Frozen Shoulder

BAB I PENDAHULUAN. dan perlu mendapat perhatian adalah masalah kesehatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. trauma, over use, repetitive injury, operasi pada sendi, hypertiroidisme,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu dan teknologi pada zaman modern ini sangat. perlu melakukan sesuatu yang terlalu membebankan tubuh dan anggota

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggitingginya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sumber daya manusia/human Development Index. disamping faktor pendidikan dan pendapatan (Depkes RI, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dan perlu mendapat perhatian adalah masalah kesehatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada usia di bawah 40 dan 65 tahun. Frozen shoulder sering dijumpai

Oleh: NURUL SAKINAH J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

EFEK PENAMBAHAN CONTRAC RELAX AND STRETCHING

BAB I PENDAHULUAN. Cita cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. individu untuk memenuhi kebutuhan gerak yang fungsional dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

PERBEDAAN PENGARUH INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI MANIPULASI DENGAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN LATIHAN PENDULUM

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut WHO Sehat

BAB I PENDAHULUAN. lain olahraga dan pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari. Dalam olahraga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dewasa ini meliputi seluruh aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungannya. Hal

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,7% hingga 66,7%. Keluhan tentang keluhan bahu juga sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. integrasi penuh dari sistem tubuh. Munculnya beberapa keluhan juga sering

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang sangat banyak. cidera atau gangguan sendi yang cukup besar. (Kuntono 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan reformasi pembangunan kesehatan masyarakat adalah. meningkatkan tingkat derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan


BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

Oleh: ARIF FI AM J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I P E N D A H U L U A N. vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari

ABSTRACT. Keywords: frozen shoulder, traction oscillations, ultrasound, application kontraplanar SWD, ROM.

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis.

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

PENAMBAHAN TRAKSI MANUAL PEMBATASAN LINGKUP GERAK SENDI (LGS) DENGAN INTERVENSI ULTRASOUND (US)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, sesama manusia maupun lingkungan, baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

I Nyoman Warta Bagian Fisioterapi RSUD Badung, Bali Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. otot, perubahan postur, sedemikian rupa sehingga mengakibatkan penekanan atau

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam memasuki era globalisasi, khususnya di bidang kesehatan semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

PENGARUH TERAPI TENS DAN EXERCISE TERHADAP NYERI PADA PENDERITA FROZEN SHOULDER DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER DEXTRA AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVE DI RSUD KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN. memajukan pembangunan dibidang kesehatan. Dalam pembukaan UUD 1945

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

I Made Hartha Jaya Negara RSUP Sanglah Denpasar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

PERBEDAAN TERAPI MICRO WAVE DIATHERMY

transvesre friction dan continues Short Wave Diathermy dengan kelompok perlakuan II dengan penerapan terapi US dan pulse Short Wave Diathermy.

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVA SINISTRA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak selektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari akan mudah. dalam beradaptasi terhadap lingkungan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit mental dan juga bebas dari kecacatan, sehingga keadaan tubuh secara biologis maupun psikologis sehat, dalam arti bahwa tubuh dapat melakukan segala aktifitasnya dengan baik. Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis, tetapi merupakan kadaan yang dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat melaksanakan kehidupannya secara optimal. Keadaan dinamis dari sehat tersebut dapat berubah karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti umur, psikis dan keadaan lingkungan sosial individu. Banyak kejadian yang dapat menimbulkan seseorang dikatakan tidak sehat menurut pandangan fisioterapi, yaitu disaat sudah mulai adanya gangguan yang dirasakan terhadap gerak dan fungsi tubuh. Dalam praktek fisioterapi sering dijumpai pasien yang mengalami keterbatasan gerak yang sangat beragam, dimana sangat besar pengaruhnya terhadap gerak dan fungsi dasar tubuh terutama dalam melakukan aktifitas fungsional sehari-hari. Terbatasnya gerakan-gerakan tersebut bukan hanya pada gerakan aktif, tetapi bila dilakukan pemeriksaan pasif ditemukan hal yang sama. Karena penyebab yang beragam, maka cirinyapun beragam. Salah satu penyebabnya adalah frozen shoulder. Frozen shoulder merupakan salah satu penyebab umum dari nyeri kronik dan disability pada bahu, namun masih banyak yang kurang mengerti tentang gangguan gerak dari bahu. Sendi bahu merupakan sendi sinovial tipe ball and socked, gerakannya paling luas namun susunan osteologisnya labil. Posisi/sikap 1

2 dan gerakan yang terjadi pada sendi bahu selalu berkaitan dengan seluruh sub sistem dalam shoulder complex yang terdiri dari 7 persendian, yaitu : glenohumeral joint, suprahumeral joint, acromioclavicular joint, sternoclavicular joint, scapulothoracal joint, intervertebral joints (cervicothoracal) dan costovertebral-transversal joint. Kompleksitas sendi bahu tersebut menyebabkan adanya scapulohumeral rhythm yaitu pada selama gerakan abduksi elevasi juga fleksi shoulder terjadi gerakan osteokinematik yang proporsional antara humerus dan scapula ( Pletzer, 2001). Frozen shoulder adalah suatu syndrom atau kondisi dengan serangan nyeri dan keterbatsan gerak aktif dan pasif dengan penyebab yang tidak pasti/idiopatik yang sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma, sering kali ringan. Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobilization terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder yaitu usia (40-60 tahun), repetitive injury, diabetes mellitus, kelumpuhan, post operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis,inflamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris). (Graham, 2000). Frozen shoulder terjadi apabila faktor-faktor predisposisi diatas tidak ditangani dengan tepat. Seperti pada kasus tendinitis bicipitalis misalnya, dimana terjadi kerusakan jaringan tendon bicipitalis yang akan mengaktivasi nociseptor Aδ dan C pada daerah tersebut sehingga menimbulkan nyeri pada bahu. Nyeri yang terjadi apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan spasme dan reflex spasme otot penting dalam perubahan fibrotic primer. Nyeri dan spasme menyebabkan immobilisasi pada bahu sehingga menyebabkan perlekatan intra/eksra selular pada kapsul dan ligament, terutama pada bagian anterior dan

3 inferior capsul. Perlengketan tersebut kemudian menyebabkan kelenturan jaringan menjadi menurun dan menimbulkan kekakuan sendi, sehingga menyebabkan nyeri saat digerakkan yang disusul dengan keterbatasan gerak dan firm end feel dan inilah yang disebut frozen shoulder. Keterbatasan gerak yang terjadi pada frozen shoulder ini mengikuti pola kapsuler, dimana rotasi eksternal lebih terbatas dari abduksi dan abduksi lebih terbatas dari rotasi internal (Kaplan, 1989). Pada Frozen shoulder dijumpai inflamasi kronis pada kapsul sendi gleno humeralis sehingga menimbulkan perlengketan antar serabut sendi, dan terjadi kontraktur. Pada usia lanjut mikrosirkulasi jaringan menurun yang akan menambah kekronisan inflamasi dan kontraktur. Gejala frozen shoulder adalah nyeri pada bahu dan lengan, lalu diikuti kaku yang progresif pada sendi glenohumeral. Nyeri pada frozen shouder merupakan penyebab sekaligus akibat, disebut demikian karena dari nyeri frozen shoulder bisa terjadi dan karena frozen shoulder juga bisa menimbulkan nyeri. Karena dalam melakukan gerakannya sendi glenohumeral tidak berdiri sendiri dan selalu terkait dengan 6 sendi yang lain yang tergabung dalam shoulder complex, maka perubahan patologi pada sendi glenohumeral seperti frozen shoulder, juga akan berpengaruh terhadap 6 struktur sendi yang lain yang tergabung dalam shoulder complex, diantaranya shoulder girdle (sendi skapulotorakal dan akromioklavikula) dan sendi intervertebra (cervicothoracal). Pada kasus frozen shoulder seperti telah disebutkan di atas, dimana terjadi perubahan patologi pada sendi glenohumeral yang kompleks berupa nyeri yang menimbulkan spasme dan reflek spasme otot penting dalam perubahan fibrotik primer. Nyeri dan spasme menyebabkan immobilisasi pada bahu, sehingga menyebabkan perlengketan intra/eksra selular pada kapsul dan ligament, terutama pada bagian anterior dan inferior kapsul. Perlengketan tersebut menyebabkan

4 kelenturan jaringan menjadi menurun dan menimbulkan kekakuan sendi yang disusul dengan adanya pemendekan pada kapsul ligament sendi glenohumeral yang menyebabkan terjadinya keterbatasan atau bahkan hilangnya gerak scapulohumeral. Keterbatasan gerak tersebut akan dikompensasi oleh gerak skapulothorakal atau biasa disebut reverse scapulohumeral rhytm. Hal tersebut menyebabkan adanya hipermobilitas dari sendi akromioklavikula dan overstretch dari sendi skapulothorakal. Sebaliknya terjadi pada sendi skapulotorakal dan akromioklavikula, sendi intervertebra (lower cervical dan upper thoracal) justru malah terjadi hypomobile. Pada tahap kronis frozen shoulder dapat menyebabkan antero postion head posture karena hipomobile dari struktur cervico thoracal. Hipomobile pada kondisi frozen shoulder mengakibatkan nyeri sehingga menyebabkan kontraktur pada ligament supraspinosus, dan spasme pada otot otot cervikothorakal spasme pada otot-otot cervikothorakal dan jika berkepanjangan akan menimbulkan "vicious circle of reflexes" yang mengakibatkan medulla spinalis membangkitkan aktivitas efferent system simpatis secara berlebihan sehingga menimbulkan mikrosirkulasi pada glenohumeral yang menyebabkan ketegangan miofibroblas. Ketegangan miofibroblas tersebut mengakibatkan kontraktur pada otot-otot fixator gelang bahu dan ligamen longitudinal posterior. Karena stabilitas sendi bahu sebagian besar oleh muskulotendinogen, maka gangguan pada otot gelang bahu,kapsul dan ligament sendi akan memerparah keterbatasan gerak bahu dan menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Dari data awal yang penulis dapatkan di tempat penelitian didapatkan bahwa pasien dengan keluhan Frozen Shoulder rata-rata 2 orang per hari. Umumnya terapi yang diberikan pada kasus frozen shoulder di klinik berupa pemberian Micro Wave Diathermy yang disingkat MWD, Ultra Sound yang disingkat US

5 dan exercise dengan dosis 2 atau 3 kali seminggu dan frekuensi terapi sebanyak 6 kali terapi, bila sudah 6 kali terapi akan tetapi tidak ada perubahan yang signifikan maka pasien dianjurkan untuk kembali ke dokter yang mengirim. Tidak signifikannya perubahan yang terjadi pada kasus frozen shoulder selain karena kurang tepatnya intervensi juga karena pada awal pasien masuk kurang dilakukan pemeriksaan atau assessment yang tepat, untuk itu seorang Fisioterapis profesional harus dapat melakukan assessment fisioterapi yang meliputi pemeriksaan, diagnose fisioterapi, perencanaan fisioterapi, intervensi fisioterapi, dan evaluasi. Jelas sudah, secara legal maupun secara etik, fisioterapi dalam memberikan pelayanan fisioterapi tidak lagi berdasarkan atas permintaan dokter, tetapi berdasarkan keputusan klinis fisioterapis itu sendiri dan fisioterapis juga harus bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas segala yang menjadi keputusannya. Oleh karenanya perlu dilakukan assessment yang tepat dan keterampilan dari fisioterapis untuk menegakan diagnose yang tepat, apakah gangguan frozen shoulder ini type capsuler atau non capsuler sehingga intervensi fisioterapi yang dilakukan juga efektif dan efisien. Dari sekian banyak modalitas dan intervensi fisioterapi yang ada, untuk menurunkan/menghilangkan rasa nyeri pada kasus kasus frozen shoulder, penambahan traksi MLPP Glenohumeral pada frozen shoulder akan merangsang mekanoreseptor untuk menginhibisi stimulus nociceptor sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi. Dengan peningkatan vaskularisasi akan menimbulkan kontraksi jaringan sehingga akan menurunkan hiperaktivitas dari saraf simpatis, dan akan memperbaiki humeroskapular rythm, dimana secara perlahan lahan akan menurunkan nyeri. Gerak ritmis dan kontinue pada traksi akan meningkatkan vaskularisasi pada jaringan lunak dari shoulder sehingga akan

6 memacu penyerapan kembali cairan venosis dan cairan limfe sehingga sirkulasi lokal menjadi lancar. Traksi shoulder dengan derajat I akan merangsang aktivitas didalam sendi melalui gerakan cairan sinovial. Gerakan cairan sinovial dapat meningkatkan proses pertukaran nutrisi ke permukaan kartilago sendi dan fibro kartilago yang menyebabkan cairan sinovial meningkat, dan vaskularisasi juga akan meningkat sehingga nutrisi jaringan terpenuhi yang akhirnya menurunkan nyeri. Traksi dengan derajat III atau IV pada akhir pembatasan ROM akan melepaskan abnormal crosslinks diantara serabut serabut kolagen sehingga terjadi peregangan dan releksasi otot serta kelenturan kapsul ligamen, dimana terjadi peningkatkan sirkulasi dan peredaran darah pada jaringan, sehingga merangsang terjadinya reabsorbsi sisa metabolisme jaringan yang akan menyebabkan nyeri berkurang. Dari uraian di atas, melatarbelakangi penulis untuk mencoba memberikan intervensi pada 2 kelompok, pada kelompok pertama diberikan intervensi Micro Wave Diatermy (MWD) dan Ultrasound (US). Pada kelompok kedua diberikan penambahan Traksi Maximally Lose Pack Position Glenohumeral yang selanjutnya disingkat MLPP untuk mengetahui apakah penambahan Traksi MLPP tersebut, dapat menurunkan rasa nyeri yang signifikan pada penderita frozen shoulder. Pemberian MWD dapat berpengaruh terhadap pengurangan nyeri dengan cara meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf, meningkatkan aktifitas neurotransmiter serta ambang rangsang saraf. US secara umum diberikan untuk memperbaiki sirkulasi dan meningkatkan elastisitas serta menghilangkan perlengketan jaringan ikat, yang diantaranya adalah tendon, sedangkan Traksi pada MLPP Glenohumeral bertujuan untuk merangsang mekanoreseptor untuk menginhibisi stimulus nociceptor sehingga terjadi

7 peningkatan vaskularisasi. Dengan peningkatan vaskularisasi akan menimbulkan kontraksi jaringan sehingga akan menurunkan hiperaktivitas dari saraf simpatis, dan akan memperbaiki humeroskapular rythm, dimana secara perlahan lahan akan menurunkan nyeri. Gerak ritmis dan kontinue pada traksi akan meningkatkan vaskularisasi pada jaringan lunak dari shoulder sehingga akan memacu penyerapan kembali cairan venosis dan cairan limfe sehingga sirkulasi lokal menjadi lancar. Sehingga bisa mengakhiri vicious circle of reflex dimana sirkulasi darah pada glenohumeral menjadi baik dan memobilisasi bahu kembali sehingga diharapkan nyeri bahu berkurang signifikan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat topik diatas dalam bentuk penelitian dan memaparkannya dalam bentuk skripsi dengan judul Penambahan Traksi MLPP Glenohumeral pada intervensi MWD dan US mengurangi nyeri Frozen Shoulder 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pemberian MWD dan US dapat menurunkan nyeri pada Frozen Shoulder? 2. Apakah kombinasi MWD, US dan Traksi posisi MLPP Glenohumeral dapat menurunkan nyeri pada Frozen Shoulder? 3. Seberapa besar perbedaan antara MWD dan US dengan MWD, US dan Traksi posisi MLPP Glenohumeral terhadap penurunan nyeri pada Frozen Shoulder?

8 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh penambahan Traksi MLPP Glenohumeral yang dikombinasi dengan pemberian MWD dan US terhadap pengurangan nyeri pada penderita Frozen Shoulder 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui efek pemberian MWD,US, terhadap pengurangan nyeri pada penderita Frozen Shoulder. b. Untuk mengetahui efek pemberian MWD, US, serta penambahan traksi MLPP sendi glenohumeral terhadap pengurangan nyeri pada penderita Frozen Shoulder. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui intervensi fisioterapi dengan penambahan traksi MLPP Glenohumeral yang dikombinasikan dengan pemberian MWD dan US, untuk mengurangi nyeri pada penderita Frozen Shoulder. 2. Bagi Institusi Pelayanan Fisioterapi Dalam pengalaman klinik sehari-hari seorang fisioterapis mempunyai banyak alternatif metoda dan tehnik yang dapat diaplikasikan terhadap pasien kasus frozen shoulder yang mengalami keterbatasan lingkup gerak sendi dan nyeri bahu. Namun tidak semua metoda dan teknik tersebut aman dan efektif dilakukan terhadap pasien. Dengan penelitian ini diharapkan para fisioterapis dapat menerapkan teknik Traksi MLPP terhadap pengurangan

9 nyeri pada penderita Frozen Shoulder, sehingga hasil yang diharapkan dapat lebih optimal. c. Bagi Peneliti Bagi peneliti dengan adanya skripsi ini akan memberikan manfaat bertambahnya ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam asuhan fisioterapi pada pasien yang mengalami rasa nyeri akibat frozen shoulder dengan menggunakan Traksi MLPP Glenohumeral, yang dikombinasikan dengan pemberian MWD, dan US.